Anda di halaman 1dari 128

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak-anak tingkat Sekolah Dasar merupakan masa peralihan dari anak usia
dini menjadi tahap kanak-kanak. Dalam masa ini anak-anak cenderung lebih
senang bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dapat berkarya dengan
baik, serta sudah dapat memilih apa yang disenangi dan tidak disenangi.
Karakteristik siswa Sekolah Dasar yang umumnya berusia 7-12 Tahun mulai
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan cara menyelidiki, bereksperimen
mengenai suatu hal yang dianggap menarik serta mampu memahami cara
mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatnya,
selain itu siswa SD berada pada taraf operasional konkret yang sudah dapat
membedakan berbagai jenis benda dan dapat menggolongkan beberapa
peristiwa yang terjadi di sekitar mereka. Piaget (dalam Susanto, 2013 : 77)
Dalam satu hari anak-anak memakan sepertiga waktunya berada di sekolah.
Semua aktivitas dalam proses perkembangan anak mulai dari belajar, bermain,
berinteraksi dengan orang lain, berkompetisi, dan bersosialisasi, sebagian
besar dilakukan disekolah. Sekolah bukan hanya menjadi sarana pendidikan
formal yang hanya untuk mendapatkan pelajaran eksak saja, namun disekolah
juga secara tidak langsung diajarkan sifat toleransi, budi pekerti, dan
mengontrol emosi. Namun masih banyak sistem pembelajaran sekolah yang
tidak terlalu memperhatikan perkembangan psikologis anak.Dalam hal
tersebut perlu adanya sekolah yang dapat mendukung tumbuh kembang anak.
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia, Sekolah Dasar adalah
lembaga yang dikelola oleh pemerintah pendidikan, diselenggarakan secara
formal yang telah diamanatkan atau yang sudah dicita-citakan dalam Undang-
undang Dasar 1945. Berlangsung selama 6 tahun dari kelas 1 sampai kelas 6
untuk anak-anak di seluruh indonesia tentunya dengan maksud dan tujuan agar
anak indonesia menjadi seorang individu yang tealadan dalam pelaksanannya,
pendidikan di sekolah dasar diberikan kepada siswa dengan sejumlah mata
pelajaran yang harus dikuasainya.

1
Dalam proses pendidikan Sekolah Dasar, sekolah juga memberikan fasilitas
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, mengasah kemampuan dan bakat yang
dimiliki sehingga dapat terampil dan kreatif agar dapat memperbaiki
kehidupan kedepan. Namun masih banyak fasilitas yang belum terpenuhi
seperti tidak adanya ruangan pendukung kegiatan ekstrakurikuler yang
khusus, tidak adanya area makan siang, dan kurang diperhatikannya layouting
pada ruangan.
Dari beberapa preseden yang dikunjungi masih banyak Sekolah Dasar yang
memiliki permasalahan yang kurang lebih sama. Banyak fasilitas yang belum
memenuhi standar peraturan Pemerintah. Banyaknya fasilitas yang belum
sesuai dengan kebutuhan sistem pembelajaran sekolah. Masih banyaknya
ruangan yang digunakan untuk aktivitas yang berbeda. Pengaplikasian elemen
interior, dan permainan warna yang masih monoton sehingga membuat anak-
anak merasa cepat bosan berada dikelas, padahal sebagian aktivitas paling
lama dilakukan di sekolah. Belum adanya karakteristik pada sekolah, padahal
setiap sekolah memiliki visi, misi, dan tujuan tersendiri, namun belum adanya
pencapaian pada hal tersebut.
Sekolah Dasar Terpadu Krida Nusantara adalah Sebuah Lembaga Pendidikan
tingkat awal milik Yayasan Krida Nusantara. Sekolah ini memberikan sistem
pendidikan formal dan soft skills yang dapat meningkatkan karakteristik dan
perkembangan anak. Namun masih banyak fasilitas yang kurang memadai dan
belum disesuaikan dengan sistem pembelajaran yang ada.
Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk merancang sekolah dengan fasilitas
lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan anak sehingga selain mendapatkan
pendidikan formal, juga mendapatkan fasilitas untuk mengasah kemampuan
berfikir kreatif sehingga dapat terampil dalam bakat yang dimiliki.

2
1.2 Identifikasi Masalah
Setelah melakukan analisa dari hasil survei yang dilakukan penulis di
beberapa Sekolah Dasar sejenis adalah sebagai berikut:
a) Krida Nusantara menggunakan sistem pendidikan terpadu, tetapi ruangan
yang ada tidak mendukung anak menjadi insan yang mandiri, menguasai
ilmu dan teknologi serta peduli lingkungan yang sesuai dengan visi dan
misi sekolah tersebut.
b) Ruang yang ada tidak memenuhi kebutuhan Anak Sekolah Dasar baik
dalam pelajaran formal maupun softskills
c) Furniture yang digunakan tidak sesuai sesuai dengan standar ergonomi
anak Sekolah Dasar
d) Fasilitas-fasilitas penunjang yang ada tidak mendukung perkembangan
dan minat bakat anak SD.
e) Elemen pembentuk ruang tidak sesuai dengan standar dan tidak
meningkatkan kualitas belajar anak
f) Fasilitas yang ada tidak memperhatikan perkembangan psikologi anak

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana mendesain ruangan yang dapat mendukung visi dan misi
sekolah tersebut?
2. Bagaimana mendesain ruang belajar anak yang sesuai dengan kebutuhan
aktivitas yang dijalankan?
3. Bagaimana merancang furniture yang sesuai dengan standar keselamatan
dan kenyamanan anak Sekolah Dasar?
4. Bagaimana merancang ruangan khusus yang dapat mendukung
keterampilan, minat dan bakat siswa?
5. Bagaimana mendesain ruangan yang dapat meningkatkan kualitas belajar
anak?
6. Bagaimana mendesain ruangan yang sesuai dengan perkembangan
psikologi anak?

3
1.4 Batasan Perancangan
Batas perancangan yang dilakukan penulis hanya berpusat pada teritori
Sekolah Dasar saja tanpa penambahan pada kawasan Pendidikan lainnya.

Gambar 1.1 Site Plan


Sumber. Dokumentasi pribadi

a) Pada perancangan ini, bangunan yang akan menjadi fokus perancangan


adalah gedung Sekolah Dasar yang memiliki luasan 7051,06m²
b) Perancangan dilakukan dengan pendekatan Corporate Identity
c) Pengguna fasilitas adalah siswa, guru, staff, logistik, tamu.
d) Ruangan yang akan di rancang adalah sebagai berikut:
- Ruang Kelas - Ruang Pimpinan
- Ruang Guru - Toilet
- Perpustakaan - Ruang Makan
- Lobby

1.5 Tujuan Perancangan


Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menciptakan interior Sekolah
Dasar dengan menyediakan fasilitas yang aman serta menyenangkan bagi
penggunanya.
Yang menjadi sasaran dalam melakukan perancangan ini adalah untuk
meningkatkan minat belajar siswa.

4
1.6 Metode Perancangan
Sebelum melakukan perancangan penulis menentukan objek perancangan.
Dalam proses perancangan agar menghasilkan rancangan yang teratur dan
sistematis, maka penulis melakukan berbagai macam tindakan seperti:
Tahap Pengumpulan Data
Dalam tahap pengumpulan data terdapat terbagi atas data primer dan data
sekunder.
1) Data Primer
- Survei Lapangan
Kegiatan survey dan observasi dilakukan melalui pengamatan objek-objek
terkait dilokasi sekolah, aktivitas apa saja yang dilakukan. Dari kegiatan
survey ini, diperoleh data-data objek berupa kondisi eksisting, kebutuhan dan
fasilitas apa saja yang perlu diperhatikan. Serta melakukan studi banding
pengamatan untuk membandingakan objek atau kasus yang serupa yaitu :
Sekolah Krida Nusantara, Sekolah Victory Plus, dan Sequoia School.
- Diskusi atau wawancara
Kegiatan diskusi dilakukan untuk mendiskusikan berbagai pertanyaan dan
permasalahan yang muncul atas setiap temuan dari hasil studi di lapangan,
kegiatan studi ini di lakukan wawancara dengan Kepala Sekolah, guru, dan
siswa. Data-data hasil diskusi dituliskan dalam catatan yang nantinya akan
dijadikan sebagai bahan acuan data hasil studi lapangan.
- Dokumentasi
Data-data yang diperoleh berdasarkan dokumentasi objek yang ada berupa
foto-foto. Dari data ini kita mengetahui mengenai apa saja yang sudah ada di
sekolah tersebut, kondisi objek terupdate, dan permasalahan-permasalahan
yang timbul di sekolah.
2) Data Sekunder
- Studi Literatur
Cara ini digunakan sebagai referensi dalam mengetahui definisi, uraian,
dan kesimpulan mengenai ruang lingkup sekolah, untuk menunjang
tercapainya pemecahan masalah yang ada. Studi Literatur dapat diambil dari
buku-buku referensi, pendapat para ahli, dan media informasi lainnya.

5
1.7 Kerangka Berpikir

Latar Belakang
Isu dan Fenomena

Tujuan Perancangan
Masalah
Interior Sekolah belum mendukung visi dan misi sekolah tersebut
Ruangan tidak memenuhi kebutuhan pendidikan formal dan non formal Menciptakan interior Sekolah Dasar
Furniture tidak sesuai sesuai dengan standar ergonomi anak Sekolah dengan menyediakan fasilitas yang
Dasar
Fasilitas penunjang tidak mendukung psikologis dan minat bakat anak aman serta menyenangkan bagi
SD.
Elemen pembentuk ruang tidak sesuai dengan standar penggunanya.

Sasaran Perancangan

Untuk meningkatkan minat belajar siswa

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Data primer didapatkan dari Analisa Data Data pendukung yang


melakukan survey pada didapatkan dari buku, jurnal,
Sekolah Dasar website

Data Profil Proses Perancangan Layout


Karakter Ruang
Programming Ruang Sekolah Dasar Terpadu Krida Nusantara
Pengisi Ruang
Kebutuhan Ruang feedback Elemen Pembentuk
Aktivitas Ruang
Fasilitas Alternatif Desain Material
Analisa Interior Warna
Desain Final Pengkondisian
Ruan
Perancangan Interior SDT Krida Sistem Keamanan
Nusantara dengan pendekatan
Corporate Identity

Lembar Kerja
Perspektif
Maket
Materi Presentasi
Skema Bahan

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir


Sumber. Analisa Pribadi
6
1.8 Sistematika Penulisan
 BAB I : Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang permasalahan yang terdapat pada Sekolah
Dasar Terpadu Krida Nusantara, Ruang Lingkup yang dirancang, Tujuan
perancangan, Proses Pengumpulan Data dan Proses Perancangan.
 BAB II : Kajian Literatur dan Data Perancangan
Menjelaskan dasar pemikiran dari teori yang digunakan sebagai referensi
perancangan SDT Krida Nusantara. Menjelaskan tentang data yang
diperoleh, dan menganalisa data proyek tersebut. Diantaranya terdapat
deskripsi proyek, tinjauan site plan, aktivitas dan kebutuhan ruang,
problem statement, dan analisa konsep perancangan.
 BAB III : Konsep Perancangan Desain Interior
Menjelaskan tentang konsep perancangan meliputi tema secara umum,
penggayaan yang dipilih dan suasana yang diharapkan. Selain itu juga
menjelaskan organisasi ruang, layout, konsep ruang dan persyaratan ruang
secara umum.
 BAB IV : Konsep Perancangan Visual Denah Khusus
Menjelaskan tentang pemilihan denah khusus, konsep tata ruang,
persyaratan teknis terhadap ruangan tersebut dan penyelesaian dari cara
pengolahan elemen desain interior
 BAB V : Kesimpulan dan Saran
Merupakan bab trakhir dari penulis, yang akan menghasilkan kesimpulan
akhir dari Perancangan SDT Krida Nusantara yang telah dijelaskan pada
bab-bab sebelumnya dan disertai dengan saran-saran yang bermanfaat.

7
BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 Tinjauan Umum Sekolah Dasar

2.1.1. Definisi Sekolah Dasar

Definisi Sekolah Dasar menurut Kementrian Pendidikan Nasional, Sekolah Dasar


(disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia.
Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-13 tahun tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar dan melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu Sekolah Menengah
Pertama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sekolah Dasar adalah tempat
memperoleh pendidikan sebagai dasar pengetahuan untuk melanjutkan ke sekolah
yang lebih tinggi.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sekolah Dasar adalah Bangunan
atau Lembaga Pendidikan formal tingkat awal yang wajib diikuti selama 6 tahun
pada anak usia 7-12 tahun di Indonesia. Di Sekolah Dasar, menyediakan fasilitas
yang mendukung anak-anak untuk belajar secara formal dan melatih soft skill.

2.1.2 Tujuan Sekolah Dasar

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tujuan Sekolah Dasar adalah


sebagai berikut:

1. Mengarahkan dan membimbing siswa ke arah situasi yang berpotensi


positif, berjiwa besar, kritis,cerdas dan berakhlak mulia,
2. Memiliki rasa cinta tanah air, bangga dan mampu mengisi hal yang
bertujuan membangun diri sendiri bangsa dan negara,
3. Membawa siswa sekolah dasar mampu berprestasi ke jenjang selanjutnya.

8
Dari beberapa tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Sekolah Dasar
adalah sarana yang menyediakan kebutuhan anak dalam proses pengembangan
diri agar mampu bersaing di masa yang akan datang.

2.1.3 Kurikulum dan Penerapan

Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter.
Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementria
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri
merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan
pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif
dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap
disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum 2006.
Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Aspek pengetahuan pada kurikulum 2013 masih serupa dengan aspek di
kurikulum yang sebelumnya, yakni masih menekankan pada tingkat
pemahaman siswa dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa
diperoleh juga dari Ulangan Harian, Ujian Tengah Semester, dan Ujian
Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013, pengetahuan bukanlah aspek utama
seperti pada kurikulum sebelumnya.
2. Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di
Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau
kemampuan. Misalnya kemampuan untuk mengemukakan pendapat,
berdiskusi, membuat laporan, serta melakukan presentasi. Aspek keterampilan
merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan
pengetahuan, maka siswa tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang
dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata.

9
3. Aspek
Aspek sikap merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap
meliputi sopan santun, adab dalam belajar, sosialisasi, absensi, dan agama.

2.1.4 Fasilitas Sekolah Dasar

a. Fasilitas
Fasilitas yang harus dipenuhi oleh Sekolah Dasar berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana
Sekolah/Madrasah Umum adalah sebagai berikut:
1. Sekolah harus memiliki fasilitas yang lengkap, sehat, dan aman baik untuk
seluruh pengguna.
2. Lokasi sekolah harus terhindar dari pencemaran air, kebisingan,
pencemaran udara, dan potensi bahaya yang mengancam kesehatan, dan
keselamatan jiwa.
3. Bangunan gedung memiliki fasilitas yang cukup untuk ventilasi, sanitasi,
dan material yang aman dan tidak menimbulkan efek negatif kepada
lingkungan.
4. Sekolah Dasar harus memiliki fasilitas ruang utama seperti Ruang Kelas,
Perpustakaan, Laboratorium IPA, Ruang Pimpinan, Ruang Guru, WC.
5. Selain fasilitas ruang utama, Sekolah juga harus menyediakan fasilitas
ruang pendukung, seperti Ruang Makan, Ruang Kelas Ekstrakurikuler,
Tempat Ibadah, Unit Kesehatan, Ruang Sirkulasi, Tempat
Bermain/Olahraga, dan Gudang.
Ketentuan mengenai prasarana tersebut beserta sarana yang ada didalamnya
diatur dalam standar sebagai berikut:
1. Ruang Kelas
- Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta didik
- Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
- Rasio minimum ruang kelas adalah 2m²/peserta didik. Luas minimum ruang
kelas adalah 30m². Lebar minimum ruang kelas adalah 5m²

10
- Memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk
membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan. Jika
jendela berada pada satu sisi, maksimal tinggi ruangan adalah 2.7m²
- Memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera
keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik ketika tidak
digunakan.
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Kursi peserta didik 1 buah/peseta didik Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Ukuran sesuai dengan kelompok
peserta didik dan mendukung
pembentukan postur tubuh yang baik.
Desain dudukan dan sandaran
membuat peserta didik nyaman
belajar. Ukuran yang digunakan kelas
1-3:38x38x35cm, kelas 4-6:
42x42x40cm (menurut antropometri
anak).
1.2 Meja peserta didik 1 buah/peserta didik Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Ukuran sesuai dengan kelompok
peserta didik dan mendukung
pembentukan postur tubuh yang baik.
Desain memungkinkan kaki peserta
didik masuk dengan leluasa ke bawah
meja. Ukuran yang digunakan kelas
1-3:60x50x66cm, kelas 4-6:
60x50x72cm (menurut antropometri
anak).
1.3 Kursi Guru 1 buah/guru Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan. Ukuran memadai untuk
duduk dengan nyaman. Ukuran yang
digunakan 45x50x40cm (menurut
antropometri manusia).
1.4 Meja Guru 1 buah/guru Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan. Ukuran memadai untuk
bekerja dengan nyaman. Ukuran yang
digunakan 110x60x75cm (menurut
antropometri manusia).
1.5 Lemari 1buah/ruang Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
memadai untuk menyimpan
perlengkapan yang diperlukan kelas.
Tertutup dan dapat dikunci
1.6 Rak hasil karya 1buah/ruang Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
peserta didik memadai untuk meletakkan hasil
karya seluruh peserta didik di kelas.
Dapat berupa rak terbuka atau lemari

11
1.7 Papan tulis 1buah/ruang Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
minimum 60cmx120cm. Jarak antara
papan tulis dengan area belajar siswa
tidak lebih dari 9meter.
2 Perlengkapan lain
Tempat sampah 1buah/ruang
Tempat cuci tangan 1buah/ruang
Jam dinding 1buah/ruang
Tabel 2.1 Sarana prasarana ruang kelas
Sumber. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

2. Ruang Guru
- Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta
menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
- Rasio minimum luas ruangan guru 4m²/pendidik dan luas minimum 32m².
- Mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah,
serta dekat dengan ruang pimpinan
- Ruang guru dilengkapi dengan sarana sebagaimana tercantum dalam Tabel
dibawah ini.
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Kursi Kerja 1buah/guru Kuat, stabil, aman. Ukuran memadai untuk
duduk dengan nyaman. Ukuran yang
digunakan 45x50x40cm (menurut antropometri
manusia).
1.2 Meja Kerja 1buah/guru Kuat, stabil, dan aman. Model meja setengah
biro. Ukuran memadai untuk menulis,
membaca, memeriksa pekerjaan, dan
memberikan konsultasi. Ukuran yang
digunakan 110x60x75cm (menurut
antropometri manusia).
1.3 Lemari 1buah/guru Kuat, stabil, dan aman. Ukuran memadai untuk
menyimpan perlengkapan guru untuk persiapan
dan pelaksanaan pembelajaran. Tertutup dan
dapat dikunci.
1.4 Papan Statistik 1buah/sekolah Berupa papan tulis berukuran minimum 1m²
1.5 Papan 1buah/sekolah Berupa papan tulis berukuran minimum 1m²
pengumuman
2 Perlengkapan Lain
2.1 Tempat sampah 1buah/ruang
2.2 Tempat cuci 1buah/ruang
tangan
2.3 Jam dinding 1buah/ruang
2.4 Penanda waktu 1buah/sekolah
Tabel 2.2 Sarana prasarana ruang guru
Sumber. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

12
3. Ruang Pimpinan
- Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan
pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua
murid, unsur komite sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.
- Luas minimum ruang pimpinan 12m² dan lebar minimum 3m.
- Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat dikunci
dengan baik
- Ruang pimpinan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum dalam tabel
dibawah ini:
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Kursi Pimpinan 1buah/ruang Kuat, stabil, dan aman. Ukuran memadai
untuk duduk dengan nyaman.
1.2 Meja Pimpinan 1buah/ruang Kuat, stabil, dan aman. Ukuran memadai
untuk bekerja dengan nyaman.
1.3 Kursi dan meja 1set/ruang Kuat, stabil, dan aman. Ukuran memadai
tamu untuk 5orang duduk dengan nyaman.
1.4 Lemari 1buah/ruang Kuat, stabil, aman. Ukuran memadai untuk
menyimpan perlengkapan pimpinan sekolah.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.5 Papan statistik 1buah/ruang Berupa papan tulis berukuran minimum 1m².
2 Perlengkapan lain
2.1 Simbol 1set/ruang Terdiri dari bendera merah putih. Garuda
kenegaraan Pancasila, Gambar Presiden RI, dan Gambar
Wakil Presiden RI.
2.2 Tempat Sampah 1buah/ruang
2.3 Mesin 1set/ruang
ketik/computer
2.4 Filing Kabinet 1buah/sekolah
2.5 Brankas 1buah/ruang
2.6 Jam dinding 1buah/ruang
Tabel 2.3 Sarana prasarana ruang pimpinan
Sumber. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

13
4. Perpustakaan
- Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan
guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan
membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas
mengelola perpustakaan
- Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas suatu ruang kelas.
Lebar minimum ruang perpustakaan adalah 5m.
- Dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk
membaca buku
- Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.
- Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum dalam tabel
dibawah ini:
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Buku
1.1 Buku teks 1 eksemplar/ Termasuk dalam daftar buku teks
pelajaran pelajaran peserta pelajaran yang ditetapkan oleh
didik ditambah 2 Mendiknas dan daftar buku teks muatan
eksemplar mata local yang diterapkan oleh Gubernur atau
pelajaran/sekolah Walikota
1.2 Buku panduan 1 eksemplar/ mata
pendidik pelajaran/ guru
mata pelajaran
bersangkutan,
ditambah 1
eksemplar/ mata
pelajaran/ sekolah
1.3 Buku 840 judul/sekolah Terdiri dari 60% non-fiksi dan 40% fiksi.
Pengayaan Banyak eksemplar/sekolah minimum:
1000 untuk 6 rombongan belajar
1500 untuk 7-12 rombongan belajar
2000 untuk 13-24 rombongan belajar
1.4 Buku referensi 10 judul/sekolah Sekurang-kurangnya meliputi Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kamus Bahasa
Inggris, ensiklopedi, buku statistik
daerah, buku telepon, kitab undang-
undang dan peraturan, dan kitab suci.
1.5 Sumber 10 judul/sekolah Sekurang-kurangnya meliputi majalah,
belajar lain surat kabar, globe, peta, gambar
pahlawan nasional, CD pembelajaran,
dan alat peraga matematika.
2 Perabot
2.1 Rak buku 1set/sekolah Kuat, stabil, dan aman. Dapat
menampung seluruh koleksi dengan baik.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi buku dengan mudah.

14
2.2 Rak majalah 1buah/sekolah Kuat, stabil, aman. Dapat menampung
seluruh koleksi majalah. Memungkinkan
peserta didik menjangkau koleksi
majalah dengan mudah.
2.3 Rak surat 1buah/sekolah Kuat, stabil, aman. Dapat menampung
kabar seluruh koleksi surat kabar.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi surat kabar dengan
mudah.
2.4 Meja baca 10buah/sekolah Kuat, stabil, aman. Mudah dipindahkan
oleh peserta didik. Desain
memungkinkan kaki peserta didik masuk
dengan leluasa ke bawah meja.
2.5 Kursi baca 10buah/sekolah Kuat, stabil, aman. Dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik. Desain
memungkinkan kaki peserta didik masuk
dengan leluasa ke bawah meja.
2.6 Kursi kerja 1buah/petugas Kuat, stabil, aman. Ukuran memadai
untuk bekerja dengan nyaman.
2.7 Meja kerja/ 1buah/petugas Kuat, stabil, dan aman. Ukuran yang
sirkulasi memadai untuk bekerja dengan nyaman.
2.8 Lemari 1buah/sekolah Cukup untuk menyimpan kartu –kartu
katalog katalog. Lemari katalog dapat diganti
dengan meja untuk menempatkan
katalog.
2.9 Lemari 1buah/sekolah Kuat, stabil, aman. Ukuran memadai
untuk menampung seluruh peralatan
untuk pengelolaan perpustakaan. Dapat
dikunci.
2.10 Papan 1buah/sekolah Ukuran minimum 1m².
pengumuman
2.11 Meja 1buah/sekolah Kuat, stabil, aman. Ukuran memadai
multimedia untuk menampung seluruh peralatan
multimedia.
3 Media pendidikan
3.1 Peralatan 1set/sekolah Sekurang-kurangnya terdiri dari 1set
multimedia computer (CPU, monitor minimum 15”,
printer), TV, radio, dan pemutar
VCD/DVD
4 Perlengkapan lain
4.1 Buku 1buah/sekolah
inventaris
4.2 Tempat 1buah/ruang
sampah
4.3 Jam dinding 1buah/ruang
Tabel 2.4 Sarana prasarana perpustakaan
Sumber. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

15
5. Laboratorium IPA
- Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.
- Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu mendukung kegiatan
dalam bentuk percobaan
- Setiap SD/MI dilengkapi sarana laboratorium IPA seperti tercantum dalam
tabel berikut
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Lemari 1buah/sekolah Kuat, stabil, aman. Ukuran memadai
untuk menyimpan seluruh alat peraga.
Tertutup dan dapat terkunci. Dapat
memanfaatkan lemari yang terdapat di
ruang kelas.
2 Peralatan
Pendidikan
2.1 Model 1 buah/sekolah Tinggi minimum 125 cm. Mudah
Kerangka dibawa.
Manusia
2.2 Model Tubuh 1 buah/sekolah Tinggi minimum 125 cm. Dapat diamati
Manusia dengan mudah oleh seluruh peserta
didik. Dapat dibongkar pasang. Mudah
dibawa.
2.3 Globe 1 buah/sekolah Diameter minimum 40cm. Memiliki
penyangga dan dapat diputar. Dapat
memanfaatkan globe yang ada di
perpustakaan.
2.4 Model Tata 1 buah/sekolah Dapat mendemonstrasikan terjadinya
Surya fenomena gerhana.
2.5 Kaca Pembesar 6 buah/sekolah
2.6 Cermin Datar 6 buah/sekolah
2.7 Cermin Cekung 6 buah/sekolah
2.8 Cermin 6 buah/sekolah
Cembung
2.9 Lensa Datar 6 buah/sekolah
2.10 Lensa Cekung 6 buah/sekolah
2.11 Lensa Cembung 6 buah/sekolah
2.12 Magnet Batang 6 buah/sekolah Dapat mendemonstrasikan gaya magnet.
2.13 Poster IPA, 1 set/sekolah Jelas terbaca dan berwarna,
terdiri dari: Ukuran minimum A1.
a) Metamorfosis
b) Hewan
langka
c) Hewan

16
dilindungi
d) Tanaman
khas
Indonesia
e) Contoh
ekosistem
f) Sistem-
sistem
pernapasan
hewan
Tabel 2.5 Sarana prasarana Laboratorium IPA
Sumber. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Laboratorium perlu mendapat perhatian, karena fungsi laboratorium di


sekolah-sekolah umumnya digunakan untuk berbagai kegiatan percobaan dalam
konteks proses belajar mengajar. Jumlah siswa yang melebihi kapasiitas ruangan
laboratorium dalam satu kali percobaan akan mengganggu kenyamanan dan
jalannya percobaan atau aktivitas lainnya. Sebuah laboratorium dengan ukuran
lantai seluas 100 m² dapat digunakan oleh sekitar 40 orang siswa, dengan rasio
setiap siswa menggunakan tempat seluas 2,5 m² dari keseluruhan luas
laboratorium.

Jenis Laboratorium
Kadang-kadang atas pertimbangan efisiensi, suatu ruangan laboratorium
difungsikan sekaligus sebagai ruangan kelas untuk proses belajar mengajar IPA .
Laboratorium jenis ini dikenal sebagai Science classroom-laboratory. Kelebihan
jenis laboratorium ini bersifat multi guna. Contoh tata letak laboratorium jenis ini
dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Tata letak Science Classroom-laboratory


Sumber. http://pj-fisika.blogspot.co.id/2012/11/pengelolaan-laboratorium.html

17
Tata Letak Laboratorium
Pembangunan suatu laboratorium tidak dipercayakan begitu saja kepada
seorang arsitektur bangunan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum
membangun laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain lokasi bangunan
laboratorium dan ukuran-ukuran ruang.
Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain tidak terletak
pada arah angin yang menuju bangunan lain atau pemukiman. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan
laboratorium tidak berdekatan atau dibangun pada lokasi sumber air. Bangunan
laboratorium jangan terlalu dekat dengan bangunan lainnya. Lokasi laboratorium
harus mudah dijangkau untuk pengontrolan dan memudahkan tindakan lainnya
misalnya apabila terjadi kebakaran, mobil kebakaran harus dapat menjangkau
bangunan laboratorium.
Selain persyaratan lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan.
Ruangan laboratorium untuk pembelajaran sains umumnya terdiri dari ruang
utama dan ruang-ruang pelengkap. Ruang utama adalah ruangan tempat para
siswa melakukan praktikum. Ruang pelengkap umumnya terdiri dari ruang
persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan
alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipakai praktikum atau percobaan baik untuk
siswa maupun untuk guru. Ruang penyimpanan atau gudang terutama digunakan
untuk menyimpan bahan-bahan persediaan (termasuk bahan kimia) dan alat-alat
yang penggunaannya tidak setiap saat (jarang). Selain ruangan-ruangan tersebut,
mungkin juga sebuah laboratorium memiliki ruang gelap (dark room), ruangan
spesimen, ruangan khusus untuk penyimpanan bahan-bahan kimia dan ruang
adminitrasi / staf . Hal ini didasarkan atas pertimbangan keamanan berbagai
peralatan laboratorium dan kenyamanan para pengguna laboratorium.
Ukuran ruang utama lebih besar dari pada ukuran ruang persiapan dan
ruang penyimpanan. Contoh apabila luas lantai untuk sebuah bangunan
laboratorium 100 m2, 70 – 80 m2 diguanakan untuk ruang utama tempat
praktikum. Ruang penyimpanan harus dapat ditempati lemari yang akan
digunakan untuk menyimpan alat-alat atau bahan. Demikian juga ruang persiapan,
harus dapat ditempati meja dan alat-alat untuk keperluan penyiapan bahan-bahan

18
atau alat-alat untuk percobaan. Contoh tata letak ruangan-ruangan laboratorium
beserta ukurannya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Tata letak ruang laboratorium


Sumber. http://pj-fisika.blogspot.co.id/2012/11/pengelolaan-laboratorium.html

a. Ruang praktikum
Ruang praktikum merupakan bagian utama dari sebuah laboratorium fisika
sekolah. Ruang praktikum adalah ruang tempat berlangsungnya proses
pembelajaran fisika di laboratorium. Proses pembelajaran fisika di dalam ruang
praktikum dapat berupa peragaan atau demonstrasi, praktikum perorangan atau
kelompok, dan penelitian. Proses pembelajaran di ruang praktikum harus lebih
luas dari pada proses pembelajaran klasikal di dalam kelas biasa, oleh karena itu
luas ruang praktikum harus dapat memberikan keleluasaan bergerak kepada siswa
dan guru selama melakukan proses pembelajaran. Luas ruang praktikum ini tentu
harus memperhitungkan jumlah siswa dan guru yang akan melaksanakan proses
pembelajaran fisika di dalamnya. Luas ruang praktikum biasanya antara satu
setengah sampai dua kali luas ruang kelas. Agar kegiatan proses pembelajaran di
dalam ruang praktikum dapat berjalan dengan baik, maka ruang praktikum
hendaknya memiliki fasilitasfasilitas utama sebagai berikut :
 Instalasi listrik (untuk percobaan, demonstrasi, penerangan dan lain-lain),
instalasi air dengan bak cucinya, instalasi gas, dan instalasi limbah.

19
 Fasilitas meubeler berupa meja dan kursi praktikan untuk siswa, kursi dan meja
demonstrasi untuk guru, loker penitipan tas buku siswa, dan lemari penyimpanan
alat-alat praktikum.

 Papan tulis, dan mungkin layar untuk OHP dan LCD.


Untuk menjaga kenyamanan dan keselamatan kerja di dalamnya, sebaiknya ruang
praktikum memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
 Ventalasi udara yang cukup, dapat berupa jendela, langit-langit yang tidak
tertutup rapat, atau mungkin kipas angin (exhous-van).

 Pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda dengan daun pintu terbuka ke luar.

 Pintu yang berhubungan langsung dengan ruang persiapan dan ruang guru serta
dapat teramati dari.kedua ruangan itu.

 Kotak P3K.

 Fasilitas pemadam kebakaran.

b. Ruang guru
Ruang guru di laboratorium adalah tempat kerja bagi penanggung jawab
laboratorium dan guru yang melaksanakan proses pembelajaran di laboratorium.
 Ruang guru terdapat di dalam laboratorium, dengan satu pintu masuk dan
keluar yang sama melalui ruang praktikum.
 Ruang guru dan ruang praktikum sebaiknya disekat dengan dinding berkaca
bening sehingga dari dalam ruang ini guru dapat mengawasi kegiatan yang terjadi
di dalam ruang praktikum.

 Ruang guru memiliki instalasi listrik dan ventilasi udara yang baik.

 Memiliki fasilitas mebeler seperti :


- Kursi dan meja tulis untuk satu orang guru atau lebih.
- Lemari atau rak buku.
- Lemari untuk keperluan administrasi.

20
- Loker atau rak untuk menyimpan pekerjaan tulis siswa yang akan diperiksa
oleh guru. Dalam ruang ini dapat dilaksanakan pekerjaan administrasi
laboratorium seperti :
- Inventarisasi alat-alat laboratorium
- Administrasi penggunaan alat-alat laboratorium.
- Administrasi peminjaman alat-alat laboratorium.
- Pengelolaan kegiatan laboratorium.
-

c. Ruang persiapan
Ruang persiapan adalah ruang yang disediakan untuk melakukan perawatan
dan persiapan alat-alat laboratorium.
 Bila sekolah atau laboratorium memiliki petugas laboran, ruang persiapan
juga dapat digunakan sebagai ruang kerja laboran dalam melayani kegiatan
laboratorium kepada guru dan siswa.
 Ruang persiapan terdapat di dalam laboratorium, diantara ruang praktikum
dan ruang ruang penyimpanan atau gudang.

 Ruang persiapan dan ruang praktikum sebaiknya disekat dengan dinding


berkaca bening atau ram kawat, sehingga dari dalam ruang ini guru atau
laboran dapat melihat kegiatan yang terjadi di dalam ruang praktikum.
 Ruang persiapan memiliki instalasi listrik dan ventilasi udara yang baik.

 Memiliki fasilitas mebeler seperti :


- Kursi dan meja kerja untuk melakukan perawatan dan persiapan alat-
alat laboratorium.
- Lemari atau rak alat-alat.

d. Ruang penyimpanan.
Ruang penyimpanan di laboratorium dapat juga disebut sebagai gudang
laboratorium, adalah ruang yang disediakan khusus untuk menyimpan alat-alat
yang sedang tidak digunakan. Ruang penyimpanan terdapat di dalam laboratorium
di sebelah dalam ruang persiapan.

21
 Demi keamanan dan kemudahan penyimpanan dan pengambilan alat-alat, ruang
penyimpanan atau gudang biasanya hanya memiliki satu pintu masuk dan keluar
melalui ruang persiapan.

 Ruang penyimpanan atau gudang harus memiliki instalasi listrik dan ventilasi
udara yang baik.

B. Fasilitas Laboratorium
Laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk
memudahkan pemakai laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas
tersebut ada yang berupa fasilitas umum (utilities) dan fasilitas khusus. Fasilitas
umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai
laboratorium contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik,
gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja
siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan,
dan ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dll.
Penerangan
Ruang laboratorium harus memiliki pengatur penerangan yang dapat
diubah-ubah sesuai kebutuhan. Sumber cahaya dapat berasal dari cahaya matahari
atau dari listrik.
Ventilasi
Laboratorium IPA membutuhkan ventilasi yang baik, lebih-lebih untuk
laboratorium Fisika yang sering menggunakan bahan-bahan mudah menguap.
Kadang-kadang ventilasi tidak dapat dicukup dari jendela, sehingga dibutuhkan
alat perotasi udara seperti kipas penyedot (ceiling fans). Adanya kipas penyedot
ini dapat membantu pergantian udara menjadi lebih baik.
Air
Air merupakan fasilitas yang penting dalam laboratorium IPA, terutama
untuk laboratorium Fisika. Pasokan air ke dalam laboratorium tersebut harus
cukup. Selain jumlah pasokan, kualitasnya juga harus baik, kualitas air yang
kurang baik dapat mempercepat kerusakan alat-alat terutama alat-alat yang terbuat
dari logam. Aliran air yang masuk ke dalam laboratorium harus lancar. Demikian

22
juga aliran air yang ke luar laboratorium. Air yang masuk dan ke luar
laboratorium biasanya lewat pipa-pipa. Harus diperhatikan pembuangan air sisa
cucian yang mengandung bahan-bahan yang dapat merusakkan pipa-pipa tersebut.
Beberapa kebutuhan instalasi air yang harus diperhatikan, yaitu:
 Kebutuhan instalasi air di laboratorium adalah untuk keperluan proses
pembelajaran yaitu eksperimen dan demonstrasi, merawat dan memelihara alat-
alat laboratorium yang dapat dibersihkan dengan air, memelihara kebersihan
laboratorium, dan untuk mencuci tangan.
 Bak Cuci dapat dipasang di bagian ruangan yang memerlukan, namun hendaknya
jauh dari lemari alat-alat yang tidak tahan terhadap kelembaban dan dari stop
kontak listrik. Biasanya bak cuci di pasang di ruang guru, di bagian pinggir ruang
praktikum, di dekat meja demonstrasi, dan dapat juga di dekat meja praktikum.
Bak cuci sebaiknya tidak usah dipasang di ruang persiapan dan di gudang.
Mebeler
Yang dimaksud dengan fasilitas mebeler adalah peralatan mebel seperti
meja, kursi, lemari, rak dan sebagainya. Pada prinsipnya semua mebeler adalah
sama, namun karena fungsi dan tujuan pemakaiannya, maka mebeler laboratorium
biasanya memiliki bentuk, ukuran, dan jenis bahan tertentu yang dapat berbeda
dengan mebeler lainnya. Sesuai dengan tujuan pemakaian dan fungsinya, fasilitas
mebeler laboratorium dapat terdiri dari bermacam-macam meja, kursi, lemari, rak
dan loker, seperti yang akan dikemukakan berikut ini :

a. Meja
Macam-macam meja di laboratorium adalah meja praktikum, meja demonstrasi,
meja persiapan dan meja tulis.
Meja praktikum
- Untuk siswa melakukan praktikum atau kegiatan pembelajaran di
laboratorium.
- Satu meja untuktuk satu percobaan dan satu percobaan dapat dilakukan oleh
dua sampai 4 orang siswa. Ukuran meja praktikum kira-kira dua kali meja
belajar di kelas dengan atau misalnya tinggi 75 cm, lebar 70 cm dan panjang
120 cm.
- Dilengkapi dengan instalasi listrik.

23
Sebaiknya satu meja dipasang terpisah (jangan berimpit) dengan meja yang
lainnya.

Meja demonstrasi
- Untuk guru melakukan demonstrasi atau kegiatan pembelajaran di
laboratorium.
- Dipasang di bagian depan ruang praktikum di depan papan tulis.
- Ukuran panjangnya kira-kira dua kali meja praktikum dengan lebar dan
tinggi yang sama atau bisa juga tinggi 75 cm, lebar 80 cm dan panjang 200
cm.
- Dilengkapi dengan instalasi listrik berupa stop kontak.
- Di samping meja demonstrasi dapat dipasang bak cuci.
Meja persiapan
- Untuk guru dan atau laboran untuk mempersiapkan alat-alat yang akan
digunakan untuk proses pembelajaran.
- Dipasang di ruang persiapan.
- Ukurannya kira-kira sama dengan meja demonstrasi.
- Dilengkapi dengan instalasi listrik berupa stop kontak.
Meja tulis
- Untuk guru.
- Di pasang di ruang guru di laboratorium.
- Ukurannya sama dengan ukuran meja tulis pada umumnya, lengkap dengan
laci-lacinya

b. Kursi
Kursi di laboratorium dibedakan atas kursi biasa untuk guru dan kursi praktikum
untuk siswa melakukan percobaan atau mengikuti pembelajaran di laboratorium.
- Kursi praktikum biasanya dibuat tanpa sandaran punggung dan tangan.
- Kursi praktikum umumnya dibuat dari rangka besi tingginya sekita 50 cm
dan tempat duduknya terbuat dari kayu berbentuk dengan diameter sekitar
25 cm.

24
- Agar tidak cepat merusak lantai dan tidak menimbulkan suara berisik ketika
digeser, bagian bawak (telapak) kaki kursi sebaiknya dilapisi plastik, kayu
atau karet.

c. Lemari
Lemari di laboratorium terutama dapat dibedakan atas lemari alat, lemari buku,
dan lemari administrasi.
Lemari alat
- Dibuat dan disediakan khusus untuk menyimpan alat-alat laboratorium.
- Lemari alat di laboratorioum dibedakan atas lemari tinggi yang disimpan di
ruang penyimpanan, dan lemari pendek yang terdapat di bagian pinggir
ruang praktikum.
- Lemari pendek yang terdapat di bagian pinggir ruang praktikum, juga dapat
digunakan sebagai meja praktikum, misalnya untuk percobaan yang
menggunakan instalasi gas.
- Semua lemari laboratorium, terutama lemari alat-alat harus terbuat dari
bahan yang kuat untuk menahan beban yang cukup berat, sebaiknya tidak
dari partikel blok atau tripleks dan multiplek yang terlalu tipis.
- Agar tidak menyita tempat yang lebar, pintu lemari alat-alat biasanya berupa
pintu geser.
- Bagian depan lemari alat di ruang penyimpanan sebaiknya terbuat dari kaca,
agar mudah dilihat alat apa yang terdapat di dalamnya.
- Pintu lemari alat-alat harus dilengkapi dengan kunci yang menjamin
keamaan alat-alat di dalamnya.
- Alas tahapan lemari alat sebaiknya dapat dibongkar-pasang untuk
memudahkan penyimpanan alat-alat yang lebih tinggi dari tinggi tahap yang
tersedia.

d. Loker
Loker siswa adalah lemari yang disediakan di laboratorium khusus untuk
menyimpan buku dan tas siswa di dalam laboratorium.

- Loker ditempatkan dibagian pinggir depan atau belakang ruang praktikum.

25
- Loker di laboratorium biasanya dibuat hanya berupa kotak-kota dari sekat-
sekat dan tahap-tahap tanpa pintu.

- Loker dapat dibuat dari bahan kayu dengan ukuran yang ideal untuk siswa.

- Sebaiknya disediakan satu kotak untuk tiap satu siswa.

6. Jamban
- Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau buang air kecil.
- Minimum terdapat 1unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit
jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita. Dan 1 unit jamban untuk
guru. Jumlah minimum jamban setiap sekolah 3 unit.
- Luas minimum 1 unit jamban 2m².
- Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan
- Tersedia air bersih setiap unit jamban
- Jamban dilengkapi sarana sebagaimana tercantum dalam tabel berikut
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perlengkapan lain
1.1 Kloset 1buah/ruang Saluran berbentuk leher angsa.
jongkok
1.2 Tempat air 1buah/ruang Volume minimum 200 liter berisi air
bersih.
1.3 Gayung 1buah/ruang
1.4 Gantungan 1buah/ruang
pakaian
1.5 Tempat 1buah/ruang
sampah
Tabel 2.6 Sarana prasarana jamban
Sumber. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

b. Ergonomi dan Antropometri Anak


Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (Hukum
Alam). Ergonomi dapat diartikan studi mengenai aspek-aspek manusia dalam
lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008). Menurut Suma’mur
1987 Ergonomi adalah suatu ilmu serta penerapannya yang menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap manusia atau sebaliknya tujuan tercapainya

26
produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia
yang seoptimalnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pusat dari ergonomi adalah
manusia. Ergonomi digunakan sebagai usaha untuk mencegah cidera,
meningkatkan prouktivitas, efisiensi dan kenyamanan pada manusia yang
disesuaikan dengan lingkungan kerja, dan aktivitas yang dilakukan.
Antropometri
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang artinya manusia dan “metri”
yang berarti ukuran. Antropometri dapat diartikan sebagai suatu studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Menurut Stevenson (1989)
antropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik ukuran, bentuk, dan kekuatan fisik manusia serta penerapan dari data
tersebut untuk penanganan masalah desain.Antropometri berlaku bagi semua
kalangan dari bayi hingga dewasa. Untuk antropometri anak-anak fungsi dan
kenyamanan dari fasilitas untuk anak adalah hubungan antara desain dengan
struktur fisik anak. Berdasarkan penelitian, dimensi tubuh anak laki-laki dan
perempuan memiliki ukuran yang berbeda. Berikut adalah dimensi tubuh anak
laki-laki dan perempuan usia 6 sampai 11 tahun.
Usia 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun
L P L P L P L P L P L P
Keterangan
Tinggi badan 128 126 134 132 139 139 145 147 151 153 157 159
Tinggi sikap duduk 69.5 68.8 71.7 71.3 74.1 73.3 76.6 76.4 78.5 79.1 80.6 83.4
tegak
Rentang siku ke 28.8 28.1 30.2 29.5 31.6 31.6 34.7 34.2 34.4 34.4 37.3 37.4
siku
Rentang panggul 23.5 23.7 24.5 25.7 26.3 26.9 28.8 29.2 28.9 31.2 30.6 33.8
Tinggi bersih paha 11 11.5 11.7 12.2 12.6 12.9 13.9 13.8 13.7 14.3 14.7 14.9
Tinggi lutut 39.7 39.7 42.2 41.6 43,8 44.3 46.7 47.3 48.6 49.3 50.9 51.2
Tinggi lipatan 32.6 32.1 34.6 34 35.8 35.8 38 38.4 39.7 39.8 41.3 41.7
dalam lutut
Jarak pantat-lipatan 37.4 38.6 38.9 40.3 42.2 43.1 45 45.2 46.5 47.7 48.3 50.5
dalam lutut
Jarak pantat-lutut 41.6 41.9 44.6 44.4 46.5 47.6 49.5 50.5 51 52.7 53.7 55.9
Tabel 2.7 Antropometri anak usia 6-11tahun
Sumber. Human Dimension

27
Berikut merupakan formasi penataan tempat duduk di kelas:

1 Formasi Tradisonal Formasi yang sering ditemui di


sekolah-sekolah. Siswa duduk
secara berpasangan dan guru
berada di depan
kelas.Memungkinkan untuk sistem
pembelajaran dengan membagikan
kelompok menggunakan nomor
genap dan ganjil.
2 Formasi auditorium dapat menjadi
alternative untuk menghindari
kebosanan dari formasi tradisional.
Formasi ini biasanya digunakan
untuk sistem pembelajaran dengan
metode ceramah dan disertai
Formasi Auditorium
Tanya jawab yang bersifat
interaktif. Formasi ini sering
digunakan pada auditorium.

3. Formasi Chevron Formasi ini dapat mengurangi


jarak antar siswa ataupun siswa
dengan guru sehingga siswa dan
guru mempunyai pandangan yang
lebih baik terhadap lingkungan
kelas. Formasi ini sering
digunakan pada laboratorium
bahasa.
4 Formasi Huruf U Formasi U dapat meningkatkan
keaktifan dan antusias siswa dalam
belajar. Disini, guru menjadi orang
paling aktif dengan bergerak
dinamis ke segala arah dengan

28
mudah dan langsung berhadapan
dengan siswa-siswanya.

5 Formasi Konferensi Formasi ini biasanya digunakan


dalam metode debat. Guru
melontarkan suatu topik kemudian
membiarkan siswanya
mengemukakan pendapat mereka
masing-masing. Biasanya
digunakan pada ruang
laboratorium.
Tabel 2.8 Formasi Tempat Duduk
Sumber. Metode Edutainment

Kelebihan dari penataan tempat duduk yang efektif adalah sebagai berikut:
a. Aksesibilitas: Siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia
b. Mobilitas: Siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain
dalam kelas
c. Interaksi: Memudahkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa maupun
antar siswa
d. Variasi kerja siswa: Memungkinkan siswa bekerjasama secara perorangan,
berpasangan, atau kelompok.

2.2. Teori Konsep


1. Penerapan Warna
Aspek warna mempunyai peran yang penting dalam desain interior seperti
dikatakan oleh Pile (1995). Selanjutnya dikatakan bahwa keberhasilan sebuah
interior antara lain ditentukan oleh bagaimana memasukkan unsur warna yang
dapat menciptakan kesan kuat dan menyenangkan. Para psikolog juga telah
melakukan beberapa eksperimen yang dapat dibuktikan bahwa penggunaan warna

29
yang tepat pada sekolah dapat meningkatkan proses belajar mengajar untuk siswa
maupun gurunya.
Anak-anak memiliki warna yang disukai dan tidak disukai yang dapat
membantu membentuk karakter dan perkembangan anak. Menurut para ahli
psikologi, warna merah, kuning, hijau dan biru merupakan empat warna utama
meskipun belum dipastikan dari sudut pandang sains. Pada umumnya, warna
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kepribadian. Berikut adalah pengaruh
dari setiap warna yang ada berdasarkan sudut pandang psikolog.

Gambar 2.3 Skema warna


Sumber. architectaria.com

Menurut Frank H. Mahnke dalam bukunya yang berjudul “Color,


Environment and Human Response” membedakan penggunaan warna
berdasarkan usia anak dan penempatan dalam bidang pendidikan yaitu sebagai
berikut:
- Pra-sekolah dan Sekolah Dasar menggunakan warna hangat dan cerah.
- Sekolah menengah warna dingin lebih baik digunakan untuk meningkatkan
konsentrasi.
- Perpustakaan menggunakan warha hijau muda atau warna lebih lembut untuk
memberikan konsentrasi dan ketenangan.

Berikut beberapa pilihan warna untuk ruang kelas:

Warna Makna
Kuning Bagus untuk merangsang optimism, kecerdasan, kreativitas,
harapan, dan keseimbangan. Cocok untuk ruang belajar dan
ruang kelas.

30
Oranye Warna yang mampu memunculkan kesan semangat,
mendorong seseorang untuk lebih atraktif, dan
berkonsentrasi. Pas untuk memunculkan suasana belajar
yang penuh semangat dan meningkatkan kreativitas anak
saat belajar di ruang kelas.
Biru Memberikan efek menenangkan dan perasaan nyaman.
Dapat menenangkan orang-orang yang sedang tegang,
panic, stress. Cocok sebagai warna untuk ruang belajar dan
ruag kelas yang memberi rasa tenang.
Hijau Warna yang menenangkan warna ini bisa mengurangi alergi
makanan, karena dapat merangsang antigen untuk
memperbaiki sistem kekebalan tubuh kita. Artinya cocok
juga untuk ruang belajar
Cokelat Mampu menumbuhkan perasaan aman, rileks, dan
mengurangi keletihan. Tidak terlalu buruk jika diterapkan
pada ruang kelas.
Tabel 2.9 Warna untuk ruang kelas
Sumber. www.edupaint.com

Dalam beraktivitas, anak-anak membutuhkan ruangan yang dapat memberikan


suasana nyaman, hangat, aman, bebas dan merangsang sehingga anak dapat
bereksplorasi, bebas berimajinasi dan dapat memperoleh semangat dan motivasi
didalam setiap kegiatannya sehingga dapat membantu berkembang dengan baik.
Dalam mengoptimalkan perkembangan tersebut, warna-warna yang dibutuhkan
adalah warna-warna pastel, lembut dan hangat. Penggunaan warna pastel lebih
aman karena tidak menyilaukan mata.

Kebutuhan anak Suasana ruang Penggunaa warna


Perasaan aman Suasana ruang yang Warna yang digunakan
tidak menakutkan adalah warna-warna lembut
dan warna pastel.
Perasaan bebas Suasana yang fleksibel Warna yang digunakan
adalah warna-warna terang
dengan intensitas sedang.
Perasaan nyaman Suasana yang hangat Warna yang digunakan
adalah warna-warna hangat
dengan intesitas rendah.
Perasaan merangsangang Suasana yang hangat dan Menggunakan warna
aktivitas meriah hangat, komposisi warna
kontras dan warna terang.
Tabel 2.10 Suasana warna pada ruang
Sumber. Teori warna

31
2.2 Teori Tema dan Konsep
2.2.1 Tema Learning By Doing
Model pembelajaran learning by doing dipelopori oleh John Dewey pendiri
Dewey School yang menerapkan prinsip-prinsip “Learning by Doing”, bahwa
siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. (Syaiful Jaramah
2006:46) menyatakan bahwa melakukan aktivitas atau bekerja adalah bentuk
pernyataan dari anak didik bahwa pada dasarnya belajar adalah perubahan yang
terjadi setelah melakukan aktivitas atau bekerja. Pada kelas-kelas rendah di
Sekolah Dasar, aktivitas ini dapat dilakukan sambil bermain sehingga anak didik
akan aktif, gembira, kreatif serta tidak mengikat.
Selain itu siswa di bina untuk memiliki keterampilan agar dapat menerapkan dan
memanfaatkan pengetahuan yang pernah diterimanya pada hal-hal yang baru
sehingga siswa belajar lebih mandiri. Selain belajar mandiri, siswa dapat belajar
dengan aktif yang pada dasarnya untuk memperkuat dan menstimulus apa yang
diberikan oleh guru dan di respon anak didik dalam pembelajaran, sehingga
pembelajaran menjadi suatu hal yang menyenangkan dan tidak membosankan
untuk mereka. (Yuberti 2012:32)
Keterlibatan siswa tidak hanya sebatas fisik semata, tetapi lebih mengutamakan
keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam
pencapaian dan perolehan pengetahuan, penghayatan dan internalisasi nilai-nilai
dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-
latihan dalam pembentukan keterampilan.
Pada aspek lain guru juga menkondisikan anak didik dengan menggunakan
bentuk-bentuk pengajaran dalam konteks Learning by Doing, diantaranya:

a. Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa


Motivasi berkaitan erat dengan emosi minat dan kebutuhan siswa. Upaya
menumbuhkan motivasi intrinsik yang dilakukan guru adalah mendorong rasa
ingin tahu, keinginan mencoba, dan sikap mandiri anak didik.
Sedangkan bentuk motivasi ekstrinsik adalah dengan memberikan rangsangan
berupa pemberian nilai tinggi atau hadiah bagi siswa berprestasi dan sebaliknya.

32
b. Mengajak Siswa Beraktivitas
Adalah proses interaksi edukaktif melibatkan intelek emosional siswa untuk
meningkatkan aktivitas dan motivasi akan meningkat. Bentuk pelaksanaanya
adalah mengajak anak didik melakukan aktivitas atau bekerja di laboratorium, di
lapangan sebagai bagian dari eksplorasi pengalaman, atau mengalami pengalaman
baru.

c. Mengajar dengan Memperhatikan Perbedaan Individual


Proses kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan memahami kondisi masing-
masing anak didik. Tidak tepat jika guru menyamakan semua anak didik karena
setiap siswa mempunyai bakat berlainan dan mempunyai kecepatan belajar yang
bervariasi. Seorang siswa yang hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh. Kemudian
menyimpulkan semua siswa yang hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh. Kondisi
demikian tidak dapat dijadikan ukuran, karena terdapat beberapa faktor penyebab
anak memiliki hasil belajar buruk, antara lain; faktor kesehatan, kesempatan
belajar di rumah tidak ada, sarana belajar kurang, dan sebagainya.

d. Mengajar dengan Pengalihan


Pengajaran yang mengalihkan (transfer) hasil belajar kedalam situasi-situasi
nyata. Guru memilih metode simulasi (mengajak anak didik untuk melihat proses
kegiatan seperti cara berwudhu dan sholat) dan metode proyek (memberikan
kesempatan anak untuk menggunakan alam sekitar dan atau kegiatan sehari-hari
untuk bertukar pikiran baik sesama kawan maupun guru) untuk pengalihan
pengajaran yang bukan hanya bersifat ceramah atau diskusi, tetapi
mengedepankan situasi nyata.

e. Penyusunan Pemahaman yang Logis dan Psikologis


Pengajaran dilakukan dengan memilih metode yang proporsional. Dalam kondisi
tertentu guru tidak dapat meninggalkan metode ceramah maupun metode
pemberian tugas kepada siswa. Hal ini dilakukan sesuai dengan kondisi materi
pelajaran (Djamarah: 223-225).

33
2.2.2 Prinsip-prinsip dan karakteristik Learning by Doing
Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran ini adalah:
a. Melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar, karena
pendekatan ini menekankan pada pengalaman siswa secara langsung yang
berkenaan dengan kompetensi yang harus dikuasai.
b. Menyediakan pendekatan multi sensori bagi siswa ketika pembelajaran
berlangsung seperti mendengar, merasa, melihat, mencium, dan menciptakan
objek-objek yang dipelajari.
c. Memberikan kompetensi bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan
menggunakan material dan melakukan eksperimen.
d. Membina suasana sosial yang transaksional antara siswa dan guru.

2.2.3 Bentuk-bentuk kemandirian siswa


Menurut KBBI mandiri/man·di·ri/ a dalam keadaan dapat berdiri sendiri; tidak
bergantung pada orang lain: sejak kecil ia sudah biasa -- sehingga bebas dari
ketergantungan pada orang lain; Pengertian mandiri berarti mampu bertindak
sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah
dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang
terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa)
demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Antonius,2002:145).

Menurut Hiemstra (1991), siswa atau peserta didk yang memiilki Kemandirian
belajar memiliki ciri-ciri:
a) Siswa tersebut mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan usaha pembelajaran
b) Belajar mandiri merupakan karakteristik yang dapat digunakan setiap
individu dalam setiap situasi
c) Belajar mandiri bukan mengisolasi diri individu dengan orang lain
d) Individu yang mempunyai Kemandirian Belajar mampu untuk “transfer
learning”, baik pengetahuan maupun keahlian (skill) dari satu situasi ke
situasi yang lain seperti berpartisipasi dalam grup, latihan – latihan, dialog
secara elektronik, dan aktifitas – aktifitas menulis.

34
e) Peran efektif dari guru di dalam Belajar mandiri dilakukan seperti
dialog dengan pelajar, melihat sumber pengetahuan yang ada,
mengevaluasi hasil, dan berpikir secara kritis.

2.2.4 Konsep Sekolah Sehat


1. Pengertian Sekolah Sehat
Sehat adalah keadaan badan dan jiwa yang baik. Artinya, sesuatu dikatakan sehat
jika secara lahiriah, batiniah, dan sosial berjalan secara normal dan baik, sehingga
memungkinkan sesuatu dapat produktif, baik secara sosial maupun
ekonomis. Jika hal ini dikaitkan dengan lembaga pendidikan, maka sekolah sehat
dapat dimaknai sebagai adalah lembaga pendidikan yang memiliki unsur-unsur
yang baik (normal) secara lahiriah (jasmani) dan batiniah (rohani). Sekolah sehat
pada prinsipnya terfokus pada usaha bagaimana membuat sekolah tersebut
memiliki kondisi lingkungan belajar yang normal (tidak sakit) baik secara jasmani
maupun rohani. Hal ini ditandai dengan situasi sekolah yang bersih, indah, tertib,
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dalam kerangka mencapai kesejah-
teraan lahir dan batin setiap warga sekolah. Dengan begitu, sekolah sehat
memungkinkan setiap warganya dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat,
berdaya guna dan berhasil guna untuk sekolah tersebut dan lingkungan di luar
sekolah.

2. Standar Sekolah Sehat

1. Memiliki lingkungan sekolah bersih, indah, tertib, rindang dan memiliki


penghijauan yang memadai.
2. Memiliki tempat pembuangan dan pengelolaan sampah yang memadai dan
representatif.
3. Memiliki air bersih yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan.
4. Memiliki kantin dan petugas kantin yang bersih dan rapi, serta
menyediakan menu bergizi seimbang.
5. Memiliki saluran pembuangan air tertutup dan tidak menimbulkan bau tak
menyenangkan.

35
6. Memiliki ruang kelas yang memenuhi syarat kesehatan (ventilasi/AC dan
pencahayaan cukup).
7. Memiliki ruang kelas yang representatif dengan ratio kepadatan jumlah
siswa di dalam kelas adalah 1: 2 m2.
8. Memiliki sarana dan prasarana pembelajaran memenuhi standar kesehatan,
kenyamanan dan keamanan.
9. Memiliki ruang dan peralatan UKS yang ideal. (tersedia tempat tidur;
timbangan berat badan, alat ukur tinggi badan, snellen chart; kotak P3K
berisi obat; lemari obat, buku rujukan, KMS, poster-poster, struktur
organisasi, jadwal piket, tempat cuci tangan/wastafel, data angka kesakitan
siswa; peralatan perawatan gigi, unit gigi; contoh-contoh model organ
tubuh, rangka torso dan lain-lain).
10. Memiliki toilet (WC) dengan ratio untuk siswi 1 : 25 dan siswa 1: 40.
11. Memiliki taman/kebun sekolah yang dimanfaatkan dan diberi tabel (untuk
sarana belajar) dan pengolahan hasil kebun.
12. Memiliki kurikulum pembelajaran yang baik bagi tumbuh kembang siswa.
13. Memiliki kehidupan sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kekeluargaan.
14. Memiliki pola hidup bersih, higienis dan sehat

2.3 Pendekatan Corporate Identity


2.3.1 Definisi Corporate Identity
Menurut M. Linggar Anggoro (2000:280) identitas korporat (corporate
identity) adalah suatu cara atau suatu hal yang memungkinkan suatu perusahaan
dikenal dan dibedakan dari perusahaan-perusahaan lainnya. Identitas perusahaan
harus diciptakan melalui suatu rancangan desain khusus yang meliputi hal-hal
unik atau khas tentang perusahaan yang bersangkutan secara fisik.
Menurut Rhenald Kasali (2003:110-114) dalam buku Manajemen Public
Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia mengatakan bahwa identitas
perusahaan atau identitas korporat disebut juga sebagai symbol perusahaan, yang
berbentuk logo perusahaan atau lambing lainnya. Simbol dimaksudkan agar
mudah diingat oleh konsumen juga a gar dijiwai oleh segenap karyawannya.

36
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa identitas korporat
(corporate identity) adalah identitas suatu lembaga/perusahaan yang dimunculkan
sebagai karakter perusahaan tersebut agar lebih mudah dikenal, dan dapat menjadi
pedoman yang dipegang agar tercapainya tujuan perusahaan tersebut.

2.3.2 Fungsi Corporate Identity


Selain fungsinya sebagai identitas perusahaan, corporate identity juga mempunyai
fungsi-fungsi lain, antara lain :
1. Sebagai alat yang menyatukan strategi perusahaan.
Sebuah corporate identity yang baik harus sejalan dengan rencana perusahaan
tersebut - bagaimana perusahaan itu sekarang dan bagaimana di masa yang
akan datang. Selain itu corporate identity harus dapat dengan tepat
mencerminkan image perusahaan tersebut.
2. Sebagai pemacu sistem operasional suatu perusahaan.
Bagaimana suatu perusahaan ingin dilihat oleh publik adalah dengan cara
mengevaluasi sistem operasional mereka selama ini. Dari sini dapat ditemukan
kelemahan atau kesalahan yang selama ini dilakukan, sehingga tercipta tujuan
perusahaan yang lebih baik dan mantap.
3. Sebagai pendiri jaringan network yang baik.
Sebuah perusahaan yang berimage positif, stabil, dapat dipercaya dapat
menjadi daya tarik yang untuk mempercayakan kerjasama dengan perusahaan
tersebut.
4. Sebagai alat jual dan promosi.
Perusahaan dengan image yang positif berpeluang besar untuk
mengembangkan sayapnya dan memperkenalkan produk atau jasa baru.
Konsumen yang telah lama memakai produk/jasa dari perusahaan tersebut
akan memberikan dampak yang bagus seperti promosi kepada orang lain
untuk mempercayakan pada perusahaan tersebut.

37
2.3.3 Corporate Identity Krida Nusantara
Identitas dari Krida Nusantara yang diterapkan mulai dari logo, visi dan
misi, slogan, akan diterapkan melalui desain dengan analisa sebagai berikut:
- Logo

Gambar 2.4 Logo Yayasan Krida Nusantara


Sumber. Dokumen Sekolah

Gambar 2.5 Skema Warna dari logo Krida Nusantara


Sumber. Analisa Pribadi

Dari logo Krida Nusantara dapat digunakan untuk elemen interior yang dapat
menjadi ciri khas dari Sekolah tersebut. Warna dari logo tersebut dapat digunakan
sebagai bagian dari desain. Terdapat warna kuning, hijau, dan hitam. Warna-
warna tersebut diterapkan sebagai warna dominan yang dikombinasikan dengan
warna putih yang bersifat netral, diaplikasikan terutama di area lobby, kantor, dan
koridor. Sedangkan untuk kelas diberi tambahan beberapa warna lain yang secara
psikologis dapat meningkatkan kualitas belajar anak.

Visi : Dengan sistem pendidikan terpadu, membangun insan yang mandiri,


berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta peduli terhadap
lingkungan hidup.
Misi :
1. Mempertebal keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Meningkatkan Prestasi
3. Mengembangkan minat dan bakat siswa
4. Membina budi pekerti luhur
5. Membina dan menumbuh kembangkan keterampilan siswa
6. Membina budaya tertib belajar melalui penegakkan kedisiplinan
7. Membina budaya bersih dan peduli terhadap lingkungan alam

38
Motto : Krida Terpadu Bina Cita Insan Mandiri

Slogan : Kreatif dan peduli lingkungan


Agama pedoman dasar
Nyaman lingkungannya
Inovatif
Terampil dalam berkarya
Ulet, tekun, disiplin dan mandiri
Tujuan : Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
berilmu dan berprestasi, kreatif dan terampil, mampu mandiri sejak usia
dini untuk mengembangkan minat dan bakatnya

Dari visi dan misi Sekolah Krida Nusantara dapat disimpulkan bahwa dengan
sistem pendidikan terpadu yang berarti gabungan dari sekolah, keluarga, dan
lingkungan sekitar, sekolah ingin mewujudkannya dengan mendidik anak-anak
yang berguna, berprestasi, kreatif, terampil, dan mandiri, tidak hanya disekolah
tetapi juga di keluarganya, dan lingkungan sekitarya.

2.4 Psikologi Perkembangan Anak Sekolah Dasar


Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari perbedaan dan
persamaan dari fungsi-fungsi psikologis manusia semasa hidupnya, yaitu kecil
hingga dewasa. La Bouvie (Hurlock. 1999) menyatakan bahwa psikologi
perkembangan tidak hanya mendeskripsikan, tetapi juga menjelaskan perubahan
perilaku menurut tingkat usia sebagai masalah hubungan sebab akibat.
Perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang berlangsung selama
siklus kehidupan. Pola perubahan tersebut bersifat kompleks karena merupakan
hasil dari beberapa proses, yaitu proses biologis, proses kognitif, dan proses
sosial.
Anak-anak Sekolah Dasar merupakan golongan masa kanak-kanak akhir.
Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk masa pubertas dan masa
remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah siap
masuk sekolah dasar. Pada awal masuk sekolah sebagian anak mengalami

39
gangguan keseimbangan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor perkembangan:
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan merupakan hasil interaksi yang
kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.

a. Perkembangan Motorik Kasar

Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh


perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota
tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan
motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses
kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja
berbeda dengan anak-anak lain seusianya.

b. Perkembangan Motorik Halus

Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak


yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu.
Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar
dan berlatih. Kemampuan menulis, melipat, dan menyusun balok termasuk contoh
gerakan motorik halus.

2. Perkembangan Kognitif
Masa kanak-kanak akhir menurut Piaget (Partini, 1995: 52 - 53) tergolong
pada masa operasi konkret dimana anak berfikir logis terhadap objek yang
konkret. Berkurang rasa egonya dan mulai bersikap sosial. Terjadi peningkatan
pemeliharaan, misalnya mulai mau memelihara alat permainannya,
mengelompokkan benda-benda yang sama, memperhatikan dan menerima
pandangan orang lain. Materi pembicaraan lebih ditujukan kepada lingkungan
sosial, tidak pada dirinya sendiri. Mulai mengerti tentang jumlah, panjang, luas
dan besar.

40
Pada masa ini anak dapat melakukan banyak pekerjaan pada tingkat yang
lebih tinggi dari pada yang dapat mereka lakukan pada masa sebelumnya.
Pemahamannya tentang konsep ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi dan
penjumlahan lebih baik. Anak usia 6 atau 7 tahun dapat dipercaya menemukan
jalan dari dan ke sekolah. Dapat mengingat jarak dari satu tempat ke tempat lain,
rute, lama waktu tempuhnya, dan tanda-tanda jalan.
Anak – anak juga dapat memecahkan soal cerita yang bersifat sederhana.
Kemampuan mengkategorisasi membantu anak untuk berfikir logis.
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan fungsi dan
perkembangan berfikir anak. Pada masa ini anak juga dapat memecahkan
masalah-masalah yang bersifat konkret dan abstrak. Misalnya, Anak mengetahui
volume suatu benda padat atau cair meskipun ditempatkan pada tempat yang
berbeda bentuknya. Berkurang rasa egonya dan mulai besifat sosial. Terjadi
peningkatan dalam hal pemeliharaan, misalnya mulai memelihara alat
permainannya.
Kemampuan berfikir ditandai dengan adanya aktifitas – aktifitas mental
seperti mengingat, memahami dan memecahkan masalah. Pengalaman hidupnya
memberikan andil dalam mempertajam konsep. Anak sudah lebih mampu berfikir,
belajar, mengingat, dan berkomuniksi, karena proses kognitifnya lebih logis.
Anak mampu mengklasifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri
– ciri suatu objek. Mengelompokkan benda – benda yang sama kedalam dua atau
lebih kelompok yang berbeda. Misalnya mengelompokkan buku berdasarkan
warna maupun ukuran buku.

3. Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa terus tumbuh pada masa ini. Anak lebih baik
kemampuannya dalam memahami dan menginterpresentasikan komunikasi lisan
dan tulisan. Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan
perbendaharaan kata dan tata bahasa.
Bersamaan dengan pertumbuhan perbendaharaan kata selama masa sekolah,
anak - anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk
menjelaskan satu tindakan seperti memukul, melempar, menendang atau

41
menampar. Maka belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi
juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama dalam
pertumbuhan bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari bahasa
untuk komunikasi. Anak kelas satu merespon pertanyaan orang dewasa dengan
jawaban yang lebih sederhana dan pendek.
Belajar membaca dan menulis membebaskan anak-anak dari keterbatasan
untuk berkomunikasi langsung. Menulis merupakan tugas yang dirasa lebih sulit
daripada membaca bagi anak. Cara belajar menulis dilakukan setahap demi
setahap dengan latihan dan seiring dengan perkembangan membaca. Membaca
memilik peran penting dalam pengembangan bahasa. Pada masa ini perubahan
terjadi dalam hal anak berfikir tentang kata-kata. Misalnya : bila anak diminta
menyebut sebuah benda yang berhubungan dengan kata yang didengar, misalnya
anjing, maka anak akan merespon dengan satu kata yang menunjukan
penampilannya seperti : hitam, besar, atau kepada kegiatan yang berhubungan
dengan anjing seperti : duduk, gonggongan anjing.
Meningkatnya kemampuan menganalisis kata membantunya untuk mengerti
yang tidak secara langsung berhubungan dengan pengalaman pribadinya. Anak
bisa membedakan antara saudara kandung dengan saudara sepupu, desa dengan
kota dan sebagainya. Demikian juga peningkatan dalam tata bahasa. Anak bisa
membandingkan, sehingga bisa mengatakan lebih pendek, lebih dalam dan sering
bersifat subjektif.
4. Perkembangan Moral
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami
aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perkembangan moral terlihat
dari perilaku moralnya di masyarakat yang menunjukan kesesuaian dengan nilai
dan norma di masyarakat. Perilaku moral ini banyak dipengaruhi oleh pola asuh
orang tua serta perilaku moral orang-orang disekitarnya. Perkembangan moral ini
juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak.
Menurut Piaget, antara usia 5-12 tahun konsep anak mengenai keadilan sudah
berubah. Pengertian yang kaku tentang benar dan salah yang telah dipelajari dari
orang tua menjadi berubah. Piaget menyatakan bahwa relativisme moral
menggantikan moral yang kaku. Misalnya : bagi anak usia 5 tahun, berbohong

42
adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar sadar bahwa dalam
beberapa situasi, berbohong adalah dibenarkan dan oleh karenanya berbohong
tidak terlalu buruk. Piaget berpedapat bahwa anak yang lebih muda ditandai
dengan moral yang heteronomous sedangkan anak pada usia 10 tahun mereka
sudah bergerak ketingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas autonomus.
Kohlberg (Duska dan Wehelan, 1981 : 59-61) menyatakan adanya 6 tahap
perkembangan moral. Enam tahap tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yakni
tingkatan :

(1) Tahap Prakonvensional


Pada tahap ini, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang berlatar
belakang budaya dan terhadap penilaian baik buruk, benar salah, tetapi
anak mengartikannya dari sudut akibat fisik suatu tindakan.
(2) Tahap Konvensional
Tahap dimana memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama
dianggap sebagai suatu yang berharga pada dirinya sendiri. Anak tidak
peduli apapun akan akibat-akibat langsung yang tejadi. Sikap yang nampak
pada tahap ini terlihat dari sikap ingin loyal, ingin menjaga, menunjang dan
memberi justifiksi pada ketertiban.
(3) Tahap Pasca Konvensional
Pada tahap pasca konvensional, ditandai dengan adanya usaha yang jelas
untuk mengartikan nilai-nilai moral yang dapat dilaksanakan, lepas dari
otoritas kelompok atau orang yang memegang prinsip-prinsip tersebut
terlepas apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau
tidak.

Pengembangan moral termasuk nilai-nilai agama merupakan hal yang sangat


penting dalam membentuk sikap dan kepribadian anak. Misalnya : mengenalkan
anak pada nilai-nilai agama dan memberikan pengarahan terhadap anak tentang
hal-hal yang terpuji dan tercela.
5. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak. Sering dan
kuatnya emosi anak akan merugikan penyesuaian sosial anak. Emosi yang tidak
menyenangkan (unpleasent emotion) merugikan perkembangan anak. Sebaliknya,

43
emosi yang menyenangkan (pleasent emotion) tidak hanya membantu
perkembangan anak, tetapi juga merupakan sesuatu dibutuhkan untuk
perkembangan anak. Pergaulan yang semakin luas dengan teman sekolah dan
teman sebaya lainnya dapat mengembangkan emosinya.

Ciri-ciri Emosi Masa Kanak-kanak


a. Emosi Anak Berlangsung Relatif Singkat (sebentar)
Emosi anak hanya beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba. Hal ini disebabkan
karena emosi anak menampakkan dirinya di dalam kegiatan atau gerakan
yang nampak.
b. Emosi Anak Kuat atau Hebat
Hal ini terlihat bila anak takut, marah, atau sedang bersenda-gurau. Mereka
akan nampak marah sekali, takut sekali, tertawa terbahak-bahak meskipun
kemudian cepat hilang.
c. Emosi Anak Mudah Berubah
Sering kita jumpai seorang anak yang baru saja menangis berubah menjadi
tertawa, dari marah berubah tersenyum. Sering terjadi perubahan, saling
berganti-ganti emosi, dari emosi susah ke emosi senang dan sebaliknya
dalam waktu yang singkat.
d. Emosi Anak Nampak Berulang-ulang
Hal ini timbul karena anak dalam proses perkembangan kearah dewasa. Ia
harus menyesuaikan dengan situasi di luar, dan hal ini dilakukan secara
berulang-ulang.
e. Respon Emosi Anak Berbeda-beda
Pengamatan terhadap anak dengan berbagai tingkat usia menunjukkan variasi
respon emosi. Pada waktu bayi lahir, pola responnya sama. Secara berangsur-
angsur, pengalaman belajar dari lingkungan membentuk tingkah laku dengan
perbedaan emosi secara individual.
f. Emosi Anak Dapat Diketahui
Meskipun anak kadang-kadang tidak memperlihatkan reaksi emosi yang
nampak dan langsung, namun emosi itu dapat diketahui dari tingkah lakunya.
Misalnya melamun, gelisah, menghisap jari, sering menangis, dan sebagainya.

44
g. Perubahan dalam Ungkapan-ungkapan Emosional
Anak-anak memperlihatkan keinginan yang kuat terhadap apa yang mereka
inginkan. Ia tidak mempertimbangkan bahwa keinginan itu baik untuk dirinya
sendiri maupun orang lain, juga tidak mempertimbangkan bahwa untuk
memenuhi keinginannya itu memerlukan biaya yang tidak terjangkau oleh
orang tuanya.
6. Perkembangan Sosial
Perkembangan emosi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial,
yang sering disebut sebagai perkembangan tingkah laku sosial. Sejak lahir anak
dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada secara terus-menerus.
a. Kegiatan Bermain
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis, dan sosial anak.
Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman main yang banyak
memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain secara berkelompok
memberikan pelajaran kepada anak untuk berinteraksi dan bertenggang rasa
dengan teman. Permainan yang disukai anak cenderung kegiatan bermain
yang dilakukan secara berkelompok, kecuali bagi anak-anak yang kurang
diterima dikelompoknya dan cenderung memilih bermain sendiri.

b. Teman Sebaya
Teman sebaya pada umumnya adalah teman sekolah dan atau teman bermain
di luar sekolah. Pengaruh teman sebaya sangat besar bagi arah perkembangan
sosial anak baik yang bersifat positif maupun negatif. Keinginan anak untuk
diterima dalam kelompoknya sangat besar. Anak berusaha agar teman-teman
dikelompoknya menyukai dirinya. Santrock (1997, 325)
Memahami tentang murid berarti memahami gejala atau kondisi yang dimiliki.
Untuk mengetahui karakteristik gerak siswa SD, terlebih dahulu perlu untuk
memahami tingkat perkembangan siswa SD menurut tingkat usianya. Secara
umum sifat siswa SD antara lain:
1. Mempunyai sifat patuh terhadap aturan.
2. Kecenderungan untuk memuji diri sendiri.

3. Suka membandingkan diri dengan orang lain.

45
4. Jika tidak dapat menyelesaikan tugas, maka tugas tersebut dianggap tidak
penting.

5. Realistis, dan rasa ingin tahu yang besar.

6. Kecenderungan melakukan kegiatan kehidupan yang bersifat praktis dan nyata


(Sunarto, 2008: 35).

Karakteristik perkembangan Siswa Sekolah Dasar menurut tingkat kelasnya adalah


sebagai berikut:

1. Karakteristik Perkembangan Siswa Kelas 1 dan 2


a. Aktif dan mudah gembira.
b. Menyenangi bekerja dengan menggunakan tangan.
c. Memperlihatkan rasa bangga yang besar dalam bekerja.
d. Memperlihatkan kekuasaan yang dimilikinya.
e. Ingin menjadi yang pertama.
f. Memiliki waktu yang terbatas terhadap minat dan mudah bosan.
g. Memiliki perasaan yang mudah tersakiti.
h. Ketertarikan sesuatu untuk disentuh dan dirasakan.
i. Menginginkan persetujuan teman sekelas dan guru.
j. Sangat menyenangi permainan imajinatif, tari, musik, dan cerita.

2. Karakteristik Perkembangan Siswa Kelas 3 dan 4


a. Koordinasi mata dan tangan telah terimprovisasi.
b. Penggunaan otot kecil lebih baik.
c. Menjadi sadar akan perbedaan tiap orang.
d. Secara umum pembelajaan akan lebih responsive, teratur, dan kerjasama.
e. Siswa sudah memisahkan bentuk berdasarkan jenis kelamin.
f. Menyenangi buku komik.
g. Kemampuan untuk konsentrasi pada masa ini lebih lama.
h. Mengebangkan minat dalam bepergian.
i. Mengembangkan perasaan humor.
j. Memiliki kegemaran untuk mengumpulkan sesuatu.

46
3. Karakteristik Perkembangan Siswa Kelas 5 dan 6
a. Mulai banyak menkonsentrasikan diri berdasarkan minat individu.
b. Hal yang diminati pada masa ini berkaitan dengan kegiatan yang
berhubungan dengan gender.
c. Mengembangkan minat di luar rumah dan sekolah, masyarakat dan dunia
yang lebih luas.
d. Mulai tumbuh sikap kritis dan mandiri
e. Mulai adanya emosi yang kritis dan perubahan fisik.
f. Tumbuh kegemaran mengumpulkan karya seni.
g. Mulai adanya fase hero dan semangat heroic.

47
2.5 Tinjauan khusus Sekolah Dasar

1. SD KARTIKA II-5 Bandar Lampung


Sekolah Dasar Kartika II-5 atau yang lebih sering disebut dengan SD Persit adalah
Sekolah Dasar milik Yayasan Kartika Jaya Koordinator Korem 043 Cabang II
Sriwijaya. Yayasan Kartika Jaya memiliki tingkatan Intitusi Pendidikan mulai dari
TK hingga SMA, dan untuk SD Kartika II-5 bergabung dengan 1 TK dan 1 SMP.
Sekolah ini telah berdiri dari tahun 1962 dan merupakan sekolah dasar kelima
milik Kodam Sriwijaya. SD Kartika II-5 adalah sekolah swasta Standar Nasional
(SSN) yang menerapkan kurikulum 2013 sesuai dengan aturan Pemerintah. Selain
itu SD Kartika II-5 juga sudah mendapatkan akreditasi “A”.

Gambar 2.6 Logo SD Kartika II-5


Sumber. Dokumentasi sekolah

Gambar 2.7 Sekolah Kartika II-5


Sumber. Dokumentasi Pribadi

Alamat: Jl. Kapt. Piere Tendean No. 4 Palapa, Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung,
Lampung.

Visi
Menjadi Sekolah Unggul, Kompetitif, Kolaboratif di Era Globalisasi
berlandaskan Iman dan Taqwa.

48
Misi
1. Mewujudkan Lulusan yang Berprestasi dan Mampu Bersaing di Tingkat
Daerah dan Nasional.
2. Mewujudkan Lulusan yang Cerdas, Kompetitif, Kreatif, Cinta Tanah Air,
Santun, dan Bertaqwa.
3. Mewujudkan Peserta Didik yang Disiplin, Mandiri, dan Berkualitas.
4. Mewujudkan Standard Proses Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif,
Inovatif, dan Menyenangkan.
5. Mewujudkan Pembelajaran Tematik Terpadu Dengan Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013.
6. Mewujudkan Model Pembelajaran Project Based Learning, Discovery
Learning.
7. Mewujudkan Sarana dan Prasarana Pembelajaran yang Memadai dan
Relevan.
8. Mewujudkan Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang Memiliki
Kompetensi, dan Komitmen Tinggi.
9. Mewujudkan Sistem Penilaian Proses dan Hasil Belajar Berstandar
Nasional.
10. Menciptakan Lembaga Pendidikan yang Kondusif, Harmonis, Dinamis, dan
Berwawasan Lingkungan.

KONDISI EKSISTING (Studi/Kasus Survey)


a. User/Manusia
 Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan di SD Kartika II-5 meliputi Kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan para murid dan guru, serta staff Tata Usaha yang
bekerja dalam bidang pengarsipan sekolah serta pekerja lapangan yang
membersihkan dan menjaga keamanan sekolah.

Jam Belajar Mengajar : Senin-Sabtu (Jumat khusus ekstrakurikuler)


Kelas Pagi : Kelas 1 : 07.00 – 9.45
Kelas 5 & 6 : 07.00 – 12.00

49
Kelas Siang : Kelas 2 : 10.00 – 13.00
Kelas 3 & 4 : 12.15 – 16.45

Mata Pelajaran

Agama Bahasa Inggris


Bahasa Indonesia Bahasa Lampung
PKN SBK
IPA Penjasorkes
IPS Komputer
MTK

Ekstrakurikuler
Akademik: Non Akademik:
Kebahasaan Renang
English Club Taekwondo
Keagamaan Karate
Pramuka Futsal
Catur

 Sirkulasi
Sirkulasi yang ada disekolah ini cukup baik, dengan satu sirkulasi
koridor yang ada di bagian tengah antar ruangan. Satu sisi ruangan
menghadap Barat dan satu sisi menghadap ke Utara.

 Fasilitas
Ruang Kelas Perpustakaan
Ruang Kepala Sekolah Lab Komputer
Ruang Wakil Kepala Sekolah Lapangan
Aula UKS

b. Elemen Pembentuk Ruang


Lantai
Sebagian besar lantai pada SD Kartika II-5 menggunakan keramik. Hanya
saja ada beberapa ruangan yang menggunakan keramik dengan warna yang
berbeda.
Semua ruang kelas menggunakan keramik ukuran 40x40cm warna putih.
Penggunaan keramik pada ruangan ini sudah cukup baik, warna putih dan pola

50
persegi dengan material yang sama berwarna hitam sebagai penetral dengan
ruangan membuat siswa menjadi fokus dalam belajar.

Gambar 2.8 Ruang Kelas Gambar 2.9 Lantai TU


Sumber. Dokumentasi pribadi Sumber. Dokumentasi pribadi

Selain ruangan diatas terdapat beberapa ruangan yang menggunakan


material sama yaitu keramik, namun dengan pola dan warna yang berbeda.
Seperti pada area ruang guru dan staff yang menggunakan keramik 50x50 warna
hijau dan keramik warna oranye yang dibentuk sebagai petunjuk arah ruangan.
Sedangkan ruang Wakil Kepala Sekolah enggunakan keramik 40x40 berwarna
krem.

Dinding
Dinding SD Kartika II-5 sebagian besar berwarna hijau muda dipadukan
dengan warna putih dan abu-abu. Namun untuk kelas prestasi sedikit berbeda
karena diberikan backdrop dari kayu serta fasilitas yang lebih lengkap untuk
membedakan dengan kelas regular.

Gambar 2.10 Ruang KelasReguler Gambar 2.11 Ruang Kelas Prestasi


Sumber. Dokumen Pribadi Sumber. Dokumen Pribadi

Gambar diatas merupakan ruang kelas regular dan kelas prestasi yang
menggunakan dinding dengan cat hijau yang menyesuaikan dari warna khas
Kodam.

51
Plafond
Bagian plafond pada Sekolah Kartika II-5 menggunakan material tripleks
yang difinishing cat putih. Karena sekolah yang sudah ada sejak tahun 1962
langit-langit belum diperbarui. Namun untuk bangunan-bangunan yang masih
baru tidak menggunakan plafond, hanya dak beton polos dan mengekspos struktur
balok. Tampilan balok membuat elemen estetis tersendiri untuk ruangan, terutama
untuk ruang kelas yang polos, aksen plafond dapat mengurangi kesan kaku pada
ruang kelas tersebut.

Gambar 2.12 Plafond Ruang Staff Gambar 2.13 Plafond Ruang Kelas
Sumber. Dokumentasi pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi

c. Pengisi Ruang
 Ruang Kelas
Untuk meja dan kursi ruang kelas menggunakan furniture dengan material MDF
dan stainless. Pengaturan layout furniture ruang kelas disusun secara
berpasangan, formasi seperti sekolah SD pada umumnya. Susunan meja seperti
ini sangat umum digunakan untuk kelas teori tetapi kelemahannya siswa
biasanya hanya dekat dengan teman sebangkunya saja.

Gambar 2.14 Suasana Kelas


Sumber. Dokumentaso pribadi

52
 Ruang Guru
Untuk meja guru menggunakan dengan material kayu solid sedangkan kursinya
menggunakan material alumunium dengan buff pada tempat duduk dan
sandarannya.
Penyusunan tempat duduk untuk guru pun sangat sempit, guru duduk secara
berkelompok, tidak memiliki sekat pada setiap meja. Layouting seperti ini dapat
membuat antar guru saling akrab dan dapat berdiskusi dengan baik, namun tidak
memiliki ruang privasi untuk masing-masing guru.

d. Karakter Ruang
Karakter ruang Sekolah Kartika II-5 dibuat sangat nyaman, agar siswa dapat
menerima pelajaran dengan maksimal. Untuk sekolah dasar, dibuat dengan lebih
ceria dengan warna hijau yang lebih terang.
e. Pengkondisian Ruang
 Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada sekolah menggunakan pencahayaan alami dan
buatan. Untuk ruang kelas karena berhadapan langsung dengan jendela maka
pencahayaan dilakukan secara alami dengan adanya bukaan kaca pada
jendela yang lebar. Sedangkan untuk bagia kelas yang berada di ujung
koridor dan jauh dari jangkauan sinar matahari diberikan penerangan dengan
beberapa titik lampu.
 Penghawaan
Sekolah Kartika II-5 menggunakan penghawaan alami, hanya ruangan
tertentu seperti ruang kepala sekolah, guru dan staff serta kelas prestasi yang
menggunakan AC, Karena lokasinya berada di Lampung dan tidak terlalu
banyak vegetasi maka sebenarnya AC sangat diperlukan untuk pendingin
ruangan demi kenyamanan pengguna ruangan tersebut.
 Akustik
Ruang kelas tidak menggunakan peredam suara apapun, sehingga ketika satu
kelas berisik sangat mengganggu kelas yang berada disebelahnya. Supaya
suara tidak keluar ketika sedang ada kegiatan di dalam auditorium yang
menggunakan pengeras suara. Sedangkan antisipasi pada ruang kelas yaitu
pintu selalu ditutup rapat dan tanpa adanya celah sehingga mengurangi suara
yang akan keluar dari kelas tersebut.

53
Kesimpulan
Sekolah Kartika II-5 yang sudah memiliki akreditasi A lebih memperhatikan mutu
pendidikan dengan penataan interior yang sederhana. Penataan interior yang
cukup memperhatikan kenyamanan siswa, efektivitas, dan fleksibilitas
penggunanya sehingga dapat meningkatkan mutu belajar siswa-siswinya. Sekolah
Kartika II-5.

Kelebihan dari Sekolah Kartika II-5 ini adalah sebagai berikut :


1. Merupakan salah satu sekolah swasta bertaraf A terbaik di Lampung
2. Pengaturan layout dan organisasi ruang sudah sangat baik
3. Mengutamakan kenyamanan siswa untuk meningkatkan kualitas belajar
yang baik
4. Fasilitas yang dimiliki sudah cukup lengkap

Kekurangan dari Sekolah Kartika II-5 ini adalah sebagai berikut :


1. Interior sekolah sudah memperlihatkan citra sekolah dengan
menggunakan warna identitas dari Kodam.
2. Tidak memiliki kantin.
3. Masih menggunakan material lama karena Sekolah hanya melakukan
renovasi di beberapa kelas saja.

54
2. SD Taruna Bakti Bandung

Sejarah
Yayasan Taruna Bakti didirikan pada tahun 1956, adalah satu yayasan yang
menyelenggarakan kegiatan bidang pendidikan dari tingkat TK, SD, SMP, SMA
dan Akademi Sekretaris Manajemen, hal ini sesuai dengan tujuan berdirinya YTB
yaitu membantu negara dalam bidang pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan
masyarakat dan bangsa. YTB didirikan di bandung pada 12 Januari 1956.

Gambar 2.15 Logo Taruna Bakti


Sumber. Dokumen Sekolah

Alamat : Jl. L. L. RE. Martadinata No. 52 Bandung, Jawa Barat.

Gambar 2.16 Sekolah Taruna Bakti


Sumber. Dokumentasi Pribadi

VISI : Sekolah unggulan berwawasan mutu dan lingkungan pada tahun 2018,
jujur, toleransi disiplin, tanggung jawab, mandiri, peduli lingkungan, dan
peduli sosial.

55
• MISI :

1. Menumbuhkan sikap jujur dalam tiap aspek pembelajaran .


2. Memberi pelayanan yang bermutu kepada seluruh peserta didik.
3. Mengembangkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,
menyenangkan, dan berkualitas.
4. Memberikan kesempatan belajar yang sama kepada seluruh peserta
didik tanpa membedakan suku, agama, dan ras/etnis.
5. Menghasilkan lulusan terbaik yang siap untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan selanjutnya.
6. Menanamkan sikap berkompetensi dalam ajang regional dan nasional.
7. Menumbuhkan sikap sopan, santun, disiplin, dan tanggung jawab.
8. Mempersiapkan peserta didik agar siap dan mampu berbaur dan
beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat.

 KEKHASAN TARUNA BAKTI


Sekolah-sekolah yang dikelola YTB sangat mengutamakan pelaksanaan ide
pembauran. Ide ini dipahami, diyakini, dan dipraktikkan dalam sikap dan
pergaulan sehari-hari oleh seluruh keluarga besar YTB, mulai dari pembina,
pengurus, pengawas, guru/dosen, karyawan, orang tua murid, dan
murid/mahasiswa. YTB tidak membeda-bedakan, memberikan perlakuan
yang sama kepada semua orang dengan latar belakang yang beragam, baik
suku, etnis, bangsa, kepercayaan, agama, maupun sosial-ekonomi. YTB
menerima dan menghormati adanya perbedaan pendapat, perbedaan dalam
kepercayaan, dan perbedaan dalam agama. Dengan demikian YTB telah
diakui oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai sekolah yang
melaksanakan dan mengamalkan ide pembauran terbaik di seluruh Indonesia.

KONDISI EKSISTING (Studi/Kasus Survey)


a. User/Manusia
 Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan di sekolah Taruna Bakti meliputi Kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan para murid dan guru, serta staff Tata Usaha

56
yang bekerja dalam bidang pengarsipan sekolah serta pekerja lapangan yang
membersihkan dan menjaga keamanan sekolah.
Jam Operasional : Senin-Jumat 07.30-12.00

Mata Pelajaran

• Pendidikan Agama Islam (PAI)


• Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes)
• TEMATIK
Bahasa Indonesia Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pendidikan Kewarganegaraan Matematika
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SBK

• Muatan Lokal Daerah


Bahasa Sunda Komputer
Bahasa Inggris BTAQ

Fasilitas :
Aula Kantin
Perpustakaan Ruang Bimbingan dan Konseling
Ruang General Support Ruang Pameran
Toilet Ruang Pustaka Elektronik
Ruang UKS Musholla
Area Baca Lab Komputer

Gambar 2.17 Ruang Kelas Gambar 2.18 Locker


Sumber. Dokumen Pribadi Sumber. Dokumen Pribadi

57
Gambar 2.19 Lapangan Upacara Gambar 2.20 Balkon
Sumber. Dokumen Pribadi Sumber . Dokumen Pribadi

Gambar 2.21 Indoor Playground Gambar 2.22 Koridor


Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 2.23 Aula


Sumber : Dokumen Pribadi

Pembentuk Ruang (Interior)


 Ceiling
Penggunaan material pada ceiling SD Taruna Bakti bervariasi. Ceiling ruangan
kelas SD mengekspos dak beton dengan finishing cat tembok putih.

58
Gambar 2.24 Plafond kelas
Sumber : Dokumen Pribadi
Namun untuk beberapa area seperti ruang general support, area tengah
menggunakan gypsum board putih.

Gambar 2.25 Ceiling Gypsum Gambar 2.26 Ceiling Gypsum


Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
Pada area lobby menggunakan vinyl berwarna cokelat dipadukan dengan gypsum
board putih. Ceiling ini membentuk garis logo Yayasan Taruna Bakti.

Gambar 2.27 Ceiling Vinyl


Sumber : Dokumen Pribadi

59
 Dinding

Gambar 2.28 Dinding Kelas


Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 2.29 Dinding Playground Gambar 2.30 Dinding Koridor


Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi

Material dinding pada ruangan kelas SD Taruna Bakti pada umumnya


menggunakan konstruksi bata dengan finishing cat putih polos, namun beberapa
area seperti ruang general support dan border lift memakai keramik marmer
warna cokelat apricot dan hitam sebagai ornament.

 Lantai
Material lantai SD Taruna Bakti pada umunya menggunakan keramik. Untuk
material lantai pada SD Taruna Bakti banyak menggunakan keramik 30 cm x 30
cm.

60
Gambar 2.31 Lantai Outdoor Gambar 2.32 Lantai Kelas
Sumber. Dokumen Pribadi Sumber. Dokumen Pribadi

Pengisi Ruang (Furniture)


Meja dan kursi murid menggunakan material melaminto, MDF, dan aluminium
steel diameter 2 cm. Sudut meja dan kursi telah di bending sehingga aman bagi
kegiatan murid usia dini.

Karakter Ruang
Warna cokelat, merah bata, putih, dan kuning muda merupakan identitas Yayasan
Taruna Bakti.

Pengkondisian Ruang
 Cahaya
Pencahayaan pada SD Taruna Bakti menggunakan pencahayaan alami pada pagi
hari, pada pagi hari intensitas sinar matahari yang masuk cukup banyak karena
area SD Taruna Bakti langsung berhadapan dengan void yang luasannya cukup
lebar sehingga dapat menampung banyak sinar matahari yang masuk kedalam
ruangan. Namun pada siang hari saat matahari berada tepat diatas bangunan tetap
diperlukan pemakaian pencahayaan buatan.

61
Gambar 2.33 Pencahayaan Ruangan
Sumber. Dokumen Pribadi
Namun sistem pencahayaan kelas SD Taruna Bakti dapat dikatakan cukup baik
dengan ditambahkan adanya jendela dari 2 sisi kanan dan kiri kelas. Dimana salah
satu sisinya langsung berhadapan dengan void bangunan dan sisi lainnya langsung
mengarah keluar bangunan.
 Udara
Sistem penghawaan pada SD Taruna Bakti masih menggunakan penghawaan
alami pada ruangan-ruangan kelas karena mendapat sirkulasi penghawaan yang
baik dan langsung mengarah keluar bangunan. Namun untuk ruangan lab
komputer, ruang perpustakaan dan ruangan yang tertutup lainnya menggunakan
penghawaan buatan yakni AC split, guna menjaga ruangan agar kedap suara.

62
3. SD KARTIKA XIX-1 Bandung

SD Kartika XIX-1 berdiri pada tahun 1954 dibawah Yayasan Kartika Chandra
Siliwangi. Sekolah milik Kodam III Siliwangi ini merupakan sekolah urutan ke-
19 yang didirikan oleh yayasan di Indonesia dan SD pertama di Bandung, maka
diberikan nama SD Kartika XIX-1.

Gambar 2.34 Logo SD Kartika XIX-1


Sumber. Dokumen Sekolah

Alamat : Jl. Bangka No. 3 Kelurahan Merdeka Kecamatan Sumur Bandung, Kota
Bandung, Jawa Barat.

Gambar 2.35 SD Kartika XIX-1


Sumber. https://sites.google.com/site/sdskartikaxix1bandung/
VISI : Mewujudkan peserta didik yang sehat, cerdas, berakhlak mulia, berilmu,
dan mandiri.
• MISI :
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengoptimalisasikan kompetensi peserta didik melalui ilmu pengetahuan
dan teknologi.
c. Melatih siswa sehingga mandiri, dan bangga terhadap budaya bangsa dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

63
Tujuan :

1. Terbentuknya akhlak dan perilaku peserta didik yang mulia


2. Mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang mandiri
3. Mempersiapkan peserta didik untuk berprestasi dan dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

KONDISI EKSISTING (Studi/Kasus Survey)


b. User/Manusia
 Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan di sekolah Kartika meliputi Kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan para murid dan guru, serta staff Tata Usaha yang
bekerja dalam bidang pengarsipan sekolah serta pekerja lapangan yang
membersihkan dan menjaga keamanan sekolah. Berikut adalah jadwal
kegiatan rutin siswa SD Kartika XIX-1 :
User Hari/Waktu Kegiatan
Kelas 1 & 2 Senin-Sabtu/ 07.00-12.00 Belajar di Kelas
Senin-Sabtu/ 13.00-14.00 Ekstrakurikuler
Kelas 3-6 Senin-Sabtu/ 07.00-13.30 Belajar di Kelas
Senin-Sabtu/13.30-15.00 Ekstrakurikuler
Tabel 2.11 Jadwal Kegiatan Rutin
Sumber. Dokumen Sekolah

Mata Pelajaran

• Pendidikan Agama Islam (PAI)


• Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes)
• TEMATIK
Bahasa Indonesia Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pendidikan Kewarganegaraan Matematika
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SBK

64
• Muatan Lokal Daerah
Bahasa Sunda
Bahasa Inggris
Komputer
Baca Tulis Al-Qur’an

Ekstrakurikuler
1. Pramuka 6. Basket
2. BTAQ 7. English Club
3. Angklung 8. Pencak Silat
4. Paduan Suara 9. Karawitan
5. Seni Tari 10. Futsal

 Fasilitas
Ruang Kepala Sekolah Lapangan Olahraga
Ruang Tata Usaha UKS
Ruang Guru Mushola
Ruang Kelas Kantin
Aula Sanggar Pramuka

c. Elemen Pembentuk Ruang Lantai


Semua besar lantai pada Sekolah Kartika XIX-1 menggunakan keramik.
Semua ruang kelas menggunakan keramik ukuran 30x30cm warna putih yang
sepadan dengan warna cat dinding dan plafond. Penggunaan keramik pada
ruangan ini sudah cukup baik, dengan warna yang menyatu dengan ruangan
membuat siswa menjadi fokus dalam belajar, selain itu material keramik juga
mudah dibersihkan. Begitu juga pada koridor lantai 1, dan 2 yang menggunakan
material sama.

65
Gambar 2.36 Ruang Kepala Sekolah Gambar 2.37 Ruang TU
Sumber. Dokumentasi Pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.38 Ruang Kelas Gambar 2.39 Ruang Guru


Sumber. Dokumentasi Pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.740 Lantai Tangga Gambar 2.41 Area Lingkungan


Sumber. Dokumentasi Pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi

Dinding
Dinding Sekolah Kartika XIX-1 sebagian besar berwarna putih, kuning,
hijau. Namun untuk bagian dalam ruangan diaplikasikan sesuai keinginan siswa
kelas tersebut, namun kebanyakan menggunakan warna putih agar kelas terlihat
lebih luas. Penggunaan warna putih, kuning, hijau merupakan perintah dari
Yayasan untuk memperlihatkan warna identitas Yayasan Kodam III Siliwangi.

66
Gambar 2.42 Ruang Kelas Gambar 2.43 Bangunan SD Kartika XIX-1
Sumber. Dokumentasi Pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi

Gambar diatas merupakan ruang kelas yang menggunakan dinding dengan


cat warna putih. Warna putih membuat kelas terlihat kumuh karena mudah kotor
dengan aktivitas siswa Sekolah Dasar yang sedang aktifnya, serta diberi tambahan
hiasan-hiasan hasil prakarya siswa yang kurang terorganisir membuat dinding
menjadi kotor dan berantakan. Sebaiknya diberi papan mading khusus untuk
menempatkan hasil karya siswa, supaya terlihat lebih rapi dan terorganisir.

Plafond
Bagian plafond pada Sekolah Kartika XIX-1 menggunakan material
tripleks sebagai penutup langit-langit. Koridor menggunakan plafond dengan
material tripleks berwarna putih. Mungkin lebih baik jika diberikan permainan
up/down ceiling pada beberapa ruangan misalnya untuk ruang kepala, sekolah,
guru, dan front office agar menambah nilai estetik pada ruangan tersebut sehingga
tidak terlalu biasa dan monoton.

Gambar 2.44 Ceiling Ruang Keals Gambar 2.45 Ceiling Koridor


Sumber. Dokumentasi Pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi

67
d. Pengisi Ruang
 Ruang Kelas
Untuk meja dan kursi ruang kelas menggunakan kayu solid. Pengaturan
layout furniture ruang kelas disusun dengan sistem duduk bersebelahan
(untuk 2 orang). Susunan kursi yang sedemikian rupa sangat monoton karena
anak-anak hanya akan lebih akrab pada teman sebangkunya saja. Ruang
Kelas SD Kartika XIX-1 berukuran 5,5x5 meter. Terdiri dari 24 meja dan
kursi siswa, 1 meja dan kursi guru, papan tulis, serta rak arsip di depan kelas.

Gambar 2.46 Furniture Ruang Kelas


Sumber. Dokumentasi Pribadi

 Ruang Kepala Sekolah


Ruang Kepala Sekolah Sekolah berada di lantai 2 area kantor guru.
Ruang Kepala Sekolah memiliki sat uset meja kerja dan satu kursi hadap,
lemari dokumen, dan satu set sofa untuk menerima tamu. Besar ruangan ini
sekitar 7 x 4 meter. Alur sirkulasi pada ruangan ini sudah cukup baik dengan
layouting furniture yang rapi, namun ruang kepala sekolah terlihat kosong
karena terlalu besar hanya untuk satu orang saja.

Gambar 2.47 Ruang Kepala Sekolah


Sumber. Dokumentasi Pribadi

68
 Ruang Guru
Untuk meja guru menggunakan meja dan kursi dengan material kayu
solid. Penyusunan tempat duduk untuk guru pun sangat sempit membentuk
later O dengan area tengah sebagai tempat berkumpul dan menerima tamu,
buku-buku menumpuk di atas meja. Sebaiknya ruangan guru dibuat lebih
besar lagi dan penyusunan layout ditata dengan tepat, serta perlu adanya
locker agar buku-buku dapat disimpan dengan rapi di dalam locker sehingga
tidak penuh dan berserakan diatas meja .

Gambar 2.48 Suasana Ruang Guru


Sumber. Dokumentasi Pribadi

 Ruang Tata Usaha


Ruang Tata Usaha berada terpisah dengan area ruang guru, berada di tengah
antara kelas. Ruang Tata Usaha terdiri dari 2 set meja kerja beserta dua kursi
hadap, dan dua lemari arsip. Ruang Tata usaha dibagi menjadi dua bagian yaitu
area penerimaan tamu dan area kerja. Sebaiknya diberikan penambahan lemari /
brankas untuk menyimpan dokumen sehingga dokumen dapat tersusun rapi.
Selain itu lebih baik ruang TU berada pada area kerja guru dan staff agar lebih
efektif dalam bekerja dan pengarsipan.

69
Gambar 2.49 Suasana Ruang Tata Usaha
Sumber. Dokumentasi Pribadi

e. Pengkondisian Ruang
 Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada sekolah menggunakan pencahayaan alami dengan
mengandalkan cahaya yang masuk dari jendela dan ventilasi. Namun, cahaya
yang didapatkan sangat minim, untuk ruang yang berada di ujung koridor
menggunakan bantuan lampu untuk mendukung aktivitas, kurangnya cahaya
yang masuk karena posisi ruang berada di ujung koridor dan lingkungan
sekitar ditumbuhi pohon-pohon besar.
 Penghawaan
Sekolah Kartika XIX-1 tidak menggunakan AC, sekolah mengandalkan
penghawaan alami dengan adanya pintu (yang dibiarkan terbuka ketika
belajar), dan jendela dengan bukaan jalousie pada bagian barat dan timur
kelas.
 Akustik
Ruang kelas tidak menggunakan peredam suara apapun, sehingga ketika satu
kelas berisik sangat mengganggu kelas yang berada disebelahnya.

f. Kesimpulan
Sekolah Dasar Kartika XIX-1 adalah sebuah institusi pemerintahan yang
bergerak di bidang pendidikan dasar dibawah Yayasan Kartika Chandra
Siliwangi. Sekolah Dsar ini memiliki fasilitas ruangan penunjang pendidikan yang

70
cukup seperti ruang kelas, ruang pengajar, ruang ekstrakurikuler dan fasilitas
pendukung lainnya.
Kelebihan dari Sekolah Dasar Kartika XIX-1 ini adalah sebagai berikut :
1. Merupakan sekolah dasar dengan kualitas baik dengan sistem didik yang
disiplin di Kota Bandung
2. Memiliki sistem belajar yang baik dimana sering mengadakan kegiatan
untuk membangun karakter anak.
Kekurangan dari Sekolah Dasar Kartika XIX-1 ini adalah sebagai berikut :

1. Fasilitas yang dimiliki SD masih kurang, karena fasilitas pendukung


seperti aula, lapangan, masih bergabung dengan yayasan sehingga
jarang dipergunakan dan menggantikan ruangan kelas sebagai fasilitas
pengganti.
2. Suasana kelas yang kurang mendukung kegiatan dan kenyamanan siswa.

71
72
2.6 Deskripsi Proyek
SD TERPADU KRIDA NUSANTARA

SD Krida Nusantara berdiri pada tanggal 20 Oktober 2001 dibawah Yayasan


Krida Nusantara.

Krida : Karya tanpa henti.

Nusantara : Wilayah yang meliputi seluruh pelosok Negara


Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke.

Krida Nusantara dimaksudkan sebagai sebuah lembaga yang berkarya tanpa henti
di bidang pendidikan, yang didalmnya memadukan tiga unsur pokok yaitu IPTEK,
IMTAQ dan Karya serta yang menjadi peserta didiknya berasal dari seluruh
pelosok tanah air Indonesia.

Gambar 2.50 Logo SDT Krida Nusantara


Sumber. Dokumen Sekolah

Alamat : Kawasan Kampus Krida Nusantara. Jl. Desa Cipadung, Pasir Biru,
Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat.

Gambar 2.51 SD Terpadu Krida Nusantara


Sumber. www.facebook.com/clubsdtkrida/

73
• VISI : Dengan sistem pendidikan terpadu, membangun insan yang
mandiri, berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi serta peduli terhadap lingkungan hidup.

• MISI :
d. Mempertebal keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
e. Meningkatkan Prestasi
f. Mengembangkan minat dan bakat siswa
g. Membina budi pekerti luhur
h. Membina dan menumbuhkembangkan keterampilan siswa
i. Membina budaya tertib belajar melalui penegakkan kedisiplinan
j. Membina budaya bersih dan peduli terhadap lingkungan alam

Motto : Krida Terpadu Bina Cita Insan Mandiri

Slogan : Kreatif dan peduli lingkungan

Agama pedoman dasar

Nyaman lingkungannya

Inovatif

Terampil dalam berkarya

Ulet, tekun, disiplin dan mandiri

Tujuan : Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah


SWT, berilmu dan berprestasi, kreatif dan terampil, mampu
mandiri sejak usia dini untuk mengembangkan minat dan
bakatnya

74
Struktur Organisasi

Bagan 2.1Struktur Organisasi


Sumber. Dokumen Sekolah

KONDISI EKSISTING (Studi/Kasus Survey)


g. User/Manusia
 Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan di sekolah Krida meliputi Kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan para murid dan guru, serta staff Tata Usaha yang
bekerja dalam bidang pengarsipan sekolah serta pekerja lapangan yang
membersihkan dan menjaga keamanan sekolah. Berikut adalah jadwal
kegiatan rutin siswa SDT Krida Nusantara beserta mata pelajaran dan
ekstrakurikuler yang disediakan:

User Hari/Waktu Kegiatan


Senin – Kamis/07.30-13.30 Belajar di Kelas
Kelas 1 & 2 Jumat/07.30-11.00 Belajar di Kelas
Sabtu/07.30-13.30 Ekstrakurikuler
Senin – Kamis/07.30-15.00 Belajar di Kelas
Jumat/07.30-11.30 Belajar di Kelas
Kelas 3-4
Jumat/13.00-14.00 Ekstrakurikuler
Sabtu/07.30-15.00 Ekstrakurikuler
Tabel 2.12 Jadwal Kegiatan Rutin
Sumber. Dokumen Sekolah

75
Mata Pelajaran

• Pendidikan Agama Islam (PAI)


• Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes)
• TEMATIK
• Bahasa Indonesia
• Pendidikan Kewarganegaraan
• Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
• Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
• Matematika
• SBK

• Muatan Lokal Daerah


• Bahasa Sunda
• Bahasa Inggris
• Komputer
• Baca Tulis Al-Qur’an

Peraturan : Tidak boleh membawa Handphone, Laptop, Kamera, Snack,


Kendaraan

Ekstrakurikuler
6. Drumband 7. Sains Club
7. Pramuka 8. English Club
8. Angklung 9. Sanggar Sastra dan Budaya
9. Tari 10. Sepak Bola
10. Menggambar dan Mewarnai 11. Tenis Meja
11. Qur’an Club 12. Teater

Sirkulasi
Sirkulasi yang ada disekolah ini cukup baik dengan bangunan yang berbentuk
T, dengan satu sirkulasi koridor yang ada di depan ruangan. Satu sisi ruangan
menghadap Barat dan satu sisi menghadap ke Utara.

76
 Fasilitas
Ruang Kepala Sekolah Lapangan Olahraga
Ruang Tata Usaha UKS
Ruang Guru Mushola
Ruang Kelas Tree House Healthy Camp
Gedung Kesenian Geen House

h. Elemen Pembentuk Ruang Lantai


Sebagian besar lantai pada Sekolah Krida Nusantara menggunakan keramik.
Keramik yang digunakan adalah keramik berukuran 40x40cm warna putih. Semua
ruang kelas menggunakan keramik ukuran 40x40cm warna putih yang sepadan
dengan warna cat dinding dan plafond. Penggunaan keramik pada ruangan ini
sudah cukup baik, dengan warna yang menyatu dengan ruangan membuat siswa
menjadi fokus dalam belajar, selain itu material keramik juga mudah dibersihkan.
Begitu juga pada koridor lantai 1, 2 dan 3 yang menggunakan material sama.

Gambar 2.52 Ruang Kepala Sekolah Gambar 2.53 Ruang TU


Sumber. Dokumentasi Pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.55 Ruang Kelas Gambar 2.54 Ruang Guru


Sumber. Dokumentasi Pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi

77
Sedangkan untuk bagian koridor menggunakan keramik ukuran 30x30cm
berwarna putih, seperti yang diaplikasikan pada setiap ruangan. Namun untuk area
tangga, menggunakan keramik warna hitam yang diberi border pada sisi kanan
dan kiri menggunakan keramik berukuran sama berwarna abu-abu. Untuk area
Eksterior, seperti lapangan olahraga aplikasi lantai menggunakan dak beton yang
dilapisi cat, hanya lapangan olahraga saja yang diberi aplikasi lantai, sedangkan
area lainnya dibiarkan tanah terbuka dan untuk area parkir menggunakan paving
blok. Sekolah Krida Nuantara merupakan sekolah yang sangat cinta dan peduli
terhadap lingkungan, maka untuk area terbuka tidak ditutup dengan dak beton
agar dapat digunakan sebagai peresapan air.

Gambar 2.56 Lantai Koridor Gambar 2.57 Area Lingkungan


Sumber. Dokumentasi Pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi

Dinding
Dinding Sekolah Krida Nusantara sebagian besar berwarna krem. Namun
untuk bagian dalam ruangan mengaplikasikan warna hijau mint, seperti pada
kelas, ruang kepala sekolah, dan ruang guru. Pengaplikasian warna hijau mint
yang memberikan kesan sejuk sangat cocok diterapkan pada ruang kelas yang
tidak memiliki pendingin ruangan. Semua ruangan menggunakan warna dinding
yang sama. Sedangkan untuk area eksterior menggunakan warna-warna yang
cerah untuk menghadirkan kesan ceria pada sekolah tersebut.

78
Gambar 2.58 Ruang Kelas Gambar 2.59 Bangunan SDT Krida Nusantara
Sumber. Dokumentasi Pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi
Gambar diatas merupakan ruang kelas yang menggunakan dinding dengan
cat warna tosca. Warna nya yang kurang cerah diberi tambahan hiasan-hiasan
hasil prakarya siswa kelas tersebut membuat dinding menjadi kotor dan
berantakan. Sebaiknya diberi papan madding khusus untuk menempatkan hasil
karya siswa, supaya terlihat lebih rapi dan terorganisir. Gambar ekstrior gedung
sekolah yang berwarna warni menambah keceriaan pada sekolah Krida Nusantara.

Plafond
Bagian plafond pada Sekolah Krida Nusantara menggunakan material
gypsum sebagai penutup langit-langit. Semua ruangan maupun koridor
menggunakan plafond dengan material gypsum board berwarna putih. Mungkin
lebih baik jika diberikan permainan up/down ceiling pada beberapa ruangan
misalnya untuk ruang kepala, sekolah, guru, dan front office agar menambah nilai
estetik pada ruangan tersebut sehingga tidak terlalu biasa dan monoton.

Gambar 2.60 Ceiling Ruang Keals Gambar 2.61 Ceiling Koridor


Sumber. Dokumentasi Pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi

i. Pengisi Ruang
 Ruang Kelas
Untuk meja dan kursi ruang kelas menggunakan kayu solid. Pengaturan
layout furniture ruang kelas disusun dengan sistem duduk bersebelahan

79
(untuk 2 orang). Susunan kursi yang sedemikian rupa sangat monoton karena
anak-anak hanya akan lebih akrab pada teman sebangkunya saja. Ruang
Kelas SD Krida Nusantara berukuran 6x6 meter. Terdiri dari 25 meja dan
kursi siswa, 1 meja dan kursi guru, papan tulis, serta rak buku di barisan
belakang. Ruang kelas di Sekolah ini tergolong berantakan.

Gambar 2.62 Furniture Ruang Kelas


Sumber. Dokumentasi Pribadi

 Ruang Kepala Sekolah


Ruang Kepala Sekolah Sekolah berada di area kantor guru, letaknya
paling belakang setelah front desk dan ruang Tata Usaha. Ruang Kepala
Sekolah memiliki sat uset meja kerja dan dua kursi hadap, lemari dokumen,
dan satu set sofa untuk menerima tamu. Besar ruangan ini sekitar 3 x 4 meter.
Alur sirkulasi pada ruangan ini sudah cukup baik dengan layouting furniture
yang rapi, namun ruangan kepala sekolah tidak memiliki perbedaan yang
signifikan dengan ruangan staff lainnya, seharusnya ruangan kepala sekolah
di desain sedemikian rupa sehingga memiliki perbedaan strata kelas diantara
staf dan guru.

Gambar 2.63 Ruang Kepala Sekolah


Sumber. Dokumentasi Pribadi

80
 Ruang Guru
Untuk meja guru menggunakan meja dengan material mdf sedangkan
kursinya menggunakan kursi alumunium dengan buff pada tempat duduk dan
sandarannya. Penyusunan tempat duduk untuk guru pun sangat sempit, buku-
buku menumpuk di atas meja, locker dan pantry berada dalam satu ruangan
tanpa adanya penyekat. Sebaiknya ruangan guru lebih besar lagi dan
penyusunan layout ditata dengan tepat, serta perlu adanya locker agar buku-
buku dapat disimpan dengan rapi di dalam locker sehingga tidak penuh dan
berserakan diatas meja .

Gambar 2.64 Suasana Ruang Guru


Sumber. Dokumentasi Pribadi

 Front Office
Front Office berada di tengah-tengah antara ruang kelas dan ruang guru. Di
ruangan ini terdapat satu set sofa untuk menerima tamu, lemari besar untuk
menyimpan piala, satu set meja kerja untuk customer service dan lemari yang
berisi peralatan ATK untuk staf pengajar. Front office ini juga merupakan
akses menuju ruang Kepala Sekolah. Karena letaknya yang berada diantara
ruang keals dan ruang guru, dengan 2 akses pintu masuk kanan dan kiri
membuat ruangan ini dijadikan alur sirkulasi baik siswa maupun guru.
Sehingga kurang etis ketika ada tamu tapi banyak orang-orang lalu lalang.

Gambar 2.65 Front Office Gambar 2.66 Front Office Dijadikan Akses
Sumber. Dokumentasi Pribadi Sumber. Dokumentasi Pribadi

81
 Ruang Tata Usaha
Ruang Tata Usaha berada di belakang front desk. Ruang Tata Usaha terdiri dari 2
set meja kerja beserta dua kursi hadap, dan dua lemari arsip. Ruang Tata Usaha
berada diantara front desk dan ruang kepala sekolah sehingga mengganggu staff
TU ketika ada yang keluar masuk ruangan. Sebaiknya diberikan penambahan
lemari / brankas untuk menyimpan dokumen sehingga dokumen yang sudah
tidak muat dimasukkan kedalam lemari dapat tersusun rapi, dan Staff Tata Usaha
difasilitasi ruangan tersendiri agar selama bekerja tidak terganggu konsentrasinya
dengan orang yang lalu lalang.

Gambar 2.67 Suasana Ruang Tata Usaha


Sumber. Dokumentasi Pribadi

j. Karakter Ruang
SDT Krida Nusantara menggunakan pendekatan menyatu dengan alam yaitu
dengan tidak menggunakan energy yang berlebihan, dan dapat bermain
sepuasnya di halaman dan kebun sekolah, dan tidak memiliki karakter khusus
pada ruangannya. Namun untuk ruang kelas, dibuat senyaman mungkin
dengan memasang karya-karya murid kelas tersebut sesuai dengan misi
Sekolah diantaranya mandiri dan terampil.
k. Pengkondisian Ruang
 Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada sekolah menggunakan pencahayaan alami karena
Sekolah sangat peduli terhadap lingkungan maka pada siang hari semua
lampu dimatikan dan mengandalkan cahaya matahari yang masuk melalui
jendela

82
 Penghawaan
Sekolah Krida tidak menggunakan AC, sekolah mengandalkan penghawaan
alami dengan adanya pintu (yang dibiarkan terbuka ketika belajar), dan
jendela dengan bukaan jalousie pada bagian barat dan timur kelas.
 Akustik
Ruang kelas tidak menggunakan peredam suara apapun, sehingga ketika satu
kelas berisik sangat mengganggu kelas yang berada disebelahnya.

l. Kesimpulan
Sekolah Dasar Terpadu Krida Nusantara adalah sebuah institusi
pemerintahan yang bergerak di bidang pendidikan dasar dibawah Yayasan Krida
Nuantara. Sekolah Dsar ini memiliki fasilitas ruangan penunjang pendidikan yang
cukup seperti ruang kelas, ruang pengajar, ruang ekstrakurikuler dan fasilitas
pendukung lainnya.
Kelebihan dari Sekolah Dasar Krida Nusantara ini adalah sebagai berikut :
3. Merupakan sekolah dasar dengan kualitas terbaik di Kota Bandung
4. Memiliki sistem belajar yang sangat baik, dan staf pengajar yang
berpengalaman
5. Merupakan sekolah yang sangat peduli terhadap lingkungan sekitar.
Kekurangan dari Sekolah Dasar Krida Nusantara ini adalah sebagai berikut :

3. Fasilitas yang dimiliki SDT masih kurang, karena fasilitas pendukung


seperti aula, mushola, aula kesenian, dll masih bergabung dengan
yayasan sehingga jarang dipergunakan dan menggantikan ruangan kelas
sebagai fasilitas pengganti.
4. Penataan layout pada setiap ruangan masih sangat monoton.
5. Tidak memiliki kantin sehingga ketika jam makan siang siswa harus
makan di dalam kelas.

83
BAB III
KONSEP PERANCANGAN DESAIN INTERIOR

5.1 Tema dan Konsep Perancangan


Dilihat dari visi SDT Krida Nusantara yaitu “Dengan sistem pendidikan
terpadu, membangun insan yang mandiri, berakhlak mulia, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi serta peduli terhadap lingkungan hidup”. Tema yang
akan diterapkan yaitu Learning by Doing. Yang mana dapat belajar melalui
aktivitas yang dilakukan oleh anak didik dengan hal yang terjadi disekitar. Pada
kelas-kelas rendah di Sekolah Dasar, aktivitas ini dapat dilakukan seperti belajar
sambil bermain sehingga anak didik akan lebih aktif, senang, kreatif serta tidak
mengikat. Proses pembelajaran yang didesain dengan menerapkan konsep belajar
ini perlu dilakukan agar pendidikan dan hiburan dapat dikombinasikan secara
harmonis dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini juga
disesuaikan dengan kurikulum yang ada yaitu kurikulum 2013, dimana anak-anak
dituntut lebih aktif dan interaktif dalam proses belajar. Tema ini diterapkan pada
elemen interior dan pengisi ruang yang dapat mendukung proses belajar mengajar
dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan serta menyediakan space untuk
anak-anak berkreasi.

Gambar 3.1 Contoh ruang anak


Sumber. http://usgbcblog.blogspot.co.id/2012/07/healthy-sustainable-interior-
design.html

84
3.1.2 Konsep Desain
Konsep yang akan diterapkan pada perancangan SDT Krida Nusantara adalah
healty school. Konsep healty school ini diangkat karena sekolah yang sekolah
yang sehat dapat melaksanakan tugas dan tujuannya dengan lancar. Penerapan
konsep ini dapat dilihat dari penataan layout yang bersih, sirkulasi yang teratur,
penghawaan yang baik, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Ruang Kelas
Konsep yang diterapkan pada ruang kelas dibedakan menjadi 2 level.
Yaitu level I yang terdiri dari kelas 1 dan 2, dan level II yang terdiri dari
kelas 3-6.
a. Ruang Kelas I (Kelas 1 dan 2)
- Layouting

Gambar 3.2 Analisa Layout Kelas


Sumber. Analisa Pribadi

Penerapan layout pada kelas 1 dan 2 adalah sesuai dengan tema yang digunakan
yaitu Learning by Doing dimana siswa dapat belajar sikap tertib dan disiplin dari
awal masuk kelas hingga siap belajar dengan alur sebagai berikut:
Siswa meletakkan sepatu di depan ruang kelas –> menyimpan barang di locker –>
siap belajar di meja belajar.
1. Layouting meja belajar yang dibuat secara berkelompok pada kelas awal
bertujuan untuk mengajarkan siswa bekerja sama dan melatih siswa untuk
bersosialisasi.
2. Locker diletakkan di sisi samping kelas agar sirkulasi siswa lebih teratur
ketika akan mulai pelajaran.
3. Storage Prakarya untuk menyimpan prakarya yang dibuat siswa

85
4. Sudut Baca berada di sisi belakang kelas untuk meningkatkan minat baca
sejak dini, sudut baca dibuat secara lesehan agar dapat digunakan bersama-
sama.
5. Meja komputer diletakkan di sisi belakang untuk mengakses informasi yang
diperlukan oleh siswa yang tidak ada di sudut baca.

- Elemen Interior
Aspek Material Keterangan
Lantai Menggunakan lantai
parquet karena sistem
sekolah yang tidak
menggunakan sepatu
di kelas maka parquet
lebih aman jika terjadi
benturan daripada
keramik.

Dinding Menggunakan warna


kuning dan putih karena
sesuai dengan pengaruh
psikologis yang baik
seperti meningkatkan
optimisme, kreativitas,
dan semangat pada
anak.
Plafond Plafond menggunakan
gypsum warna putih.

Tabel 3.1 Elemen Interior Kelas

- Konsep Pencahayaan

Gambar 3.3 Analisa Pencahayaan Kelas


Sumber. Analisa Pribadi

86
Pencahayaan yang digunakan pada ruang kelas I adalah pencahayaan alami dan
buatan. Pencahayaan alami mengandalkan sinar matahari yang masuk melalui
jendela pada sisi kiri dan ventilasi pada sisi kanan. Pencahayaan buatan yang
berupa lampu general TL digunakan saat keadaan tertentu seperti cuaca mendung.
- Konsep Penghawaan

Gambar 3.4 Analisa Penghawaan Kelas


Sumber. Analisa Pribadi

Penghawaan pada ruang kelas I menggunakan penghawaan alami dan buatan.


Penghawaan alami di dapatkan dari udara yang masuk melalui jendela dan
ventilasi yang berada di samping kanan dan kiri ruangan. Sedangkan penghawaan
buatan berupa AC central yang diletakkan di bagian tengah langit-langit supaya
udara yang keluar dari AC dapat menyebar rata ke seluruh ruangan.

b. Ruang Kelas II (Kelas 3 – 6)


- Layouting

Gambar 3.5 Analisa Layout Kelas


Sumber. Analisa Pribadi

87
Penerapan layout pada kelas 3-6 juga sesuai dengan tema Learning by Doing
dimana siswa dapat belajar sikap tertib dan disiplin dari awal masuk kelas hingga
siap belajar dengan alur sebagai berikut:
Siswa meletakkan sepatu di depan ruang kelas –> menyimpan barang di locker –>
siap belajar di meja belajar.
1. Layouting meja belajar yang dibuat sendiri-sendiri dengan tujuan agar siswa
lebih mandiri.
2. Locker diletakkan di sisi samping kelas agar sirkulasi siswa lebih teratur
ketika akan mulai pelajaran.
3. Storage Prakarya untuk menyimpan prakarya yang dibuat siswa.
4. Meja komputer diletakkan di sisi belakang untuk mengakses informasi yang
diperlukan oleh siswa.

- Elemen Interior
Aspek Material Keterangan
Lantai Menggunakan lantai
parquet karena sistem
sekolah yang tidak
menggunakan sepatu di
kelas maka parquet
lebih aman daripada
keramik.

Dinding Menggunakan warna


kuning dan putih
karena sesuai dengan
pengaruh psikologis
yang baik seperti
meningkatkan
optimisme, kreativitas,
dan semangat pada
anak.
Plafond Plafond menggunakan
gypsum warna putih.

Tabel 3.2 Elemen Interior Kelas

88
- Konsep Pencahayaan

Gambar 3.6 Analisa Pencahayaan Kelas


Sumber. Analisa Pribadi

Pencahayaan yang digunakan pada ruang kelas I adalah pencahayaan alami dan
buatan. Pencahayaan alami mengandalkan sinar matahari yang masuk melalui
jendela pada sisi kiri dan ventilasi pada sisi kanan. Pencahayaan buatan yang
berupa lampu general TL digunakan saat keadaan tertentu seperti cuaca mendung.

- Konsep Penghawaan

Gambar 3. 7 Analisa Penghawaan Kelas


Sumber. Analisa Pribadi

Penghawaan pada ruang kelas I menggunakan penghawaan alami dan buatan.


Penghawaan alami di dapatkan dari udara yang masuk melalui jendela dan
ventilasi yang berada di samping kanan dan kiri ruangan. Sedangkan penghawaan
buatan berupa AC central yang diletakkan di bagian tengah langit-langit supaya
udara yang keluar dari AC dapat menyebar rata ke seluruh ruangan.

89
2. Kantor
Area kantor yang terdiri dari Ruang Guru, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Wakil
Kepala Sekolah, Ruang TU, dan Ruang Rapat.
a. Ruang Guru
- Layouting

Gambar 3.8 Analisa Layout Kantor Guru


Sumber. Analisa Pribadi

Pengaturan layout kantor guru terdapat area ruang tamu pada ruang depan untuk
menerima tamu guru. Area kerja dengan penyusunan meja guru secara sejajar
dengan konfigurasi 6orang pada satu kelompok, area penyimpanan dimana
terdapat locker untuk guru menyimpan barang-barang, dan area berkumpul. Pada
ruangan ini terdapat akses menuju pantry untuk guru membuat minuman dan
akses menuju ruang rapat.

- Elemen Interior
Aspek Material Keterangan
Lantai Menggunakan lantai
parquet

Dinding Menggunakan warna


putih, biru, dan warna
identitas sekolah.

90
Plafond Plafond menggunakan
gypsum warna putih.

Tabel 3.3 Elemen Interior Kantor Guru

- Konsep Pencahayaan

Gambar 3.9 Analisa Pencahayaan Kantor


Sumber. Analisa Pribadi

Pencahayaan yang digunakan pada ruang gruru adalah pencahayaan alami dan
buatan. Pencahayaan alami mengandalkan sinar matahari yang masuk melalui
jendela pada sisi kiri dan kanan. Pencahayaan buatan yang berupa lampu general
TL.

- Konsep Penghawaan

Gambar 3.10 Analisa Penghawaan Kantor Guru


Sumber. Analisa Pribadi

91
Penghawaan pada ruang guru menggunakan penghawaan alami dan buatan.
Penghawaan alami di dapatkan dari udara yang masuk melalui jendela dan
ventilasi yang berada di samping kanan dan kiri ruangan. Sedangkan penghawaan
buatan berupa AC central yang diletakkan di bagian tengah langit-langit supaya
udara yang keluar dari AC dapat menyebar rata ke seluruh ruangan.

b. Ruang Kepala Sekolah


- Layouting

Gambar 3.11 Analisa Layout R. Kepala Sekolah


Sumber. Analisa Pribadi

Pengaturan layout ruang kepala sekolah terdapat ruang tamu khusus untuk kepala
sekolah menerima tamu. Meja kerja dibuat lebih esklusif dengan meja berukuran
160x70x75cm Lshape. Terdapat area arsip dan kamar mandi khusus dan akses
menuju ruang rapat.

- Elemen Interior
Aspek Material Keterangan
Lantai Menggunakan penutup
lantai berupa karpet
supaya memberi kesan
exlusive sebagai
tingkatan
kepemimpinan tertinggi

Dinding Menggunakan warna


putih, cokelat, krem,
hitam.

92
Plafond Plafond menggunakan
gypsum warna krem.
Dengan up&down
ceiling

Tabel 3.4 Elemen Interior R. Kepala Sekolah

- Konsep Pencahayaan

Gambar 3.11 Analisa Pencahayaan R. Kepala Sekolah


Sumber. Analisa Pribadi

Pencahayaan yang digunakan pada ruang kepala sekolah adalah pencahayaan


alami dan buatan. Pencahayaan alami mengandalkan sinar matahari yang masuk
melalui jendela pada sisi depan dan sisi kiri ruangan. Pencahayaan buatan yang
berupa lampu gantung dan downlight.

- Konsep Penghawaan

Gambar 3.12 Analisa Penghawaan R. Kepala Sekolah


Sumber. Analisa Pribadi

93
Penghawaan pada ruang kepala sekolah menggunakan penghawaan alami dan
buatan. Penghawaan alami di dapatkan dari udara yang masuk melalui jendela dan
ventilasi yang berada di samping kanan dan kiri ruangan. Sedangkan penghawaan
buatan berupa AC central yang diletakkan di bagian tengah langit-langit supaya
udara yang keluar dari AC dapat menyebar rata ke seluruh ruangan.

c. Ruang Wakil Kepala Sekolah


- Layouting

Gambar 3.13 Analisa Layout R. Wakasek


Sumber. Analisa Pribadi

Pengaturan layout ruang wakil kepala sekolah terdapat ruang tamu untuk wakil
kepala sekolah menerima tamu. Meja kerja untuk 2orang dipisah dengan partisi
untuk lebih mendapatkan privasi., dan terdapat kamar mandi khusus.

- Elemen Interior
Aspek Material Keterangan
Lantai Menggunakan parquet
agar lebih elegan

Dinding Menggunakan warna


putih, dan krem.

94
Plafond Plafond menggunakan
gypsum warna putih.

Tabel 3.5 Elemen Interior R. Wakil Kepala Sekolah

- Konsep Pencahayaan

Gambar 3.14 Analisa Pencahayaan R. Wakasek


Sumber. Analisa Pribadi

Pencahayaan yang digunakan pada ruang wakil kepala sekolah adalah


pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami mengandalkan sinar matahari
yang masuk melalui jendela pada sisi depan. Pencahayaan buatan yang berupa
lampu TL dan downlight.

- Konsep Penghawaan

Gambar 3.15 Analisa Penghawaan R. Wakil Kepala Sekolah


Sumber. Analisa Pribadi

95
Penghawaan pada ruang kepala sekolah menggunakan penghawaan alami dan
buatan. Penghawaan alami di dapatkan dari udara yang masuk melalui jendela dan
ventilasi yang berada di samping kanan dan kiri ruangan. Sedangkan penghawaan
buatan berupa AC central yang diletakkan di bagian tengah langit-langit supaya
udara yang keluar dari AC dapat menyebar rata ke seluruh ruangan.

d. Ruang TU
- Layouting

Gambar 3.16 Analisa Layout Ruang TU


Sumber. Analisa Pribadi

Pengaturan layout ruang tata usaha terdapat ruang tamu untuk menerima tamu
baik tamu internal sekolah (siswa,guru,staff) maupun dari luar sekolah. Meja kerja
untuk 3 orang tidak diberi partisi agar dapat bekerja sama antar petugas TU, dan
terdapat area arsip untuk menyimpan dokumen sekolah.

- Elemen Interior
Aspek Material Keterangan
Lantai Menggunakan HT agar
lebih elegan

Dinding Menggunakan warna


putih, cokelat, dank
rem.

96
Plafond Plafond menggunakan
gypsum warna putih.

Tabel 3.6 Elemen Interior Ruang TU

- Konsep Pencahayaan

Gambar 3.17 Analisa Pencahayaan Ruang TU


Sumber. Analisa Pribadi

Pencahayaan yang digunakan pada ruang tata usaha adalah pencahayaan alami
dan buatan. Pencahayaan alami mengandalkan sinar matahari yang masuk melalui
jendela pada sisi depan dan sisi kanan ruangan. Pencahayaan buatan yang berupa
lampu TL dan downlight.

- Konsep Penghawaan

Gambar 3.18 Analisa Penghawaan Ruang TU


Sumber. Analisa Pribadi

Penghawaan pada ruang tata usaha menggunakan penghawaan alami dan buatan.
Penghawaan alami di dapatkan dari udara yang masuk melalui jendela dan
ventilasi yang berada di samping kanan dan kiri ruangan. Sedangkan penghawaan

97
buatan berupa AC central yang diletakkan di bagian tengah langit-langit supaya
udara yang keluar dari AC dapat menyebar rata ke seluruh ruangan.

e. Ruang Rapat
- Layouting

Gambar 3.19 Analisa Layout Ruang Rapat


Sumber. Analisa Pribadi

Pengaturan layout ruang rapat terdapat meja rapat yang dapat digunakan oleh
22orang guru, dan 1 moderator. Ruang rapat langsung terhubung dengan pantry
untuk coffeebreak. Selain itu, terhubung dengan ruang kepala sekolah agar
mempermudah akses kepala sekolah ketika berlangsung rapat.
- Elemen Interior
Aspek Material Keterangan
Lantai Menggunakan penutup
lantai karpet untuk
meredam suara.

Dinding Menggunakan warna


putih, hijau, karena
warna terseut dapat
meningkatkan
konsentrasi.
Menggunakan akustik
pada dinding untuk
menyaring suara dari
luar.
Plafond Plafond menggunakan
gypsum permainan
level.

Tabel 3.7 Elemen Interior Ruang Rapat

98
- Konsep Pencahayaan

Gambar 3.20 Analisa Pencahayaan Ruang Rapat


Sumber. Analisa Pribadi

Pencahayaan yang digunakan pada ruang rapat adalah pencahayaan alami dan
buatan. Pencahayaan alami mengandalkan sinar matahari yang masuk melalui
jendela pada sisi kiri, dan di beri vertical blind agar ketika rapat semakin serius
terhindar dari gangguan aktivitas diluar. Pencahayaan buatan yang berupa lampu
gantung dan downlight.

- Konsep Penghawaan

Gambar 3.21 Analisa Penghawaan Ruang Rapat


Sumber. Analisa Pribadi

Penghawaan pada ruang rapat menggunakan penghawaan alami dan buatan.


Penghawaan alami di dapatkan dari udara yang masuk melalui jendela dan
ventilasi yang berada di depan dan samping kiri ruangan. Sedangkan penghawaan
buatan berupa AC central yang diletakkan di bagian tengah langit-langit supaya
udara yang keluar dari AC dapat menyebar rata ke seluruh ruangan.

99
3. Ruang Pendukung
a. Perpustakaan
- Layouting

Gambar 3.22 Analisa Layout Perpustakaan


Sumber. Analisa Pribadi

Penerapan layout pada perpustakaan adalah sesuai dengan tema yang digunakan
yaitu Learning by Doing dimana siswa dapat belajar sikap tertib dan disiplin dari
awal masuk perpustakaan dengan alur sebagai berikut:
Siswa meletakkan sepatu di area penyimpanan –> menyimpan barang di locker –>
masuk -> melakukan input data -> mencari buku -> membaca di area baca /
mengakses internet di area computer -> menginput data peminjaman buku ->
keluar -> mengambil sepatu.
1. Resepsionis dibuat melingkar agar mempemudah pengumpulan data siswa
yang masuk dan yang keluar.
2. Peletakkan rak buku dibuat seperti labirin agar dapat menstimulasi anak
agar lebih bereksplorasi.
3. Meja membaca dibuat berkelompok untuk siswa yang ingin berdiskusi
sambil mengerjakan tugas.
4. Area membaca dibuat bebas tanpa menggunakan meja untuk membuat anak
merasa nyaman berada di perpustakaan.

100
- Elemen Interior
Aspek Material Keterangan
Lantai Menggunakan lantai
parquet karena sepatu
dilarang masuk agar
perpustakaan tetap
bersih dan nyaman.
Area membaca
beralaskan karpet agar
siswa lebih nyaman
berada di perpustakaan.
Dinding Menggunakan warna
hijau, putih, kuning.
Sedangkan area
membaca dinding
menggunakan cat
kidsproof sehingga
siswa bebas mencoret-
coret dinding.
Plafond Plafond menggunakan
gypsum warna putih
dengan up&down
ceiling berwarna hijau.

Tabel 3.8 Elemen Interior Perpustakaan

- Konsep Pencahayaan

Gambar 3.23 Analisa Pencahayaan Perpustakaan


Sumber. Analisa Pribadi

Pencahayaan yang digunakan pada perpustakaan adalah pencahayaan alami dan


buatan. Pencahayaan alami mengandalkan sinar matahari yang masuk melalui

101
jendela pada sisi kiri dan ventilasi pada sisi kanan. Pencahayaan buatan yang
berupa lampu general TL dan downlight.

- Konsep Penghawaan

Gambar 3.24 Analisa Penghawaan Perpustakaan


Sumber. Analisa Pribadi

Penghawaan pada perpustakaan menggunakan buatan berupa AC central yang


diletakkan di bagian tengah langit-langit supaya udara yang keluar dari AC dapat
menyebar rata ke seluruh ruangan.

b. UKS
- Layouting

Gambar 3.25 Analisa Layout UKS


Sumber. Analisa Pribadi

Penerapan layout UKS adalah terdapat 2 area yaitu area UKS dan dokter kecil.
Area dokter kecil hanya digunakan pada hari jumat dan sabtu untuk
ekstrakurikuler.
1. Terdapat 3 tempat tidur untuk pasien (siswa, guru, staff) yang sakit.

102
2. Meja kerja untuk dokter jaga.
3. Kabinet untuk menyimpan peralatan (stetoskop, thermometer, timbangan,
dll) dan obat-obatan.
4. Kabinet untuk menyimpan peralatan dokter kecil seperti tandu, perban, dan
obat-obatan.
5. Meja untuk Pembina menerangkan materi.

- Elemen Interior
Aspek Mateial Keterangan
Lantai Menggunakan HT agar
lebih mudah
dibersihkan ketika
terjadi keadaan darurat.
Untuk area dokter kecil
menggunakan karpet
agar lebih nyaman
ketika melakukan
simulasi.
Dinding Menggunakan warna
putih dan biru. Warna
ini mampu
memunculkan suasana
damai dan tenang..
Efek yang ditimbulkan
warna putih akan
membuat pasien merasa
tenang sehingga
mampu membantu
masa pemulihan.
Warna biru sering
digunakan untuk
desain kamar rawat
inap anak-anak.
Karena mampu
memberi sensasi
ketenangan dan dapat
menyampaikan efek
penyembuhan pada
anak. (idea.grid.id)
Plafond Plafond menggunakan
gypsum warna putih.

Tabel 3.9 Elemen Interior UKS

103
- Konsep Pencahayaan

Gambar 3.26 Analisa Pencahayaan UKS


Sumber. Analisa Pribadi

Pencahayaan yang digunakan pada UKS adalah pencahayaan alami dan buatan.
Pencahayaan alami mengandalkan sinar matahari yang masuk melalui jendela
pada sisi kiri dan ventilasi pada sisi kanan. Pencahayaan buatan yang berupa
lampu general TL dan downlight.

- Konsep Penghawaan

Gambar 3.27 Analisa Penghawaan UKS


Sumber. Analisa Pribadi

Penghawaan pada perpustakaan menggunakan alami yang didapatkan dari jendela


dan ventilasi agar udara segar dari luar dapat bertukar dengan udara di dalam, dan
buatan berupa AC central yang diletakkan di bagian tengah langit-langit supaya
udara yang keluar dari AC dapat menyebar rata ke seluruh ruangan.

104
c. Kafetaria
- Layouting

Gambar 3.28 Analisa Layout Kafetaria


Sumber. Analisa Pribadi

Penerapan layout Kafetaria dibuat dengan sistem makan bersama. Terdapat 240
kursi yang dapat digunakan siswa untuk makan siang mulai dari kelas 2 sampai
kelas 6. Sistem yang digunakan adalah self service dimana siswa mengambil
sendiri makanan sampai meletakkan kembali perkakas yang digunakan.
1. Food Counter untuk meletakkan makanan yang disediakan dari sekolah.
Siswa mengambil sendiri makanan dengan food tray yang disediakan.
2. Meja dikelompokkan berdasarkan kelas
3. Tempat meletakkan food tray yang telah digunakan.

- Elemen Interior
Aspek Material Keterangan
Lantai Menggunakan HT agar
lebih mudah
dibersihkan dari sepatu
dan kemungkinan
adanya makanan yang
tumpah.

Dinding Menggunakan
perpaduan warna hijau,
oranye, dan tosca.
Warna-warna ini dapat
membantu
meningkatkan pasokan
oksigen ke otak,

105
menghasilkan efek
menyegarkan dan
menstimulasi aktivitas
mental.
Plafond Plafond menggunakan
gypsum dengan down
ceiling dari akrilik
dengan pola hexagonal.

Tabel 3.10 Elemen Interior Kafetaria

- Konsep Pencahayaan

Gambar 3.29 Analisa Pencahayaan Kafetaria


Sumber. Analisa Pribadi

Pencahayaan yang digunakan pada Kafetaria adalah pencahayaan alami dan


buatan. Pencahayaan alami mengandalkan sinar matahari yang masuk melalui
jendela pada hampir di semua sisi ruangan. Pencahayaan buatan yang berupa
lampu hidden lamp.
- Konsep Penghawaan

Gambar 3.30 Analisa Penghawaan Kafetaria


Sumber. Analisa Pribadi

106
Penghawaan pada Kafetaria menggunakan alami yang didapatkan dari jendela dan
ventilasi agar udara segar dari luar dapat bertukar dengan udara di dalam, dan
buatan berupa AC central yang diletakkan di bagian tengah langit-langit supaya
udara yang keluar dari AC dapat menyebar rata ke seluruh ruangan.

3.3 Konsep Visual Perancangan


3.3.1 Konsep Bentuk
Bentuk Aplikasi Simulasi Referensi furniture
Geometris Furniture:
Tanpa Ruang Kelas
Sudut Perpustakaan
Ruang Belajar

Tabel 3.11 Konsep Bentuk


Sumber. Analisa Pribadi

3.3.2 Konsep Material


Material disesuaikan dengan konsep dan kebutuhan. Karena penggunannya
mayoritas adalah anak-anak maka material yang digunakan harus aman, ringan,
tahan lama, dan non-toxic.
Kategori Aplikasi Material Finishing
Alami Ruang Kepala Sekolah HPL
Furniture: Meja Waterbased
Kepala Sekolah

Kayu solid

107
Buatan Partisi: HPL
Partisi Ruang UKS Vernis

Multipleks

Partisi: -
Ruang Wakil Kepala
Sekolah

Partisi Kaca
Lantai: -
Kelas
Perpustakaan
Learning Centre
Ruang Guru & staff
Parket
Lantai: -
Area Membaca
Perpustakaan
Ruang Musik
Ruang Tari
Ruang Kepala Sekolah
Ruang Rapat Karpet
Lantai: Unpholised
Lobby
Koridor
Laboratorium
UKS

Homogenius tile
Lantai: -
Toilet
Dinding kamar mandi
Storage

Keramik
Plafond Cat

Gypsum
Tabel 3.12 Konsep Material
Sumber. Analisa Pribadi

108
3.3.3 Konsep Warna
Warna pada elemen pembentuk ruang merupakan faktor utama untuk
menciptakan suasana dalam ruang. Suasana hangat atau dingin dapat
diekspresikan melalui warna. Warna memiliki efek psikologis yang berpengaruh
terhadap pikiran, dan emosi. Sesuai dengan konsep maka warna yang akan
diterapkan pada SDT Krida Nusantara adalah sebagai berikut:

No Warna Aplikasi Keterangan


1 Lobby, Koridor, Warna yang diambil
Kantor, dari logo sekolah
Auditorium, diaplikasikan pada
ruang publik untuk
memunculkan
identitas sekolah.
2 Semua Ruangan Sebagai penetral dari
semua warna yang
diterapkan pada
ruangan

Tabel 3.12 Konsep Warna


Sumber. Analisa Pribadi

3.4. Persyaratan Umum Ruang

3.4.1. Pencahayaan

Pencahayaan terdiri dari pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami


mengandalkan sinar matahari dan memaksimalkan jendela yang besar. Cahaya
yang diperoleh dari bukaan yang langsung menghadap matahari lebih bersifat
menyebar dan mempertegas warna-warna terang. Pencahayaan buatan merupakan
penggunaan cahaya yang dihasilkan oleh lampu. Penerangan ini digunakan untuk
membantu ketika pencahayaan alami kurang maksimal (keadaan mendung),
sebagai elemen dekoratif untuk menambah nilai estetik, dan untuk menciptakan
suasana tertentu.

Sistem Penerapan Pencahayaan Gambar


Alami Semua ruangan kecuali Bukaan jendela
toilet

109
Buatan Semua Ruangan General lamp:
Lampu TL

Front office Accent Lamp:


Ruang Kepala Sekolah Spotlight
Wallwasher

Toilet Lampu Baret

Laboratorium Tasklamp

Tabel 3.13 Pencahayaan


Sumber. Analisa Pribadi

3.4.2. Penghawaan
Sistem penghawaan yang digunakan pada perancangan ini adalah
memaksimalkan penghawaan alami melalui bukaan jendela dan ventilasi. Berikut
adalah penjabaran sistem penghawaan pada perancangan ini.
Sistem Penghawaan Penerapan Keterangan
Alami Bukaan jendela dan Setiap ruangan Sistem Penghawaan
ventilasi alami digunakan ketika
pagi hari hingga pukul
09. 00 untuk
menghemat
penggunaan energi
Buatan AC Semua Ruangan Sistem penghawaan
kecuali Toilet buatan digunakan
setelah pukul 09.00
ketika cuaca sudah
mulai panas, agar siswa
dan guru tetap merasa
nyaman.
Tabel 3.14 Penghawaan
Sumber. Analisa Pribadi

110
3.4.3. Pengkondisian Suara
Pengkondisian suara atau sistem akustik diterapkan pada ruangan yang
memiliki tingkat kebisingan yang tinggi. Untuk itu berikut penerapan sistem
akustik yang digunakan pada perancangan sekolah.

Akustik Penerapan Gambar


Akustik board Ruang rapat
Ruang musik
Perpustakaan
Ruang Tari
Auditorium

Panel Akustik

Karpet

Tabel 3.15 Pengkondisian Suara


Sumber. Analisa Pribadi

3.4.4. Keamanan
Sistem keamanan yang digunakan pada perancangan ini adalah keamanan
pada kebakaran dan kriminal yang dijelaskan pada tabel berikut:
Keamanan Sistem Penerapan Gambar
Kebakaran Smoke detector Lab. IPA, Lab. Komputer,
Storage

Alarm Koridor lantai 1 dan 2

Sprinkler Semua ruangan kecuali


Perpustakaan, Ruang
Controlling, Lab
Komputer, Lab B. nggris

111
APAR Ruang berkumpul lantai 1
dan dua

Kriminal CCTV Semua Ruangan kecuali


Toilet, dan ruang ganti.

Tabel 3.16 Keamanan


Sumber. Analisa Pribadi

3.4 Organisasi Ruang


1. Hubungan Antar Ruang
Berikut merupakan hubungan antar ruang gedung Sekolah Dasar Krida Nusantara:

Gambar 3.31 Matriks Lantai 1


Sumber. Analisa Pribadi

112
Gambar 3.23 Matriks Lantai 2
Sumber. Analisa Pribadi

2 Bubble Diagram
Berdasarkan hubungan antar ruang di atas berikut adalah bubble diagram pada
bangunan SDT Krida Nusantara

Bagan 3.33 Bubble Diagram


Sumber. Analisa Pribadi

113
3 Zoning
Berdasarkan konsep dan besaran kebutuhan ruang yang telah dijelaskan diatas,
berikut adalah perencanaan zoning, blocking perancangan:

Gambar 3.34 Zoning


Sumber. Analisa Pribadi

Gambar 3.35 Blocking


Sumber. Analisa Pribadi

4 Sistem Sirkulasi dan Aktivitas


Sistem sirkulasi yang digunakan pada sekolah ini adalah sirkulasi linear dengan
alur sirkulasi seperti pada gambar berikut:

114
Alur Sirkulasi Siswa

Gambar 3.36 Alur sirkulasi siswa lantai 1


Sumber. Analisa Pribadi

Gambar 3.37 Alur sirkulasi siswa lantai 2


Sumber. Analisa Pribadi

115
Alur Sirkulasi Guru

Gambar 3.38 Alur sirkulasi guru lantai 1


Sumber. Analisa Pribadi

Gambar 3.39 Alur sirkulasi guru lantai 2


Sumber. Analisa Pribadi

116
Alur Sirkulasi Staff

Gambar 3.40 Alur sirkulasi staff lantai 1


Sumber. Analisa Pribadi

Gambar 3.41 Alur sirkulasi staff lantai 2


Sumber. Analisa Pribadi

117
Bagan 3.1 Alur kegiatan siswa
Sumber. Analisa Pribadi

Bagan 3.2 Alur kegiatan guru


Sumber. Analisa Pribadi

118
Bagan 3.44 Alur kegiatan staff
Sumber. Analisa Pribadi

Bagan 3.3 Alur kegiatan staff


Sumber. Analisa Pribadi

119
BAB IV

KONSEP PERANCANGAN VISUAL DENAH KHUSUS

4.1. Pemilihan Denah Khusus


Pada perancangan tugas akhir ini, denah khusus terpilih adalah ruang
kelas III A, kelas II , Lobby dan Area Bermain.

a. Ruang kelas III A


Ruang kelas dibuat berukuran 9x9m sesuai dengan standar yang
diterapkan Pemerintah dan sesuai dengan kegiatan yang ada di
didalamnya. Ruangan memiliki 24set meja dan kursi belajar siswa
dengan layout sendiri-sendiri, 1set meja guru, 24 locker siswa, 1 buah
meja computer, dan 1buah storage untuk meletakkan prakarya siswa.
Kegiatan yang dilakukan anak-anak meliputi : Siswa meletakkan sepatu
di depan ruang kelas –> menyimpan barang di loker –> siap belajar di
meja belajar. Pencahayaan yang diterapkan yaitu pencahyaan alami
yang didapatkan dari jendela pada sisi kiri dan pencahayaan buatan
berupa lampu TL sebagai lampu general yang dinyalakan pada kondisi
tertentu saja. Penghawaan menggunakan penghawaan alami yang
didapatkan dari jendela, dan mulai pukul 09.00 menggunakan
penghawaan buatan berupa AC.

Gambar 4.1 Ruang Kelas III A

120
Sumber: Dokumen Pribadi

e. Free Corner dan Kelas II B


Free Corner atau Area bermain ini digunakan ketika siswa sedang istirahat
sebagai sarana bermain karena ketika istirahat siswa tidak boleh berada di
dalam kelas. Di area bermain ini diberikan sarana duduk, rak yang
berisikan buku-buku bacaan, cabinet untuk menyimpan mainan tradisional
yang disediakan oleh sekolah. Pencahayaan menggunakan pencahayaan
alami yang didapat dari jendela dan void yang berada di depan area ini.
Namun ada pencahayaan tambahan berupa lampu. Penghawaan
menggunakan penghawaan alami karena letaknya yang berada di koridor.
Sedangkan Ruang kelas dibuat berukuran 9x9m sesuai dengan standar
yang diterapkan Pemerintah dan sesuai dengan kegiatan yang ada di
didalamnya. Ruangan memiliki 24set meja dan kursi belajar siswa dengan
layout secara berkelompok, 1set meja guru, 24 locker siswa, 1 buah meja
computer, dan 1buah storage untuk meletakkan prakarya siswa.
Kegiatan yang dilakukan anak-anak meliputi : Siswa meletakkan sepatu di
depan ruang kelas –> menyimpan barang di loker –> siap belajar di meja
belajar. Pencahayaan yang diterapkan yaitu pencahyaan alami yang
didapatkan dari jendela pada sisi kiri dan pencahayaan buatan berupa
lampu TL sebagai lampu general yang dinyalakan pada kondisi tertentu
saja. Penghawaan menggunakan penghawaan alami yang didapatkan dari
jendela, dan mulai pukul 09.00 menggunakan penghawaan buatan berupa
AC.

121
Gambar 4.2 Area Bermain
Sumber: Dokumen Pribadi

4.2. Konsep Tata Ruang

Konsep yang diterapkan pada SDT Krida Nusantara adalah healty school.
Konsep ini dapat dilihat dari penataan layout yang rapi sesuai dengan kegiatan
siswa, pemilihan warna yang dapat mendukung kegiatan belajar siswa,
pencahayaan dan penghawaan yang baik. Sekolah yang sehat, maka siswa dan
gurunya juga sehat sehingga dapat tercapai semua visi, misi, dan tujuan dari
sekolah tersebut.

4.3. Persyaratan Teknis Ruang


4.3.1 Sistem Pencahayaan
Pencahayaan terdiri dari pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami
mengandalkan sinar matahari dan memaksimalkan jendela yang besar. Cahaya
yang diperoleh dari bukaan yang langsung menghadap matahari lebih bersifat
menyebar dan mempertegas warna-warna terang. Pencahayaan buatan
merupakan penggunaan cahaya yang dihasilkan oleh lampu. Penerangan ini
digunakan untuk membantu ketika pencahayaan alami kurang maksimal
(keadaan mendung), sebagai elemen dekoratif untuk menambah nilai estetik, dan
untuk menciptakan suasana tertentu.

4.2.3. Sistem Penghawaan


Sistem penghawaan yang digunakan adalah sistem penghawaan alami dan
buatan. Sumber penghawaan alami berasal dari bukaan jendela pada setiap
ruangan. Penghawaan alami selain untuk menghemat energi, udara pagi
membuat ruangan lebih sejuk dan sehat karena mengandung oksigen sehingga
tidak membuat kulit kering. Untuk mempertahankan udara pagi yang masuk,
Setelah itu ditutup pada pukul 09.00 dan menggunakan AC karena lokasi berada
di Jakarta sehingga udara tetap sejuk dan siswa merasa nyaman.

4.2.4. Sistem Pengamanan

122
Pencegahan kriminalitas dilakukan dengan sangat ketat. Di pos keamanan depan
di lakukan pemeriksaan kelengkapan seragam dan kesiapan siswa. Serta selain
itu diberi peralatan keamanan seperti CCTV, fire detector, dan sprinkler.

4.3. Penyelesaian Elemen Interior


4.3.1 Penyelesaian Lantai
Material lantai yang digunakan adalah material yang aman, tidak licin
karena pengguna sebagian besar adalah anak-anak, dan tidak mengandung
zat kimia berbahaya mulai dari proses pembuatan hingga pemasangan.
Maka material yang digunakan adalah parquet pada area KBM, karena
parquet merupakan material yang aman, tidak licin, tidak memantulkan
suara. Lalu menggunakan HT pada area koridor karena HT karena mudah
dibersihkan. Karpet pada area yang membutuhkan penyerapan suara.

Gambar 4.3 Pola Lantai Ruang Kelas


Sumber: Dokumen Pribadi

123
Gambar 4.4 Pola Lantai Kelas II B
Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 4.5 Pola Lantai Area Bermain


Sumber: Dokumen Pribadi

4.4.2. Penyelesaian Dinding

inding pada area kelas menggunakan dinding bata dengan plester aci
dengan finishing wallpaper dan cat dinding warna kuning muda dan hijau.
Setiap kelas memiliki warna yang berbeda, pada kelas 1 menggunakan
warna kuning dan hijau, serta diberi lis warna identitas sekolah pada bagian
tengah.

124
Gambar 4.8. Tampak Denah Khusus Ruang Kelas
Sumber: Dokumen Pribadi

Pada area bermain menggunakan warna-warna yang ceria. Pada area ini
dinding menggunakan wainscoat yang terbuat dari material multipleks dengan
finishing melamik dengan tujuan untuk melindungi dinding dari kotoran dan
coretan. Dinding di finishing dengan cat warna putih, kuning, dan hijau. Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan semangat anak ketika melakukan kegiatan.

Gambar 4.9. Tampak Denah Khusus Free Corner


Sumber: Dokumen Pribadi

125
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Anak-anak tingkat Sekolah Dasar merupakan masa peralihan dari anak usia
dini menjadi tahap kanak-kanak. Dalam masa ini anak-anak cenderung lebih
senang bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dapat berkarya dengan
baik, serta sudah dapat memilih apa yang disenangi dan tidak disenangi.
Karakteristik siswa Sekolah Dasar yang umumnya berusia 7-12 Tahun mulai
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan cara menyelidiki, bereksperimen
mengenai suatu hal yang dianggap menarik. Oleh karena itu, dibutuhkan
sekolah dengan fasilitas lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan anak
sehingga selain mendapatkan pendidikan formal, juga mendapatkan fasilitas
untuk mengasah kemampuan berfikir kreatif sehingga dapat terampil dalam
bakat yang dimiliki.

Sekolah sebagai sarana mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan


soft skill harus memenuhi fasilitas yang dibutuhkan untuk membantu proses
perkembangan anak. Interior Sekolah Dasar Terpadu Krida Nusantara ini
mengangkat konsep healthy school, Konsep ini dapat dilihat dari penataan
layout yang rapi sesuai dengan kegiatan siswa, pemilihan warna yang dapat
mendukung kegiatan belajar siswa, pencahayaan dan penghawaan yang baik.
Sekolah yang sehat, maka siswa dan gurunya juga sehat sehingga dapat
tercapai semua visi, misi, dan tujuan dari sekolah tersebut.

5.2 Saran
Berikut ini adalah saran yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca
khususnya mahasiswa yang sedang mengerjakan Tugas Akhir jurusan
Desain Interior.

126
1. Mahasiswa disarankan untuk mencari dan mengumpulkan data terkait
dengan judul perancangan yang ajukan untuk membantu proses
penelitian dan analisa perancangan.
2. Mahasiswa disarankan untuk lebih disiplin dalam membagi waktu dan
membuat timeline untuk membantu mengontrol pengerjaan tugas akhir.
3. Mahasiswa disarankan untuk melakukan bimbingan sesering mungkin
agar dosen pembimbing mengetahui perkembangan dalam proses
pengerjaan tugas akhir.
4. Mahasiswa dianjurkan untuk mencatat semua masukan dan hal-hal
penting yang diberikan oleh dosen pembimbing sebagai panduan dalam
memperbaiki progress pengerjaan.
5. Mahasiswa dianjurkan untuk mempersiapkan semua berkas-berkas
untuk keperluan registrasi tugas akhir sebelum tanggal yang ditentukan
agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan perkaitan dengan segala
kelengkapan berkas.

127
DAFTAR PUSTAKA

Panero, Julius, Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior.
Jakarta: Erlangga.
Neufert, Ernst; Alih Bahasa, Sunarto. 1996. Data Arsitek. Jakarta. Erlangga.
Marliani, Rosleny. 2016. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung. CV
Pustaka Setia.
Sholeh Hamid, Moh., 2011. Metode Edutaintment. Yogyakarta: Diva Press.
Linggar Anggoro, M., 2008. Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta. PT. Bumi
Aksara.

128

Anda mungkin juga menyukai