Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini angka kesakitan osteopororsis cenderung meningkat dan merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya umur harapan hidup,yaitu 64,7 (tahun 1995-2000) menjadi 67,68
(tahun2000-2005) dan makin tingginya perjalanan factor resiko penyakit
tersebut,seperti kurangnya asupan kalsium, kurang berolah raga, serta kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi alcohol.Pada tahun 2000 sendiri, jumlah orang
lanjut usia di Indonesia mencapai 16 juta. Jumlah ini meningkat 18,4 juta jiwa
pada tahun 2005. Indonesia menempati urutan keempat Negara dengan jumlah
lansia terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Salah satu penyebab tingginya resiko osteoporosis di Indonesia adalah
meningkatnya usia harapan hidup masyarakat yang pada tahun 2005 mencapai
67,68 tahun, akan tetapi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai cara
pencegahan osteoporosis masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya konsumsi
kalsium rata-rata masyarakat Indonesia masih kurang peduli.
Keberhasilan pengendalian osteoporosis di Indonesia terutama ditentukan
oleh tingkat partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit tersebut, adanya kebijakan, strategis dan program nasional pengendalian
osteoporosis, serta kerjasama dengan berbagai pihak terkait.
Kita sebagai tenaga kesehatan khususnya Sarjana Kesehatan Masyarakat
sudah sepantasnya menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua untuk
mempromosikan dan mengadakan penyuluhan , apa itu penyakit osteoporosis.
Agar angka kesakitan dan resiko tinggi terhadap penyakit osteoporosis dapat dan
bisa lebih rendah setiap tahun.

1
B. Tujuan
Tujuan penyusunsan makalah ini adalah agar setiap Mahasiswa dapat
dijadikan sebagai pedoman bagi kesehatan,penanggung jawab program dan
petugas kesehatan lainnya yang memerlukan dalam melaksanakan/mengelola
program pengendalian osteoporosis di Dinas Kesehatan Propinsi,Puskesmas, unit
instalasi pelayanan kesehatan lainnya.

C. Manfaat
Semoga makalah yang kami buat ini berjudul” Osteoporosis “dapat menjadi
acuan pembelajaran dan menambah referensi kita untuk lebih tahu pengalaman
pembaca semua dalam rangka : Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan osteoporosis, Membuat perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi upaya pengendalian osteoporosis di Indonesia dan
Memberikan pelayanan kesehatan bagi penderita Osteoporosis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa


tulang dan adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang yang berakibat
menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga tulang
mudah patah.
Definisi lain, osteoporosis adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh,
keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang yang terjadi dalam
waktu yang lama.
Sebelum terjadi osteoporosis, seseorang terlebih dahulu mengalami proses
osteopenia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang akibat berbagai
keadaan. Penyakit ini dijuluki silent epidemic disease, karena menyerang secara
diam-diam tanpa adanya tanda-tanda khusus, sampai pasien mengalami patah tulang.
Osteoporosis dibagi menjadi 2 golongan besar menurut penyebabnya, yaitu :
1. Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang bukan disebabkan oleh suatu
penyakit (alamiah). Osteoporosis primer berhubungan dengan berkurangnya
massa tulang dan atau terhentinya produksi hormone (khusus perempuan)
disamping bertambahnya usia.
Osteoporosis primer terdiri dari :
a. Osteoporosis Primer Tipe I
Sering disebut dengan istilah osteoporosis pasca menopause pada wanita
yang berusia 50 – 65 tahun, fraktur biasanya pada vertebra, tulang iga atau
tulang radius.
b. Osteoporosis Primer Tipe II
Sering juga disebut osteoporosis senile, yang terjadi pada usia lanjut (70
tahun), pria dan wanita mempunyai kemungkinan yang yang sama terserang,
fraktur biasanya pada tulang paha.

2. Osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang disebakan oleh berbagai


penyakit tulang seperti infeksi tulang, tumor tulang, pengobatan steroid untuk
jangka waktu yang lama, hipertiroid.

3
Hasil analisis data risiko osteoporosis pada tahun 2005
dengan jumlah sampel 65.727 orang (22.799 laki-laki
dan 42.928 perempuan) yang dilaksanakan oleh
puslitbang Gizi Depkes RI dan sebuah perusahaan
nutrisi di 16 wilayah di Indonesia dengan metode
pemeriksaan DMT (densitas massa tulang)
menggunakan alat diagnostic clinical bone sonometer,
menunjukkan angka prevalensi osteopenia sebesar
41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%.
Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko untuk terkena
osteoporosis. Prevalensi Osteopenia dan osteoporosis usia <55 tahun pada pria
cenderung lebih tinggi disbanding wanita,
sedangkan >55 tahun peningkatan osteopenia pada
wanita enam kali lebih besar dari pada pria dan
peningkatan osteoporosis pada wanita dua kali
lebih besar dari pada pria.

Salah satu penyebab tingginya risiko osteoporosis di Indonesia adalah


meningkatnya usia harapan hidup masyarakat dan rendahnya tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai cara pencegahan osteoporosis.

Patogenesis / Terjadinya Osteoporosis


Secara normal di tubuh kita terjadi suatu tahapan yang disebut
REMODELLING TULANG, yaitu suatu proses pergantian tulang yang sudah tua
untuk diganti dengan tulang yang baru. Hal ini sudah terjadi pada saat
pembentukan tulang mulai berlangsung sampai selama kita hidup.
Proses Remodelling tulang tersebut dapat digambarkan seperti gambar
dibawah ini :

4
Kejadian ini adalah suatu keadaan yang normal, dimana pada saat proses
pembentukan tulang sampai umur 30 – 35 tahun, jumlah tulang yang diserap atau
diresorpsi sama dengan jumlah tulang baru yang mengisi atau menggantikan
sehingga terbentuk PUNCAK MASSA TULANG, tapi setelah berumur 35 tahun
keadaan ini tidak berjalan dengan seimbang lagi dimana jumlah tulang yang
diserap lebih besar dari jumlah tulang baru yang menggantikan. Hal inilah yang
mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada
OSTEOPOROSIS.

Perubahan Fisik yang terjadi karena Osteoporosis


Bagian tubuh mana yang sering terkena Osteoporosis?
1. Tulang Punggung
2. Tulang jari tangan
3. Tulang pangkal paha

Faktor Penyebab Osteoporosis


Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktor–faktor yang beresiko
terkena osteoporosis, antara lain :
 Wanita, wanita lebih beresiko terhadap pria
 Berusia di atas 50 tahun
 Post menopause
 Kekurangan hormon estrogen

5
 Mengalami pengangkatan rahim / ovarium
 Kurang kalsium
 Kurang sinar matahari dan kurang vit. D
 Kurang aktifitas fisik
 Histori keluarga ada yang osteoporosis
 Perawakan kurus, tulang kecil
 Orang asia lebih beresiko dibanding orang eropa
 Perokok
 Peminum kopi dan cola / minuman bersoda
 Peminum alcohol
 Pengguna obat–obatan seperti Kortison, Prednison, Anti konvulsan, hormon
tiroid

Menurut Penelitian : 24 % dari Wanita umur 40–59 tahun sudah


mengalami osteoporosis dan 62 % dari wanita berumur 60 – 70 tahun
mengalami osteoporosis
Mengapa wanita lebih beresiko osteoporosis dibanding pria??
Wanita memiliki hormon estrogen yang dihasilkan setiap mengalami siklus
menstruasi, dimana hormon ini merupakan suatu hormon yang berfungsi sebagai
PELINDUNG TULANG. Jadi bagi wanita yang mengalami gangguan siklus haid
beresiko mengalami osteoporosis. Bila wanita mengalami MENOPAUSE yaitu
suatu fase dimana wanita sudah tidak bisa haid lagi, maka hormon estrogen sama
sekali tidak bisa dihasilkan. Hal ini akan mengakibatkan tidak adanya hormon
yang melindungi tulang, sehingga tulang mudah patah.

Gejala-Gejala Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang biasanya tidak diikuti gejala,
makanya sering disebut sebagai THE SILENT THIEF. Tapi ada beberapa
gejala yang bisa jadi dasar untuk menentukan seseorang terkena osteoporosis
atau tidak :
 Adanya nyeri di tulang belakang, pergelangan tangan, pangkal paha
 Adanya nyeri dan rasa sakit pada tulang leher
 Adanya kecenderungan penurunan tinggi badan
6
 Postur tubuh kelihatan memendek
Akibat Osteoporosis
 Nyeri pada tulang
 Tubuh makin lama makin memendek (bungkuk)
 Tulang menjadi mudah patah
 Biaya perawatan besar
 Kecacatan
 Ketergantungan pada orang lain
 Kualitas hidup menurun
 Kematian

Data di Amerika menunjukkan kalau terdapat kasus PATAH TULANG


sebanyak 1,5 juta kasus per tahun. Dan yang bertanggung jawab atas terjadinya
patah tulang ini adalah OSTEOPOROSIS.
Biasanya orang baru menyadari terkena osteoporosis setelah mengalami
PATAH TULANG (FRAKTUR). Untuk itu bila diantara kita mempunyai factor
resiko terkena OSTEOPOROSIS cegahlah dari sekarang biar nanti jangan
menjadi fatal.

Deteksi Dini Osteoporosis


Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak diawali
dengan gejala, maka langkah yang paling penting dalam mencegah dan
mengobati osteoporosis adalah : Pemeriksaan secara dini untuk mengetahui
apakah kita sudah terkena atau belum OSTEOPOROSIS, sehingga dari
pemeriksaan ini, kita akan tahu langkah selanjutnya.
Bagaimana cara Pemeriksaan Dini Osteoporosis?
Untuk mengetahui apakah kita terkena OSTEOPOROSIS atau tidak, maka
kita perlu mengetahui keadaan MASSA TULANG kita dari sekarang..
Ada tiga cara pemeriksaan dini Osteoporosis :
1. DENSITOMETRY
2. LABORATORIUM
3. RADIOLOGI

7
Diantara ketiga pemeriksaan diatas, DENSITOMETRY merupakan
pemeriksaan yang paling akurat karena yang diukur adalah MASSA TULANG.
Prinsip Pemeriksaan Densitometry :

Pada pengukuran dengan alat DENSITOMETRY, si pasien akan diukur


BMDnya. BMD itu adalah ukuran kepadatan tulang.
Angka BMD –1 sampai Positif termasuk NORMAL
Angka BMD –1 s.d –2,5 termasuk OSTEOPENIA
Angka BMD dibawah –2,5 termasuk OSTEOPOROSIS
Dari pengukuran BMD ini kita bisa mengantisipasi untuk hal – hal yang lebih
parah dengan prinsip:
 Bila BMD kita NORMAL, maka usahayang kita lakukan adalah
mempertahankan agar tetap NORMAL
 Bila BMD kita OSTEOPENIA, kita harus terapi atau obati agar menjadi
NORMAL
 Bila BMD kita OSTEOPOROSIS, kita harus obati agar jangan menjadi parah
yang bisa mengakibatkan tulang patah

Terapi Dan Pengobatan Osteoporosis


Pencegahan Osteoporosis
1. Kalsium yang cukup, kira-kira 800–1200 mg per hari
2. Vitamin D3 yang cukup
8
Kalsium dan Vit. D3 bisa didapatkan dari bahan makanan tapi untuk lebih
praktis dan dengan dosis yang tepat, di pasaran sudah beredar EPOCALDI
dengan kalsium dan Vit.D3
3. Olah raga yang teratur
4. Hindari merokok, minuman alkohol dan kafein (kopi)
5. Melakukan pemeriksaan tulang untuk mengetahui osteporosis secara dini

MAKANAN TINGGI CALCIUM, VITAMIN C DAN PROTEIN


 Susu dan Daging Hewani, pilih yang rendah lemak
 Sayur-sayuran segar
 Buah-buahan segar seperti jeruk
 Ikan termasuk tulang-tulangnya

Kandungan Kalsium dalam Makanan


Jenis makanan Kandungan Kalsium (mg/100)
Susu kambing 98
Susu kerbau 216
Susu bubuk (full cream) 895
Susu bubuk skim 1.300
Keju 777
Kacang kedelai basah 196
Kacang kedelai kering 227
Kacang tanah 730
Tempe kedelai 129
Tahu 124
Daun lamtoro 1.500
Daun kelor 440
Bayam merah 368
Bayam hijau 267
Daun talas 302
Daun melinjo 219
Rebon segar 757
Udang kering 1.209
Udang segar 136
Teri kering 1.200
Teri segar 500

Pengobatan Osteoporosis
Tujuan Pengobatan Osteoporosis

9
1. Meningkatkan kepadatan tulang
2. Mencegah terjadinya patah tulang Osteoporosis
3. Menjaga keseimbangan metabolisme tulang
4. Mengembalikan kualitas tulang
Ada beberapa standard pengobatan Osteoporosis, yaitu :
1. Kalsium dan Vitamin D3
2. Terapi Hormon Pengganti Pada Wanita Menopause
3. Golongan Bisfosfonate : Alovell®
Alovell spesifik bekerja menghambat sel osteoklast yang menyerap dan
meresorpsi tulang (ingat… kalau osteoporosis terjadi karena aktifitas
penyerapan tulang lebih besar dari pembentukan, sehingga penyerapan tulang
ini harus dihentikan, dan obat yang berfungsi untuk menghentikan dan
menghambat penyerapan tulang ini adalah ALOVELL
4. Olah Raga yang cukup

Prinsip Olah raga :


1. Pemanasan : 5 – 10 menit
2. Bertahap
3. Rutin
4. Cooling down : 10 – 15 menit
5. Minum yang cukup

Terapi dan Pengobatan Osteoporosis

Terapi dan pengobatan osteoporosis bertujuan untuk meningkatkan kepadatan


tulang untuk mengurangi retak tambahan dan mengontrol rasa sakit. Untuk terapi
dan pengobatan osteoporosis sebenarnya memerlukan suatu tim yang terdiri dari
multidisipliner minimal antara lain departemen bedah, departemen penyakit
dalam, departemen psikologi, departemen biologi, departemen obstetri dan
ginekologi, departemen farmakologi.
Penyakit osteoporosis selain mempengaruhi tubuh, juga mempengaruhi
kondisi psikis penderitanya terutama akibat patah tulang sehingga terapi dan
pengobatan osteoporosis pun melibatkan spesialis kejiwaan. Tidak hanya itu,

10
departemen kedokteran olahraga juga diperlukan dalam terapi dan pengobatan
osteoporosis.
Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan
kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon
dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan,
kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria).
Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai
kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan
berkurang secara perlahan. Oleh sebab itu, kepadatan tulang harus dijaga sejak
masih muda agar saat tuanya tidak menderita osteoporosis.
Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi
kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause
yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama
dengan progesteron) atau alendronat (golongan bifosfonat) yang bisa
memperlambat atau menghentikan penyakitnya.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan
tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi.Jika kadar
testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan
obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.
Penjepit punggung mungkin penting untuk mendukung vertebra yang lemah dan
operasi dapat memperbaiki bweberapa keretakan.

Menangani Patah Tulang Osteoporosis


Patah tulang osteoporosisyang paling sering terjadi adalah pada patah tulang
vertebra (tulang punggung), tulang leher femur dan tulang gelang tangan (patah
tulang Colles). Adapun frekuensi patah tulang leher femur adalah 20% dari total
jumlah patah tulang osteoporosis.
Dari semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan masalah
dibidang morbiditas, mortalitas, beban sosisoekonomik dan kualitas hidup adalah
patah tulang leher femur sehingga bila tidak diambil tindakan untuk mengatasi
penyakit osteoporosis diperkirakan pada tahun 2050 jumlah patah tulang leher
11
femur di seluruh dunia akan mencapai 6,26 juta dan lebih dari separuhnya di
Asia.
Penatalaksanaan patah tulang osteoporosis memerlukan biaya yang sangat
besar sehingga sebaiknya mencoba untuk mencegah agar jangan sampai terjadi
patah tulang pada penderita osteoporosis.
Ada dua macam pencegahan patah tulang osteoporosis yaitu dengan cara
non-farmakologis dan cara faramakologis. Cara non farmakologis atau tanpa
obat-obatan dengan memperbaiki dan meningkatkan mutu nutrisi dimana
diperhatikan asupan kalsium, vitamin D seumur hidup. Olahraga Tai-Chi ternyata
berguna untuk memperbaiki keseimbangan tubuh penderita osteoporosis.
Untuk lansia, penting untuk mencegah terjadinya jatuh di rumah/lingkungan
rumah karena hampir semua penderita patah tulang di rumah. Usahakan agar
faktor-faktor yang dapat mengakibatkan jatuh dihilangkan seperti lantai licin,
karpet longgar, keadaan tangga, pengobatan sedatif (membuat ngantuk).
Cara farmakologik menggunakan obat-obatan dimana yang paling sering
dipakai adalah obat golongan bifosfonat yang dikombinasikan dengan asupan
kalsium dan vitamin D. Obat-obatan lain seperti terapi sulih hormon, hormon
paratiroid dan kalsitonin dan SERM.

Latihan Fisik Mencegah & Mengobati Osteoporosis

Pada osteoporosis, latihan jasmani dilakukan untuk


mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis.
Latihan jasmani menggunakan beban berguna untuk
melenturkan dan menguatkan tulang. Latihan jasmani
sebaiknya dilakukan sejak muda dan terus dilanjutkan
sampai tua.
Dr. Ade Tobing, Sp.KO mengenalkan latihan fisik yang baik, benar, terukur
dan teratur (BBTT). Latihan yang baik artinya latihan terbagi menjadi 3 sesi yaitu
pemanasan & peregangan selama 10-15 menit, latihan inti selama 20-60
menit,dan peregangan & pendinginan selama 5-10 menit.

12
Latihan fisik (BBTT) bermanfaat tidak hanya dalam meningkatkan kekuatan dan
kelenturan tulang, tapi juga dapat meningkatkan keseimbangan, kebugaran
jantung-paru, dan dapat memelihara dan meningkatkan massa tulang.

Zat Gizi Pencegah Osteoporosis

Pengaturan pola makan sangat mutlak


diperlukan dalam upaya pencegahan dan
pengobatan osteoporosis. Dengan
pengaturan pola makan seimbang, zat-zat
gizi penting yang dibutuhkan tubuh untuk
melakukan seluruh aktivitasnya dapat
terpenuhi. Sebenarnya, penderita
osteoporosis tidak memerlukan diet khusus, tetapi perlu memperhatikan pola
makan agar konsumsi pangan sumber kalsium, fosfor, dan vitamin D harus cukup
tersedia.
Untuk menghindari osteoporosis sebaiknya menabung kalsium sejak dini.
Suatu penelitian mengungkapkan bahwa menabung kalsium pada waktu muda
akan memperkuat tulang dan mengurangi resiko patah tulang pada saat terjadi
penuaan. Cara menabung kalsium adalah dengan memenuhi kebutuhan kalsium
setidaknya 900 – 1000 mg/hari.
Kecukupan zat gizi membantu penyerapan kalsium dan menghalangi
kehilangan beberapa zat gizi dari tulang khususnya vitamin D dan beberapa
mineral mikro seperti mangan dan boron. Tanpa vitamin D yang cukup,
pertumbuhan tulang akan lemah dan densitasnya rendah. Vitamin D bertugas
memanfaatkan susunan deposit kalsium dalam tulang agar padat dan kuat.

A. Kalsium
Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam tubuh. Jumlah kalsium di
dalam tubuh berkisar antara 1,5 – 2% dari berat badan orang dewasa.
Walaupun pada bayi, kalsium hanya sedikit, yaitu 25 – 30g, namun setelah
usia 20 tahun secara normal akan terjadi penemapatan sekitar 1.200 g kalsium
dalam tubuh. Kalsium dapat membentuk tulang dengan bekerja sama dengan
13
fosfor, magnesium, tembaga, mangan, seng, boron, fluorida, vitamin A, C, D,
dan trace element. Trace element adalah minerla yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah yang kecil tetapo fungsinya sangat penting, seperti besi,
iodium, seng, boron, dll.
Angka kecukupan kalsium rata-rata per hari bagi orang Indonesia
ditetapkan menurut Widya Karya Nasional Pangan dan GIzi LIPI (1998)
adalah :
- Bayi : 300 – 400 mg
- Anak-anak : 500 mg
- Remaja : 600 – 700 mg
- Dewasa : 500 – 800 mg
- Ibu hamil & menyusui : + > 400 mg

Bahan Makanan Sumber Kalsium :


1. Tinggi ( > 200 mg/100 gr BM )
Saridele bubuk, rebon, teri, udang kering, sarden, bayam, keju )
2. Sedang ( 100 – 200 mg/100 gr BM )
Brokoli, pecay, kacang ijo, tahu, tempe, susu
3. Rendah ( 10 – 100 mg / 100 gr BM )
Daging, ayam, hati, telur, ayam
Nilai Kalsium Beberapa Jenis Bahan Makanan (mg /100 g)

Tepung susu : 904


Keju : 777
Susu sapi segar : 143
14
Yoghurt : 120
Udang kering : 1.209
Teri kering : 1.200
Sardines (kaleng) : 354
Telur bebek : 56
Telur ayam : 54
Belut goreng : 840
Ikan kakap : 20
Kerang : 133
Rebon segar : 757
Mujair goreng : 654
Susu kental manis : 275
Kacang kedelai kering : 227
Tempe kedelai murni : 129
Tahu : 124
Kacang merah : 80
Kacang tanah : 58
Oncom : 96
Tepung kacang kedelai : 196
Bayam : 265
Bayam merah : 368
Sawi : 220
Daun melinjo : 219
Katuk : 204
Selada air : 182
Daun singkong : 165
Daun beluntas : 256
Daun kacang panjang : 134
Daun mengkudu : 300
Daun talas : 302
Daun kecipir : 134
Daun mangkokan : 474
Daun melinjo : 219
15
Leunca : 274

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Depkes RI, 1997.


 
Bahan Makanan yang Dibatasi/Bahan Makanan yang dapat
Menghambat Penyerapan Kalsium
1. Kopi, teh kental, minuman yang mengandung soda dan alcohol.
2. Semua daging yang banyak mengandung lemak.
3. Bahan makanan yang berserat tinggi

B. FOSFOR
Angka kecukupan fosfor rata-rata per hari bagi orang Indonesia
ditetapkan menurut Widya Karya Nasional Pangan dan GIzi LIPI (1998)
adalah :
- Bayi : 200 – 250 mg
- Anak-anak : 250 - 400 mg
- Remaja & dewasa : 400 - 500 mg
- Ibu hamil & menyusui : + 200 – 300 mg

Nilai Fosfor Beberapa Jenis Bahan Makanan (mg /100 g)


Ayam : 200
Daging sapi : 170
Telur ayam : 180
Telur bebek : 175
Tepung susu : 694
Susu kental manis : 209
Susu sapi : 60
Keju : 338
Teri kering : 1.500
Sarden (kaleng) : 434
Udang segar : 170
Ikan segar : 150
Kacang kedelai kering : 585
16
Kacang merah : 400
Kacang tanah kupas : 335
Tempe kedelai murni : 154
Kacang hijau : 320
Kelapa tua : 98
Jagung kuning, pipil : 256
Beras setengah giling : 221
Tepung terigu : 106
Roti putih : 95
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Depkes RI, 1997.

C. VITAMIN D
Pengaruh vitamin D dalam memperlambat proses terjadinya osteoporosis
sangat vital. Vitamin D mampu memelihara kesehatan tulang dengan cara
meningkatkan penyerapan mineral kalsium dari sistem pencernaan serta
mengurangi pembuangannya dari ginjal.

Angka kecukupan vitamin D yang dianjurkan menurut Widya Karya


Nasional Pangan dan Gizi LIPI (1998) adalah 5 – 10 µg atau 400 IU
(International Unit), tetapi bagi lansia diperlukan asupan yang kebih besar
lagi yaitu sekitar 800 IU. 
Menurut Vincent Iannelli, MD. Dokter anak dan penulis buku The
Everything’s Father First Year Book, selain susu, anak bisa memperoleh
vitamin D dari sinar matahari. Sayangnya, paparan sinar matahari juga
meningkatkan resiko kanker kulit. Untuk itu, penggunaan tabir surya mutlak
diperlukan saat anak berjemur sinar matahari. 
Sebaiknya, berjemur sinar matahari dilakukan pada pagi hari sebelum
pukul 09.00 dan hanya dilakukan sebentar saja yaitu 10 – 15 menit. Menurut
para ahli, waktu tersebut sudah cukup untuk sintesis vitamin D pada kulit.
 
Bahan Makanan Sumber Vitamin D

17
Susu, produk olahan susu (keju, yoghurt), kedelai, produk olahan kedelai
(tahu, tempe ), ikan, hati.
Nilai Vitamin D Beberapa Jenis Bahan Makanan (µg /100 g)
Susu sapi : 0,01 – 0,03
ASI : 0,04
Tepung susu : 0,21
Krim : 0,1 – 0,28
Yoghurt : ss – 0,04
Keju : 0,03 – 0,5
Telur ayam utuh : 1,75
Kuning telur : 4,94
Mentega : 0,76
Minyak hati ikan : 210
Margarin : 5,8 – 8,0
Daging sapi : ss
Unggas : ss
Hati : 0,2 – 1,1
Ikan air tawar : ss
Ikan berlemak : ss – 25
Udang dan kerang : ss
ss = sedikit sekali
Sumber : Holland (1991) dalam Garrow, J.S. dan W.P.T. James, Human
Nutrition dan Dietetics, 1993.
 
Bahan Makanan Sumber Natrium :
Roti, krekers, dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang
 
Diet Untuk Osteoporosis
Osteoporosis atau akrab dikenal dengan tulang keropos, dapat terjadi jika
terlalu banyak zat mineral terhilang dari kerangka tulang. Tulang kemudian
menjadi rapuh dan lebih mudah patah. Patah tulang yang paling umum adalah
tulang pinggul, tulang belakang dan tulang pergelangan tangan.

18
Penekanan kebutuhan asupan nutrisi khusus pada penyandang osteoporosis
ditekankan pada kebutuhan kalsium guna memenuhi zat meineral yang terhilang
dari kerangka tulang. Namun kebutuhan kalsium yang ada disesuaikan dengan
usia.
 Usia 1-3 tahun perlu 500 mg/per hari.
 Usia 4-8 memerlukan 800 mg/per hari
 Usia 9-18 perlu 1.300 mg/per hari.
 Usia 19-50 butuh 1.000 mg/per hari.
 Usia >50 tahun butuh sekitar 1.200 mg/per hari.

Khusus ibu hamil dan menyusui membutuhkan


1.000-1.300 mg per hari. Kalsium bisa
didapatkan dari makanan dan minuman. Di
antaranya, kedelai, ikan teri, ebi, brokoli, susu,
tablet kalsium, dan masih banyak lagi. Olah
raga secara teratur sejak dini menjadi salah satu
hal penting untuk menghambat osteoporosis.
Masalah yang sering terjadi ialah
osteoporosis banyak terpicu justru dari pola diet yang sembarangan. Umumnya
orang yang sedang menjalani diet tanpa bimbingan ahli nutrisi justru melakukan
pengurangan porsi makanan. Hal yang demikian itu sebenarnya salah,
pengurangan porsi makanan secara otomatis malah membuat tubuh kekurangan
asupan nutrisi. Yang terjadi malah timbul persoalan baru. Potensi terjadinya
penyakit-penyakit yang fatal semakin besar. Salah satunya osteoporosis.
Terutama kaum wanita, dimana kalsium paling banyak terbuang terbuang
ketika masa menstruasi.
Ditambah lagi, wanita yang dalam menjalani program diet tanpa bimbingan
ahli nutrisi biasanya dengan sembarang menghindari konsumsi susu dengan
alasan menghindari susu berlemak. Dianjurkan untuk menggantikannya dengan
susu yang memiliki kadar lemak rendah.

PENATALAKSANAAN OSTEOPOROSIS

19
Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan adanya osteoporosis
pada pasiennya bila didapatkan adanya gejala nyeri menetap pada tulang
terutama setelah terjadinya fraktur akibat suatu trauma yang ringan, tubuh makin
memendek, kifosis dorsal bertambah, gangguan otot berupa kaku dan lemah serta
gambaran radiologik yang khas pada tulang trabekuler. Diperlukan evaluasi
lengkap dan pengukuran densitas massa tulang dan pemeriksaan biokimia tulang
dan hormonal serta pemeriksaan organ lain yang terkait seperti ginjal, hati,
saluran cerna, tiroid dan sebagainya.
Terapi untuk osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi
pencegahan massa tulang. Tujuan terapi pencegahan osteoporosis selain sifatnya
primer yaitu agar osteopeni yang terjadi tidak melewati nilai ambang
osteoporosis dan terjadi terlalu dini, juga bersifat sekunder yaitu memperlambat
laju osteopeni yang terjadi. Caranya yaitu dengan memperhatikan faktor
makanan, latihan fisik (senam osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan
sinar ultra violet beta matahari. Selain itu menghindari obat-obatan dan jenis
makanan yang merupakan faktor risiko osteoporosis seperti alcohol, kafein,
diuretika, sedatif, kortikosteroid dan sebagainya. Pemberian terapi hormonal pada
pencegahan sekunder terutama pada osteoporosis tipe I (pasca menopause) dan
perhatian terhadap penyakit tertentu yang dapat menyebabkan osteoporosis
seperti diabetes mellitus, kelainan kelenjar tiroid, dan sebagainya.
Selain pencegahan tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang
dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti
(estrogen dan progesterone dosis rendah), kalsitriol, kalsitonin, bisfosfonat,
raloxifen, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.

Hormon Steroid Gonadal


Termasuk hormon steroid gonadal adalah estrogen, androgen dan
progesterone. Estrogen mempunyai peranan yang besar dalam mempertahankan
massa tulang. Efek utamanya adalah menghambat resorpsi tulang dengan cara
menghambat pembentukan dan fungsi osteoklas. Berbeda dengan progesterone
sampai sekarang efek langsung pada tulang belum diketahui secara pasti. Pada
laki-laki testosteron diubah menjadi estrogen di perifer oleh enzym aromatase
dan mekanisme selanjutnya hampir sama dengan wanita, bedanya pada laki-laki
20
tidak ada osteoporosis fase cepat karena tidak ada menopause dan mempunyai
massa puncak tulang lebih tinggi.
Estrogen merupakan terapi hormonal pengganti utama yang
direkomendasikan WHO untuk osteoporosis tipe I. Digunakan untuk terapi
pencegahan osteopenia pada wanita post menopausal dan pengobatan wanita post
menopause dengan osteoporosis selama 20 tahun lebih. Kelebihan terapi estrogen
adalah juga memperbaiki profil lipid dan mengurangi faktor risiko serangan
jantung serta meningkatkan massa tulang 5-10% pada penggunaan yang teratur
selama 5 tahun. Pada penelitian terbukti dapat menurunkan risiko fraktur tulang
sampai 37% dengan risiko relatif 0,27 setelah penggunaan 10 tahun (Eriksen,
1995. Terapi estrogen ini juga meningkatkan risiko kanker payudara dan
ovarium. Risiko ini berhubungan dengan durasi dan dosis estrogen serta
penggunaan lebih dari 5 tahun penggunaan estrogen tersebut.
Derivat androgen yang dapat diberikan pada penderita osteoporosis laki-laki
adalah anabolik steroid, mempunyai efek sintesa protein yang kuat dan efek
androgen ringan. Anabolik steroid yang digunakan adalah nandrolon decanoat
dan stanozolol. Anabolik steroid mampu menurunkan kecepatan bone loss pada
penderita osteoporosis dengan cara merangsang pembentukan tulang secara
langsung oleh karena adanya reseptor androgen pada tulang. Manfaat pada
penderita osteoporosis adalah menambah massa tulang, meningkatkan absorbsi
kalsium di usus, menurunkan ekskresi kalsium dalam urine, menurunkan massa
lemak dan menambahmassa otot.

Raloxifene
Raloxifene tergolong dalam selektif estrogen reseptor modulator (SERM),
adalah komponen non steroid yang berasal dari benzothiophene yang bersifat anti
estrogen, mengadakan kompetitif inhibisi terhadap peran estrogen pada payudara
dan khususnya uterus, selain juga bersofat agonis estrogen pda tulang dan
metabolisme lemak. Obat lain yang tergolong dalam SERM ini adalah
tamoxipen. Penggunaan raloxifene meningkatkan massa tulang 2 – 2,5% pada
tulang panjang wanita post-menopause (Delmas et al., 1997), selain itu
menurunkan risiko patah tulang belakang sebesar 50% pada dosis 120 mg/hari
(Ettinger et al., 1999). Bila dibandingkan dengan estrogen maka efektivitas
21
raloxifene menurunkan risiko fraktur lebih rendah, namun tidak menstimulasi
payudara dan uterus dan tidak membuat perdarahan menstruasi. Efek sampingnya
adalah retensi cairan dan nyeri kepala.

Calcitriol dan Kalsium


Calcitriol telah banyak diteliti dan terbukti mencegah hilangnya massa tulang
0,7 – 1,3% pertahun (Sambrook et al., 1993), begitu pula pada tulang kepala dan
lengan atas (Tilyard et al., 1992). Vitamin D ini termasuk obat yang moderat
dalam meningkatkan massa tulang, sehingga untuk hasil yang lebih baik
dikombinasikan dengan terapi pengganti hormon atau bisfosfonat. Calcitriol tidak
dianjurkan pada penderita batu ginjal atau didapatkan gangguan fungsi ginjal,
jantung maupun hepar.
Pemberian calcitriol biasanya bersamaan dengan kalsium karena fungsi
utama vitamin D ini adalah menjaga homeostasis kalsium dengan cara
meningkatkan absorbsi kalsium di usus dan mobilisasi kalsium dari tulang..
Pemberian suplemen kalsium saja hanya berdampak kecil terhadap massa tulang
pada wanita menopause (Gennari & Nuti, 1997 Faktor yang mempengaruhi
absorbsi kalsium adalah diet serat dan kafein, serta natrium dan protein yang
mempengaruhi eksresi kalsium urine (Heaney, 1997).

Kalsitonin
Kalsitonin telah disetujui oleh FDA sebagai alternatif terapi untuk
osteoporosis. Indikasinya adalah pada pasien yang tidak dapat menggunakan
estrogen. Pemberiannya lewat semprotan intra nasal dengan dosis 200 u/hari
sebagai dosis tunggal dan parenteral dengan dosis 50 – 100 IU secara
intramuskuler atau subkutan diberikan 2-3 kali/minggu. Efek samping adalah
pusing, mual, muka panas biasanya berlangsung 30 – 60 menit. Manfaat
kalsitonin yang lain adalah menambah massa tulang dan mempunyai efek
analgetik. Mekanisme kerjanya adalah mengurangi resorpsi dengan menekan
aktivitas osteoklast atau menghambat cara kerja osteoklast dengan 2 cara yaitu
menghambat transformasi monosit menjadi osteoklast dan mengadakan
translokasi ion kalsium kedalam mitokhondria. Dampak yang nyata adalah
penderita mengalami turn over dalam massa tulang yang tinggi (Christiansen &
22
Riis, 1990). Kelemahan obat ini adalah harus digunakan terus menerus, sebab
bila dihentikan maka akan didapat fenomena rebound bone turn over.

Bisfosfonat
Bisfosfonat merupakan obat yang relatif baru yang digunakan untuk
pengobatan osteoporosis, baik sebagai alternatif terapi pengganti hormon pada
wanita maupun penderita osteoporosis laki-laki. Cara kerja bisfosfonat adalah
mengurangi resorpsi tulang oleh osteoklast dengan cara berikatan pada
permukaan tulang dan dengan menghambat kerja osteoklast dengan cara
mengurangi produksi proton dan enzym lisosomal dibawah osteoklastBisfosfonat
juga memiliki efek tak langsung terhadap osteoklast dengan cara merangsang
osteoblast menghasilkan substansi yang dapat menghambat osteoklast dan
menurunkan kadar stimulator osteoklast. Beberapa penelitian juga mendapatkan
bahwa bisfosfonat dapat meningkatkan jumlah dan diferensiasi osteoblast.
Dengan mengurangi aktivitas osteoklast maka pemberian bisfosfonat akan
memberikan keseimbangan yang positif pada unit remodelling tulang.

Tabel 2.
Generasi Bisfosfonat
Modifikasi kimia Contoh R1 R2 Potensi anti resorptif relative
Generasi I
Alkil pendek atau rantai samping halida Etidronat
Klodronat OH
Cl CH3
Cl 1
10
Generasi II
Grup amino terminal Tiludronat
Pamidronat
Alendronat H
OH
OH CH2-S-fenil-Cl
CH2- CH2 NH2
23
(CH2)3 NH2 10
100
100-1000

Generasi III
Rantai samping siklik Risedronat
Ibandronat
Zoledronat OH
OH
OH CH2-S-piridin
CH2- CH2 N(CH3)pentil
CH2-imidazol
1000-10000
1000-10000
> 10000

Absorbsi bisfosfonat sangat buruk. Maka dari itu bisfosfonat harus diminum
dengan air pada posisi tegak (tidak boleh berbaring), lebih baik pada pagi hari
saat perut kosong, setelah itu tidak diperkenankan makan apapun selama 30
menit kecuali Etidronat dapat diberikan 2 jam sebelum dan 2 jam sesudah makan,
karena absorbsinya tidak dipengaruhi oleh makanan. Bisfosfonat yang tidak
melekat di tulang akan di ekskresikan dalam bentuk utuh melalui ginjal sehingga
pemberiannya pada penderita gagal ginjal harus berhati-hati.. Dosis bisfosfonat
generasi II seperti Alendronat diberikan 10 mg/hari setiap hari, karena tidak
mengganggu mineralisasi tulang. Untuk penyakit Paget 40 mg/hari selama 6
bulan. Bisfosfonat terbaru generasi III seperti Risedronat dosisnya adalah 5
mg/hari. Berbagai penelitian membuktikan bahwa risedronat merupakan obat
yang efektif untuk mengatasi osteoporosis dan mengurangi risiko fraktur pada
wanita dengan osteoporosis pasca menopause dan wanita dengan menopause
artificial akibat pengobatan karsinoma payudara (Delmas et al., 1997).

UPAYA PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS


24
Pencegahan osteoporosis dapat dibagi atas 3 (tiga) tipe yaitu primer, sekunder
dan tertier (sesudah terjadi fraktur). Efek dari setiap tindakan, dinilai dengan hasil
akhir adalah TAK terjadi fraktur, artinya tidak hanya terbatas pada penilaian
kenaikan jumlah massa tulang. Dengan demikian, wawasan dan cara berpikir kita
menjadi luas, tidak hanya berpikir tentang upaya pencegahan dari aspek medis
saja, tetapi juga dari aspek pola hidup pasien dan lingkungannya.

A. Pencegahan Primer
Adalah upaya terbaik dan paling murah dan mudah.
1. Kalsium
Mengkonsumsi kalsium cukup, baik dari makanan sehari-hari ataupun dari tambahan
kalsium, pada umumnya aman kecuali bagi pasien dengan hiperkalsemia atau
nefrolitiasis. Untuk menentukan apakah diperlukan kalsium tambahan selain dari
makanan sehari-hari, perlu dipahami cara menghitung kalsium yang telah dimakan.
Kandungan kalsium dalam makanan standard sehari-hari, berkisar antara 300mg.
Selanjutnya, dihitung tambahan makanan kaya kalsium yang masuk perhari, seperti
susu, keju, yogurt. Dari jumlah total kandungan kalsium tersebut, dapat
diperhitungkan berapa kekurangannya dengan mengacu pada tabel berikut

Tabel 1. Calsium RDA National Academy of Science (1994)4


Usia Kalsium (mg)
< 0,5 400
0,5-1 600
1-10 800
11-24 1200-1500
25-49 1000
postmenopausal (dengan th/estrogen) <65 th 1000
postmenopausal (tanpa th/ estrogen) < 65 Th 1500
Hamil atau menyusui 1200-1500
Pria > 65 1500

Jenis makanan yang cukup mempunyai kandungan kalsium adalah sayuran hijau,
jeruk citrun, shellfish. Diet tinggi protein hewani, sebabkan kehilangan kalsium
25
bersama urin. Menurut American Journal of Clinical Nutrition3, dikatakan bahwa
wanita yang melakukukan diet vegetarian lebih dari 20 tahun, mengalami kehilangan
mineral tulang 18%, dibandingkan wanita non vegetarian.

2. Exercise
Latihan fisik harus mempunyai unsur pembebanan pada tubuh / anggota gerak dan
penekanan pada axis tulang, seperti jalan, jogging, aerobik (termasuk dansa), atau
jalan naik/turun bukit. Olah raga renang tidak memberikan manfaat yang cukup
berarti. Demikian pula pada pria dengan latihan fisik berat dan berlebihan, terjadi
kehilangan massa tulang.
3. Hindari faktor yang dapat menurunkan absorpsi kalsium, meningkatkan resorpsi
tulang, atau mengganggu pembentukan tulang, seperti merokok, peminum alkohol,
obat yang berkaitan dengan terjadinya osteoporosis..
4. Kondisi yang diduga akan menimbulkan osteoporsis sekunder, harus diantisipasi
sejak awal.

Pasien–pasien yang memerlukan immobilisasi, baik tirah baring ataupun sebagian


dari anggota geraknya, harus diberikan program latihan fisik sesuai dengan
kondisinya. Beberapa latihan yang dapat dilakukan adalah :
a. Mobilisasi Dini
Dengan menggunakan tilt board atau rocking bed. Dengan menempatkan pasien
dalam posisi tegak, keuntungan yang didapat adalah mencegah osteoporosis,
mencegah postural hypotension dan melatih kemampuan sensori proprioseptif
pasien. Kenaikan ekskresi kalsium urin pada osteoporosis dapat dicegah dengan
berdiri tenang 45 menit 3-4 kali/hari. Duduk dikursi tidak mempunyai manfaat
untuk pencegahan hal tersebut diatas.
b. Latihan penguatan otot dengan metode latihan yang dinamik baik secara
isometrik ataupun isotonik untuk otot-otot tubuh ataupun anggota gerak.
c. Perhatian perlu diberikan kepada pasien-pasien yang melaksanakan program
latihan rehabilitasi medik. Akibat kelumpuhannya dan kemungkinan sudah
terjadi osteoporosis, perlu diingatkan untuk hati-hati dalam aktifitas sehari-hari
agar tidak terjadi komplikasi fraktur baik pada vertebra, collum femoris, tulang
radius ataupun dilain tempat.
26
5. Pengamanan para usia lanjut dari risiko jatuh, menjadi bagian dari pencegahan
primer. Termasuk disini, obati orthostatic hypotension, gangguan gerak pada
tungkai, penggunaan obat penenang, gangguan penglihatan, dan ciptakan rumah
yang aman dan bebas dari penyebab jatuh, terutama pada para usia lanjut.
Latihan fisik yang dianjurkan adalah :
Latihan Fisik Umum
a. Jalan
Jalan adalah latihan yang sangat bermanfaat, karena merupakan kombinasi
rangsangan mekanik pada vertebra dan tulang-tulang anggota gerak bawah dan
kontraksi intermitent otot-otot belakang. Langkah berjalan lebih cepat dari
langkah biasa, disertai ayunan kedua lengan. Dianjurkan jalan setiap hari 30
menit. Kalau sudah cukup terlatih, latihan dapat ditingkatkan dengan jarak yang
lebih jauh, tetapi waktu yang tetap. Program latihan sebaiknya dimonitor
berdasarkan panduan dari dokter.
b. Berenang
Bermanfaat melatih otot-otot punggung/belakang dan otot-otot anggota gerak
atas dan bawah, tetapi tidak terbukti mencegah osteoporosis. Manfaat yang
diperoleh adalah peningkatan endurance pasien. Sebaiknya, latihan berenang
hanya dikerjakan untuk yang sudah cukup terlatih..
c. Bersepeda
Wanita lebih memilih bersepeda stasioner untuk dilakukan dirumah. Bersepeda
harus mengikuti pedoman untuk tiap-tiap individu, termasuk postur, beban,
tingginya dudukan, tahanan dan kecepatannya.

Latihan Fisik Khusus


Latihan fisik untuk otot-otot belakang dimaksudkan untuk memperkuat otot-otot
ekstensor yang origo dan insersionya melekat pada vertebra. Kontraksi otot
menstimulasi pembentukan tulang dan mengurangi resorpsi. Untuk mendapatkan
hasil yang baik, latihan fisik harus dinamik (isotonik) dan berulang.
Latihan isometrik harus dikerjakan dengan hati-hati, karena akan berpengaruh
terhadap meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung dibandingkan dengan
latihan isotonik.

27
Latihan pada orang-orang usia senja harus direncanakan dengan seksama dan
hati-hati, Program latihan yang didemonstrasikan di televisi atau klub-klub fitness
mungkin kurang cocok, aerobik yang keras, merupakan kontraindikasi, terutama bila
disertai gerakan melompat, karena gerakan ini dapat merusak tulang yang lemah.
Latihan fleksi untuk vertebra juga kontraindikasi untuk wanita yang diketahui
mempunyai risiko menderita osteoporosis. Semakin panjang lengan tuas, akan
meningkatkan beban pada bagian anterior corpus vertebra. Orang yang menderita
osteoporosis, tulangnya tak akan mampu menerima beban ini dan akan terjadi fraktur
kompresi dalam bentuk baji.
Ini dibuktikan, mengalami fraktur vertebra setelah latihan fleksi untuk jangka
waktu tertentu. Pasien dengan osteoporosis harus waspada menghindari penggunaan
tenaga yang berlebihan ataupun gerak yang tak dikontrol, seperti membuka jendela
yang keras, mengangkat barang berat dalam posisi bungkuk kedepan. Harus
diajarkan jongkok dan berdiri perlahan dalam posisi tegak sewaktu mengangkat
barang berat. Beban harus dekat dengan tubuh, untuk maksud memendekkan lengan
tuas, sehingga akan mengurangi beban pada vertebra.

B. Pencegahan Sekunder
1. Konsumsi kalsium dilanjutkan pada periode menopouse, Pemberian kalsium
tanpa penambahan estrogen dikatakan kurang efektif untuk mencegah
kehilangan massa tulang pada awal periode menopouse. Penurunan massa
tulang jelas terjadi pada wanita menopouse yang asupan kalsiumnya kurang
dari 400 mg perhari Estrogen Replacement Therapy (ERT) Semua wanita pada
saat menopause mempunyai risiko osteoporosis. Karenanya, dianjurkan
pemakaian ERT pada mereka yang tak ada kontraindikasi.
2. Exercise Latihan fisik bagi penderita osteoporosis, bersifat spesifik dan
individual. Prinsip tetap sama dengan latihan beban dan tarikan (streching)
pada aksis tulang. Memperhatikan berat-ringannya osteoporosis yang terjadi,
maka dosis dan cara gerakan bersifat spesifik. Latihan tak dapat dilakukan
secara masal, karena perlu mendapat supervisi dari tenaga medis/paramedis
terlatih individu per individu.
3. Calcitonin, bekerja menghambat resorpsi tulang, dan dapat meningkatkan
massa tulang apabila digunakan selama 2 tahun. Nyeri tulang juga akan
28
berkurang karena adanya efek peningkatan stimulasi endorfin. Pemakaian
calcitonin diindikasikan bagi pasien yang tidak dapat menggunakan ERT,
pasien pasca menopause lebih dari 15 tahun, pasien dengan nyeri akibat
fraktur osteoporosis, dan bagi pasien yang mendapat terapi corticosteroid
dalam waktu lama.
4. Terapi yang juga diberikan adalah vitamin D dan thiazide, tergantung
kebutuhan pasien. Vitamin D membantu tubuh menyerap dan memanfaatkan
kalsium. 25 Hydroxy vitamin-D dianjurkan diminum setiap hari bagi pasien
yang menggunakan suplemen kalsium(3).

C. Pencegahan Tertier
Setelah pasien mengalami fraktur osteoporosis, jangan pasien dibiarkan
imobilisasi terlalu lama. Sejak awal perawatan, disusun rencana mobilisasi,
mulai mobilisasi pasif sampai aktif dan berfungsi mandiri. Beberapa obat yang
mempunyai manfaat adalah bisphosphonate, calcitonin, NSAID bila ada nyeri.
Dari sudut rehabilitasi medik, pemakaian ortose spinal/korset dan program
fisioterapi/okupasi terapi akan mengembalikan kemandirian pasien secara
optimal.

D. Edukasi Pasien
Pemahaman pasien dan keluarganya tentang hal ihwal osteoporosis,
diharapkan menambah kepedulian mereka, dan selanjutnya berperilaku hidup
sehat, sesuai pedoman pencegahan osteoporosis.

PERUBAHAN POLA HIDUP PADA PENDERITA OSTEOPOROSIS


1. Gunakan sepatu tanpa hak tinggi, pakai sepatu sandal, dan beralas karet
2. Hindari obat yang menimbulkan efek sedasi, gangguan keseimbangan, dizziness,
pusing
3. Hindarkan barang-barang dirumah yang dapat mengganggu kebebasan langkah
(karpet, meja beroda, dll)
4. Pemakaian pegangan pada tangga
5. Pencahayaan cukup untuk ruang aktifitas pasien
6. Gunakan lampu malam dikamar tidur dan kamar mandi
29
7. Kamar mandi dilengkapi dengan pegangan dinding, karpet antislip
8. Dapur dilengkapi dan disusun agar pemakainya terhindar dari jatuh
9. Segera bersihkan dan keringkan ubin yang basah
10. Gunakan kaca mata, alat bantu dengar dan tongkat, apabila memang sesuai
kebutuhan masing-masing.
11. Hindari mengangkat barang berat pada seseorang yang berisiko osteoporosis.
BAB III
PENUTUP

Dalam melakukan upaya-upaya Peningkatan Kesehatan Manula dan Ibu hamil


disadari bahwa hubungan ibu hamil dan manula sangat erat dimana kondisi
kesehatan tulang akan dapat secara langsung mempengaruhi kondisi masa tulang dari
usia mulai terjadi monopouse maupun setelah usia lanjut. Oleh karena itu,
diharapkan kondisi kesehatan seseorang. Oleh karena itu, diharapkan kondisi
kesehatan tulang seseorang benar-benar dapat terpelihara sesuai dengan konsep
medis yang tepat sejak ia berada dalam.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ichramsyah A.R. Monaupose Pada wanita Dan Osteoporosis. Seminar Sadar Dini
Cegah Osteoporosis Menuju Masyarakat Bertulang Sehat, Jakarta,
2005.
Isbagio H. Diagnosis dan Diagnosis Banding Osteoporosis. Perkembangan Mutakhir
Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia,
Jakarta, 1996: 65-79.
Roesma S. Pencegahan Dini Osteoporosis : Pedoman bagi Petugas UKS dan Guru
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Yayasan Citra Pendidikan
Indonesia ( CPI ), Jakarta, 2005.

31
32

Anda mungkin juga menyukai