Anda di halaman 1dari 3

Sesi 5 filsafat Pendidikan

1. Dalam dunia Pendidikan, tentu akan kita temui banyak permasalahan didalamnya.
Permasalahan tersebut dapat bersumber dari faktor internal yaitu faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar diantaranya faktor jasmaniah dan psikologis
ataupun dari faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat
mempengaruhi belajar seperti lingkungan keluarga, sekolah dan faktor masyarakat.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan masa depan bangsa.
Pendidikan yang berkualitas dapat ditempuh melalui Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas sampai dengan Perguruan Tinggi.
Pendidikan berguna untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapan teknologi hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki tingkat
Pendidikan baik dan memadai. Berdasarkan JPPI (Jaringan Pemantau Pendidikan
Indonesia) setidaknya terdapat tujuh masalah Pendidikan yang harus segera diperbaiki
dan diselesaikan pemerintah dalam meningkatkan mutu Pendidikan sebagaimana
dicita-citakan. Ketujuh permasalahan Pendidikan tersebut antara lain:
- Belum adanya payung hukum dalam pelaksanaan program wajib belajar (wajar) dua
belas tahun yang mengakibatkan program tersebut tidak berlanjut. Pendidikan pada
bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian
Pendidikan dapat menjadi penolong umat manusia. Pentingnya payung hukum yang
jelas mengatur tentang Wajib Belajar Dua Belas Tahun memastikan para peserta didik
mendapat haknya sebagai implementasi dari tujuan Pendidikan nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Adanya kejelasan payung hukum yang mengatur
wajib belajar dua belas tahun juga turut memotivasi dan mendorong para peserta didik
untuk melanjutkan pendidikannya demi masa depan yang lebih baik.
- Angka putus sekolah saat ini mengalami kenaikan dimulai dari jenjang SMP ke
Jenjang SMA yang dipicu maraknya pungutan liar di SMA/SMK/MA. Tidak bisa
dipungkiri dengan dibatasinya BOS membuat sekolah negeri setingkat
SMA/SMK/MA keberatan dalam memenuhi kebutuhan anggaran Pendidikan
disekolahnya sehingga membuat mereka melakukan pungutan iuran atau SPP kepada
orangtua murid baru namun tidak semua orang tua murid mampu membayar SPP
sehingga berdampak pada para murid yang putus sekolah atau tidak melanjutkan
pendidikannya. Meningkatnya angka putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah
terkendala dana harus mendapat perhatian serius dari pemangku kebijakan dalam hal
ini bisa dari gubernur di tingkat provinsi maupun bupati/walikota ditingkat
kabupaten/kota. Para pemangku kebijakan harus tepo seliro dan mampu berempati
terhadap kondisi yang terjadi di lapangan. Hal ini sudah dimulai dari gubernur Jawa
Barat yang mulai tahun ajaran baru kemarin menggratiskan spp pada SMA/SMK/MA
di seluruh Jawa Barat. Dengan pengambilan kebijakan tersebut diharapkan angka
putus sekolah menurun dan angka melanjutkan sekolah menjadi lebih baik sehingga
kebutuhan wajar 12 tahun tercapai.
- Pendidikan agama disekolah mendesak untuk dievaluasi dan dibenahi baik dari
metode pembelajarannya maupun dari pendidiknya. Berdasarkan penelitan, terdapat
78 persen guru agama yang menyetujui jika pemerintah berdasarkan syariat islam dan
77 persen guru PAI mendukung organisasi-organisasi yang berlandaskan syariat
islam. Jika dibiarkan, benih-benih intoleran dan sikap keagamaan yang radikal akan
tumbuh subur disekolah sehingga paham radikalisme akan menjadi cara berpikir dan
sikap para siswa dalam kehidupannya. Hal ini bila terjadi tentu saja akan mengancam
eksistensi dan keutuhan NKRI.
- Lemahnya pengakuan negara atas Pendidikan pesantren dan Madrasah Diniyah
sedangkan kedua Lembaga Pendidikan tersebut sudah ada sebelum Indonesia
Merdeka. Dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren, mengatur
mengenai penyelenggaraan fungsi Pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi
pemberdayaan masyarakat. Melalui Undang-Undang tentang Pesantren,
penyelenggaraan Pendidikan Pesantren diakui sebagai bagian dari penyelenggaraan
Pendidikan nasional. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren
memberikan landasan hukum bagi rekognisi terhadap peran pesantren dalam
membentuk, mendirikan, membangun dan menjaga NKRI, tradisi, nilai dan norma,
varian dan aktivitas, profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan serta proses
dan metodelogi penjaminan mutu.
- Kekerasan dan pungutan liar disekolah masih merajalela. Guna memenuhi,
menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan. Pemerintah
mewujudkan Sekolah Ramah Anak yang menjadi salah satu upaya dalam pemenuhan
hak dan perlindungan anak selama berada disekolah. Sekolah Ramah Anak
membangun paradigma baru dalam mendidik dan mengajar peserta didik untuk
menciptakan generasi baru tanpa kekerasan, menumbuhkan kepedulian orang dewasa
serta memenuhi hak dan melindungi anak dari hal-hal yang tidak diinginkan.
- Ketidak-sesuaian antara dunia Pendidikan dengan dunia kerja.
Pemerintah melalui mentri Pendidikan yakni Nadiem Makarim telah memikirkan
perubahan kebijakan besar pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk
mempersiapkan peserta didik yang siap bekerja di berbagai sector industry atau
lapangan kerja. Rencana jangka Panjang pemerintah adalah menyederhanakan
kurikulum SMK. Selain itu dalam lima tahun ke depan sekitar 5.000 SMK ditargetkan
terlibat dalam program magang yang digagas pemerintah dan dunia usaha.

2. Pendidikan sebagai gejala manusiawi dan sekaligus usaha sadar, didalamnya tidak
lepas dari keterbatasan-keterbatasan yang dapat melekat pada peserta didik, pendidik,
interaksi pendidik, serta pada lingkungan dan sarana Pendidikan. Peningkatan mutu
Pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju. Mutu
Pendidikan di Indonesia diakui masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara
lainnya. dengan demikian perluasan dan pemerataan Pendidikan yang bermutu dan
relevan dengan kebutuhan masyarakat harus ditempatkan pada prioritas tertinggi
dalam pembangunan Pendidikan. Dalam perspektif pembangunan Pendidikan
nasional, Pendidikan harus lebih berperan dalam membangun seluruh potensi manusia
agar menjadi subyek yang berkembang secara optimal dan bermanfaat bagi
masyarakat dan pembangunan nasional. Dalam konteks demikian, pembangunan
Pendidikan itu mencakup berbagai dimensi yang sangat luas yang meliputi dimensi
filosofis, sosial, budaya, psikologis dan pedagogis. Dalam dimensi filosofis,
Pendidikan dipandang sebagai upaya untuk mengembangkan kepribadian manusia
yang didalamnya dibahas tentang nilai, etika manusia, serta sikap manusia terhadap
suatu kebenaran. Dalam aspek sosial, Pendidikan akan melahirkan insan-insan
terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam proses perubahan sosial di dalam
masyarakat. Dalam aspek budaya, Pendidikan merupakan wahana penting dan
medium yang efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan
menanamkan etos di kalangan warga masyarakat terutama pada anak didik.
Sedangkan berdasarkan aspek psikologis memberi tuntunan bagi pendidik dan anak
didik tentang apa yang hendak dicapai, memahami karakteristik setiap peserta didik,
kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dan tentang kemajuan yang dicapai oleh anak
didik dan terakhir dalam aspek pedagogis, pendidik perlu menguasai pedagogi atau
ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait agar tidak terjadi salah konsep atau
miskonsepsi pada diri peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai