Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN UMUM DAN MANAJEMEN PROYEK

II.1 Latar Belakang Proyek


Sektor konstruksi dan bangunan di Indonesia mengalami peningkatan
dan terus berkembang sebesar 7 – 8 persen. Salah satu penyebabnya adalah karena
tingginya permintaan untuk perumahan dan tingginya pertumbuhan sektor
properti di beberapa kota besar di seluruh Indonesia. Perkembangan zaman
membuat kita menginginkan sesuatu praktis, termasuk dalam hal tempat tinggal.
Suatu kawasan yang maju dapat ditunjukkan dengan hubungannya dengan
lingkungan sekitas dan akses yang mudah ke berbagai tempat.

Berkaitan dengan hal ini, PT. Adhi Karya (Persero) Tbk – Departemen
TOD mengembangkan kawasan kota yang bersifat kompak berupa LRT City.
LRT City hadir tidak hanya menyiapkan fasilitas pendukung stasiun LRT lintas
layanan Cawang – Dukuh Atas, Cawang – Cibubur dan Cawang – Bekasi Timur
tetapi juga melaksanakan kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi terutama di sektor properti. LRT City mengusung konsep
Transit Oriented Development (TOD) dengan pendekatan pengembnagan kota
yang bersifat kompak, mengadopsi tata ruang campuran (mixed use),
maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti LRT dan dilengkapi jaringan
pejalan kaki/sepeda. LRT City menerapkan prinsip Connect, Compact, Densify,
Transit, Mix, Cycle, Shift, dan Walk. Melalui pengembangan dengan pendekatan
TOD, LRT City meyakini mampu menciptakan ruang waktu, meningkatkan
kualitas hidup yang selaras, serasi, dan seimbang. Menghasilkan rancangan indah
sepenuh jiwa yang merupakan persembahan Adhi bagi negeri.

Salah satunya adalah Gateway Park LRT City yang memiliki konsep
wilayah dengan sistem Transit Oriented Development (TOD) yang merupakan
kawasan mixed-use. Kawasan Gateway Park LRT City memiliki luasan total lahan
52,074 m2 dan luas total bangunan 279,832 m2 terdiri dari 5 tower apartemen 16

1
lantai yang dihubungkan oleh 2 basement dilengkapi area Commercial Station
Mall 5 dan 20 Ruko yang memiliki akses langsung dengan stasiun LRT City
Jaticempaka sebagai destinasi mass transportation yang menawarkan peluang
bisnis dan investasi masa depan, yang menjadi distrik baru di antara perbatasan
Jakarta dan Jawa Barat sehingga membuka peluang pengembangan kawasan di
sekitarnya. LRT City yang menerapkan prinsip connect, compact, densify, transit,
mix, cicle, shift, dan walk ini diharapkan mampu menciptakan ruang waktu serta
meningkatkan kualitas hidup yang selaras, serasi serta seimbang bagi
penghuninya. Bisa dilihat gambar rencana bangunan dari Gateway Park LRT City
– jaticempaka pada Gambar 2.1 dan gambar rencana bangunan ruko dari
Gateway Park LRT City pada Gambar 2.2

Gambar 2. 1 Gateway Park LRT City – jaticempaka

2
Gambar 2. 2 Ruko Gateway Park LRT City – jaticempaka

II.2 Data Proyek

II.2.1 Data Umum Proyek


 Pekerjaan : Pembangun Ruko Gateway Park LRT City
 Lokasi : JL. Kapin Raya, KP Baru, Stm Kapin,
Pondok Kelapa, Pondok Gade, Kota Bekasi
Jawa Barat
 Pemberi Tugas (owner) : PT. Adhi Karya (Persero) Tbk (Dept.Tod & Hotel)
 Kontraktor : PT. Adhi Persada Gedung
 Konsultan MK : PT. Ciriajasa Cipta Mandiri
 Quantity Surveyor : PT. Fero Unggul
 Konsultan Infrastruktur : PT. Sinergi Pandu Dinamika
 Konsultan Arsitektur : PT. Bias Tekno – Art Kreasindo
 Konsultan Sruktur : PT. Wiratman Structure
 Konsultan MEP : PT. Sigmatek Tata Karsa

3
II.2.2 Data Teknis Proyek
1. Jenis Bangunan : Bangunan 3 Lantai
2. Jenis Struktur : Beton Bertulang
3. Luas Bangunan :
 Lantai 1 :  1500 m2
 Lantai 2 :  1500 m2
 Lantai 3 :  1500 m2
4. Jenis Atap : Beton
5. Tinggi Bangunan :
 Elv. GF : -0,050
 Elv. Lantai 1 : +3,950
 Elv. Lantai 2 : +7,550
 Elv. Lantai 3 : +11,150
 Elv. Atap : +13,650
6. Mutu Beton :
 Tiang Pancang: fc = 42 MPa
 Pile Cap : fc = 30 MPa
 Kolom : fc = 30 MPa
 Balok : fc = 30 MPa
 Plat Lantai : fc = 30 MPa
 Tangga : fc = 30 MPa
7. Mutu Tulangan : BJTP 24 fy = 240 MPa
: BJTD 40 fy = 400 MPa

Tabel 2. 1 Data Teknis Proyek


No Spesifikasi Keterangan
1 Bangunan Terdiri Dari 3 Lantai dan Rooftop
2 Baja Tulangan D10, D13, D16
3 Dinding Pasangan Bata
4 Dinding Penahan Tanah Pondasi Batu Kali
5 Pile Cap Tipe PC-2 Ruko (1800  800) mm

4
Tipe PC-2A Ruko (2150  800) mm
Tipe PC-3 Ruko (2800  800) mm
6 Tiang Pancang Tipe Ruko
Total Panjang 8 ~ 9 m
Dimensi 400  400
Daya Dukung Tekan 75 Ton
Daya Dukung Tarik 2 Ton
Momen Crack 91 Kn.m
7 Dimensi Plat Lantai S1 ( 5000 x 5875 x 150 )
S2 ( 5000 x 1250 x 150 )
S3 ( 5000 x 5875 x 150 )
S4 ( 5000 x 3875 x 150 )
S5 (1344,98 x 2000 x 150 )
S6 ( 5000 x 1250 x 150 )
S8 ( 500 x 4530,02 x 150 )
8 Dimensi Tie Beam atau TB1 ( 250 x 500 )
Sloof TB2 ( 250 x 500 )
TB3 ( 250 x 450 )
TB4 ( 250 x 400 )
TB5 ( 200 x 400 )
TB6 ( 200 x 400 )
TB7 ( 200 x 400 )
TB8 ( 200 x 300 )
TB9 ( 200 x 300 )
TB10 ( 250 x 400 )
9 Dimensi Balok B13, B14, B15, B19(250  500)
B4, B5, B9 (250  400)
B3, B10, B11, B12, B16, B17,B18 (250 
450)
B2, B20 (200  400)
B1, B6, B22 (200  300)
B7, B8, B21, B23 (250  400)
10 Dimensi Kolom Tipe K1 (250  500)
Tipe K1 (300  500)
Tipe K1A (250  500)
Tipe K2 (300  150)
Tipe K3 (200  150)

5
II.2.3 Ditail Gambar Struktur (Terlampir)

II.3 Pihak – pihak yang Terlibat Dalam Proyek

II.3.1 Pemberi Tugas (Owner)


Owner/pemilik proyek adalah suatu badan usaha maupun perorangan,
instansi pemerintah, atau swasta yang memberikan atau menyuruh untuk
merencanakan, mengerjakan atau mengawasi suatu pekerjaan/proyek.
Adapun wewenang dan tanggung jawab owner adalah:
1. Mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan terhadap permasalahan
yang timbul sebagai penunjang kelancaran proyek berdasarkan ketentuan yang
telah diatur berdasarkan kontrak.
2. Mengadakan pelelangan serta menetapkan pelaksana sesuai dengan harga
borongan melalui konsultan perencana dan memberi surat perintah kepada
pelaksana.
3. Menjamin kelancaran penyelenggaraan manajemen proyek, berawal dari
rencana yang terpadu hingga pelaksanaan berakhir.
4. Mempersiapkan biaya atau anggaran proyek yang akan dilaksanakan.
5. Memberikan tugas kepada perencana untuk membuat gambar rencana serta
menyetujui setelah disepakati, memberikan gambaran dan pedoman
perencanaan yang akan dibuat biaya perencanaan.
Menyetujui harga borongan yang telah di tetapkan oleh panitia
pelelangan yang berpedoman pada analisa harga satuan pekerjaan dan menghitung
kembali hasil perencanaan serta menyetujui bila telah disepakati, memberikan
gambaran dan pedoman perencanaan yang akan dibuat oleh perencana serta biaya
perencanaan.Membayar seluruh biaya perencanaan, pekerjaan, pengawasan sesuai
dengan perjanjian dalam kontrak yang telah disetujui kedua belah pihak.

II.3.2 Konsultan
Konsultan dibagi menjadi dua, yaitu Konsultan Perencana dan Konsultan
Pengawas.

6
II.3.2.1 Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang diberikan tugas oleh owner
untuk membuat laporan perencanaan, manajemen proyek dan melaporkan kepada
owner segala sesuatu tentang proyek selama batas wewenangnya. Konsultan
perencana mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain:

1. Meneliti dan menganalisa gagasan owner kedalam suatu rencana serta


menyiapkan gambar-gambar rencana dan spesifikasinya.
2. Memberikan penjelasan kepada pelaksana proyek (kontraktor) jika terdapat
keraguan atas aspek arsitektur, struktur, mekanikal, dan elektrikal.
3. Memberikan konsultasi dan solusi mengenai permasalahan yang timbul dalam
pelaksanaan.
4. Meninjau lapangan secara berkala untuk mengetahui kemajuan proyek.
5. Bertanggung jawab penuh atas hasil perencanaan yang telah dibuat.
6. Memberikan peringatan kepada kontraktor mengenai kelainan dalam
memenuhi persyaratan pekerjaan secara tertulis sesuai dengan dokumen
kontrak.

II.3.2.2 Konsultan Pengawas


Konsultan Pengawas adalah pihak langsung ditunjuk oleh owner untuk
mewakili pihak proyek dalam memimpin, mengkoordinir dan mengawasi
pekerjaan di lapangan baik secara teknis maupun administratif dan kemudian
memberikan laporan kepada pemilik proyek.

Tugas dan tanggung jawab konsultan pengawas yaitu sebagai berikut:


1. Mengawasi setiap pekerjaan yang dilaksanakan dan time schedule agar dapat
mengendalikan waktu, mutu, dan biaya sesuai dengan yang direncanakan.
2. Menjaga agar kualitas pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan kualitas
yang diinginkan (Quality Control).
3. Memberikan laporan owner mengenai kemajuan proyek.
4. Merundingkan cara mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan
proyek.

7
5. Meneliti serta mengawasi perubahan dan penyesuaian yang terjadi dalam
pelaksanaan pekerjaan.

II.3.3 Kontraktor
Kontraktor atau pelaksana adalah badan hukum atau perorangan yang
ditunjuk oleh owner dan ditetapkan melalui tender untuk melaksanakan pekerjaan
proyek berdasarkan biaya, waktu yang telah disepakati dan juga berdasarkan
peraturan-peraturan, syarat-syarat, serta gambar-gambar rencana yang telah dibuat
oleh konsultan perencana seperti yang tertera dalam dokumen tender.
Apabila pekerjaan telah selesai dikerjakan oleh kontraktor sesuai dengan
perjanjian kontrak maka hasil pekerjaan itu diserahkan kepada pemilik. Adapun
tugas dan kewajiban dari kontraktor adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan proyek sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan
pemilik, baik waktu maupun biaya.
2. Menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli peralatan dan material serta menunjuk
sub kontraktor dan suplier selama proyek berlangsung.
3. Menerima pembayaran atas pekerjaan yang telah dilakukan.
4. Menyerahkan pekerjaan yang telah diselesaikan dan bertanggung jawab penuh
dalam masa perawatan.
5. Mengawasi pekerjaan sub kontraktor dan bertanggung jawab atas hasil kerja
sub kontraktor kepada owner.
6. Bila diperlukan dapat melakukan perubahan gambar kerja dengan persetujuan
manajemen konstruksi dan konsultan perencana.
7. Membuat laporan hasil pekerjaan yang meliputi perkembangan pekerjaan,
tenaga kerja, biaya, peralatan, material, serta masalah yang dihadapi, dan
penanggulangannya didalam laporan harian.
8. Memelihara keamanan dan kesehatan para pekerja serta memberikan jaminan
keselamatan seperti asuransi kecelakaan dan keselamatan tenaga kerja.
9. Melakukan test material yang digunakan.

8
II.4 Hubungan Pihak-pihak yang Terlibat
Secara skematis pihak – pihak yang terlibat dalam proyek dapat dilihat
dari Gambar 2.3 di bawah ini:

Gambar 2. 3 Bagan Hubungan Kerja Pihak yang Terkait dengan Proyek


Sumber: Husen, Abrar.2010

Dimana:

Hubungan Kepatuhan: hubungan terhadap ketundukan UU/PP


yang berlaku.

Hubungan Kontraktual : hubungan kerjasama yang dilakukan


dengan kontrak antara pihak-pihak yang terlibat.

Hubungan Fungsional: hubungan yang dilaksanakan sehubung


dengan fungsi dari setiap pihak.

Garis Hubungan Kordinasi : hubungan kordinasi yang


dilakukan kontraktor kepada konsultan manajemen kontruksi

Adapun penjelasan hubungan kerja ketiga unsur utama pengelola


pelaksanaan proyek berdasarkan Gambar 2.3 adalah sebagai berikut:

a. Hubungan Pemerintah dengan Pemilik, Konsultan, dan Kontraktor

9
Hubungan antara pemerintah dengan pemilik, konsultan pengawas,
konsultan perencana, dan kontraktor adalah merupa-kan hubungan
kepatuhan yang diikat oleh suatu undang-undang dan peraturan, Hubungan
kepatuhan adalah semua yang di-lakukan oleh pemilik, konsultan dan
kontraktor untuk pembangunan tersebut harus sesuai dengan aturan atau
undang-undang yang telah ditentukan oleh pemerintah.
b. Hubungan Pemilik (owner) dengan Kontraktor
Hubungan kerja antara pemilik proyek dan kontraktor adalah
hubungan kerja yang bersifat kontraktual dan fungsional. Kedua belah
pihak telah di ikat dalam suatu perjanjian kontrak, dimana kontraktor telah
mempunyai kewajiban menyelesaiakan proyek sesuai dengan kontrak yang
sudah disepakati antara kedua belah pihak sesuai dengan spesifikasi dan
gambar rencana.
Dalam melaksanakan pekerjaan proyek pihak kontraktor selaku
pelaksana proyek mempunyai hak untuk melakukan kordinasi kepada
pemilik proyek tentang perubahan desain dan metode pelaksanaan , jika
perencanaan awal setelah dilakukan beberapa koreksi dianggap kuramg
tepat.
Kontraktor selaku pelaksana proyek berhak untuk menerima upah
sesuai dengan kontrak yang sudah ditanda tangani terhadap jasa yang telah
dikerjakan.
c. Hubungan Pemilik (owner) dengan Manajemen Konstruksi
Manajemen Kontruksi yang ditunjuk oleh pemilik proyek
mempunyai suatu perjanjian kerja (kontrak kerja), dimana kontrak tersebut
berisikan kewajiban dari Manajemen Kontruksi untuk melaksanakan tugas
pengawasan terhadap pelaksanaan proyek yang dikerjakan atau
dilaksanakan oleh kontraktor dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Sedangkan pemilik berkewajiban memberikan imbalan jasa kepada
Manajemen Kontruksi berupa pembayaran yang diatur dalam perjanjian
kontrak kerja.

10
Dalam melaksanakan tugas Manajemen Kontruksi berhak
menghentikan pekerjaan sementara apabila Manajemen Kontruksi
menemukan metoda kerja yang tidak sesuai dengan prosedur kerja yang
telah disetujui bersama.
d. Hubungan Pemilik (owner) dengan Konsultan Perencaba
Konsultan perencana yang ditunjuk oleh pemilik proyek
mempunyai suatu perjanjian kerja (kontrak kerja), dimana kontrak tersebut
berisikan kewajiban dari konsultan perencana untuk melaksanakan tugas
perencanaa terhadap rencana proyek dengan baik dan penuh tanggung
jawab. Sedangkan pemilik berkewajiban memberikan imbalan jasa kepada
konsultan perencana berupa pembayaran yang diatur dalam perjanjian
kontrak kerja.
e. Hubungan Manajemen Konstruksi dengn Kontraktor
Hubungan Manajemen Kontruksi (MK) dengan kontraktor adalah
hubungan fungsional, dimana dalam pelaksanaan proyek konsultan MK
berhak menyetujui/menolak sesuatu bahan/material dan kontraktor harus
mengganti suatu material/bahan yang telah didatangkan dengan
mendatangkan material/bahan baru sesuai yang telah disetujui dalam
kontrak kerja.
Selain itu konsultan MK melakukan pengawasan sesuai dengan
bestek dan gambar yang mengikat kepada kontrak masing-masing,
sedangkan kontraktor menjalankan tugasnya sesuai dengan kontrak dan
bestek yang ada.
f. Hubungan Kontraktor dengan Subkontraktor
Hubungan antara kontraktor dengan sub kontraktor terdapat satu
garis koordinasi pekerjaan yang terikat oleh kontrak kerja antara
keduanya. Sub kontraktor harus menyediakan kebutuhan kontraktor
pelaksana dengan memenuhi syarat kualitas maupun kuantitas.

11
II.5 Sumber Daya Proyek
Sumber daya proyek diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang
merupakan komponen dalam proyek agar mempunyai ketepatan akan perhitungan
unsur biaya, mutu, dan waktu. Secara umum sumber daya adalah suatu
kemampuan dan kapasitas potensi yang dapat dimanfaatkan oleh kegiatan
manusia untuk kegiatan sosial ekonomi. Sehingga lebih spesifik dapat dinyatakan
bahwa sumber daya proyek konstruksi merupakan kemampuan dan kapasitas
potensi yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan konstruksi. Sumber daya proyek
konstruksi terdiri dari beberapa jenis diantaranya biaya, waktu, sumber daya
manusia, material, dan juga peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek,
dimana dalam mengoperasionalkan sumber daya-sumber daya tersebut perlu
dilakukan dalam suatu sistem manajemen yang baik, sehingga dapat dimanfaatkan
secara optimal.

II.5.1 Sumber Daya Manusia (Man Power)


Tenaga kerja merupakan salah satu sumber daya yang menjadi faktor
keberhasilan dalam suatu proyek tanpa adanya sumber daya manusia maka suatu
proyek konstruksi tidak akan berjalan . Pekerjaan yang memerlukan keahlian dan
keterampilan khusus, hendaknya dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki
keahlian dibidang tersebut. Hal di atas perlu diperhatikan karena dapat
memperbaiki sistem jaminan kualitas secara keseluruhan yang pada akhirnya akan
menghasilkan optimasi faktor efesiensi atau harga serta pekerjaan yang dihasilkan
sesuai dengan apa yang diharapkan.
a. Tenaga Ahli atau Terdidik
Tenaga ahli atau terdidik adalah pegawai yang ditempatkan dalam
pekerjaan proyek yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini
memegang peranan yang penting terhadap sistem koordinasi dan sistem
manajemen dengan tenaga kerja lainnya untuk menghasilkan prestasi yang
baik dalam melaksanakn pekerjaan. Tenaga pelaksana yang sesuai tingkat
pendidikannya meliputi sarjana, sarjana muda, dan memiliki pengalaman
dibidang masing-masing.

12
b. Tenaga Kerja Terlaltih
Tenaga kerja terlatih (trainee labour) adalah tenaga kerja yang
memerlukan pelatihan dan pengalaman terlebih dahulu, misalnya mandor,
petugas keamanan dan sebagainya. Mandor dituntut untuk memiliki
pengetahuan teknis dalam taraf tertentu, misalnya dapat membaca gambar
konstruksi dapat membuat erhitungan ringan, dapat membedakan kualitas
bahan bangunan yang akan digunakan, menagani pekerjaan acuan,
pembesian, pengecoran, dan mengawasi pekerjaan tenaga kerja
bawahannya.
Tenaga Keamanan menjaga keamanan lokasi proyek, prosedur
penerimaan tamu serta membuka dan menutup pintu jika ada concrete
mixer truck, concrete pump truck maupun truck bahan bangunan yang
akan masuk lokasi ke proyek. Tenaga Tukang harus ahli dalam bidangnya
berdasarkan pengalaman dan cara kerja yang sederhana. Tukang dalam
proyek dibagi menjadi lima bagian yaitu tukang besi (rebarman), tukan
batu (mason), tukang kayu (carpenter), dan tukang las. Tukang besi
mengurusi segala macam kegiatan yang berhubungan dengan pembesian /
pemasangan tulangan, tukang batu bertugas dalam pengecoran dan
pembuatan lantai kerja, tukang kayu bertugas untuk mengurusi segala
macam pekerjaanyang berhubungan dengan kayu baik bekisting hingga
servis lainnya.
c. Tenaga Kerja Tak Terdidik
Tenaga kerja tak terdidik (unskilled labour) adalah tenaga kerja
yang tidak mempunyai keterampilan dan pengalaman dan tidak
memerlukan pelatihan ataupun pendidikan khusus, hanya memerlukan
kondisi yang kuat dan sehat untuk pengangkutan bahan, alat dan lain-lain.
Misalnya kuli bangunan dan buruh gendong.

II.5.2 Sumber Daya Bahan (Material Resources)


Bahan atau material merupakan sumber daya yang sangat penting dalam
suatu proyek. Penggunaan bahan di lapangan seperti semen, agregat, beton, kayu,

13
dan lain-lain sangat berpengaruh terhadap kualitas dari suatu bangunan dalam hal
kekuatan, ketahanan, daya dukung, serta memberikan nilai estetika bagi
konstruksi bangunan. Pada saat pelaksanaan dilapangan apakah bahan yang
digunakan tersebut sudah sesuai atau belum dengan syarat – syarat yang
diinginkan, maka harus dilakukan terlebih dahulu pengujian di laboratorium.
Pengunaan material juga harus diketahui dan setujui oleh pihak pengawas atau
perencana.
Dibawah ini penjelasan rencana material proyek pada Rencana
Pelaksanaan Pembangun Ruko Gateway Park LRT City.

1. Baja Tulangan
Baja tulangan adalah besi yang berbentuk batang yang digunakan untuk
penulangan beton. Istilah dalam perdagangan disebut juga besi beton. Baja
tulangan menurut bentuknya dibagi atas:
a. Baja Tulangan Polos (BJTP)
Baja tulangan polos adalah batang prismatis yang berpenampang bulat,
persegi,lonjong dan lain-lain dengan permukaan licin. Pada proyek ini
digunakan BJTP 24.
b. Baja Tulangan Ulir (BJTD)
Baja tulangan ulir adalah batang prismatis yang bersirip atau yang berulir
teratur untuk mendapatkan perletakan yang lebih baik dari pada baja
tulangan poos dengan luas penampang yang sama. Pada proyek ini
digunakan BJTD 40.

14
Gambar 2. 4 Baja Tulangan

2. Beton Ready Mix


Pelaksanaan pekerjaan proyek ini menggunakan beton ready mix fc 30 dan fc
42. Beton ready mix adalah beton segar yang belum mengalami proses
pengikatan dan perkerasan yang diproduksi di batching plant kemudian
dikirim ke lapangan dengan menggunakan concrete mixer truck. Beton ready
mix diproduksi di pabrik, dibawah pengawasan dengan menggunakakan
sistem komputer, untuk memastikan beton ready mix sampai di lapangan
masih dalam keadaan plastis.

Gambar 2. 5 Beton Ready Mix

3. Multiplek

15
Multiplek merupakan salah satu olahan kayu yang terdiri dari berlapis- lapis
triplek. Multiplek ini digunakan sebagai bekisting. Pada proyek ini tebal
multiplek yang digunakan adalah 9 mm.

Gambar 2. 6 Multiplek

4. Semen Portland
Pada proyek ini digunakan semen portland tipe I. Semen portland tipe I
dihasilkan dengan cara menggiling halus klinker yang mengandung senyawa
kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan ditambah dengan bahan tambahan
gips yang berfungsi sebagai memperlambat pengikatan. Semen merupakan
bahan yang sangat penting dalam campuran beton.

Gambar 2. 7 Semen Portland

5. Bata Merah

16
Batu bata merah merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat
dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna
kemerah-merahan.

Gambar 2. 8 Bata Merah

II.5.3 Sumber Daya Peralatan (Machine Resources)


Melaksanakan suatu proyek konstruksi berarti menggabungkan berbagai
sumber daya untuk menghasilkan produk akhir yang diinginkan. Peralatan
konstruksi (construction plant) merupakan salah satu sumber daya terpenting
yang dapat mendukung tercapainya suatu tujuan yang diinginkan, pada proyek
konstruksi kebutuhan untuk peralatan antara 7 – 15% dari biaya proyek. Peralatan
konstruksi yang dimaksud adalah alat yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan konstruksi secara mekanis. Ini dapat berupa cangkul, skop, alat berat,
mesin molen dan lain-lain. Artinya pemanfaatan alat berat pada suatu proyek
konstruksi dapat memberi insentif pada efisiensi dan efektifitas pada tahap
pelaksanaan maupun hasil yang dicapai.
Pada saat suatu proyek akan dimulai, penyedia jasa akan memilih dan
menentukan alat yang akan digunakan di proyek tersebut. Peralatan yang dipilih
haruslah tepat sehingga proyek dapat berjalan dengan lancar. Pemilihan atau
evaluasi pengadaan peralatan dilakukan pada tahap perencanaan, dimana jenis,
jumlah, dan kapasitas alat merupakan faktor-faktor penentu. Setiap peralatan tidak
dapat dipakai untuk setiap proyek konstruksi, oleh karena itu pemilihan peralatan
yang tepat sangat diperlukan.

Pada tahap pelaksanaan konstruksi, salah satu unsur biayanya adalah


biaya penggunaan alat berat (Heavy Equipment). Dengan melihat skala pekerjaan
dan persyaratan teknis pelaksanaan pada konstruksi jalan, Penggunaan alat berat

17
merupakan suatu keharusan walaupun akan dibutuhkan pembiayaan yang cukup
besar dalam pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan konstruksi, khususnya jalan,
akan banyak jumlah dan jenis alat berat yang digunakan. Jumlah dan jenis alat
berat yang digunakan akan tergantung oleh beberapa faktor, antara lain adalah:

1. Fungsi yang Harus Dilaksanakan


Alat berat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, seperti untuk
menggali, mengangkut, meratakan permukaan, dan lain lain.
2. Kapasitas Peralatan
Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat material
yang harus diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus
sesuai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah
ditentukan.
3. Cara Operasi Alat
Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun vertikal) dan
jarak gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan, dan lain-lain.
4. Jenis Proyek
Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat.
Proyek-proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan,
jembatan, irigasi, pembukaan hutan, dan sebagainya.
5. Jenis Pekerjaan pada Proyek
Terdapat berbagai jenis pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi yang
akan membedakan dalam penggunaan peralatannya. Misalnya pekerjaan
penggalian, pasangan, dan lain lain.
6. Lokasi Proyek
Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan peralatan yang berbeda dengan lokasi proyek di dataran
rendah.
7. Jenis dan Daya Dukung Tanah

18
Jenis tanah dilokasi proyek dan jenis material yang akan dikerjakan dapat
mempengaruhi alat berat yang akan dipakai. Tanah dapat dalam kondisi
padat, lepas, keras, atau lembek.
8. Keadaan Lapangan
Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik merupakan faktor
lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat.
9. Nilai Ekonomis Penggunaan Alat (Beli atau Sewa).
Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan
pemeliharaan merupakan faktor penting didalam pemilihan alat berat,
karena alat milik sendiri lebih dapat membeikan keuntungan dari pada
alat yang disewa, yang mana biaya alat sewa bisa menjadi biaya
perawatan untuk alat milik sendiri.

Dalam pengelolaan alat konstruksi yang berpengaruh besar terhadap


biaya adalah pilihan antara menyewa atau membeli. Pilihan ini dipengaruhi oleh
besar kecilnya ukuran proyek dan tersedianya fasilitas pemeliharaan. Untuk
pemakaian yang relatif tidak lama akan lebih menguntungkan dengan cara
menyewa. Tentu saja faktor ekonomi dan jadwal akan menjadi pertimbangan
utama dalam mengambil keputusan atas pilihan tersebut. Setelah pemilihan jenis
peralatan ditentukan, maka untuk mengurangi persediaan suku cadang dan
mempertahankan pengenalan (familiarity) para operator dan mekanik, perlu
dipikirkan adanya standarisasi peralatan. Pengenalan dan pengalaman seringkali
amat besar pengaruhnya terhadap produktivitas. Hal ini bukan berarti melarang
memilih peralatan baru dengan desain mutakhir, tetapi hendaknya segala faktor
dipertimbangkan sebaik mungkin.

Dibawah ini penjelasan rencana material proyek pada Rencana


Pelaksanaan Pembangun Ruko Gateway Park LRT City.

a. Mesin Bar Cutter


Bar Cutter adalah alat untuk memotong besi tulangan dengan berbagai
diameter. Pemotongan besi tulangan yang berdiameter besar dilakukan

19
satu persatu, sedangkan untuk besi tulangan yang berdiameter lebih kecil
dapat dipotong beberapa sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat, batas
pembengkokkan besi tulangan maksimal diameter besi 32 mm.

Gambar 2. 9 Bar Cutter

b. Mesin Bar Bender


Bar bender merupakan alat yang digunakan untuk membengkokan besi
tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan,dimensi
tulangan maksimal untuk pemotongan yaitu maksimal dengan diameter
besi tulangan 32 mm.

Gambar 2. 10 Bar Bender

c. Mixer Truck
Mixer Truck adalah mobil yang digunakan untuk membawa campuran
beton ready mix dari lokasi pembuatannya kelokasi pekerjaan proyek.
Pada saat proses mobilisasi, molen yang berfungsi sebagai wadah

20
penampungan selalu berputar dengan frekuensi yang telah ditentukan.
Kapasitas 1 unit Mixer truck adalah 6-7 m3 adukan beton.

Gambar 2. 11 Mixer Truck


sumber: Proyek

d. Mobile Concrete Pump


Concrete pump jenis mobile berupa alat pompa beton yang menjadi satu
kesatuan dengan truk sehingga lebih mudah untuk berpindah tempat.
Mesin/alat ini digunakan untuk menyalurkan adonan beton segar dari
bawah ke tempat pengecoran atau tempat pengecoran yang letaknya sulit
dijangkau oleh truck mixer.

Gambar 2. 12 Mobile Concrete Pump

II.5.4 Sumber Daya Metoda (Method Resource)


Sumber daya metode merupakan salah satu bagian dari sumber daya
proyek berisikan tentang prosedur dan panduan pelaksanaan kegiatan proyek yang

21
dapat mendukung tercapainya suatu produktivitas proyek. Suatu proyek
konstruksi memiliki metoda dalam setiap kegiatan proyek yang akan dibahas
lanjut pada Bab IV berupa metoda pelaksanaan pekerjaan struktur.

II.5.5 Sumber Daya Uang (Money Resources)


Uang merupakan sumber daya yang sangat penting dalam manajemen
proyek. Ketidak cukupan uang mengakibatkan sulitnya untuk mengharapkan
penyelenggaraan manajemen proyek sesuai dengan ikatan kontrak yang disepakati
antara para pihak yang menandatangani perjanjian kontrak. Seluruh kegiatan
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi pada seluruh kelompok yang terlibat,
memerlukan biaya yang besarnya telah disepakati di dalam surat perjanjian
kontrak. Jika terjadi ketidaksepakatan (dispute) dalam pelaksanaan pekerjaan,
biasanya berdampak pada “nilai uang” yang harus disepakati, dokumen kontrak
telah mengatur tata cara penyelesaian hukum yang harus ditempuh.
Uang sangat penting karena seluruh kegiatan pekerjaan konstruksi
memerlukan pembiayaan, menyangkut rekruitmen manusia (tenaga kerja)
penggunaan jasa tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil, tenaga non skill);
penggunaan peralatan (alat-alat berat maupun alat-alat laboratorium); pembelian
bahan dan material, pengolahan bahan dan material, baik bagi kelompok
pengguna jasa maupun penyedia jasa.
Penggunaan “uang” di dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
(civil works) juga bukan semata-mata untuk pembiayaan pelaksanaan konstruksi
oleh kontraktor saja, tetapi juga termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk
konsultan perencana, konsultan pengawas dan untuk pengguna jasa dalam suatu
kurun waktu yang telah disepakati.

22

Anda mungkin juga menyukai