PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini angka kesakitan osteopororsis cenderung meningkat dan merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya umur harapan hidup,yaitu 64,7 (tahun 1995-2000) menjadi 67,68
(tahun2000-2005) dan makin tingginya perjalanan factor resiko penyakit
tersebut,seperti kurangnya asupan kalsium, kurang berolah raga, serta kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi alcohol.Pada tahun 2000 sendiri, jumlah orang
lanjut usia di Indonesia mencapai 16 juta. Jumlah ini meningkat 18,4 juta jiwa
pada tahun 2005. Indonesia menempati urutan keempat Negara dengan jumlah
lansia terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Salah satu penyebab tingginya resiko osteoporosis di Indonesia adalah
meningkatnya usia harapan hidup masyarakat yang pada tahun 2005 mencapai
67,68 tahun, akan tetapi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai cara
pencegahan osteoporosis masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya konsumsi
kalsium rata-rata masyarakat Indonesia masih kurang peduli.
Keberhasilan pengendalian osteoporosis di Indonesia terutama ditentukan
oleh tingkat partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit tersebut, adanya kebijakan, strategis dan program nasional pengendalian
osteoporosis, serta kerjasama dengan berbagai pihak terkait.
Kita sebagai tenaga kesehatan khususnya Sarjana Kesehatan Masyarakat
sudah sepantasnya menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua untuk
mempromosikan dan mengadakan penyuluhan , apa itu penyakit osteoporosis.
Agar angka kesakitan dan resiko tinggi terhadap penyakit osteoporosis dapat dan
bisa lebih rendah setiap tahun.
1
B. Tujuan
Tujuan penyusunsan makalah ini adalah agar setiap Mahasiswa dapat
dijadikan sebagai pedoman bagi kesehatan,penanggung jawab program dan
petugas kesehatan lainnya yang memerlukan dalam melaksanakan/mengelola
program pengendalian osteoporosis di Dinas Kesehatan Propinsi,Puskesmas, unit
instalasi pelayanan kesehatan lainnya.
C. Manfaat
Semoga makalah yang kami buat ini berjudul” Osteoporosis “dapat menjadi
acuan pembelajaran dan menambah referensi kita untuk lebih tahu pengalaman
pembaca semua dalam rangka : Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan osteoporosis, Membuat perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi upaya pengendalian osteoporosis di Indonesia dan
Memberikan pelayanan kesehatan bagi penderita Osteoporosis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Hasil analisis data risiko osteoporosis pada tahun 2005
dengan jumlah sampel 65.727 orang (22.799 laki-laki
dan 42.928 perempuan) yang dilaksanakan oleh
puslitbang Gizi Depkes RI dan sebuah perusahaan
nutrisi di 16 wilayah di Indonesia dengan metode
pemeriksaan DMT (densitas massa tulang)
menggunakan alat diagnostic clinical bone sonometer,
menunjukkan angka prevalensi osteopenia sebesar
41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%.
Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko untuk terkena
osteoporosis. Prevalensi Osteopenia dan osteoporosis usia <55 tahun pada pria
cenderung lebih tinggi disbanding wanita,
sedangkan >55 tahun peningkatan osteopenia pada
wanita enam kali lebih besar dari pada pria dan
peningkatan osteoporosis pada wanita dua kali
lebih besar dari pada pria.
4
Kejadian ini adalah suatu keadaan yang normal, dimana pada saat proses
pembentukan tulang sampai umur 30 – 35 tahun, jumlah tulang yang diserap atau
diresorpsi sama dengan jumlah tulang baru yang mengisi atau menggantikan
sehingga terbentuk PUNCAK MASSA TULANG, tapi setelah berumur 35 tahun
keadaan ini tidak berjalan dengan seimbang lagi dimana jumlah tulang yang
diserap lebih besar dari jumlah tulang baru yang menggantikan. Hal inilah yang
mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada
OSTEOPOROSIS.
5
Mengalami pengangkatan rahim / ovarium
Kurang kalsium
Kurang sinar matahari dan kurang vit. D
Kurang aktifitas fisik
Histori keluarga ada yang osteoporosis
Perawakan kurus, tulang kecil
Orang asia lebih beresiko dibanding orang eropa
Perokok
Peminum kopi dan cola / minuman bersoda
Peminum alcohol
Pengguna obat–obatan seperti Kortison, Prednison, Anti konvulsan, hormon
tiroid
Gejala-Gejala Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang biasanya tidak diikuti gejala,
makanya sering disebut sebagai THE SILENT THIEF. Tapi ada beberapa
gejala yang bisa jadi dasar untuk menentukan seseorang terkena osteoporosis
atau tidak :
Adanya nyeri di tulang belakang, pergelangan tangan, pangkal paha
Adanya nyeri dan rasa sakit pada tulang leher
Adanya kecenderungan penurunan tinggi badan
6
Postur tubuh kelihatan memendek
Akibat Osteoporosis
Nyeri pada tulang
Tubuh makin lama makin memendek (bungkuk)
Tulang menjadi mudah patah
Biaya perawatan besar
Kecacatan
Ketergantungan pada orang lain
Kualitas hidup menurun
Kematian
7
Diantara ketiga pemeriksaan diatas, DENSITOMETRY merupakan
pemeriksaan yang paling akurat karena yang diukur adalah MASSA TULANG.
Prinsip Pemeriksaan Densitometry :
Pengobatan Osteoporosis
Tujuan Pengobatan Osteoporosis
9
1. Meningkatkan kepadatan tulang
2. Mencegah terjadinya patah tulang Osteoporosis
3. Menjaga keseimbangan metabolisme tulang
4. Mengembalikan kualitas tulang
Ada beberapa standard pengobatan Osteoporosis, yaitu :
1. Kalsium dan Vitamin D3
2. Terapi Hormon Pengganti Pada Wanita Menopause
3. Golongan Bisfosfonate : Alovell®
Alovell spesifik bekerja menghambat sel osteoklast yang menyerap dan
meresorpsi tulang (ingat… kalau osteoporosis terjadi karena aktifitas
penyerapan tulang lebih besar dari pembentukan, sehingga penyerapan tulang
ini harus dihentikan, dan obat yang berfungsi untuk menghentikan dan
menghambat penyerapan tulang ini adalah ALOVELL
4. Olah Raga yang cukup
10
departemen kedokteran olahraga juga diperlukan dalam terapi dan pengobatan
osteoporosis.
Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan
kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon
dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan,
kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria).
Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai
kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan
berkurang secara perlahan. Oleh sebab itu, kepadatan tulang harus dijaga sejak
masih muda agar saat tuanya tidak menderita osteoporosis.
Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi
kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause
yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama
dengan progesteron) atau alendronat (golongan bifosfonat) yang bisa
memperlambat atau menghentikan penyakitnya.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan
tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi.Jika kadar
testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan
obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.
Penjepit punggung mungkin penting untuk mendukung vertebra yang lemah dan
operasi dapat memperbaiki bweberapa keretakan.
12
Latihan fisik (BBTT) bermanfaat tidak hanya dalam meningkatkan kekuatan dan
kelenturan tulang, tapi juga dapat meningkatkan keseimbangan, kebugaran
jantung-paru, dan dapat memelihara dan meningkatkan massa tulang.
A. Kalsium
Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam tubuh. Jumlah kalsium di
dalam tubuh berkisar antara 1,5 – 2% dari berat badan orang dewasa.
Walaupun pada bayi, kalsium hanya sedikit, yaitu 25 – 30g, namun setelah
usia 20 tahun secara normal akan terjadi penemapatan sekitar 1.200 g kalsium
dalam tubuh. Kalsium dapat membentuk tulang dengan bekerja sama dengan
13
fosfor, magnesium, tembaga, mangan, seng, boron, fluorida, vitamin A, C, D,
dan trace element. Trace element adalah minerla yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah yang kecil tetapo fungsinya sangat penting, seperti besi,
iodium, seng, boron, dll.
Angka kecukupan kalsium rata-rata per hari bagi orang Indonesia
ditetapkan menurut Widya Karya Nasional Pangan dan GIzi LIPI (1998)
adalah :
- Bayi : 300 – 400 mg
- Anak-anak : 500 mg
- Remaja : 600 – 700 mg
- Dewasa : 500 – 800 mg
- Ibu hamil & menyusui : + > 400 mg
B. FOSFOR
Angka kecukupan fosfor rata-rata per hari bagi orang Indonesia
ditetapkan menurut Widya Karya Nasional Pangan dan GIzi LIPI (1998)
adalah :
- Bayi : 200 – 250 mg
- Anak-anak : 250 - 400 mg
- Remaja & dewasa : 400 - 500 mg
- Ibu hamil & menyusui : + 200 – 300 mg
C. VITAMIN D
Pengaruh vitamin D dalam memperlambat proses terjadinya osteoporosis
sangat vital. Vitamin D mampu memelihara kesehatan tulang dengan cara
meningkatkan penyerapan mineral kalsium dari sistem pencernaan serta
mengurangi pembuangannya dari ginjal.
17
Susu, produk olahan susu (keju, yoghurt), kedelai, produk olahan kedelai
(tahu, tempe ), ikan, hati.
Nilai Vitamin D Beberapa Jenis Bahan Makanan (µg /100 g)
Susu sapi : 0,01 – 0,03
ASI : 0,04
Tepung susu : 0,21
Krim : 0,1 – 0,28
Yoghurt : ss – 0,04
Keju : 0,03 – 0,5
Telur ayam utuh : 1,75
Kuning telur : 4,94
Mentega : 0,76
Minyak hati ikan : 210
Margarin : 5,8 – 8,0
Daging sapi : ss
Unggas : ss
Hati : 0,2 – 1,1
Ikan air tawar : ss
Ikan berlemak : ss – 25
Udang dan kerang : ss
ss = sedikit sekali
Sumber : Holland (1991) dalam Garrow, J.S. dan W.P.T. James, Human
Nutrition dan Dietetics, 1993.
Bahan Makanan Sumber Natrium :
Roti, krekers, dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang
Diet Untuk Osteoporosis
Osteoporosis atau akrab dikenal dengan tulang keropos, dapat terjadi jika
terlalu banyak zat mineral terhilang dari kerangka tulang. Tulang kemudian
menjadi rapuh dan lebih mudah patah. Patah tulang yang paling umum adalah
tulang pinggul, tulang belakang dan tulang pergelangan tangan.
18
Penekanan kebutuhan asupan nutrisi khusus pada penyandang osteoporosis
ditekankan pada kebutuhan kalsium guna memenuhi zat meineral yang terhilang
dari kerangka tulang. Namun kebutuhan kalsium yang ada disesuaikan dengan
usia.
Usia 1-3 tahun perlu 500 mg/per hari.
Usia 4-8 memerlukan 800 mg/per hari
Usia 9-18 perlu 1.300 mg/per hari.
Usia 19-50 butuh 1.000 mg/per hari.
Usia >50 tahun butuh sekitar 1.200 mg/per hari.
PENATALAKSANAAN OSTEOPOROSIS
19
Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan adanya osteoporosis
pada pasiennya bila didapatkan adanya gejala nyeri menetap pada tulang
terutama setelah terjadinya fraktur akibat suatu trauma yang ringan, tubuh makin
memendek, kifosis dorsal bertambah, gangguan otot berupa kaku dan lemah serta
gambaran radiologik yang khas pada tulang trabekuler. Diperlukan evaluasi
lengkap dan pengukuran densitas massa tulang dan pemeriksaan biokimia tulang
dan hormonal serta pemeriksaan organ lain yang terkait seperti ginjal, hati,
saluran cerna, tiroid dan sebagainya.
Terapi untuk osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi
pencegahan massa tulang. Tujuan terapi pencegahan osteoporosis selain sifatnya
primer yaitu agar osteopeni yang terjadi tidak melewati nilai ambang
osteoporosis dan terjadi terlalu dini, juga bersifat sekunder yaitu memperlambat
laju osteopeni yang terjadi. Caranya yaitu dengan memperhatikan faktor
makanan, latihan fisik (senam osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan
sinar ultra violet beta matahari. Selain itu menghindari obat-obatan dan jenis
makanan yang merupakan faktor risiko osteoporosis seperti alcohol, kafein,
diuretika, sedatif, kortikosteroid dan sebagainya. Pemberian terapi hormonal pada
pencegahan sekunder terutama pada osteoporosis tipe I (pasca menopause) dan
perhatian terhadap penyakit tertentu yang dapat menyebabkan osteoporosis
seperti diabetes mellitus, kelainan kelenjar tiroid, dan sebagainya.
Selain pencegahan tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang
dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti
(estrogen dan progesterone dosis rendah), kalsitriol, kalsitonin, bisfosfonat,
raloxifen, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.
Raloxifene
Raloxifene tergolong dalam selektif estrogen reseptor modulator (SERM),
adalah komponen non steroid yang berasal dari benzothiophene yang bersifat anti
estrogen, mengadakan kompetitif inhibisi terhadap peran estrogen pada payudara
dan khususnya uterus, selain juga bersofat agonis estrogen pda tulang dan
metabolisme lemak. Obat lain yang tergolong dalam SERM ini adalah
tamoxipen. Penggunaan raloxifene meningkatkan massa tulang 2 – 2,5% pada
tulang panjang wanita post-menopause (Delmas et al., 1997), selain itu
menurunkan risiko patah tulang belakang sebesar 50% pada dosis 120 mg/hari
(Ettinger et al., 1999). Bila dibandingkan dengan estrogen maka efektivitas
21
raloxifene menurunkan risiko fraktur lebih rendah, namun tidak menstimulasi
payudara dan uterus dan tidak membuat perdarahan menstruasi. Efek sampingnya
adalah retensi cairan dan nyeri kepala.
Kalsitonin
Kalsitonin telah disetujui oleh FDA sebagai alternatif terapi untuk
osteoporosis. Indikasinya adalah pada pasien yang tidak dapat menggunakan
estrogen. Pemberiannya lewat semprotan intra nasal dengan dosis 200 u/hari
sebagai dosis tunggal dan parenteral dengan dosis 50 – 100 IU secara
intramuskuler atau subkutan diberikan 2-3 kali/minggu. Efek samping adalah
pusing, mual, muka panas biasanya berlangsung 30 – 60 menit. Manfaat
kalsitonin yang lain adalah menambah massa tulang dan mempunyai efek
analgetik. Mekanisme kerjanya adalah mengurangi resorpsi dengan menekan
aktivitas osteoklast atau menghambat cara kerja osteoklast dengan 2 cara yaitu
menghambat transformasi monosit menjadi osteoklast dan mengadakan
translokasi ion kalsium kedalam mitokhondria. Dampak yang nyata adalah
penderita mengalami turn over dalam massa tulang yang tinggi (Christiansen &
22
Riis, 1990). Kelemahan obat ini adalah harus digunakan terus menerus, sebab
bila dihentikan maka akan didapat fenomena rebound bone turn over.
Bisfosfonat
Bisfosfonat merupakan obat yang relatif baru yang digunakan untuk
pengobatan osteoporosis, baik sebagai alternatif terapi pengganti hormon pada
wanita maupun penderita osteoporosis laki-laki. Cara kerja bisfosfonat adalah
mengurangi resorpsi tulang oleh osteoklast dengan cara berikatan pada
permukaan tulang dan dengan menghambat kerja osteoklast dengan cara
mengurangi produksi proton dan enzym lisosomal dibawah osteoklastBisfosfonat
juga memiliki efek tak langsung terhadap osteoklast dengan cara merangsang
osteoblast menghasilkan substansi yang dapat menghambat osteoklast dan
menurunkan kadar stimulator osteoklast. Beberapa penelitian juga mendapatkan
bahwa bisfosfonat dapat meningkatkan jumlah dan diferensiasi osteoblast.
Dengan mengurangi aktivitas osteoklast maka pemberian bisfosfonat akan
memberikan keseimbangan yang positif pada unit remodelling tulang.
Tabel 2.
Generasi Bisfosfonat
Modifikasi kimia Contoh R1 R2 Potensi anti resorptif relative
Generasi I
Alkil pendek atau rantai samping halida Etidronat
Klodronat OH
Cl CH3
Cl 1
10
Generasi II
Grup amino terminal Tiludronat
Pamidronat
Alendronat H
OH
OH CH2-S-fenil-Cl
CH2- CH2 NH2
23
(CH2)3 NH2 10
100
100-1000
Generasi III
Rantai samping siklik Risedronat
Ibandronat
Zoledronat OH
OH
OH CH2-S-piridin
CH2- CH2 N(CH3)pentil
CH2-imidazol
1000-10000
1000-10000
> 10000
Absorbsi bisfosfonat sangat buruk. Maka dari itu bisfosfonat harus diminum
dengan air pada posisi tegak (tidak boleh berbaring), lebih baik pada pagi hari
saat perut kosong, setelah itu tidak diperkenankan makan apapun selama 30
menit kecuali Etidronat dapat diberikan 2 jam sebelum dan 2 jam sesudah makan,
karena absorbsinya tidak dipengaruhi oleh makanan. Bisfosfonat yang tidak
melekat di tulang akan di ekskresikan dalam bentuk utuh melalui ginjal sehingga
pemberiannya pada penderita gagal ginjal harus berhati-hati.. Dosis bisfosfonat
generasi II seperti Alendronat diberikan 10 mg/hari setiap hari, karena tidak
mengganggu mineralisasi tulang. Untuk penyakit Paget 40 mg/hari selama 6
bulan. Bisfosfonat terbaru generasi III seperti Risedronat dosisnya adalah 5
mg/hari. Berbagai penelitian membuktikan bahwa risedronat merupakan obat
yang efektif untuk mengatasi osteoporosis dan mengurangi risiko fraktur pada
wanita dengan osteoporosis pasca menopause dan wanita dengan menopause
artificial akibat pengobatan karsinoma payudara (Delmas et al., 1997).
A. Pencegahan Primer
Adalah upaya terbaik dan paling murah dan mudah.
1. Kalsium
Mengkonsumsi kalsium cukup, baik dari makanan sehari-hari ataupun dari tambahan
kalsium, pada umumnya aman kecuali bagi pasien dengan hiperkalsemia atau
nefrolitiasis. Untuk menentukan apakah diperlukan kalsium tambahan selain dari
makanan sehari-hari, perlu dipahami cara menghitung kalsium yang telah dimakan.
Kandungan kalsium dalam makanan standard sehari-hari, berkisar antara 300mg.
Selanjutnya, dihitung tambahan makanan kaya kalsium yang masuk perhari, seperti
susu, keju, yogurt. Dari jumlah total kandungan kalsium tersebut, dapat
diperhitungkan berapa kekurangannya dengan mengacu pada tabel berikut
Jenis makanan yang cukup mempunyai kandungan kalsium adalah sayuran hijau,
jeruk citrun, shellfish. Diet tinggi protein hewani, sebabkan kehilangan kalsium
25
bersama urin. Menurut American Journal of Clinical Nutrition3, dikatakan bahwa
wanita yang melakukukan diet vegetarian lebih dari 20 tahun, mengalami kehilangan
mineral tulang 18%, dibandingkan wanita non vegetarian.
2. Exercise
Latihan fisik harus mempunyai unsur pembebanan pada tubuh / anggota gerak dan
penekanan pada axis tulang, seperti jalan, jogging, aerobik (termasuk dansa), atau
jalan naik/turun bukit. Olah raga renang tidak memberikan manfaat yang cukup
berarti. Demikian pula pada pria dengan latihan fisik berat dan berlebihan, terjadi
kehilangan massa tulang.
3. Hindari faktor yang dapat menurunkan absorpsi kalsium, meningkatkan resorpsi
tulang, atau mengganggu pembentukan tulang, seperti merokok, peminum alkohol,
obat yang berkaitan dengan terjadinya osteoporosis..
4. Kondisi yang diduga akan menimbulkan osteoporsis sekunder, harus diantisipasi
sejak awal.
27
Latihan pada orang-orang usia senja harus direncanakan dengan seksama dan
hati-hati, Program latihan yang didemonstrasikan di televisi atau klub-klub fitness
mungkin kurang cocok, aerobik yang keras, merupakan kontraindikasi, terutama bila
disertai gerakan melompat, karena gerakan ini dapat merusak tulang yang lemah.
Latihan fleksi untuk vertebra juga kontraindikasi untuk wanita yang diketahui
mempunyai risiko menderita osteoporosis. Semakin panjang lengan tuas, akan
meningkatkan beban pada bagian anterior corpus vertebra. Orang yang menderita
osteoporosis, tulangnya tak akan mampu menerima beban ini dan akan terjadi fraktur
kompresi dalam bentuk baji.
Ini dibuktikan, mengalami fraktur vertebra setelah latihan fleksi untuk jangka
waktu tertentu. Pasien dengan osteoporosis harus waspada menghindari penggunaan
tenaga yang berlebihan ataupun gerak yang tak dikontrol, seperti membuka jendela
yang keras, mengangkat barang berat dalam posisi bungkuk kedepan. Harus
diajarkan jongkok dan berdiri perlahan dalam posisi tegak sewaktu mengangkat
barang berat. Beban harus dekat dengan tubuh, untuk maksud memendekkan lengan
tuas, sehingga akan mengurangi beban pada vertebra.
B. Pencegahan Sekunder
1. Konsumsi kalsium dilanjutkan pada periode menopouse, Pemberian kalsium
tanpa penambahan estrogen dikatakan kurang efektif untuk mencegah
kehilangan massa tulang pada awal periode menopouse. Penurunan massa
tulang jelas terjadi pada wanita menopouse yang asupan kalsiumnya kurang
dari 400 mg perhari Estrogen Replacement Therapy (ERT) Semua wanita pada
saat menopause mempunyai risiko osteoporosis. Karenanya, dianjurkan
pemakaian ERT pada mereka yang tak ada kontraindikasi.
2. Exercise Latihan fisik bagi penderita osteoporosis, bersifat spesifik dan
individual. Prinsip tetap sama dengan latihan beban dan tarikan (streching)
pada aksis tulang. Memperhatikan berat-ringannya osteoporosis yang terjadi,
maka dosis dan cara gerakan bersifat spesifik. Latihan tak dapat dilakukan
secara masal, karena perlu mendapat supervisi dari tenaga medis/paramedis
terlatih individu per individu.
3. Calcitonin, bekerja menghambat resorpsi tulang, dan dapat meningkatkan
massa tulang apabila digunakan selama 2 tahun. Nyeri tulang juga akan
28
berkurang karena adanya efek peningkatan stimulasi endorfin. Pemakaian
calcitonin diindikasikan bagi pasien yang tidak dapat menggunakan ERT,
pasien pasca menopause lebih dari 15 tahun, pasien dengan nyeri akibat
fraktur osteoporosis, dan bagi pasien yang mendapat terapi corticosteroid
dalam waktu lama.
4. Terapi yang juga diberikan adalah vitamin D dan thiazide, tergantung
kebutuhan pasien. Vitamin D membantu tubuh menyerap dan memanfaatkan
kalsium. 25 Hydroxy vitamin-D dianjurkan diminum setiap hari bagi pasien
yang menggunakan suplemen kalsium(3).
C. Pencegahan Tertier
Setelah pasien mengalami fraktur osteoporosis, jangan pasien dibiarkan
imobilisasi terlalu lama. Sejak awal perawatan, disusun rencana mobilisasi,
mulai mobilisasi pasif sampai aktif dan berfungsi mandiri. Beberapa obat yang
mempunyai manfaat adalah bisphosphonate, calcitonin, NSAID bila ada nyeri.
Dari sudut rehabilitasi medik, pemakaian ortose spinal/korset dan program
fisioterapi/okupasi terapi akan mengembalikan kemandirian pasien secara
optimal.
D. Edukasi Pasien
Pemahaman pasien dan keluarganya tentang hal ihwal osteoporosis,
diharapkan menambah kepedulian mereka, dan selanjutnya berperilaku hidup
sehat, sesuai pedoman pencegahan osteoporosis.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ichramsyah A.R. Monaupose Pada wanita Dan Osteoporosis. Seminar Sadar Dini
Cegah Osteoporosis Menuju Masyarakat Bertulang Sehat, Jakarta,
2005.
Isbagio H. Diagnosis dan Diagnosis Banding Osteoporosis. Perkembangan Mutakhir
Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia,
Jakarta, 1996: 65-79.
Roesma S. Pencegahan Dini Osteoporosis : Pedoman bagi Petugas UKS dan Guru
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Yayasan Citra Pendidikan
Indonesia ( CPI ), Jakarta, 2005.
31
32