PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf tepi adalah bagian dari sistem saraf manusia yang terdiri dari
sistem saraf somatik (sistem saraf sadar) dan sistem saraf otonom (sistem saraf tak
sadar). Sistem saraf sadar berfungsi untuk mengontrol segala aktivitas yang kerjanya
dikendalikan oleh otak, dan sistem saraf tak sadar berfungsi untuk mengontrol
aktivitas yang tidak dapat diatur oleh otak seperti denyut jantung, gerakan saluran
pencernaan, dan sekresi keringat. Sistem saraf tak sadar adalah sistem saraf di
dalam tubuh yang bekerja tanpa sepengetahuan pemilik tubuh. Sistem saraf tak sadar
ini memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh, khususnya untuk menggerakkan
usus, otot polos, pupil, pembuluh darah, dan lain lain.
Secara umum, fungsi sistem saraf tepi adalah untuk memberikan segala informasi
mulai dari pusat pengatur ke bagian pusat pengatur. Sistem saraf yang juga disebut
sebagai sistem saraf perifer ini tersusun atas jutaan bahkan milyaran sel darah yang
berguna untuk membawa rangsangan ke sistem saraf pusat. Sistem saraf bagian tepi
jika dibagi berdasarkan rangsangan saraf yang dibawa terdiri atas sel saraf aferen
dan sel saraf eferen. Sel saraf aferen merupakan sel saraf sensorik yang banyak
membawa impuls dari organ sensorik, sedangkan sel saraf eferen merupakan sel
saraf motorik yang banyak membawa tanggapan ke otot atau kelenjar dan membuat
pergerakan
Bagian sistem saraf tepi yang berupa sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak
(yaitu saraf saraf yang keluar dari otak) dan saraf sumsum tulang belakang (yaitu
saraf saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang). Saraf otak ada 12 pasang yang
terdiri dari 3 pasang saraf sensori, 5 pasang saraf motor, dan empat pasang saraf
gabungan antara kedua saraf tersebut (sensori dan motor). Sedangkan saraf sumsum
tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan yang terdiri dari 8 pasang saraf
leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul,
dan 1 pasang saraf ekor. Kemudian, sistem saraf tak sadar disusun oleh serabut saraf
yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan.
1
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah apa saja
patologi atau kelainan pada system saraf tepi :
Macam-macam patologi system saraf tepi?
Apa gejala dari patologi system saraf tepi?
Apa penyebab dari patologi system saraf tepi?
Bagaimana pengobatan system saraf tepi?
C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui patologi sistem
saraf tepi.
Mengetahui macam-macam patologi system saraf tepi.
Mengetahui gejala dari patologi system saraf tepi.
Mengetahui penyebab dari patologi system saraf tepi.
Mengetahui pengobatan system saraf tepi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Saraf Tepi
Pengertian Sistem saraf tepi adalah bagian dari sistem saraf manusia
yang terdiri dari sistem saraf somatik (sistem saraf sadar) dan sistem saraf
otonom (sistem saraf tak sadar). Sistem saraf sadar berfungsi untuk mengontrol
segala aktivitas yang kerjanya dikendalikan oleh otak, dan sistem saraf tak sadar
berfungsi untuk mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur oleh otak seperti
denyut jantung, gerakan saluran pencernaan, dan sekresi keringat. Sistem saraf
tak sadar adalah sistem saraf di dalam tubuh yang bekerja tanpa sepengetahuan
pemilik tubuh. Sistem saraf tak sadar ini memiliki peran yang sangat penting
bagi tubuh, khususnya untuk menggerakkan usus, otot polos, pupil, pembuluh
darah, dan lain lain. Secara umum, fungsi sistem saraf tepi adalah untuk
memberikan segala informasi mulai dari pusat pengatur ke bagian pusat
pengatur. Sistem saraf yang juga disebut sebagai sistem saraf perifer ini tersusun
atas jutaan bahkan milyaran sel darah yang berguna untuk membawa rangsangan
ke sistem saraf pusat. Sistem saraf bagian tepi jika dibagi berdasarkan
rangsangan saraf yang dibawa terdiri atas sel saraf aferen dan sel saraf eferen.
Sel saraf aferen merupakan sel saraf sensorik yang banyak membawa impuls
dari organ sensorik, sedangkan sel saraf eferen merupakan sel saraf motorik
yang banyak membawa tanggapan ke otot atau kelenjar dan membuat
pergerakan.
Bagian sistem saraf tepi yang berupa sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak
(yaitu saraf saraf yang keluar dari otak) dan saraf sumsum tulang belakang
(yaitu saraf saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang). Saraf otak ada 12
pasang yang terdiri dari 3 pasang saraf sensori, 5 pasang saraf motor, dan empat
pasang saraf gabungan antara kedua saraf tersebut (sensori dan motor).
Sedangkan saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan
yang terdiri dari 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf
pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan 1 pasang saraf ekor. Kemudian, sistem
3
saraf tak sadar disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan.
B. Pengertian Patologi
4
Meski begitu, pertumbuhan pemahaman kompleks penyakit sebagian besar merana
sampai pengetahuan dan eksperimen mulai berkembang biak di era Renaissance,
Enlightenment dan Baroque, setelah kebangkitan metode empiris. Pada abad ke-17,
studi tentang mikroskop sedang berlangsung dan pemeriksaan jaringan telah
menyebabkan anggota British Royal Society Robert Hooke mengartikan kata “sel”,
yang menetapkan panggung untuk teori kuman berikutnya.
Patologi modern mulai berkembang sebagai bidang penyelidikan yang berbeda selama
abad ke-19 melalui filsuf alam dan dokter yang mempelajari penyakit dan studi
informal tentang apa yang mereka sebut “anatomi patologis” atau “anatomi yang
tidak sehat”. Namun, patologi tidak sepenuhnya dikembangkan sampai akhir abad 19
dan awal abad 20, dengan munculnya studi terperinci tentang mikrobiologi.
Pada abad ke-19, para dokter mulai mengerti bahwa patogen penyebab penyakit, atau
“kuman” atau sejenis mikroorganisme penyebab penyakit, atau patogen, seperti
bakteri, virus, jamur, amuba, jamur, protista dan prio. Untuk melakukan reproduksi
dan perkalian, tentang humor telah mendominasi sebagian besar dari 1.500 tahun
sebelumnya dalam pengobatan Eropa.
Untuk menentukan penyebab penyakit, ahli medis menggunakan asumsi dan gejala
yang paling umum dan diterima secara umum pada zaman mereka, prinsip pendekatan
umum yang bertahan dalam pengobatan modern. Obat modern sangat maju dengan
perkembangan mikroskop lebih lanjut untuk menganalisis jaringan, memberi
kontribusi signifikan yang menyebabkan banyak perkembangan penelitian.
Menjelang akhir tahun 1920an sampai awal tahun 1930an, patologi dianggap sebagai
spesialisasi medis. Dikombinasikan dengan perkembangan dalam pemahaman
fisiologi umum, pada awal abad ke-20, studi patologi mulai terpecah menjadi
sejumlah bidang langka dan menghasilkan pengembangan sejumlah besar
spesialisasi modern dalam bidang patologi dan disiplin ilmu diagnostik terkait.
5
Kelainan pada sistem saraf dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya: karena adanya kerusakan pada sistem saraf akibat adanya luka, infeksi
mikroorganisme, kerusakan yang sifatnya genetis, penggunaan obat-obatan, benturan
benda keras, adanya virus, bakteri ataupun radang. Untuk lebih jelasnya mari kita
bahas dengan seksama dibawah ini. Adapun kelainan atau gangguan pada sistem saraf
tepi diantaranya:
a) Myasthenia Gravis
a) Sindrom Guillain–Barré
6
menemukan sindrom ini pada dua tentara yang menderita keabnormalan
peningkatan produksi protein cairan otak. Diagnosis SGB dapat dilakukan
dengan menganalisis cairan otak dan elektrodiagnostik. Indikasi terjadinya
infeksi adalah kenaikan sel darah putih pada cairan otak. Sedangkan bila
menggunakan elektrodiagnostik, dapat melalui pemeriksaan konduksi sel
saraf.
c) Polineuropati
d) Neuropati Herediter
7
keluar cabang-cabang persarafan yang bertanggung jawab untuk berbagai
bagian tubuh, termasuk anggota gerak tangan dan kaki.
Gerakan-gerakan otot seperti kita ketahui, dikendalikan oleh otak dengan
perantaraan sumsum tulang belakang, dimana saraf-saraf yang
menghubungkan otak dengan otot melewati sumsum tulang belakang.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kerusakan sel-sel saraf pada sumsum
tulang belakang menyebabkan hilangnya kemampuan kontrol motorik,
terutama pada otot-otot yang bertanggungjawab untuk gerakan-gerakan seperti
merangkak, berjalan, mengunyah, kontrol kepala dan leher dan bahkan
pernafasan.
Dalam hal ini otot-otot kaki dan pernafasan lebih sering dan lebih parah
mengalami kelumpuhan dibandingkan otot-otot lain. Kelumpuhan
menyebabkan otot tidak pernah digunakan, sehingga membuatnya mengecil
(atrofi), terutama terlihat pada kaki.
f) Multiple Mononeuropathy
8
polyneuropathy mempengaruhi banyak syaraf, biasanya pada sekitar
daerah yang sama pada kedua sisi tubuh. meskipun begitu, jika
multiple mononeuropathy berhubungan dengan banyak syaraf, yang
kemungkingan sulit untuk dibedakan dari polyneuropathy.
g) Botulisme
Botulisme adalah kondisi keracunan serius yang disebabkan oleh racun
dari bakteri Clostridium botulinum. Racun yang dihasilkan bakteri ini
dikenal sebagai salah satu racun paling kuat. Oleh karena itu, walaupun
tergolong jarang, botulisme termasuk kondisi serius yang mengancam
nyawa.
Racun yang dihasilkan bakteri ini menyerang sistem saraf otak, tulang
belakang, dan saraf lainnya, serta dapat menyebabkan paralisis atau
kelumpuhan otot. Bila tidak segera ditangani, kelumpuhan akan
menyebar ke otot yang mengontrol pernapasan.
h) Neuropati perifer
Neuropati perifer adalah gangguan yang terjadi akibat kerusakan pada
sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi. Kerusakan tersebut
menyebabkan proses pengiriman sinyal antara sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi terganggu
Neuropati perifer dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
Mononeuropati. Cedera hanya pada salah satu saraf tepi.
Neuropati motorik. Gangguan pada saraf yang mengontrol
gerakan tubuh.
Neuropati sensorik. Gangguan pada saraf yang mengirim
sinyal sensasi seperti sensai sentuhan, suhu, atau nyeri.
Neuropati otonomik. Cedera pada saraf otonom, yaitu saraf
yang mengontrol proses tubuh yang bekerja secara otomatis
(tanpa perintah), seperti saluran pencernaan, kandung kemih,
atau tekanan darah.
9
BAB III
PEMBAHASAN
Myasthenia gravis adalah melemahnya otot tubuh akibat gangguan pada saraf dan
otot. Pada awalnya, penderita myasthenia gravis akan terasa cepat lelah setelah melakukan
aktivitas fisik, tetapi keluhan akan membaik setelah beristirahat. Gangguan saraf dan otot
ini disebabkan oleh autoimun, yaitu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh (antibodi)
malah menyerang tubuh orang itu sendiri. Myasthenia gravis dapat dialami oleh siapa
saja, namun kondisi ini lebih sering dialami oleh wanita berusia 20-30 tahun dan pria
berusia di atas 50 tahun.
Bila tidak mendapatkan pengobatan, melemahnya otot pada penderita myasthenia
gravis lama kelamaan akan makin memburuk dan menyebabkan penderitanya sulit
untuk bergerak, bicara, menelan, dan bahkan bernapas.
10
Gejala utama myasthenia gravis adalah melemahnya otot. Gejala ini akan
timbul setelah beraktivitas dan hilang setelah istirahat. Seiring waktu, otot yang sering
digunakan akan makin melemah dan tidak akan membaik meskipun penderita telah
beristirahat.
Selain itu, myasthenia gravis dapat memengaruhi otot wajah dan tenggorokan. Pada
kondisi ini, gejala yang muncul adalah:
Kondisi melemahnya otot akibat myasthenia gravis juga dapat menyerang bagian
tubuh lain, seperti otot leher, lengan, dan tungkai. Gejala yang dapat muncul adalah:
Tiap penderita myasthenia gravis mengalami gejala yang berbeda-beda. Gejala ini
berkembang secara perlahan dan cenderung memburuk dalam beberapa tahun sejak
munculnya gejala, bila tidak diobati.
11
Jenis penanganannya pun berbeda-beda untuk tiap penderita, tergantung usia, tingkat
keparahan, dan kondisi pasien secara keseluruhan. Beberapa tindakan pengobatan
untuk mengatasi myasthenia gravis adalah:
Obat
Jenis obat yang digunakan untuk menangani gejala myasthenia gravis meliputi:
Plasmaferesis
Plasmaferesis adalah prosedur membuang plasma darah dengan mesin khusus. Plasma
akan dibuang dan diganti dengan cairan khusus untuk membuang antibodi penyebab
myasthenia gravis. Antibodi ini berada di dalam plasma darah.
Operasi
Jika penderita myasthenia gravis juga mengalami pembesaran kelenjar timus, dokter
akan melakukan tindakan operasi untuk mengangkat kelenjar tersebut. Prosedur bedah
ini disebut timektomi.
12
demikian, prosedur operasi ini hanya dianjurkan bagi penderita myasthenia gravis
yang berusia di atas 60 tahun.
Selain henti napas, penderita myasthenia gravis juga berisiko tinggi mengalami
penyakit autoimun lain, seperti tirotoksikosis, lupus, dan rheumatoid arthriti.
13
menjadi ganda atau buram, kelumpuhan otot sementara (otot wajah, kaki, tangan,
bahkan otot pernapasan), hipertensi, aritmia atau ketidakteraturan detak jantung, dan
hilang kesadaran atau pingsan.
Ada dua jenis metode pengobatan yang bisa dilakukan pada kasus sindrom Guillain-
Barré. Metode yang pertama adalah pemberian immunoglobulin intravena (IVIg).
Melalui metode ini, dokter akan mengambil immunoglobulin sehat dari donor dan
menyuntikkannya kepada penderita sindrom Guillain-Barré dengan harapan bisa
melawan immunoglobulin jahat yang menyerang saraf penderita.
14
IVIg atau plasmaferesis biasanya akan rutin dilakukan selama beberapa minggu
pertama sejak gejala muncul. Keduanya sama-sama efektif, namun IVIg dianggap
lebih mudah dan aman diterapkan daripada plasmaferesis.
Sebagian pasien ada yang sembuh dalam jangka waktu beberapa minggu dan sebagian
lainnya lebih dari itu. Sebagian pasien masih membutuhkan terapi karena tubuhnya
masih terasa sangat lelah, lemas dan kebas pada otot kaki dan tangan, serta hilang
keseimbangan. Diperkirakan gejala otot lemas masih dirasakan 1 dari 5 penderita
sindrom Guillain-Barré selama tiga tahun sejak awal pemulihan.
15
C. SINDROMA SALURAN TORAKIKUS
Tangan, lengan dan bahu bisa membengkak atau tampak kebiruan karena
kekurangan oksigen (sianosis).
D. POLINEUROPATI
a) Pengertian Polineuropati
16
Polineuropati adalah kelainan fungsi yang berkesinambungan pada beberapa
saraf perifer di seluruh tubuh
b) Penyebab Polineuropati
Infeksi, kadang karena racun yang dihasilkan oleh beberapa bakteri (misalnya pada
difteri) atau karena reaksi autoimun.
Kanker bisa menyebabkan polineuropati dengan menyusup langsung ke dalam
saraf atau menekan saraf atau melepaskan bahan racun.
Kekurangn gizi dan kelainan metabolic.
Kekurangan vitamin B
Diabetes, gagal ginjal dan kekurangan gizi (malnutrisi) yang berat/
Polineuropati kronik cenderung berkembang secara lambat (sampai beberapa
bulan atau tahun) dan biasanya dimulai di kaki (kadang di tangan).
c) Gejala Polineuropati
Kesemutan
Mati rasa
nyeri terbakar dan ketidakmampuan untuk merasakan getaran atau posisi
lengan, tungkai dan sendi merupakan gejala utama dari polineuropati kronik
d) Pengobatan Polineuropati
E. NEUROPATI HEREDITER
17
a) Pengertian Neuropati Herediter
Neuropati herediter terjadi dari turunan dari orang tua ke anak. Namun,
neuropati jenis ini jarang terjadi. Neuropati herediter yang paling umum
adalah penyakit Charcot-Marie-Tooth (CMT) yang menyerang saraf motorik
dan sensorik. CMT menyebabkan kelemahan pada otot kaki dan kaki bagian
bawah. Sayangnya, neuropati herediter tidak dapat diobati.
Mati rasa
Rasa tertusuk atau kesemutan di kaki atau tangan
18
Rasa terbakar
Sensitivitas berlebihan jika disentuh
Hilangnya koordinasi dan mudah jatuh
Kelemahan otot atau kelumpuhan
Intoleransi panas (tidak tahan terhadap suhu panas)
Masalah pencernaan
Perubahan tekanan darah
Pusing
19
Mengelola kadar gula darah jika Anda memiliki diabetes
Makan-makanan yang sehat dan bernutrisi
Menghindari konsumsi alkohol, rokok, dan paparan racun kimiawi.
20
c) Gejala Atrofi Muskuler Spinalis
Gejala pertama muncul pada masa bayi dan kanak-kanak. Kelemahan otot pada
atrofi muskuler spinalis akut (penyakit Werdnig-Hoffmann) muncul pada bayi yang
berumur 2-4 bulan. Penyakit ini diturunkan secara resesif, diperlukan 2 gen non-
dominan dari kedua orang tua.
Anak-anak yang menderita atrofi muskuler spinalis menengah, dalam 1-2 tahun
pertama tetap normal dan kemudian mengalami kelemahan yang semakin memburuk
di tungkainya.
Biasanya tidak disertai kelainan pada pernafasan, jantung atau saraf kranialis.
Penyakit ini berkembang secara perlahan.
Atrofi muskuler spinalis kronis (penyakit Wohlfart-Kugerberg-Welander) mulai
timbul pada usia 2-17 tahun dan memburuk secara perlahan, sehingga penderita
penyakit ini hidup lebih lama dibandingkan penderita atrofi muskuler spinalis lainnya.
Kelemahan dan penciutan otot bermula di tungkai lalu menyebar ke lengan.
G. MULTIPLE MONONEUROPATHY
21
dibedakan dari polyneuropathy.
H. BOTULISME
a) Pengertian Botulisme
Botulisme adalah kondisi keracunan serius yang disebabkan oleh racun
dari bakteri Clostridium botulinum. Racun yang dihasilkan bakteri ini dikenal
sebagai salah satu racun paling kuat. Oleh karena itu, walaupun tergolong
jarang, botulisme termasuk kondisi serius yang mengancam nyawa. Racun
yang dihasilkan bakteri ini menyerang sistem saraf otak, tulang belakang, dan saraf
lainnya, serta dapat menyebabkan paralisis atau kelumpuhan otot. Bila tidak segera
ditangani, kelumpuhan akan menyebar ke otot yang mengontrol pernapasan.
22
b) Penyebab Botulisme
c) Gejala Botulisme
23
Waktu kemunculan gejala botulisme bervariasi pada tiap penderita,
mulai dari hitungan jam hingga beberapa hari setelah terpapar racun dari
bakteri Clostridium botulinum. Gejala awal botulisme umumnya meliputi
kram perut, mual dan muntah, diare, serta kejang.
Gejala lain yang dirasakan penderita tergantung pada penyebab dan jenis
botulisme, antara lain:
d) Pengobatan Botulisme
24
dengan dibantu fisioterapi. Antitoksin juga dapat diberikan pada bayi,
namun dengan jenis yang berbeda, yaitu imunoglobulin botulisme.
I. NEUROPATI PERIFER
25
Neuropati motorik. Gangguan pada saraf yang mengontrol gerakan
tubuh.
Neuropati sensorik. Gangguan pada saraf yang mengirim sinyal sensasi
seperti sensai sentuhan, suhu, atau nyeri.
Neuropati otonomik. Cedera pada saraf otonom, yaitu saraf yang
mengontrol proses tubuh yang bekerja secara otomatis (tanpa perintah),
seperti saluran pencernaan, kandung kemih, atau tekanan darah
Diabetes.
Infeksi bakteri atau virus, misalnya HIV, cacar, difteri, kusta, dan hepatitis
C.
Penyakit autoimun, seperti sindrom Guillain-Barre, lupus, sindrom
Sjogren, dan rheumatoid arthritis.
Faktor genetik, misalnya penyakit Charcot-Marie-Tooth.
Hipotiroidisme.
Kekurangan vitamin B1, B6, B12, dan vitamin E.
Penyakit liver.
Gagal ginjal.
Peradangan pembuluh darah (vaskulitis).
Penumpukan protein amiloid di dalam jaringan atau organ tubuh
(amiloidosis).
Kerusakan saraf, misalnya akibat cedera atau efek samping operasi.
Kanker darah multiple myeloma.
Kanker kelenjar getah bening atau limfoma.
Keracunan merkuri atau arsenik.
Kecanduan alkohol.
Efek samping penggunaan obat dalam jangka panjang, antara lain
antibiotik (nitrofurantoin dan metronidazole), obat kemoterapi untuk
kanker usus, obat antikonvulsan
(misalnya phenytoin), thalidomide, dan amiodarone
26
c) Gejala Neuropati Perifer
Mononeuropati
o Penglihatan ganda atau sulit fokus, kadang disertai sakit pada mata.
o Kelumpuhan pada salah satu sisi wajah pada Bell’s palsy.
o Nyeri tungkai.
o Jari tangan terasa lemah atau kesemutan pada carpal tunnel
syndrome.
Neuropati motorik
o Kedutan.
o Kram atau lemah otot, hingga kelumpuhan pada satu otot atau
lebih.
o Kaki yang lunglai dan tampak jatuh saat berjalan (foot drop).
o Penurunan massa otot (atrofi otot).
Neuropati sensorik
o Mudah merasa sakit meski hanya tersentuh sedikit (alodinia).
o Nyeri seperti tertusuk atau terasa panas, yang biasanya terjadi di
kaki.
o Kesemutan.
o Ketidakmampuan dalam merasakan perubahan suhu, terutama di
kaki.
o Gangguan dalam keseimbangan atau koordinasi gerak tubuh
(ataksia sensorik).
Neuropati otonomik
o Detak jantung cepat (takikardia) meski saat beristirahat.
o Disfagia atau sulit menelan.
o Perut kembung.
o Sering bersendawa.
o Mual.
27
o Sembelit atau diare di malam hari.
o BAB yang sulit dikontrol (inkontinensia tinja).
o Beser atau sering buang air kecil.
o Tubuh jarang berkeringat, atau sebaliknya terus-menerus
berkeringat.
o Gangguan fungsi seksual, seperti disfungsi ereksi.
o Hipotensi ortostatik.
28
seperti gabapentin atau pregabalin. Pada pasien yang tidak bisa mengonsumsi
sejumlah obat di atas, salep dengan kandungan capsaicin bisa menjadi pilihan.
Salep capcaisin digunakan 3-4 kali sehari, dan tidak boleh dioleskan pada
kulit yang radang atau luka terbuka.
29
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Patologi pada system saraf tepi ini dapat disebablkan oleh Aktivitas sehari-
hari, Aktivitas berulang yang dilakukan sehari-hari secara berlebihan ataupun
CederaTrauma fisik dan Defisiensi vitamin B. Selain itu Paparan bahan kimia
dan keracunan penyebab kerusakan saraf tepi. Dan diabetes juga bisa
menyebabkan neuropati perifier, karena tingginya kadar gula darah dapat
menyebabkan kerusakan saraf. Neuropati perifer terjadi terutama bila
penderita diabetes tidak menjalani pengobatan secara teratur
b) Diantara patologi system saraf tepi ini adalah miastenia gravis,
Mononeurologi, Sindroma guillain-barr, sindroma saluran torakikis,
polineuropati, neuropati herediter, atropi muskuler spinalis, multiple
mononeuropati, dan botulisme.
B. Saran
Dari materi di atas saran dari penulis mari kita sama-sama mencegah
semua penyakit yang mempunyai resiko tinggi untuk masuk kedalam tubuh
kita. Sebagai mana pepatah mengatakan bahwa Mencegah itu lebih baik dari
mengobati. Mari kita cegah semua penyakit terutama penyakit system saraf
tepi yang sudah penulis paparkan di atas. Dengan cara berolah raga dengan
teratur, hindari pekerjaan yang menuntut gerakan berulang, menjaga berat
badan ideal dan pastikan asupan vitamin B tercukupi
30
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU
SUMBER INTERNET
- https://www.academia.edu/29385328/ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_
MANUSIA_SISTEM_SARAF_TEPI
- https://www.academia.edu/16781637/Kelainan_Saraf_Tepi
- https://www.academia.edu/20139075/Sistem_Saraf
- https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf_tepi
- https://www.academia.edu/11347023/Patologi_SSP_SST
31
LAMPIRAN
32
33
34