Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ENDOMETRIOSIS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Maternitas II

Dosen Pengampu :
Ari Damayanti W, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Oleh Kelompok 3 :

1. Ari Endah Oktafiana ( 191114201679 )


2. Dona Vetrisia Yuniarta ( 191114201685 )
3. Ervina junila rosario S (191114201669 )
4. Marselina Ina Moro ( 191114201705 )
5. Nisrina Noor Sahda J ( 191114201709 )
6. Siti Aisyah ( 191114201720 )
7. Nora aditya ( 191114201731 )
8. Saufar firasi H G ( 170914201586 )

STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG


S1 KEPERAWATAN 4B
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya.
Makalah ini membahas tentang “ Endometriosis ”. Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas 2. Kami juga
berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada ibu Ari Damayanti
W, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut
membantu dalam menyusun makalah ini.
Usaha serta kerja keras telah kami upayakan untuk menyusun makalah
ini dengan sebaik-baiknya, namun kami menyadari bahwa penulisan makalah ini
jauh dari kata kesempurnaan sebagai manusia biasa kita tidak jauh dari
kesalahan serta kekhilafan, oleh karena itu apabila ada kesalahan-kesalahan
baik dari segi kata-kata atau penulisan yang tidak sesuai dengan pedoman
penulisan makalah yang kami sengaja maupun tidak kami sengaja, kami mohon
maaf.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Tujuan......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
2.1. Definisi.....................................................................................................7
2.2. Etiologi.....................................................................................................7
2.3. Klasifikasi................................................................................................8
2.4. Tanda Gejala............................................................................................8
2.5. Patofisiologi dan Pathway......................................................................9
2.6. Penatalaksanaan...................................................................................10
2.7. Asuhan Keperawatan............................................................................10
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................17
3.1 Pengobatan Farmakologi......................................................................17
A. Pil Kontrasepsi Kombinasi...................................................................17
B. Progresteron.........................................................................................17
C. Analog GnRH.........................................................................................17
D. Danazol..................................................................................................17
E. Pembedahan Ablasi dan Eksisi............................................................18
F. Terapi Bedah pada Kista Endometriosis.............................................18
3.2 Pengobatan Non Farmakologi..............................................................18
A. Terapi Relaksasi....................................................................................18
B. Meningkatkan Serotinin........................................................................21
C. Memperbaiki Asupan Nutrisi................................................................21
BAB IV PENUTUP.............................................................................................24
4.1 Kesimpulan............................................................................................24
4.2 Saran......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Endometriosis merupakan salah satu kelainan ginekologi umum yang
diderita wanita usia reproduktif dimana dapat ditemukan stroma dan
kelenjar endometrium diluar lokasi normal. Endometriosis tergolong dalam
kelainan ginekologi jinak terkait hormonal yang sangat berhubungan
dengan nyeri, subfertilitas, dan penurunan kualitas hidup. Prevalensi
endometriosis belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa studi
menyatakan sekitar 6-10% wanita usia produktif mengalami endometriosis
dengan usia rata-rata penderita sekitar 28 tahun.
Inflamasi kronik merupakan salah satu patogenesis endometriosis.
Konsep endometriosis sebagai penyakit mekanik (menstruasi retrograde)
telah dimodifikasi selama 15 tahun terakhir oleh gagasan baru yang
diperoleh dari penelitian yang menunjukkan peningkatan artivitas inflamasi
lokal dan sistemik pada wanita dengan endometriosis.
Endometriosis adalah proses inflamasi panggul lokal dengan
perubahan fungsi dari sel-sel terkait imun, sehingga serum wanita dengan
endometriosis mengalami peningkatan jumlah makrofag aktif yang
mensekresikan produk seperti faktor pertumbuhan dan sitokin. Sitokin yang
dihasilkan antara lain interleukin 6 (IL-6), vascular endothelial growth factor
(VEGF), dan tumour necrosis factor α (TNF-α). Interleukin 6 dianggap
memainkan peran yang potensial dalam pertumbuhan dan / atau
pemeliharaan jaringan endometrium ektopik. Interleukin 6 adalah pengatur
peradangan dan kekebalan yang memodulasi sekresi sitokin lain,
mempromosikan aktivasi sel-T dan diferensiasi sel-B, dan menghambat
pertumbuhan berbagai sel. TNF meningkat pada carian peritoneal dan
serum pasien dengan endometriosis, dan dikatakan bahwa TNF
merupakan factor esensial dari patogenensis endometriosis.
Endometriosis berperan terhadap rendahnya angka kehamilan, baik
secara siklus ovulasi normal, maupun secara inseminasi intrauterine,
fertilisasi in vitro, dan transfer embrio. Angka siklus kesuburan (Cycle
Fecundity Rate/ CFR) pada wanita endometriosis adalah 2-10 % dan
prevalensi endometriosis lebih tinggi pada wanita infertil dibandingkan
wanita fertil. Dimana dilaporkan bahwa wanita infertil 6-8 kali lebih banyak
mengalami endometriosis dibandingkan wanita fertil.
Mekanisme gangguan fertilitas pada endometriosis belum diketahui
pasti, akan tetapi beberapa ahli mengemukakan beberapa mekanisme
diantaranya seperti adesi, inflamasi kronik intraperitoneal, gangguan
folikulogenesis, folikel yang tidak ruptur, defek pada fase luteal, resistensi
progesteron, efek yang merugikan pada spermatozoa, antibodi anti-
endometrium, serta gangguan motilitas tuba.
Sitokin dan faktor pertumbuhan dapat mengganggu folikulogenesis
dan ovulasi. Dalam cairan folikel wanita dengan endometriosis, jumlah
faktor pertumbuhan endotel pembuluh darah
Beberapa penelitian mendapatkan adanya penurunan cadangan
ovarium (Anti Mullerian Hormon) pada penderita kista endometriosis.
Proses penurunan cadangan ovarium berhubungan dengan keberadaan
kista, faktor inflamasi, proses angiogenesis, apoptosis, mekanisme
imunoseluler dan sebagainya.
Hingga saat ini mekanisme pasti terjadinya penurunan cadangan
ovarium pada penderita kista endometriosis masih diperdebatkan. Salah
satu faktor penting yang terjadi pada kista endometriosis adalah adanya
proses inflamasi kronis yang melibatkan mekanisme imunoseluler dan
mekanisme apoptosis yang meningkat. Diduga proses inflamasi kronis
yang terjadi pada kista endometriosis akan menyebabkan kerusakan pada
folikel-folikel yang terdapat pada ovarium. Kerusakan pada folikel ovarium
tersebut terutama pada antral folikel akan menyebabkan penurunan jumlah
folikel atau cadangan ovarium. Wanita dengan endometriosis memiliki
insiden apoptosis oosit yang lebih tinggi, perubahan siklus sel yang lebih
banyak, dan insiden stres oksidatif yang lebih tinggi daripada wanita
dengan infertilitas yang disebabkan oleh patologi lain seperti tuba, pria, dan
faktor idiopatik. Pasien dengan endometriosis stadium lebih lanjut
menunjukkan insiden apoptosis yang lebih tinggi pada sel granulosa.
Pada penelitian yang dilakukan Malutan et al (2015), bahwa IL-1β,
IL-6, dan kadar serum TNF-α secara signifikan lebih tinggi pada wanita
dengan endometriosis dibandingkan dengan wanita yang sehat.
Berdasarkan hal ini peneliti tertarik untuk melihat korelasi antara faktor pro
inflamasi TNF-α dan IL-6 dengan penurunan cadangan ovarium (AMH),
sehingga kedepannya bisa dipertimbangkan penggunaan modalitas terapi
anti inflamasi jangka panjang untuk menghambat laju penurunan cadangan
ovarium pada penderita kista endometriosis.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi endometriosis
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala endometriosis
3. Untuk mengetahui etiologi endometriosis
4. Untuk mengetahui patofisiologi endometriosis
5. Untuk mengetahui bagaiamana asuhan keperawatan dan pengobatan
pada endometriosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana kelenjar endometrium
dan lesi berpindah dari uterus (rahim) ke anggota tubuh lainnya atau
berada di luar rahim. Jaringan endometrium tersebut juga dapat tersebar di
luar uterus yang dapat tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk
uterus, bisa juga tumbuh pada apendiks, colon, ureter dan pelvis.
Endometriosis merupakan gangguan ginekologi yang ditandai dengan
adanya suatu jaringan endometrium di luar kavum uteri yang dapat memicu
reaksi inflamasi. Umumnya jaringan ektopik ini dapat ditemukan pada
pelvik, ovarium dan septum rektrovagina (Nuha Medika, 2012)

2.2. Etiologi
Etiologi dari endometriosis masih belum diketahui secara pasti. Akan
tetapi, terdapat beberapa ahli yang menerangkan terkait terjadinya kejadian
endometriosis menurut berbagai teori yaitu :
 Aliran balik darah haid, Aliran balik darah haid berisi jaringan
endometrium menuju rongga panggul sehingga terjadi implantasi
menjadi jaringan endometriosis.
 Metaplasia Transformasi sel-sel peritoneum menjadi jaringan
endometriosis melalui stimulasi faktor hormon dan imunologi.
 Hormon Proliferasi jaringan endometriosis distimulasi oleh hormon
estrogen dan dikontrol oleh resistensi progesteron.
 Inflamasi dan stres oksidatif, Produksi sel imun dan beberapa sitokin
mempromosi pertumbuhan jaringan endometriosis.
 Defek sistem imun Menghambat eliminasi debris menstruasi dan
mempromosi pertumbuhan dan implantasi jaringan endometriosis.
 Genetik, Penyakit poligenik/multifaktor melibatkan beberapa gen
kandidat yang berpotensi keterkaitan biologis dengan kejadian
endometriosis.
 Stem cell Inisiasi deposit jaringan endometriosis oleh sel-sel yang
belum berdiferensiasi dengan kemampuan melakukan regenerasi.
2.3. Klasifikasi
Klasifikasi pada endometriosis didasarkan pada visualisasi pada
rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari endometriosis yang dilakukan
penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan
ovarium dan densitas dari perlekatan. Klasifikasi endometriosis ini
ditekankan pada peniliaian stadium hubungan berat ringan endometriosis
dengan infertilitas. Penentuan klasifikasi endometriosis menggunakan
sistem skor dengan memperhatikan kelainan berupa progresivitas implan
endometriosis dan perlekatan pada peritonium, ovarium, tuba, dan kavum
douglas. Berikut ini stadium dan skor klasifikasi endometriosis :
a) Stadium 1 : Endometroisis minimal dengan skor 1-5
b) Stadium 2 : Endometriosis ringan dengan skor 6-15
c) Stadium 3 : Endometriosis sedang dengan skor 16-40
d) Stadium 4 : Endometriosis berat dengan skor >40

2.4. Tanda Gejala


Umumnya masalah yang terjadi pada perempuan dengan
endometriosis akan merasakan keluhan yaitu adanya rasa nyeri dan
infertilitas atau kesulitan punya anak. Gejala nyeri endometriosis umumnya
terjadi saat menstruasi dan akan bertambah hebat karena adanya
pembesaran daerah endometriosis. Tanda gejala lain yang dirasakan pada
perempuan dengan endometriosis yaitu :
a) Nyeri, rasa nyeri yang dirasakan yaitu pada saat :
 Nyeri saat menstruasi (dismenore)
 Nyeri saat berhubungan intim (dispareunia)
 Nyeri saat ovulasi
 Nyeri pada pelvis
b) Perdarahan abnormal
 Perdarahan saat haid (hipermenorea)
 Perdarahan atau waktu haid yang berlangsung lama
(menoragia)
 Spotting sebelum menstruasi
 Menstruasi yang tidak teratur
 Darah menstruasi yang berwarna gelap yang keluar sebelum
maupun sesudah menstruasi
c) Keluhan saat buang air besar dan kecil
 Nyeri pada saat sebelum maupun sesudah buang air
 Darah pada feces
 Diare, konstipasi, dan koli
2.5. Patofisiologi dan Pathway
Endometriosis dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, seorang wanita
yang menderita endometriosis dalam faktor genetiknya bisa dikarenakan
karena ibu atau saudara perempuannya memiliki riwayat terkena
endometriosis. Adanya gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan
menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal pada tubuh yang
kemudian akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen
dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel
endometrium. Sel-sel endometriosis akan tumbuh seiring dengan
peningkatan kadar estrogen dan progesteron di dalam tubuh.
Suatu mikroorganisme dari luar yang masuk ke dalam tubuh akan
menghasilkan makrofag yang menyebabkan respon imun menurun
sehingga pertumbuhan dan perkembangan sel-sel akan meningkat.
Jaringan endometrium yang tumbuh di luar uterus terdiri dari fragmen
endometril, kemudian fragmen tersebut dilemparkan dari infundulum tuba
falopi menuju ke ovarium. Oleh karenanya, ovarium merupakan bagian
pertama dalam rongga pelvis yang terkena endometriosis. Sel
endometriosis yang dapat tumbuh di bagian tubuh yang lain bisa dipicu
oleh sel endometrial yang dapat memasuki aliran peredaran darah dan
limfa.
Pendarahan pada daerah pelvis disebabkan karena iritasi peritonium
dan menyebabkan nyeri saat menstruasi. Penggumpalan darah di pelvis
akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis
yang kemudian dapat menyebabkan nyeri. Adhesi di uterus menyebabkan
uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba falopi
menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa
ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya infertil pada endometriosis.
ENDOMETRIOSIS

Adhesi di tuba Kadar esterogen


fallopi dan progesterone
lebih rendah

Gerakan spontan
ujung-ujung Jaringan
fimbriae endometrial
menjadi sekrosis

Terhambatnya
penyampaian Perdarahan di
ovum ke uterus pelvik

Infertilisasi
Ansietas Nyeri

Perubahan
seksualitas

Resiko gangguan
citra tubuh

2.6. Penatalaksanaan
1. Pembedahan atraumatik, dilakukan pada stadium endometriosis
derajat berat.
2. Pengobatan medikamentosa, diberikan pada derajat ringan
bersamaan dengan faktor-faktor infertilitas lainnya
3. Pengobatan nyeri dan infertilitas apabila ada gejala yang dikeluhkan
2.7. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Informasi identitas : nama, tempat dan tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, alamat, tanggal pengkajian, pemberian
informasi.
2. Keluhan utama : masalah yang dirasakan oleh klien yang sangat
mengganggu pada saat dilakukan pengkajian pada klien dengan
endometriosis adanya rasa nyeri dan infertilitas atau kesulitan
punya anak
3. Riwayat kesehatan dahulu : pernah terpapar agen toksin berupa
pestisida, terkena limbah pembakaran sampah medis dan
sampah perkotaan.
4. Riwayat kesehatan sekarang
 Dysmenore primer ataupun sekunder
 Nyeri saat latihan fisik
 Nyeri ovulasi
 Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar kedalam
paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama
siklus menstruasi.
 Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah
hubungan seksual
 Feces berdarah
5. Riwayat kesehatan keluarga : memiliki saudara perempuan
(terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis
6. Riwayat obstetri dan menstruasi : mengalami hipermenorea,
menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang
bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klinis pada perempuan dengan kecurigaan
endometriosisis meliputi pemeriksaan fisik panggul serta inspeksi
dan palpasi abdomen. Pemeriksaan vagina dilakukan dengan
perabaan pembesaran ovarium/endometrioma/kista di adneksa.
Pemeriksaan rektal atau colok dubur mengevaluasi nodul di daerah
kavum douglasi dan sakrouterina yang sering disertai rasa nyeri.
C. Pemeriksaan Penunjang
 Laparoskopi
 USG Transvagina
 Pemeriksaan MRI
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d perdarahan pelvik
2. Resiko gangguan citra tubuh b.d perubahan seksualitas
3. Ansietas b.d perdarahan pelvik
No Diagnosa Keperawatan KriteriaHasil
(SLKI)
1. Nyeri b.d perdarahan pelvik 1. Kemampuan pasien menuntaskan  Observas
aktivitas meningkat 1. Identif
2. Ekpresi meringis sudah mulai skala
berkurang 2. Identif
3. Pasien tampak lebih nyaman dan dan m
rileks. 3. Identif
4. Pasien melaporkan pola tidur yang keyak
mulai membaik.  Terapeuti
1. Berika
untuk
(misal
aroma
2. Kontro
memp
suhu r
kebisi
3. Pertim
nyeri d
mered
4. Fasilit
 Edukasi
1. Jelask
pemic
2. Jelask
3. Anjurk
mandi
4. Ajarka
mengu
5. Kolab
diperlu
 Kolaboras
1. Kolab
perlu

2. Resiko gangguan citra tubuh b.d 1. Klien mengatakan tidak malu  Observas
perubahan seksualitas 2. Merasa berguna 1. Identi
3. Menerima apa yang sedang terjadi berda
2. Monit
terhad
 Terapeuti
1. Disku
puber
2. Disku
memp
3. Disku
harap
 Edukasi
1. Jelaskan
perawatan
2. Anjurkan
terhadap
1. Latih p
kepad

3 Ansietas b.d perdarahan pelvik 1. Perilaku tegang menurun  Observas


2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi 1. Identi
yang dihadapi menurun berub
3. Pola tidur membaik 2. Monit
4. Konsentrasi membaik  Terapeuti
5. Pola berkemih membaik 1. Paha
ansie
2. Disku
tentan
 Edukasi
1. Informasi
diagnosis
2. Anjurkan
kompetitif
3. Latih keg
menguran
4. Latih tekn
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengobatan Farmakologi

A. Pil Kontrasepsi Kombinasi


Pil kontrasepsi kombinasi telah dipakai secara luas untuk
mengatasi keluhan dismenore dan nyeri panggul terkait dengan
endometriosis. Pengobatan ini menunjukkan hasil yang efektif, aman dan
dapat diterima untuk pengobatan dismenorea dan nyeri panggul terkait
endometriosis pada perempuan yang tidak meginginkan anak. Review
Cochrane menyatakan bahwa pengobatan dengan pil kontrasepsi
kombinasi efektif untuk mengatasi keluhan endometriosis namun
disebutkan bahwa jumlah kasus terbatas dan data tersebut terbatas enam
bulan saja.

B. Progresteron
Progesteron merupakan salah satu obat yang paling sering
digunakan untuk terapi endometriosis termasuk di antaranya adalah
medroksi progesteron asetat (MPA) dan derivat nortestosteron (misal
levonorgestrel, noretindron asetat, dan dienogest). Mekanisme lain yang
mendasari kerja progesteron untuk terapi endometriosis, yaitu supresi
Matrix metalioproteinase (MMP), suatu ezim yang berguna untuk
pertumbuhan dan implantasi lesi endometriosis. Selain itu progesteron
juga mampu menekan proses angiogenesis.

C. Analog GnRH
Analog gonadotropin-releasing hormone (GnRH) tersedia dalam
dua bentuk, yaitu agonis GnRH dan antagonis GnRH. Kedua sediaan
tersebut telah digunakan untuk terapi nyeri endometriosis namun agonis
GnRH lebih lama dipakai dan memberikan hasil yang efektif untuk
mengatasi nyeri.

D. Danazol
Danazol adalah derivat 17-etiniltestosteron dan bekerja dengan
cara menghambat lonjakan LH dan steroidogenesis serta meningkatkan
kadar free testosteron. Pemakaian Danazol menimbulkan efek samping
hiperandrogen yang dapat berupa hirsutisme, jerawat, peningkatan berat
badan dan perubahan suara menjadi lebih berat seperti suara laki-laki.
E. Pembedahan Ablasi dan Eksisi
Eliminasi lesi endometriosis dengan laparoskopi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu teknik ablasi dan/atau eksisi. Teknik ablasi adalah
tindakan bedah destruksi lesi endometriosis dengan koagulasi
menggunakan sumber tenaga termal. Teknik ablasi juga dapat dilakukan
memakai cara vaporisasi dengan sumber tenaga laser. Eksisi, yaitu
tindakan bedah mengangkat lesi endometriosis dengan cara memotong
dan memisahkan lesi dari jaringan sekitar menggunakan gunting dengan
sumber termal atau laser. Teknik eksisi tidak merusak lesi endometriosis
sehingga spesimen lesi dapat digunakan untuk konfirmasi pemeriksaan
histologi-patologi.

F. Terapi Bedah pada Kista Endometriosis


Pembedahan masih tetap menjadi pilihan untuk penanganan kista
endometriosis. Beberapa data menunjukkan pengaruh terapi medis pada
kista endometriosis (endometrioma) tidak konsisten atau bahkan tidak
berpengaruh. Karena terapi medis tidak efektif sebaiknya endometrioma
ditangani dengan tindakan bedah. Tindakan bedah tidak hanya mampu
mengatasi keluhan nyeri tetapi juga akan meningkatkan angka kehamilan.
Tindakan bedah kistektomi dengan laparoskopi menjadi pilihan pertama
untuk penanganan endometrioma. Pada prosedur ini dilakukan diseksi
lapisan dalam kista dari ovarium dengan menggunakan two atraumatic
grasping forcepses dan ditarik ke dua arah yang berlawanan hingga
terlepas. Selanjutnya lapisan dalam kista tersebut dikirim untuk
pemeriksaan histologi.

3.2 Pengobatan Non Farmakologi

A. Terapi Relaksasi
Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri pada endometriosis. Teknik
relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama.
Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan
nyaman (Smeltzer et al., 2010).
Adapun efek relaksasi menurut Potter & Perry (2010), relaksasi
memiliki beberapa manfaat, yaitu: menurunkan rasa nyeri akut maupun
kronis, menurunkan nadi, tekanan darah, dan pernapasan; penurunan
konsumsi oksigen; penurunan ketegangan otot.
Macam – Macam Teknik Relaksasi
1) Napas Dalam Latihan pernapasan terdiri atas latihan dan praktik
pernapasan yang dirancang dan dijalankan untuk mencapai ventilasi
yang lebih terkontrol (Smeltzer & Bare, 2009). Langkah-langkah
Teknik Relaksasi Nafas Dalam (Potter dan Perry, 2005) :
1. Atur posisi pasien dengan posisi duduk ditempat tidur atau
dikursi
2. Letakkan satu tangan pasien diatas abdomen ( tepat bawah
iga) dan tangan lainnya berada di tengah-tengah dada untuk
merasakan gerakan dada dan abdomen saat bernafas
3. Keluarkan nafas dengan perlahan-lahan
4. Tarik nafas dalam melalui hidung secara perlahan-lahan
selama 4 detik sampai dada dan abdomen terasa terangkat
maksimal, jaga mulut tetap tertutup selama menarik nafas
5. Tahan nafas selama 3 detik
6. Hembuskan dan keluarkan nafas secara perlahan-lahan
melalui mulut selama 4 detik
7. Lakukan secara berulang dalam 5 siklus selama 15 menit
dengan periode istirahat 2 menit ( 1 siklus adalah 1 kali proses
mulai dari tarik nafas, tahan dan hembuskan).
2) Relaksasi Otot Progresif Relaksasi otot progresif merupakan teknik
relaksasi yang terdiri atas penegangan dan pelepasan otot tubuh
secara berurutan dan individu yang melakukan teknik ini dapat
merasakan perbedaanya. Relaksasi progresif sangat baik dilakukan
bila pasien dalam posisi berbaring pada bantalan yang lunak atau
lantai dan di ruang yang tenang (Smeltzer & Bare, 2009). Relaksasi
progresif adalah memusatkan suatu perhatian pada suatu aktivitas
otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan
ketegangan dengan melakukan teknik relaksai, untuk mendapat
perasaan relaksasi (Townsend, 2010). Relaksasi progresif merupakan
kombinasi latihan pernafasan yang terkontrol dengan angkaian
kontraksi serta relaksasi otot (P. A. Potter & Perry, 2005). Prosedur
terapi progesif :
 Meminta kepada klien untuk melonggarkan pakaian, ikat pinggang
membuka sepatu dan kaos kaki.
 Meminta klien untuk memejamkan matanya dengan lembut
 Meminta klien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskan
nafas dengan panjang
 Meminta kepada pasien untuk : menarik nafas dalam dan
menghembuskan dengan panjang
 Meminta pasien : mengerutkan dahi, mengedipkan mata,
membuka mulut lebar-lebar, ,menekan lidah pada langit-langit
mulut, mengatupkan rahang kuat-kuat, bibir dimonyongkan
kedepan dan tetaplah tegang selama 5 detik, hembuskan nafas
perlahan dan kendurkan secara perlahan katakan dalam hati :
“rileks dan pergi”
 Meminta pasien menekan kepala kebelakang, anggukkan kepala
kearah dada
 Meminta pasien untuk memutar kepala kebahu kanan, dan putar
kepala kebahu kiri
 Mengangkan kedua bahu seolah ingin menyentuh telinga,
mengangkat bahu kanan seolah-olah ingin menyentuh telinga, dan
mengangkat bahu kiri seolaholah ingin menyentuh telinga
 Menahan lengan dan tangan mengepal, kemudian mengepalkan
tangan bengkokkan lengan pada siku, mengencangkan lengan
sambil tetap mengepalkan tangan, tahan 5 detik, hembuskan
nafas perlahan sambil mengendurkan dan katakan dalam hati
“rileks dan pergi”
 Menarik nafas dalam dan mengencangkan otot-otot dada dan
tahan 5 detik, hembuskan nafas dan kendurkan secara perlahan,
sambil katakan dalam hati : “relaks dan pergi”
 Mengencangkan perut, menekan keluar dan tarik kedalam, tahan
5 detik, hembuskan nafas dan kendurkan perlahan sambil katakan
dalam hati “rileks dan pergi”
 Meminta melengkungkan punggung ke belakang sambil menarik
nafas dalam dan tekan lambung keluar, tahan 5 detik, hembuskan
nafas dan kendurkan secara perlahan, katakan : “rileks dan pergi”
 Meminta mengencangkan pinggang, tekan tumit kaki ke lantai,
kencangkan otot kaki dibawah lutut, tekuk jari kaki kebawah
seolah – olah menyentuh telapak kaki, angkat jari kaki keatas
seolah – olah hendak menyentuh lutut, tahan 5 detik, hembuskan
nafas dan kendurkan secara perlahan, katakan : “rileks dan pergi”

B. Meningkatkan Serotinin
Serotonin merupakan kandungan senyawa yang terdapat di dalam
tubuh, senyawa serotine dapat membantu mengurangi rasa nyeri akibat
penyakit endometriosis. Pasien dapat meningkatakan serotonin dengan
mengkonsumsi minyak lavender ataupun melakukan dengan cara
memaparkan diri dibawah sinar matahari saat matahari sudah mulai terbit
mulai pukul 7-9 pagi.

C. Memperbaiki Asupan Nutrisi


Salah satu penyebab munculnya penyakit endometriosis terjadi
karena defisiensi nutrisi tubuh. Ketidakseimbangan antara asupan nutrisi
akan menimbulkan masalah terutama untuk penderita endometriosis.
Penting bagi penderita endometriosis untuk memperhatikan asupan
makanan yang dikonsumsinya. Karena asupan makanan yang tepat
dapat membantu mengatasi peradangan dan mengurangi gejala
endometriosis. Berikut beberapa makanan untuk endometriosis yang
sebaiknya dikonsumsi.
1. Makanan tinggi serat
Makanan tinggi serat merupakan salah satu jenis
makanan untuk endometriosis yang dianjurkan. Makanan yang
mengandung tinggi serat dapat membantu menurunkan kadar
estrogen dalam tubuh. Selain itu, makanan mengandung serat
juga mengandung antioksidan yang baik untuk melawan
peradangan yang seringkali dikaitkan dengan endometriosis.
Beberapa jenis makanan mengandung serat yang baik
dikonsumsi oleh penderita endometriosis, antara lain:
 Sayur-sayuran
 Buah-buahan
 Biji gandum utuh
 Oatmeal
 Lentil
 Kacang-kacangan
2. Makanan kaya zat besi
Penebalan dinding rahim abnormal menyebabkan mengalami
perdarahan hebat. Akibatnya, akan mengalami kehilangan
banyak zat besi .Untuk menggantikan zat besi yang hilang
akibat perdarahan beberapa makanan kaya zat besi yang baik
untuk penderita endometriosis yaitu :
 Sayuran hijau
 Brokoli
 Biji-bijian
 Kacang-kacangan (termasuk kacang merah)
 Almond.
3. Makanan mengandung antioksida
Para peneliti menemukan bahwa perempuan dengan
endometriosis cenderung tidak mendapatkan asupan
antioksidan dari asupan makanan sehari-hari. Maka dari itu,
penting bagi penderita endometriosis untuk meningkatkan
antioksidan dalam tubuh melalui berbagai jenis makanan yang
mengandung selenium serta vitamin A, C, dan E. Berbagai
makanan mengandung antioksidan yang mengandung vitamin
A, C, dan E, antara lain:
 Ubi
 Hati ayam
 Bayam
 Wortel
 Blewah
 Mangga
 Jeruk
 Buah beri
 Buah bit
Mengatur pola makan dengan mengonsumsi makanan untuk
endometriosis dan menghindari makanan penyebab penebalan dinding rahim
abnormal dapat membantu meredakan gejala endometriosis yang dialami pasien.
Pasien dapat berkonsultasi pada dokter terlebih dahulu guna mendapatkan
rekomendasi makanan untuk penderita endometriosis yang tepat. Selain
mengonsumsi makanan untuk endometriosis pasien dapat melakukan pola hidup
sehat lainnya dengan rutin berolahraga, minum air putih, dan istirahat yang
cukup.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Endometriosis merupakan salah satu kelainan ginekologi umum yang
diderita wanita usia reproduktif dimana dapat ditemukan stroma dan kelenjar
endometrium diluar lokasi normal. Endometriosis tergolong dalam kelainan
ginekologi jinak terkait hormonal yang sangat berhubungan dengan nyeri,
subfertilitas, dan penurunan kualitas hidup. Prevalensi endometriosis belum
diketahui dengan pasti. Namun, beberapa studi menyatakan sekitar 6-10%
wanita usia produktif mengalami endometriosis dengan usia rata-rata penderita
sekitar 28 tahun. Pengobatan endometriosis farmakologi meliputi pil kontrasepsi
kombinasi, progreston, analog GNRH, danazol, pembedahan ablasi dan eksisi
dan terapi bedah pada kista endometriosis. Sedangkan pengobatan non
farmakologi dapat melakukan terapi relaksasi, meningkatkan serotonin dan
memperbaiki asupan nutrisi.

4.2 Saran
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari sisi referensi maupun cara penulisan dan penyusunan,
maka dari itu kami harap masukan (saran) untuk perbaikan pada makalah-
makalah selanjutnya baik dari dosen pengampu mata kuliah ataupun dari rekan-
rekan pembaca. Kami akan terima dengan lapang dada setiap kritikan dan saran
yang sifatnya membangun untuk perubahan kearah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyani,D.A. ( 2020 ). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN ENDOMETRIOSIS PADA WANITA USIA SUBUR DI RSKIA
SADEWA YOGYAKARTA TAHUN 2017-2019 (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta)
Suparman,Erna.”Penatalaksanaan endometriosis.” JURNAL BIOMEDIK: JBM 4.2
(2012)
Baraero, Mary,dkk.2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
reproduksi & seksualitas. Jakarta: EGC
Hendarto,Hendy. Endometriosis Dari Aspek teori sampai penanganan
klinis.Airlangga University Press,2015.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indicator Diagnostic, Edisi 1 Cetakan III . Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II, Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II, Jakarta: DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai