Anda di halaman 1dari 25

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

DAN KOMPUTER
2011
Kata Pengantar
    Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
makalah tentang Actuating ini dapat diselesaikan.

    Makalah ini menguraikan secara lengkap bagaimana merancang sistem


pelaksanaan manajemen dalam rangka mengimplementasikan strategi bisnis
yang telah ditetapkan.

    Pembahasan system pelaksanaan manajemen ini mencakup diantaranya


tentang prinsip-prinsip pengarahan, cara-cara pengarahan, komunikasi yang
baik, serta motivasi.

    Makalah ini diharapkan dapat menjadi pelengkap bahan ajar untuk mata
kuliah dasar-dasar manajemen. Dan disamping itu pula, dapat digunakan oleh
praktisi bisnis dalam merancang system pelaksanaan manajemen organisasi.
Untuk kelengkapan bahan ajarnya, kami juga menyiapkan power pointnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Sebelumnya kami sampaikan terima


kasih.

Penulis

    Daftar isi
1. Kata Pengantar……………………………………2
2. Daftar isi………………………………………….3
3. Pengertian Actuating……………………………..4
4. Motivasi………………………………………….15
5. Kepemimpinan……………………………………20
6. Komunikasi………………………………………25
7. Daftar Pusaka…………………………………….30
8. Kesimpulan……………………………………….3
1
1. Actuating
2. Pengertian (Pengarahan / Pergerakan)

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi


manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih
banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan
orang-orang dalam organisasi.

Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan
usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-
anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-
sasaran tersebut.

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan
pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai
dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa
seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :

3. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,

4. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,

5. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih
penting,atau mendesak,

6. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan

7. Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

PRINSIP-PRINSIP PENGARAHAN

Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang


mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja
efektif serta efesien untuk mencapai tujuan.

Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping


menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia
itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki
pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang
dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada beberapa prinsip, yaitu:

8. Prinsip mengarah pada tujuan

Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin
efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha
mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam melaksanakan
fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain
seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang
efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.

9. Prinsip keharmonisan dengan tujuan

Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak


mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan
harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat
dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan.

Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baik akan
mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar.
Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik, dan pada
saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.

10. Prinsip kesatuan komando

Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan
tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur
didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan
saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin
besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.

Cara-cara pengarahan

Pada umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud


agar mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan diharapkan tidak
menyimpang dari prinsip-prinsip di muka. Adapun cara-ara pengarahan yang dilakukan
dapat berupa:

11. Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang


perlu agar supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Biasanya, orientasi ini
diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan
dan memberikan pengerian atas berbagai masalah yang dihadapinya. Pegawai
lama yang pernah menjalani masa orientasi tidak selalu ingat atau paham tentang
masalah-masalah yang pernah dihadapinya. Suatu ketika mereka bisa lupa, lalai,
atau sebab-sebab lain yang membuat mereka kurang mengerti lagi. Dengan
demikian orientasi ini perlu diberikan kepada pegawai-pegawai lama agar
mereka tetap memahami akan perananya. Informasi yang diberikan dalam
orientasi dapat berupa diantara lain, :

12. Tugas itu sendiri

13. Tugas lain yang ada hubungannya

14. Ruang lingkup tugas

15. Tujuan dari tugas

16. Delegasi wewenang

17. Cara melaporkan dan cara mengukur prestasi kerja

18. Hubungan antara masing-masing tenaga kerja, Dst.

19. Perintah

Perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang-orang yang berada


dibawahnya untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan
tertentu. Jadi, perintah itu berasal dari atasan, dan ditujukan kepada para bawahan atau
dapat dikatakan bahwa arus perintah ini mengalir dari atas ke bawah. Perintah tidak
dapat diberikan kepada orang lain yang memiliki kedudukan sejajar atau orang lain
yang berada di bagian lain. Adapun perintah yang dapat berupa :

20. Perintah umum dan khusus

Penggunaan perintah ini sangat bergantung pada preferensi manajer,


kemampuan untuk meramalkan keadaan serta tanggapan yang diberikan
oleh bawahan. Perintah umum memiliki sifat yang luas, serta perintah
khusus bersifat lebih mendetail.

21. Perintah lisan dan tertulis

Kemampuan bawahan untuk menerima perintah sangata mempengaruhi


apakan perintah harus diberikan secara tertulis atau lisan saja. Perintah
tertulis memberikan kemungkinan waktu yang lebih lama untuk
memahaminya, sehingga dapat menghindari adanya salah tafsir.
Sebaliknya, perintah lisan akan lebih cepat diberikan walaupun
mengandung resiko lebih besar. Biasanya perintah lisan ini hanya
diberikan untuk tugas-tugas yang relatif mudah.

22. Perintah formal dan informal


    Perintah formal merupakan perintah yang diberikan kepada bawahan
sesuai dengan tugas/aktivitas yang telah ditetapkan dalam organisasi.
Sedangkan perintah informal lebih banyak mengandung saran atau dapat
pula berupa bujukan dan ajakan.

        Contoh perintah informal antara lain dapat berupa kata-kata:

“apakah tidak lebih baik bilamana saudara menggunakan cara lain”.

“marilah kita mulai mengerjakan pekerjaan ini lebih dulu”, dan


sebagainya.

Perintah formal yang banyak dipakai dibidang militer bersifat kurang


fleksibel dibandingkan dengan perintah informal.

3. Delegasi wewenang

Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan pemberian


perintah. Dalam pendelegasian wewenang ini, pemimpin melimpahkan sebagian dari
wewenang yang dimilikinya kepada bawahan.

Kesulitan-kesulitan akan muncul bilamana tugas-tugas akan diberikan kepada bawahan


itu tidak jelas, misalnya kesulitan-kesulitan dalam menafsirkan wewenang. Ini dapat
menimbulkan keengganan bawahan untuk mengambil suatu tindakan. Sebagai contoh,
seorang Kepala Bagian Pembelian mengadakan perjanjian pembelian dengan pihak
penyedia (supplier) dengan wewenang yang kurang jelas itu, ia akan menanyakan
kepada pimpinan, yang jawabannya belum tentu memuaskan. Hal ini dapat diatasi
dengan membuat suatu bagan wewenang untuk menyetujui perjanjian.

Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya


yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana tersebut dengan
mempergunakan organisasi yang terbentuk.Langkah tersebut adalah actuating yang
secara harfiah diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih
condong diartikan penggerak atau pelaksanaan. Secara praktis fungsi actuating ini
merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana program
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi actuating
tidak terlepas dari fungsi manajemen melalui bagan dibawah ini :
\

Berikut ini adalah beberapa elemen pengarahan dalam manajemen :

23. COORDINATING

Koordinasi adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer agar terdapat
suatu komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan  perbedaan
kepentingan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai .

24. MOTIVATING

Memberi motivasi kepada karyawan merupakan salah satu elemen penting dalam
manajemen perusahaan, dengan memberikan fasilitas yang bagus dan gaji yang cukup
maka kinerja para karyawan dalam perusahaan pun akan optimal.

25. COMMUNICATION

Komunikasi antara para pimpinan dan karyawan sangat diperlukan untuk mencapai
tujuan perusahaan. Dengan menjalin komunikasi yang baik maka akan menimbulkan
suasana kerja yang kondusif di perusahaan dan akan menumbuhkan teamwork atau
kerjasama yang baik dalam berbagai kegiatan perusahaan.

26. COMMANDING

Dalam memberi perintah pun seorang atasan tidak bisa seenaknya, tetapi harus
memperhitungkan langkah – langkah dan resiko dari setiap langkah yang para atasan
itu ambil karena setiap keputusan dan langkah akan memberi pengaruh bagi
perusahaan.

Dengan pengarahan yang baik dari para atasan dan tujuan , visi dan misi yang jelas dari
suatu manajer perusahaan dapat menimbulkan efek yang positif untuk perusahaan itu
sendiri, antara lain teamwork yang baik dan dapat memunculkan decision maker yang
bagus. Karena decision makin dan teamwork dalam suatu perusahaan adalah kunci
kesuksesan suatu perusahaan untuk mencapai goal atau tujuan perusahaan seefektif dan
seefisien mungkin.

Fungsi fundamental ke tiga dalam perusahaan setelah menata perencanaan dan


pengorganisasian adalah bagaimana cara menggerakan manusia secara sukarela untuk
melakukan aktiftas personal yang sesuai dengan tujuan perusahaan. “Menggerakan
merupakan usaha untuk menggerakan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga
mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan yang
bersangkutan dan anggota perusahaan tersebut oleh karena anggota itu ingin mencapai
sasaran tersebut” (Terry:2006:313)

Fungsi pundamental ketiga dari fungsi manajerial adalah menggerakan orang untuk
melaksanakan aktifitas organisasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Menggerakan jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman


terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan dinamis,
sehingga membutuhkan adanya sinkronisasi. Sehingga bisa dikatakan fungsi actuating
jauh lebih rumit oleh karena harus berhadapan langsung sehingga fungsi leadershif
begitu kentara sekali dibutuhkan sekalipun semuanya melalui proses planning dan
pengorganisasian terlebih dulu.

Premis yang begitu fenomenal diungkapkan Doghlas McGregor bahwa seorang


karyawan selalu diasumsikan negatif dan positif :

Teori X yang menganggap 

27. Kebanyakan karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan bekerja sesedikit
mungkin dan mereka umumnya menentang perubahan,

28. Kebanyakan karyawan harus dibujuk.dipersuasi, diberikan penghargaan,


diuhkum dan diawasi untuk mengubah kelakuan mereka agar sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan organisasi.

29. Kebanyakan karyawan ingin diberikan pengarahan oleh seorang menejer


formal dan dimana ada kesempatan mereka berusaha untuk menghindari
tanggungjawab.

Teori Y menyatakan :

30. Kebanyakan karyawan memiliki kapasitas untuk menerima tanggungjawab


dan potensi untuk pengembangan tetapi manajemen melalui tindakan-
tindakannya harus membuat mereka sadar tentang sifat-sifat tersebut.

31. Kebanyakan karyawan ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial,


kebutuhan akan pengahrgaan dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri
sendiri.

32.
33. Tujuan Pergerakan
Tujuan fungsi aktuating ( penggerakan ) adalah :

34. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien

35. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf

36. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan

37. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi


dan prestasi kerja staf

38. Membuat organisasi berkembang lebih dinamis

39. Fungsi penggerakan

Fungsi aktuasi haruslah dimulai dari diri manager dengan menunjukkan kepada staf
bahwa dia memiliki tekat untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya.
Ia harus memiliki kemampuan kerjasama, harus bersikap obyektif.

Ada 4 jenis utama fungsi penggerakan

40. Koordinasi kegiatan

Untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan sesuai rencana, manajemen harus memastikan bahwa
semua kegiatan sebelumnya telah dilaksanakan tepat pada waktunya. Untuk mengkoordinasi
pekerjaan tim kesehatan, pekerja kesehatan yang bertugas harus :

41. Mengkoordinasikan fungsi para aggota tim kesehatan

42. Mengkoordinasikan kegiatan

43. Menyampaikan keputusan

44. Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat yang tepat meliputi
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi

45. Mobilisassi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukn meliputi :

1. Pemantauan dan pengawasan

2. Logistik ( perolehan, penyaluran, penyimpanan, pengiriman,


penyebaran dan pengembalian barang )

3. Akuntasi

4. Organisasi

46. Keputusan yang berkenaan dengan informasi yang diperlukan


Berkaitan dengan pembuatan keputusan secara umum dan khusus dengan koordinasi kegiatan,
manajemen tenaga kerja dan sumber daya selama penerapan.

47. Faktor – faktor penghambat fungsi penggerakan

Kegagalan manajer dalam menumbuhkan motivasi stafnya, hal ini terjadi karena
manajer kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seperti
konsep perilaku manusia yang dikemukakan oleh Maslow, dinegara berkembang yang
menjadi prioritas adalah kebutuhan fisik, rasa aman, dan diterima oleh lingkungan
sedangkan dinegara maju kebutuhan yang menonjol adalah aktualisasi diri dan self
esteem. Perbedaan tersebut juga akan mempengaruhi etos kerja dan produktifitas kerja.

48. Faktor – faktor pendukung fungsi penggerakan

Faktor-faktor yang diperlukan dalam penggerakan diantaranya :

(1). Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar berusaha


dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. Seorang manajer yang tidak memiliki
kepemimpinan tidak akan mampu untuk mempengaruhi bawahannya untuk bekerja,
sehingga manajer yang demikian akan gagal dalam usahanya. Sifat-sifat kepemimpinan
menurut Harold koontz, diantaranya sebagai berikut :

(a). Memiliki  kecerdasan orang-orang yang dipimpin

(b). Mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang menyeluruh

(c). Memiliki kelancaran dalam berbicara

(d). Matang dalam berpikir dan emosi

(e). Memiliki dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin

(f). Memahami/menghayati kepentingan kerja sama.

(2). Sikap dan Moril (Attitude and Morale)

Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan
bertindak. Oleh karena itu sikap manajer akan berbeda-beda sesuai dengan pola
hidupnya. Beberpa sikap manajer diantaranya yaitu :

(a). Sikap feudal (feudal attitude)

Manajer yang mempunyai sikap cara berpikir, berperasaan dan bertindak sesuai
dengan pola-pola kehidupan feodalisme, yaitu suka terikat oleh aturan-aturan
tertentu yang telah teradat dan selalu ingin penghormatan yang serba lebih.
Dengan demikian dalam masyarakat feudal dimana sikap anggota masyarakat
sesuai dengan pola hidup feodalisme akan sukar lahir kepemimpinan
demokratis dariad para manajer, mengingat manajer tersebut hidup dari
masyarakat feudal.

(b). Sikap Kediktatoran (Dictatorial attitude).

Manajer yang bersikap kediktatoran akan berpikir berperasaan dan bertindak


sebagai dictator yang mempunyai kekuasaan mutlak, sehingga bawahan,
pekerja akan menjadi sasaran daripada kekuasaannya.

(3). Tatahubungan (Communication)

Komunikasi membantu perencanaan managerial dilaksanakan dengan efektif,


pengorganisasian managerial dilakukan dengan effektif, penggerakan managerial
diikuti dengan efektif dan pengawasan diterapkan dengan efektif. Dalam melakukan
komunikasi dalam manajemen ada beberapa macam diantaranya :

(a). Komunikasi intern

yaitu komunikasi yang dilakukan dalam organisasi itu sendiri baik antara atasan
dengan atasan atau bawahan dengan bawahan atau antara atasan dengan
bawahan atau sebaliknya.

(b). Komunikasi Ekstern

yaitu komunikasi yang dilakukan keluar organisasi.

(c). Komunikasi Horizontal

yaitu komunikasi yang dilakukan baik intern maupun ekstern antar jabatan yang
sama.

(d). Komunikasi Vertikal

yaitu komunikasi yang dilakukan dalam intern organisasi antara atasan dan
bawahan atau sebaliknya dalam suasana formil.

(4). Perangsang (Incentive) ;

insentif ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang bertindak.

(5). Supervisi (Supervision)

Supervisi dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan pengawasan, sehingga suka
timbul kekacauan pengertian dengan kata pengawasan sebagai terjemah dari kata
control. Menurut Terry Supervsi ialah kegiatan pengurusan dalam tingkatan organisasi
dimana anggota manajemen dan bukan anggota manajemen saling berhubungan secara
langsung. Dengan demkian tugas supervisor cukup berat karena ia harus dapat
menemukan kesalahan-kesalahan dan memperbaikinya, serta memberi petunjuk untuk
menyelesaikan sesuatu pekerjaan dan memberi nasehat-nasehat kepada pegawai yang
mengalami kesulitan.

(6). Disiplin (Discipline)

Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak untuk melahirkan ketaatan
dan tingkah laku yang teratur. Jenis disiplin ada dua :

(1) Self Imposed discipline (disiplin yang timbul dengan sendirinya).

(2). Command Discipline (Disiplin berdasarkan perintah).

Hal – hal yang perlu diperhatikan manajer dalam fungsi penggerakan

49. Manajer harus bekerja lebih produktif

50. Manajer perlu memahami ilmu psikologi, komunikasi, kepemimpinan dan


sosiologi

51. Manajer harus mempunyai tekat untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap
lingkungan

52. Manajer harus bersikap obyektif

53.

54. MOTIVASI
55. Pengertian

Motivasi sebagai “proses psikologikal yang yang menyebabkan timbulnya,


diarahkannya dan terjadinya persistensi kegiatan sukarela yang diarahkan kearah
tujuan tertentu”(Mitchell, 1982:81)

Motivasi sebagai “kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-
tujuan organisasi yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian untuk memenuhi
kebutuhan individual tertentu” (Robbins et.al, 1999:50)

Motivasi adalah “hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi
seorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti
arah tindakan tindakan tertentu” (Gray, 1984:69)

56. Teori Motivasi

Menurut Landy & Becker (1987) teori motivasi dikategorikan dalam 5 macam yaitu :


teori kebutuhan (need theory), teori keadilan (equity theory), teori ekpektansi
(expectancy theory) dan teori penetapan tujuan (goal-setting theory)

57. Teori kebutuhan

1. Teori hirarkhi kebutuhan


Abraham Maslow yang mengungkapkan Motivasi
manusia berhubungan dengan 5 macam kebutuhan yang
berhirarkhi yaitu :

58. Kebutuhan psikologis

59. Kebutuhan akan keamanan

60. Kebutuhan akan apeksi

61. Kebutuhan akan pandangan masyarakat

62. Kebutuhan akan aktualisasi diri sendiri

63. Teori Erg dari Clayton P. Alderifer (1972) yaitu terkenal dengan teori (ERG


yaituExistence needs=E, Relatedness needs = R dan Growth needs = G)

64. Teori kebutuhan mencapai prestasi dan McClelland (1940) (motivasi


berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi

65. Teori Higiene motivator dari Frederick Herzberg (1959) yang berpendapat


bahwa motivasi merupakan dampak langsung dari kepuasan kerja dimana
didalamnya ada motivator kerja dan ada faktor higiene dalam bekerja.

66. Teori keadilan (Kreitner et.al., 1989) 

Yang berpendapat orang-orang berupaya mendapatkan kelayakan dan keadilan


dalam pertukaran-pertukaran sosial atau hubngan memberi dan menerima.
Tendensi keadilan dan ketidakadilan :

67. Seorang individu akan berupaya untuk memaksimalisasi jumlah hasil positif
yang diterima olehnya.

68. Orang-orang menolak untuk memperbesar masukan-masukan apabila hal


tersebut memerlukan upaya atau biaya besar.

69. Orang menolak perubahan behavioral atau kognitif dalam masukan-masukan


yang penting bagi konsep diri mereka atau harga diri mereka.

70. Daripada mengubah kognisi tentang diri sendiri seorang individu cenderung
mengubah kognisi tentang perbandingan mengenai masukan dan hasil pihak lain.

71. Meninggalkan lapangan ahanya akan dilakukan apabila ketidak adilan hebat,
tidak dapat diatas dengan metode lain.
72. Teori ekpektansi

Orang-orang termotivasi untuk berprilaku dengan cara-cara menimbulkan


kombinasi-kombinasi hasil-hasil yang diekpektansikan yang didalamnya ada
prinsip hedonisme.

73. Teori ekpektansi Victor Vroom (1964) :

kekuatan motivasi tergantung pada ekpektansi (keyakinan sendiri untuk


melakukan sesuatu) sesorang dengan konsep pokok ekpektansi (apakah kiranya
saya dapat mencapai tingkat kinerja tugas yang
diinginkan), instrumentalis (hasil kerja apakah akan saya peroleh sebagai hasil
kinerja saja) dan valensi (bagaimankah penilaian saya tentag hasil-hasil kerja)
dengan membuat persamaan bahwa motivasi merupakan hasil dari ekpektansi
kali instrumentalitas kali valensi.

Teori ekpektansi memprediksi bahwa motivasi untuk bekerja keras untuk


kenaikan upah akan rendah apabila :

74. Ekpektansi rendah-seseorang merasa bahwa ia tidak mampu mencapai tingkat


kenerja yang diperlukan.

75. Instrumentalis rendah-orang yang bersangkutan tidak yakin bahwa sutau


tingkat kinerja tugas akan menyebabkan kenaikan dalam imbalan

76. Valensi rendah-orang yang bersangkutan kurang menghargai kenaikan dalam


imbalan

77. Setiap kombinasi dari ketiga macam kemungkinan, mungkin terjadi.

78. Teori pencapaian tujuan (Edwin A.Locke)

Teori ini diaplikasikan dalam teknik manajemen berdasarkan sasaran


(Management by Objective) dan Locke berpendapat “kinerja cenderung
meningkat sewaktu tujuan menjadi semakin sulit dicapai tetapi hal tersebut
akan berlangsung hingga titik tertentu, spesifikasi tujuan secara menyeluruh
yang disertai kesulitan-kesulitan ternyata sangat kuat berkaitan dengan
kinerja tugas”.dimana penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional sebagai berikut :

79. Tujuan mengarahkan perhatian

80. Tujuan mengatur upaya

81. Tujuan meningkatkan persistensi

82. Tujuan menunjang strategi dan rencana kegiatan


83. Model Motivasi Manusia

84. Model maslow :

85. Manusia sebagai makhluk yang serba berkeinginan (man is a wanting being)

86. Sebuah kebutuhan yang dipenuhi bukanlah sebuah motivator prilaku

87. Kebutuhan manusia diatur dalam suatu seri tingkatan-suatu hirakhi menurut
pentingnya masing-masing kebutuhan

88. Model instink (Berelson,1972; Lawless,1972)

oleh instink yang merupakan tendensi yang ada dalam diri manusia untuk
bereaksi dengan cara tertentu

89. Model hedonism

Motivasi dipengaruhi oleh tuntutan sederhana upaya meminimalisasi


perasaan sakit dengan mencari kesenangan dan kegembiraan maksimal

90. Model motivasi yang tidak disadari (Davidson, 1952)

Model instink dan hedinistik dalam hal menerangkan eksistensi dan peranan
proses mental yang berlangsung dibawah sadar yang mempengaruhi prilaku.

91. Model manusia rasional.

Masing-masing individu sadar akan pola kebutuhan dan keinginan pribadi


dengan pertimbangan akalnya.

92. Model manusia sosial

Seorang individu dan prilakunya dipengaruhi oleh ekspektansi dan tekanan


sosial, orang-orang dengan siapa ia bekerjasama

93. Sifat-sifat Manusia

94. Sebuah fenomin individual-masing-masing individu bersifat unik dan fakta


tersebut harus diingat pada riset motivasi.

95. Motivasi bersifat intensional-apabila seseorang karyawan melaksanakan suatu


tundkaan maka hal tersebut disebabkan karena orang tersebut secara sadar telah
mimilih tindkaan tersebut.

96. Motivasi memiliki macam-macam fase-para periset telah menganalisis


berbagai macam aspek motivasi dan termasuk didalamnya bagaimana motivasi
tersebut ditimbulkan, bagaimana ia diarahkan dan pengaruh apa menyebabkan
timbulnya persistensinya dan bagaimana motivasi dapat dihentikan
97. Tujuan teori motivasi adalah memprediksi prilaku-perlu ditekankan
perbedaan-perbedaan antara motivasi, prialku dan kinerja. Motivasi penebab
prialku, andaikata prialku tersebut efektif, maka akibatnya adalah berupa kinerja
tinggi (Mitchell, 1982:88)

98. Sepuluh Motivator Kerja

99. Pemerkaya jabatan (job enrichment) dan rotasi kerja

100. Partisipasi

101. Manajemen berdasarkan hasil

102. Manajer penggandaan

103. Kekuatan fikiran

104. Hubungan manusia yang realistis

105. Lingkungan kerja dimana pekerjaan dilaksanakan

106. Jam kerja yang fleksibel

107. Kritik efektif

108. Tiada kesalahan sama sekali

109. Menurunnya Sebuah Motivasi

Kekuatan sebuah motivasi cenderung menyusut apabila terpenuhi atau terhalangi


dalam pemenuhannya yang antara lain :

110. Kebutuhan yang sudah dipenuhi, bukan lagi sebuah motivator prilaku

111. Pemenuhan kebutuhan yang terhalangi akan pencapaian kepuasannya.

112. disonansi kognitif (motiv yang terhalangi dan prilaku penyeusian yang terus
menerus tidak berhasil dapat menyebakan timbulnya bentuk-bentuk prialaku
penyesuaian yang tidak rasional)

113. Frustasi (dihalanginya pencapaian tujuan bisa menyebabkan frustasi dengan


prilaku seperti agressi, regresi, fiksasi dan resignasi)

114. Rasionalisasi (mengemukakan dalih-dalih karena ketidakmampuannya)

115. Regresi (tidak berprilaku sesuai dengan umur)

116. Fiksasi (apabila seseorang terus menerus memperlihatkan pola prilaku sama,


terus menerus, walaupun pengalaman menunjukan bahwa hal tersebut tdiak
memberikan hasil apa-apa)

117. resignasi/apati (frustasi dalam jangka waktu lama dan kehilangan harapan


sehingga menarik diri dari kenyataan.

118. KEPEMIMPINAN
Setelah perencanaan dibuat dan stuktuk organisasi terbentuk, maka langkah selanjutnya
adalah pengisian jabatan dalam organisasi, dikalangan para ahli manajement ada
bermacam-macam pendapat tentang kepemimpinan, ada yang berpendapat
kepemimpinan adalah fungsi leadership, fungsi motivating atau fungsi modeling.

Kepemimpinan memiliki sifat mengarahkan yaitu mengarahkan orang-orang yang


dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Hal ini dilakukan oleh para pemimpin dengan
terlebih dahulu menetapkan tujuan yang jelas, yang berisi arahan kemana usaha para
bawahan akan dibawa/arahkan. Tanpa adanya tujuan yang jelas, akan sangat sulit bagi
pemimpin untuk mengarahkan para bawahannya agar mencapai tujuan.

Selain itu, dalam megarahkan para bawahannya untuk memcapai tujuan yang telah
ditetapkan, para pemimpin harus mengembankan mekanisme Reward and
Punishment (ganjaran dan hukuman). Reward diberikan bagi karyawan yang
memiliki kinerja pekerjaan yang baik, sedangkan punishment diberikan bagi karyawan
yang memiliki kinerja kerja yang buruk.

Kepemimpinan juga harus memiliki sifat memengaruh (influencing) yakni dalam hal
ini pemimpin harus mampu memengaruhi para bawahannya baik dengan perkataan,
sikap, kepribadian dan perbuatannya agara para bawahan tersebut mau bekerja sama
dalam proses pencapaian tujuan perusahaan.

Walaupun pemimpin bukan merupakan manusia sempurna, tetapi seorang pemimpin


senantiasa dituntut oleh para bawahannya untuk memiliki pengetahuan, keahlian, dan
terutama kualitas kepribadian yang lebih sempurna dibandingkan dengan orang ang
dipimpinnya. Bahkan untuk menciptakan citra bahwa pemimpin tersebut merupakan
manusia yang sempurna, seorang pemimpin kerap melakukan Manajemen
Kesan (Imperssion management) seolah-olah dia adalah pemimpin yang sempurna.
Tetapi manajemen kesan bukan merupakan cerminan keadaaan pemimpin itu apa
adanya.

Pemimpin juga memiliki wewenang, yaitu hak yang dimiliki pemimpin untuk
memerintah orang lain (bawahannya) dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan tugas/pekerjaan. Wewenang ini berasal dari kekuasaan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin.dengan demikian, kekuasaan yang dimiliki pemimpin tidak sama
dengan kekuasaan yang dimiliki bawahanny. Yakni dalam hal inin para pemimpin
memiliki kekuasaan yang lebih besar dari para bawahannya.

Kekuasaan para pemimpin berasal dari :


119. Legitimate power

Yakni dalam hal ini pemimpin memiliki kekuasaan karena dia diberi
kewenangan oleh pemegang kekuasaan yang lebih tinggi.

120. Expert Power

Dalam hal ini kekuasaan dimiliki seorang pemimpin karena keahlian


yang lebih menonjol dalam bidang keahliannya sehingga dia diakui
otoritas keahliannya.olehorang lain.

121. Reward Power

Kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin karena pemimpin


tersebut gemar memberikan hadiah terutama dalam bentuk materi.

122. Coercive Power

Yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena dia memiliki


kemampuan untuk memaksa orang agar patuh terhadap perintahnya.
Kekuasaan jenis ini terutama banyak ditemukan dalam organisasi yang
bersifat otoriter.

123. Referrent Power

Yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena wibawa yang


dia miliki. Sedangkan kewibawaannya tidak selaran dengan
perkataannya.

Menurut Stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi


kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi penting :

124. Kepemimpinan melibatkan orang lain ( bawahan atau pengikut ), kualitas


seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam menerima pengarahan dari
seorang pemimpin.

125. Kepemimpinan merupakan pembagian kekuasaan yang tidak seimbang


diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai
wewenang dalam mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok dan
sebaliknya bahwa anggota kelompok atas bawahan secara tidak langsung
mengarahkan kegiatan pemimpin.

126. Kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga mempunyai


pengaruh. Dengan kata lain seorang pemimpin tidak dapat mengatakan pada
bawahan apa yang harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi bagaimana
bawahan melaksanakan perintah pemimpin.

PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN


Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan :

127. Kepemimpinan itu tumbuh dari bakat

128. Kepemimpinan tumbuh dari perilaku.

    Pendekatan ini berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang


cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai ia akan muncul pemimpin
dalam situasi kelopok yang ia masuki.

129. Bersandar pada pandangan situasi.

    Pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang menentukan efektifitas


pemimpin. Efektifis pemimpin bervariasi menurut situasi tugas yang harus
diselesaikan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi
dan pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Dalam situasi yang
berbeda prestasi seorang pemimpin berbeda pula, mungkin lebih baik atau
lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan pendekatan kontingensi yang
menentukan efektivitas situasi gaya pemimpin.

130. KOMUNIKASI
1. KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Komunikasi yang efektif adalah penting bagi manager karena sebagai proses
dimana fungsi manajemen seperti fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian,
fungsi kepemimpinan dan fungsi pengendalian dapat dicapai. Dan sebagai
kegiatan dimana manajer mencurahkan sebagian besar dari waktunya.

Proses komunikasi memungkinkan para manager menjalankan tanggung


jawabnya dan informasi harus dikomunikasikan kepada para manager sebagai
dasar pembuatan keputusan dalam pembuatan fungsi-fungsi management baik
secara terulis maupun lisan.

2. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Komunikasi diartikan sebagai proses pemindahan dalam gagasan atau informasi


seseorang ke orang lain. Komunikasi mempunyai pengertian tidak hanya berupa kata-
kata yang disampaikan seseorang tapi mempunyai pengertian yang lebih luas seperti
ekspresi wajah, intonasi dan sebagainya. Komunikasi dapat menghubungkan antara
bagian yang berbeda atau disebut rantai pertukaran informasi. Hal ini mengandung
unsure-unsur:

131. Sebagai kegiatan untuk seseorang mengatur

132. Sebagai saran pengendalian informasi


133. Sebagai system terjalinnya komunikasi diantara individu-individu

134. PROSES KOMUNIKASI

Modal yang paling sederhana adalah modal komunikasi antar pribadi

    Dari bagian diatas bahwa model ini menunjukan 3 elemen penting dimana
jika salah satu hilang tidak akan terjadi komunikasi. Model yang paling canggih
dalam komunikasi adalah model proses komunikasi dimana langkah-
langkahnya sebgai berikut:

135. Pengirim

    Ada;ah seseorang yang mempunyai kebutuhan, keinginan atau


informasi serta mempunyai kepentingan untuk mengkomunikasikan
kepada orang lain.

136. Pengkodean

    Adalah pengirim pengkodean informasi yang akan disampaikan dan


diterjemahkan ke dalam symbol atau isyarat yang biasanya dalam
bentuk kata-kata agar orang lain mengerti tentang informasi yang
disampaikan.

137. Pesan

    Pesan dapat dalam segala bentuk yang biasanya dapat dirasakan


dan dimengerti satu atau lebih dari indra penerima, misalnya pidato
dapat didengar dan jika tulisan dapat dibaca, isyarat dapat dilihat dan
dirasakan.

138. Saluran

    Adalah cara mentransmisikan (menyampaikan) pesan, misalnya


kertas untuk surat, udara untuk kata-kata yang diucapkan. Agar
komunikasi dapat efektif dan effisien saluran harus sesuai dengan
pesan.

139. Penerima

    Adalah orang yang menafsirkan pesan dari penerima, jika pesan


tidak sampai pada penerima, komunikasi tidak terjadi.

140. Penafsiran Kode


    Dalam peroses dimana penerima menafsirkan pesan dan
menerjemahkannya menjadi informasi yang berarti baginya. Semakin
tepat penafsiran penerima terhadap pesan yang dimaksudkan oleh
pengirim, maka efektif komunikasi yang terjadi.

141. Umpan Balik

    Adalah pembalik dari proses komunikasi dimana reaksi terhadap


komunikasi pengirim dinyatakan karena penerima itu telah menjadi
pengirim, umpan balik mengalir lewat langkah yang sama seperti
semula. Semakin cepat umpan balik semakin efektif komunikasi.

1. KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

1. Jalur komunikasi formal

Efevtivitas akan efektif melalui dua cara

2. Jalur formal dimana jarak yang semakin berkembang dan semakin


meluas serta tumbuhnya organisasi. Misalnya pengecer yang besar dengan
cabang yang luas komunikasinya tidak efektif daripada toserba.

3. Jalur formal komunikasi menghambat arus yang besar dsari informasi


dari tingkat-tingkat organisasi. Misalnya karyawan lini perakitan hampir
selalu akan mengkomunikasikan masalah-masalah yang dihadapi dengan
mandor atau dengan managernya.

1. Struktur Wewenang

Dalam organisasi dimana perbedaan statis dan kekuasaan akan


mempengaruhi isi dan ketepatan komunikasi, contohnya percakapan
Direktur Utama dengan karyawan biasa dilakukan dengan tata karma
dan terbatas sehingga tidak ada pihak yang berkehendak untuk
mengatakan sesuatu yang penting.

2. Spesialisasi Jabatan

Anggota organisasi yang sama akan menggunakan istilah-istilah,


tujuan, tugas, waktu dan gaya yang sama dalam berkomunikasi.

3. Pemilikan Informasi

            Berarti individu-individu mempunyai informasi dan pengetahuan


yang kahas mengenai tugasnya. Informasi ini memiliki bentuk kekuatan bagi
orang yang memilikinya, ini adalah bentuk komunikasi yang efektif.

5. SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI


            Saluran komunikasi ini ditentukan oleh struktur organisasi dan tipe-
tipe saluran dasar komunikasi, yaitu vertical, lateral, dan diagonal.

    1. Komunikasi Vertical

            Komunikasi vertical adalah komunikasi ke atas dan atau ke bawah


dalam rantai komando. Komunikasi ke bawah dimulai dari manajemen
tingkat atas sampai pada karyawan, bukan supervisor. Kegunaanya antara
lain untuk memberikan perintah, petunjuk dan lain-lain serta membuka
informasi kepada anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan
organisasi. Sedangkan kegunaan komunikasi ke atas memberikan informasi
kepada tingkatan yang lebih tinggi tentang apa yang terjadi pada tingkatan
lebih rendah. Misalnya tentang saran-saran, laporan kemajuan dan
sebagainya.

    2. Komunikasi Lateral atau Horizontal

            Meliputi pola aliran kerja dalam organisasi yang terjadi antara


anggota-anggota kelompok kerja yang sama dan diantara departemen-
departemen pada tingkat organisasi yang sama. Kegunaanya : menyediakan
saluran langsung untuk koordinasi dan pemecahan masalah organisasi. Hal
ini untuk menghindari keterlambatan dalam pengarahan dan untuk
membentuk hubungan dengan rekan meraka.

6. KOMUNIKASI INFORMAL

    Bentuk dari komunikasi ini timbul karena adanya berbagai maksud yaitu :

142. Pemuas kebutuhan manusiawi

143. Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan

144. Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain

145. Sumber informasi hubungan pekerjaan

            Jenis lain dari komunikasi informal adalah desas-desus yang secara


resmi tidak disetujui. Hal ini sebagai akibat jaringan informasi yang simpang
siur dan tumpang tindih. Artinya beberapa orang tentu mempunyai banyak
informasi kemungkinan menjadi anggota dari beberapa jaringan informasi.
Desas-desus ini juga mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi
tambahan bagi organisasi.

7. EFEKTIFITAS KOMUNIKASI

146. Kebutuhan akan komunikasi yang efektif


        Untuk mencapai komunikasi yang efektif diperlukan beberapa cara yaitu,
kesadaran akan kebutuhan komunikasi yang efektif dan penggunaan umpan balik. Di
zaman modern ini komunikasi merupakan subjek penting maka perusahaan besar
biasanya menggunakan ahli komunikasi untuk membantu memecahkan masalah-
masalah komunikasi internal.

Komunikasi umpan balik atau dua arah memungkinkan proses komunikasi berjalan
lebih efektif dana dapat menciptakan lingkungan yang komunikatif dalam organisasi.
Dalam hal ini manager harus aktif. Penggunaan management partisipatif dan
komunikasi tatap muka merupakan jalan lain meningkatkan efektifitas komunikasi
melalui umpan balik.

147. Komunikator yang lebih efektif

    Untuk dapat menjadi komunikator yang lebih efektif harus memberikan latihan-
latihan dalam bentuk penulisan maupun penyampaian berita secara lisan dengan
maksud untuk meningkatkan pemahaman akan simbol-simbol, penggunaan bahasa
yang baik dan benar, pengutaraan yang tepat dan kepekaan terhadap latar belakang
penerima berita.

    Salah satu alat yang digunakannya adalah aktif listening yang digunakan untuk
mengembangkan keterampilan management para manager. Sebagai dasar peralatan ini
adalah penggunaan reflektif statements (pernyataan balik) olehnpara pendengar.

The American management association (AMA) menyusun sepuluh pedoman efektifitas


komunikasi organisasi yaitu :

148. Cobalah menjernihkan gagasan anda sebelum berkomunikasi.

149. Telitilah kegunaan sebenarnya dari setiap komunikasi.

150. Pertimbangkan situasi manusia dan fisik secara keseluruhan bilamana ada
komunikasi.

151. Berkonsentrasi dengan orang lain, bila perlu dalam merencanakan komunikasi.

152. Berhati-hatilah ketika anda berkomunikasi, mengenai nada maupun isi pokok
dari pesan anda.

153. Ambilah kesempatan bila muncul untuk menyampaikan sesuatu yang dapat
membantu atau bernilai bagi penerima.

154. Lakukan tindak lanjut komunikasi anda.

155. Berkomunikasi untuk hari esok sebaik hari ini.

156. Pastikan bahwa tindakan anda mendukung komunikasi anda.


157. Berusahalah bukan saja untuk di mengerti, tetapi juga untuk mengerti serta
jadilah pendengar yang baik.

8. HAMBATAN TERHADAP KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

158. Hambatan Organisasional:

1. Tingkatan Hieararki:

            Bila organisasi tumbuh dan berkembang akan menimbulkan berbagai


masalah organisasi, karena menambah tingkatan memakan waktu yang
panjang dan ketepatannya semakin berkembang. Dimana setiap tingkatan
bisa menambah atau mengurangi, serta merubah berita dengan aslinya.

2. Wewenang Manajerial:

    Bahwa mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan terhadap


komunikasi. Atasan merasa bahwa mereka tidak sepenuhnya menerima
berbagai masalah, kondisi yang membuatnya tampak lemah sedang
bawahan menghindar situasi untuk mengungkapkan informasi yang
membuat posisinya tidak menguntungkan. Maka dua hal diatas akan
menimbulkan gap.

3. Spesialisasi

    Perbedaan fungsi, kepentingan dan istilah-istilah lainnya membuat org


merasa ada dalam dunia yang berbeda, yang akhirnya menghalangi
masyarakat, sulit memahami dan mendorong terjadi kesalahan-kesalahan.

159. Hambatan antar pribadi:


    Kesalahan dalam komunikasi juga dipengaruhi oleh faktor
ketidaksempurnaan manusia dan bahasa. Maka perlu memperhatikan:

1. Persepsi selektif

2. Kedudukan komunikator

3. Keadaan membela diri

4. Pendengaran lemah

5. Ketidak tepatan penggunaan bahasa

Kesimpulan
    Pencapaian tujuan perusahaan sering kali tidak dapat dilakukan dengan mudah.
Berbagai kendala dapat dihadapi perusahaan dalam perjalanannya mencapai tujuan.
Gejolak perekonomian, aktivitas pesaing semakin agresif dan berbagai kesulitan yang
menghadang sering kali membuat tujuan yang hendak dicapai perusahaan menjadi
tidak mudah.

     Permasalahan yang sama terjadi pada saat perusahaan ingin melakukan perubahan
agar lebih sesuai dengan tuntutan pasar. Sumber daya manusia perusahaan yang sudah
terbiasa dengan cara lama (old fashion) akan memiliki keengganan untuk berubah
(resistant to change), karena tujuan baru perusahaan yang ingin dikejar masi terlalu
samar. Sehingga mereka khawatir perubahan tersebut hanya akan menimbulkan
berbagai dampak yang merugikan bagi kepentingan karyawan.

    Oleh karena itu, dalam menghadapi situasi-situasi tersebut di atas, perusahaan


membutuhkan beberapa fungsi, salah satunya adalah fungsi Aktuating. Sehingga
diharapkan dengan berjalannya fungsi actuating ini, kelancaran dalam operasional
manajemen dapat berlangsung dengan baik.

Daftar Pusaka
Bennis, Warren, Menjadi Pemimpin Efektif (On Becoming a Leader), Alih bahasa
Anna W.Bangun, Elex Media Komputindo, 1994

Covey, Stepehen R, The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia


yang sangat efektif), edisi revisi, alih bahasa Drs, Budijanto, Binarupa Aksara, Jakarta,
1997

Jones, Gareth R. Organizational Theory : Text and Cases, Addison Wesley, 1995

Robbins, Stepehen P. Managing Today, 2  Ed,


nd
Prentice Hall, 2000
Stoner, James A.F., et al., Management, 6  Ed., Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs,
th

1995

Anda mungkin juga menyukai