Anda di halaman 1dari 1

Analisa Pencahayaan Masjid Al-Ikhlas Sistem pencahayaan setempat 

memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata.


Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang 
 Teori Dasar
tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan
Desain pencahayaan pada suatu bangunan dirancang berdasarkan tiga aspek utama yaitu daya tarik
mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit - langit di atas tempat tersebut.
(estetika), efisiensi energi, serta kegunaan bangunan tersebut. Bangunan seperti perpustakaan, ruang
 Aktivitas Masjid
kerja, laboratorium, toko perhiasan memerlukan tingkat intensitas pencahayaan 300 - 500 lux karena
kegiatan yang dilakukan didalamnya memerlukan cahaya yang terang. Bangunan lain seperti gudang, Masjid Al-Ikhlas adalah tempat beribadah umat muslim dan setiap harinya selalu didatangi oleh

tempat parkir, dan garasi hanya memerlukan tingkat intensitas pencahayaan 50 - 100 lux karena alasan masyarakat daerah Baranangsian Bogor. Selain untuk shalat 5 waktu, masjid Al-Ikhlas juga digunakan

efisiensi energi sistem pencahayaan. Tempat beribadah seperti masjid dan gereja menggunakan sistem untuk acara-acara baik keagamaan ataupun social, seperti Pendidikan Al-Quran, Zakat, Periksa

pencahayaan untuk menambah kesan spiritual untuk kegiatan ibadah, umumnya diperlukan tingkat kesehatan, Syi’ar Agama, dll.

intensitas pencahayaan sekitar 200 lux. Untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan tersebut, bangunan  Pencahayaan Masjid Al-Ikhlas
biasanya mempertimbangkan dua sumber pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan Dalam pelaksanaan aktivitas di masjid Al-Ikhlas membutuhkan pencahayaan ruangan yang baik. Seperti
buatan. penyebaran cahaya yang merata, dapat membantu user dalam melakukan aktivitas, seperti misalnya
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan dari cahaya matahari yang dimanfaatkan untuk dalam pelaksanaan tadarus Al-Qur’an, membaca yang lama harus didukung pencahayaan yang cukup
mengurangi penggunaan listrik pada siang hari. Menurut SNI No. 03-2396-2001, Pencahayaan alami terang agar tidak merusak penglihatan pembaca tersebut. Kebanyakan masjid menggunakan
siang hari dikatakan baik apabila: pencahayaan alami dan buatan. Untuk siang hari karena masjid sifatnya open space, mengandalkan

1. Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup pencahayaan alami. Sedangkan mulai akan maghrib menggunakan pencahayaan buatan yaitu lampu.

banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Lampu yang akan digunakan pada masjid ini adalah mengguakan lampu downlight sebagai lampu
2. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang central. Chandelier sebagai lampu aksen, dan beberapa lampu pendukung seperti wallwasher dan
mengganggu. spotlight.

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang menggunakan sumber cahaya selain dari cahaya  Suasana, Konsep & Tema
matahari.  Perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan diatur dalam SNI No. 03-6575- Konsep yang akan diambil untuk masjid ini adalah elegant. Karena masjid ini merupakan tempat ibadah
2001, masjid memiliki kriteria pencahayaan minimum sebagai berikut: yang dipakai oleh masyarakat Bogor, sehingga masjid harus terkesan nyaman agar pengunjung betah
Fungsi Ruangan Intensitas Renderasi Keterangan untuk menjalankan ibadah di masjid ini. Suasana yang hangat dan elegan diharapkan dapat membuat
Masjid 200 1 atau 2 Untuk tempat-tempat
akrab para pengunjung yang berasal dari beberapa tempat. Warna-warna yang diterapkan adalah
yang membutuhkan
menggunakan warna lampu warm white, adanya chandelier, dan beberapa lampu downlight untuk
tingkat  pencahayaan
pencahayaan general.
yang lebih tinggi dapat
digunakan pencahayaan
setempat.
Tabel 1. Kriteria Pencahayaan Minimum Masjid

Anda mungkin juga menyukai