Anda di halaman 1dari 12

PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA BERBASIS HUMAN AND

TECHNICAL APPROACH DI PURWOKERTO UTARA

Suryanto, Anam, A., Andodo, C.


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRAK

Kecelakaan di tempat kerja terjadi karena faktor human error adalah perilaku tidak aman (85%).
Kecelakaan yang kerap terjadi pada pedagang kecil seperti terbakar oleh api, air panas dan
potongan. Pendekatan terhadap intervensi manusia (Human approach) dilakukan melalui pelatihan
perilaku keselamatan, pelatihan, pencegahan kecelakaan, pengobatan luka bakar (combustio) dan
advokasi (advokasi). Pendekatan teknik (technical approach) dengan teknik pelatihan instalasi
jaringan listrik yang aman dan pengamatan pengkabelan listrik di tempat kerja. Setelah peserta
mengikuti pelatihan, dilanjutkan observasi dan advokasi tempat kerja. Sampel dipilih secara
purposive sampling yaitu pedagang kecil sejumlah 40 orang. Menggunakan pendekatan intervensi
pre-post test. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Karakteristik responden: tingkat
pendidikan dasar 14 orang (35%), pendidikan menengah 26 orang (65%). Mayoritas responden
memiliki pengalaman kerja 1-3 tahun sebanyak 21 orang (52,5%). Peserta yang pernah mengalami
kecelakaan kerja dalam 2 tahun terakhir adalah 29 (72,5%) dan sisanya tidak pernah mengalami
kecelakaan. Setelah peserta menghadiri pelatihan pencegahan kecelakaan terjadi peningkatan nilai
rata-rata kesadaran responden terhadap kecelakaan kerja antara sebelum pelatihan (pretest) dan
setelah pelatihan (posttest I) adalah dari 13.3250 12.5250 menjadi. Hasil uji Wilcoxon diperoleh
nilai p = 0,001 (<0,05) berarti ada perbedaan pengetahuan tentang kecelakaan kerja pada pedagang
kecil antara sebelum (pretest) dan setelah pelatihan (postest I).

Kata kunci: kecelakaaan kerja, human approach, technical approach

ABSTRACT

Workplace accidents occur due to human error factor is unsafe behavior (85%). Accidents that
often occur in small trader is burned by fire, hot water and cuts.Approach to human intervention
(Human approach) is done via the safety behavior training, training, accident prevention, treatment
of burns (combustio) and advocacy (advocacy). Engineering approach (technical approach) with
training techniques safe electrical network installation and electrical wiring observation in the
workplace. After participants attended further training of observation and advocacy in the
workplace. Samples were selected by purposive sampling was small traders with the number of 40
people. Before and after the intervention pre-post test. Data was analyzed using the Wilcoxon
test.Characteristics of the basic education level of respondents 14 people (35%), secondary
education 26 people (65%). The majority of respondents have 1-3 years of work experience during
which 21 people (52.5%). Participants who had experienced occupational accidents within the last
2 years was 29 (72.5%) and the rest have never had an accident. After participants attended
training accident prevention there is an increase in the average value of respondents' awareness of
workplace accidents between before training (pretest) and after training (posttest I) is from
13.3250 12.5250 become. Wilcoxon test results obtained by value p = 0.001 (<0.05) means that
there are differences in knowledge about occupational accidents at small vendors between before
(pretest) and after training (postest I).

Keyword: workplace accident, human approach, technical approach

80
Agus H, Kajian Stunting Pada Anak Balita Berdasarkan Pola Asuh 81

PENDAHULUAN namun belum optimal. Para pedagang


International Labour mengatakan instalansi jaringan kabel
Organization (ILO) menyebutkan di warung belum baik sehingga sering
kecelakaan kerja pada pekerja lampu padam karena konsteting. Para
disebabkan oleh 2 faktor yaitu pedagang merasa senang apabila
perilaku tidak aman (unsafe mendapatkan pelatihan yang
condition) dan kondisi lingkungan berkesinambungan dengan pelatihan
kerja yang tidak aman (unsafe sebelumnya khususnya pelatihan
conditions). Kecelakaan kerja banyak tentang pencegahan luka bakar karena
terjadi oleh karena faktor human hubungan arus pendek dan terkena
error yaitu perilaku yang tidak aman api atau air panas. Para pedagang juga
(85%). Kecelakaan kerja yang sering menyampaikan masih sering tidak
terjadi pada pedagang adalah luka memakai APD dan melakukan cara
bakar (combustio) akibat api, air kerja yang praktis tapi tidak aman
panas, kesetrum, dan lain-lain. (Suryanto, dkk (2014b).
Hasil penelitian Damayanti dan Pencegahan kecelakaan kerja
Saputro (2011) menyebutkan menurut Suardi (2007) dapat
penyebab luka bakar terbanyak adalah dilakukan melalui 5 model yaitu
faktor api sebanyak 85,2%. Hasil pendekatan manusia, teknis, energi,
penelitian lain oleh Wardhani, dkk administrasi, dan
(2004) menyebutkan bahwa manajemen.Kecelakaan kerja banyak
kecelakaan kerja dapat meningkat disebabkan oleh faktor manusia
pada tempat kerja yang kondisinya sehingga pendekatan pencegahan
bising, suhu udara tempat kerja yang yang utama adalah pendekatan
panas dan penerangan yang kurang. manusia dan teknis (Human and
Hasil penelitian Suryanto, dkk Technical Approach). Pendekatan ini
(2014 a) juga menyebutkan para bertujuan merubah pengetahuan dan
pedagang yang mangkal di sekitar sikap seseorang agar dapat
Unsoed berjumlah 120 orang telah berperilaku aman dalam bekerja.
mendapatkan pembinaan dari Berdasarkan latar belakang
Puskesmas Purwokerto Utara 2 tersebut, para pedagang kecil perlu
82 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 80-91

ditingkatkan pengetahuan dan post test. Analisis data dilakukan


keterampilannya agar para pedagang dengan uji Wilcoxon.
mengetahui safety behavior, Mitra kerja dalam kegiatan ini
meningkatkan sikap kerja yang aman, yaitu mitra I adalah Puskesmas
meningkatkan keterampilan dalam Purwokerto Utara 2 sebagai pihak
penanganan luka bakar, dan yang bertanggung jawab membina
meningkatkan keterampilan dalam kesehatan penduduk di wilayah
merangkai jaringan kabel listrik di Purwokerto Utara dan mitra 2 adalah
tempat kerja dan rumah secara aman. ketua Paguyuban Mergarasa dan
Kelompok Pedagang Kaki Lima yang
METODEPENELITIAN berperan mengkoordinir para
Intervensi dengan pendekatan pedagang kecil untuk berpartisipasi
kepada manusia (Human approach) secara aktif dalam selama kegiatan.
dilakukan dengan safe work
practicesmelalui safety behavior HASIL DAN PEMBAHASAN
training, pelatihan pencegahan Peserta kegiatan pelatihan yang
kecelakaan kerja, perawatan luka berjumlah 40 orang, sebagian besar
bakar (combustio)dan pendampingan responden berpendidikan dasar 26
(advokasi). Dan pendekatan secara orang (65%) yang meliputi lulusan
teknik (Technicalapproach) dengan SD sejumlah 7 orang dan lulusan
pelatihan teknik instalasi jaringan SMP sebanyak 19 orang.dan yang
listrik yang aman dan observasi berpendidikan menengah
jaringan kabel listrik di tempat kerja. (SMA/SMU/SMK) adalah 14 orang
Setelah peserta mengikuti pelatihan (35 %). Bidang usahanya adalah
selanjutnya dilakukan observasi dan jualan makanan (kuliner) berupa:
advokasi di tempat kerja. Sampel warung makan, mie ayam, ayam
yang dipilih adalah para pedagang kremes, jajanan cilok dan lain-lain.
kecil secara purposive sampling Setelah dilakukan pelatihan
dengan jumlah 40 orang. Sebelum oleh tim pelaksana dan dilakukan
dan setelah intervensi dilakukan pre- evaluasi pre test dan postes, hasilnya
seperti dibawah ini.
Agus H, Kajian Stunting Pada Anak Balita Berdasarkan Pola Asuh 83

a. Perbedaan pengetahuan tentang pedagang kecil sebelum (pretest)


kecelakaan kerja pada pedagang dan sesudah pelatihan (postest I)
kecil sebelum dan sesudah seperti pada Tabel 1 berikut.
pelatihan
Perbedaan tingkat pengetahuan
tentang kecelakaan kerja pada

Tabel 1. Perbedaan Pengetahuan tentang Kecelakaan Kerja pada Pedagang sebelum (Pretest) dan
sesudah Pelatihan (Postest I)

Skor Pengetahuan Skor Uji yang Nilai p Alpha Simpulan


Peserta rata-rata digunakan
Pretest 12.5250 Wilcoxon 0.001 0.05 Ada
(sebelum pelatihan) perbedaan
Postest I 13.3250
(susudah pelatihan)
Sumber: Data primer yang diolah.
yang dilaksanakan oleh tim dosen.
Berdasarkan Tabel 1 terdapat
Para peserta merasakan materi
peningkatan rata-rata nilai
yang diberikan bermanfaat dalam
pengetahuan responden tentang
menjalankan pekerjaannya sebagai
kecelakaan kerja antara sebelum
pedagang kuliner. Sembilan orang
pelatihan (pretest)dan sesudah
peserta yang mendapatkan nilai
pelatihan(posttest I) yaitu 12.5250
postest tertinggi mendapatkan
menjadi13.3250. Hasil uji statistik
reward (hadiah) dari tim
menggunakan uji
pelaksana.
Wilcoxondiperoleh nilai p=0.001
b. Perbedaan Tingkat Pengetahuan
(< 0.05) artinya Ada perbedaan
tentang Kecelakaan Kerja pada
pengetahuan tentang kecelakaan
Pedagang Kecil Sebelum Pelatihan
kerja pada pedagang kecil yang
(Pretest) dan Dua Minggu Sesudah
signifikan antara sebelum (pretest)
Pelatihan (Postest II)
dan sesudah pelatihan(postest I).
Perbedaan tingkat pengetahuan
Para peserta setelah
tentang kecelakaan kerja pada
mengikuti evaluasi postest I
pedagang kecil sebelum (Pretest)
merasa senang mengikuti pelatihan
84 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 80-91

dan sesudah pelatihan (Postest II) seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Perbedaan Pengetahuan tentang Kecelakaan Kerja pada Pedagang Kecil Sebelum
(Pretest) dan Dua Minggu Sesudah Pelatihan (Postest II)
Skor Pengetahuan Peserta Skor Rata-Rata Uji yang Nilai p Alpha Simpulan
digunakan
Pretest Ada
(Sebelum Pelatihan) 12.5250 Wilcoxon 0.006 0.05 perbedaan
Postest II(2 minggu sesudah
pelatihan) 13.2500
Sumber: Data primer terolah 2015.

Berdasarkan Tabel.2 terdapat Evaluasi postest II kepada


peningkatan rata-rata nilai para peserta dilakukan 2 minggu
pengetahuan responden tentang setelah pelatihan. Para peserta saat
kecelakaan kerja pada pedagang dikunjungi oleh tim pelaksana di
kecil antara sebelum warung tempat kerjanya merasa
pelatihan(Pretest) dan dua minggu senang. Para peserta merasakan
sesudah pelatihan(Postest II) yaitu materi yang diberikan sewaktu
12,5250 menjadi 13,2500 atau pelatihan bermanfaat dalam
terjadi peningkatan sebesar 4,67%. menjalankan pekerjaannya.
Hasil uji statistik menggunakan uji c. Perbedaan Pengetahuan tentang
wilcoxon diperoleh nilai p=0,006 Luka Bakar Sebelum Pelatihan
(=0,05) artinya Ada perbedaan (Pretest) dan Sesudah Pelatihan
pengetahuan tentang kecelakaan (Postest I)
kerja pada pedagang kecil yang Perbedaan pengetahuan tentang
signifikan antara sebelum (Pretest) luka bakar sebelum (Pretest)dan
dan dua minggu sesudah sesudah pelatihan(Postest I)seperti
pelatihan(Postest II). pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbedaan Pengetahuan tentang Luka Bakar Sebelum (Pretest) dan Sesudah Pelatihan
(Postest I)
Skor Pengetahuan Skor Uji yang Nilai p Alpha Simpulan
Peserta rata-rata digunakan
Pretest
(sebelum pelatihan) 5.7250 Paired t test 0.000 0.05 Ada perbedaan
Postest 1
(sesudah pelatihan) 8.575
Agus H, Kajian Stunting Pada Anak Balita Berdasarkan Pola Asuh 85

Sumber: Data primer yang diolah.

Berdasarkan Tabel 3. terdapat (Pretest) dan sesudah


peningkatan rata-rata nilai pelatihan(Postest I).
pengetahuan tentang luka bakar d. Perbedaan Pengetahuan tentang
antara sebelum pelatihan Luka Bakar Sebelum Pelatihan
(pretest)dan sesudah (Pretest) dan Dua Minggu Sesudah
pelatihan(postest1) yaitu 5,7250 Pelatihan(Postest II)
menjadi 8,575.Hasil uji statistik Perbedaan pengetahuan tentang
menggunakan uji paired t test luka bakar sesudah pelatihan
diperoleh nilai p= 0,000 (<0,05) (Pretest) dan dua minggu sesudah
artinya Ada perbedaan pelatihan (Postest II) pada Tabel 4
pengetahuan tentang luka bakar sebagai berikut.
yang signifikan antara sebelum

Tabel 4. Perbedaan Pengetahuan tentang Luka Bakar Sebelum Pelatihan (Pretest) dan Dua
Minggu Sesudah Pelatihan (Postest II)

Skor Pengetahuan Skor Rata- Uji yang Nilai p Alpha Simpulan


Peserta Rata digunakan
Pre test 5.7250 Paired t test 0.000 0.05 Ada
(sebelum pelatihan) perbedaan
Post test2 8.3000
(2 mingggu sesudah
pelatihan)
Sumber: Data primer terolah 2015

Berdasarkan Tabel 4 peningkatan sebesar 44.9%.Hasil


diketahui bahwa terdapat uji statistik menggunakan uji
peningkatan rata-rata nilai paired t test diperoleh nilai
pengetahuan tentang luka bakar p=0.000(<0.05) artinya Ada
antara sebelum diberi pelatihan perbedaan pengetahuan tentang
(Pretest) dan dua minggu sesudah luka bakar yang signifikan antara
diberi pelatihan (Postest II) yaitu sebelum pelatihan (Pretest) dan
5.7250 menjadi 8.3000atau terjadi
86 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 80-91

dua minggu sesudah pelatihan berjualan di sekitar kampus


(Postest II) Unsoed merupakan salah satu
Kecelakaan kerja di tempat metode intervensi untuk merubah
kerja sering dialami oleh para perilaku. Perilaku merupakan
pekerja atau karyawan. Data faktor kedua yang paling
kecelakaan kerja di lapangan baik berpengaruh terhadap derajat
di sektor formal maupun sektor kesehatan setelah kondisi
informal merupakan fenomena lingkungan (Blum dalam
gunung es. Kejadian riilnya sering Notoatmodjo, 2012). Perubahan
terjadi namun ketersediaan data perilaku dapat dilakukan secara
yang terdokumentasi yang kurang paksaan (Coertion) dan melalui
atau tidak lengkap. Apabila proses pendidikan (Education).
kecelakaan kerja tidak tidak Penelitian ini membuktikan
dicegah bisa berdampak secara bahwa perilaku seseorang dapat
ekonomi dan non ekonomi dirubah secara terencana dan
(Suma’mur, 2009 dan Harrianto R. dilakukan dengan suatu intervensi
2010). Menurut Swaputri (2010) yaitu pendidikan atau pelatihan.
kecelakaan kerja dapat terjadi oleh Informasi atau materi suatu obyek
beberapa faktor seperti faktor dari akan diinternalisasi dalam proses
individu pekerja (fisik) dan pendidikan atau pelatihan.
perilaku dan faktor lingkungan. Pelatihan (training) bertujuan
Pada industri sektor formal dalam untuk memperbaiki penguasaan
upaya pencegahan kecelakaan berbagai keterampilan dan teknik
kerja wajib menerapkan sistem pelaksanaan kerja tertentu, terinci,
manajeman keselamatan dan dan rutin. Jadi dengan mengikuti
kesehatan kerja (Silaban. 2009 dan pelatihan seseorang dapat
Ramli, 2010). meningkat pengetahuan dan
Intervensi pelatihan yang keterampilannya (skill). Menurut
diberikan oleh tim pelaksana Olmosk dalam Hamzah (2008)
kepada para pedagang kecil yang untuk merubah perilaku individu
Agus H, Kajian Stunting Pada Anak Balita Berdasarkan Pola Asuh 87

dapat dilakukan dengan beberapa baik di tempat kerja (Betty dan


strategi antara lain model Linna, 2008).
pengetahuan behavioral teraplikasi Rasa aman dan nyaman bagi
(applied), strategi keakraban pekerja dalam bekerja di tempat
(fellowship strategy), strategi kerja merupakan hak tenaga kerja.
akademis (academic strategy), Pengelola usaha (pimpinan) tempat
strategi politik (political strategy), kerja yang tidak memperhatikan
strategi ekonomi (economic kegiatan K3 dapat menimbulkan
strategy), dan lain-lain. kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja
Menurut Sudrajat (2009) sebagaian besar disebabkan oleh
dalam Dewi (2012) pengetahuan perilaku yang tidak aman (Unsafe
seseorang bukan saja dipengaruhi actions) dan kondisi lingkungan
oleh proses pendidikan atau tidak aman (Unsafe condition).
pelatihan saja namun juga dapat Upaya pencegahan kecelakaan
dipengaruhi oleh pengalaman, kerja ditujukan pada manusia dan
tingkat ekonomi (pendapatan), lingkungan kerja (Carayanni, dkk,
lingkungan sosial dan ekonomi 2011).
serta adanya paparan media atau Penelitian ini menunjukkan
informasi. Menurut Notoatmodjo bahwa perubahan perilaku pada
(2012) menyebutkan perubahan seseorang agar tercipta rasa aman
pengetahuan membutuhkan media. dalam bekerja dan terwujud derajat
Selain itu upaya kesehatan kerja kesehatan setinggi-tingginya
pada pekerja di tempat kerja memerlukan dukungan dari
seperti warung, pabrik, sarana berbagai pihak, antara lain pihak
kesehatan, dan lain-lain harus keluarga, sosial atau masyarakat,
didukung dengan adanya kebijakan petugas kesehatan dari Puskesmas
tentang Keselamatan dan dan instansi pemerintah. Hasil
Kesehatan Kerja seperti peraturan penelitian menunjukkan terdapat
atau tata tertib dan standar peningkatan rata-rata nilai
operasional prosedur (SOP) yang pengetahuan responden tentang
88 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 80-91

kecelakaan kerja dan perilaku untuk bersikap secara benar


aman dalam bekerja secara terhadap obyek tersebut sehingga
signifikan antara sebelum (Pre dapat diterapkan dalam perilaku
test) dan sesudah dilakukan sehari-hari. Namun pengetahuan
pelatihan (Postest 1) dan dua bukan merupakan satu-satunya
minggu setelah pelaksanaan faktor yang dapat mempengaruhi
pelatihan (Postes II). sikap seseorang. Faktor lain yang
Intervensi pelatihan ini mempengaruhi adalah keyakinan,
membuktikan bahwa terjadinya kultur (kebiasaan, tradisi), support
perubahan peningkatan tingkat system dari keluarga dan
pengetahuan individu memerlukan lingkungan. Perilaku individu yang
proses dan waktu. Hal ini terkait bekerja untuk memakai APD
dengan karakteristik individu satu dengan baik dan benar juga
dengan individu yang lain berbeda- dipengaruhi faktor psikis yaitu
beda dan bersifat unik, antara lain motivasi (Julia,2010).
umur, tingkat pendidikan, Kecelakaan kerja pada
motivasi, pengalaman bekerja dan pekerja menurut Endroyo (2006)
lain-lain. Kegiatan pelatihan dapat dicegah oleh pihak
sebagai salah satu sarana untuk manajemen (pimpinan) dengan
meningkatkan pengetahuan adanya komitmen terhadap upaya
mempunyai kelebihan dibanding K3 dan peran para pekerja secara
dengan hanya menyebar leaflet, langsung dalam mengikuti dan
poster dan sticker. Hal ini karena melaksanakan prosedur kerja yang
materi pelatihan langsung bisa telah ditetapkan secara disiplin.
diinternalisasi oleh para peserta Kecelakaan kerja yang sering
dan peserta bisa secara langsung terjadi pada pedagang kecil
berdialog dua arah dengan kebakaran oleh api, minyak panas,
narasumber (pelatih). Pengetahuan air panas atau uap panas. Kejadian
yang benar tentang suatu obyek kebakaran bisa terjadi apabila
merupakan dasar bagi seseorang instalasi listrik tidak sesuai standar
Agus H, Kajian Stunting Pada Anak Balita Berdasarkan Pola Asuh 89

(Indra M, dkk, 2010 dan Indra- aman dalam kehidupan sehari-hari.


Ikhsan, 2011). Kecelakaan ini bisa Menurut tim pelaksana untuk
menyebabkan luka bakar yang mempertahankan pengetahuan
serius dan mengancam jiwa. Oleh peserta dapat bertahan lama dan
karena itu penanganan luka bakar tidak mudah lupa dapat dilakukan
harus mengikuti prosedur khusus dengan upaya advokasi
penanganan kegawatdaruratan. (pendampingan) ditempat kerja
Pada kasus luka bakar dengan secara berkala, dan membekali
prosentase kecil penangangan dan peserta dengan media yang
perawatan kasus luka bakar yang menarik dan praktis agar dapat
salah bisa menyebabkan infeksi dibaca sewaku-waktu di rumah
atau dampak negatif lainnya atau ditempat kerja seperti leaflet
(Potter-Perry, 2005 dan Smeltzer- atau booklet (buku saku).
Bare, 2002).
Tim pelaksana saat SIMPULAN DAN SARAN
melakukan evaluasi postest II di Pemberian pelatihan dapat
tempat kerja, ada beberapa peserta meningkatkan pengetahuan dan
saat ditanya tidak bisa menjawab keterampilan dalam upaya mencegah
dan mengatakan lupa. Hal ini kecelakaan kerja dengan menerapkan
karena para peserta tidak perilaku aman pada pedagang kecil.
membiasakan untuk diterapkan Perubahan perilaku memerlukan
dalam kehidupan sehari-hari dan proses, waktu dan dukungan sosial.
para peserta kurang membaca Para pedagang kecil disarankan untuk
ulang materi. Pengetahuan tentang terus menerapkan perilaku aman
sesuatu pada seseorang akan selama bekerja dengan memakai APD
bertahan lama dan tidak mudah dengan baik dan benar, bekerja
hilang dari pikiran (otak) manusia dengan hati-hati (tidak bergurau) dan
apabila rajin membaca (belajar) melakukan cara kerja yang aman.
dan terus menerapkan perilaku
90 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No 2, Juli 2016, Hal 80-91

DAFTAR PUSTAKA Perhitungan Instalasi Listrik


Penerangan Menggunakan
Betty, Linna. 2008, Pengaruh Sistem Pakar
Kedisiplinan Pemakaian http://jurnal.upi.edu/file/07_indr
Masker terhadap Penurunan a_Mustika__hal_49-58.pdf
Fungsi Paru pada Tenaga Kerja Indra Z, Ikhsan K, 2011. Analisis
bagian Weaving PT. Sistem Instalasi Listrik Rumah
Kusumahadi Karanganyar, , Tinggal dan Gedung untuk
Jurnal Kesehatan, Vol.1, No.1 Mencegah Bahaya Kebakaran,
Juni 2008, Fakultas Ilmu Jurnal Ilmiah Elite Elektro,
Kesehatan Universitas Vol.2, No.1, hal. 40-44
Muhammadiyah Surakarta, International Labour Organization
hal.11-18 (ILO). 1989. Pencegahan
Carayanni, Kalogeraki, Babatsikou, Kecelakaan. PT Pustaka
Chalkias, Koutis, 2011, Binaman Prestindo. Jakarta
Covariates of Occpational Julia. 2010, Hubungan Motivasi dan
Accdent Occurence in the Peraturan Perusahaan terhadap
Restaurant Sector in Greece, Perilaku Pemakaian Alat
Health Science Journal, Vol.5, Pelindung Diri di Perusahaan X,
No.3. 2011, Departement of Jurnal Infokes, Vol.2, No. 1,
Public Health Technological Januari 2010, STIKES Insan
and Education Institute (TEI) of Unggul Surabaya, hal.41-49
Athens, page.196-203 Notoatmodjo, S. 2012. Promosi
Damayanti, T, Saputro, ID, 2011, Kesehatan & Perilaku
Nilai Uji Diagnostik Kesehatan. Rineka Cipta.
Prokalsitonin sebagai Deteksi Jakarta.
Dini Sepsis pada Luka Bakar Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar
Berat, Journal of Emergency, Fundamental Keperawatan.
Vol. 1. No. 1 Desember 2011, Jakarta: EGC.
FK Unair Surabaya Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen
Endroyo. 2006, Peranan Manajemen Kselamatan & Kesehatan Kerja
K3 dalam Pencegahan OHSAS 18001. Penerbit Dian
Kecelakaan Kerja, Jurnal Rakyat, Jakarta.
Teknik Sipil, Vol.3, No.1 Silaban. 2009. Hubungan Angka
Januari 2006, FT UNNES, Kecelakaan Kerja dengan
hal.8-15 Tingkat Pemenuhan Penerapan
Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Sistem Manajemen
Pengukurannya. Penerbit Bumi Keselamatan dan Kesehatan
Aksara, Jakarta Kerja. Berita Kedokteran
Harrianto R. 2010. Buku Ajar Masyarakat. Volume 25/Nomor
Kesehatan Kerja. Penerbit 03/September 2009, Fakultas
Buku Kedokteran EGC, Jakarta Kedokteran - Universitas
Indra Mustika, Timotius, Hasbullah, Gadjah Mada, Yogyakarta
2010, Aplikasi Perencanaan Smeltzer dan Bare. 2002.
Perencanaan Keperawatan Medikal Bedah
Agus H, Kajian Stunting Pada Anak Balita Berdasarkan Pola Asuh 91

Brunner & Suddarth. Edisi 8. Suryanto, Heryanto, Akhyarul A,


Jakarta: EGC. Candra. A, 2014B, Pelatihan
Suardi, R. 2007. Sistem Manajemen Pencegahan dan Penanganan
Keselamtan dan Kesehatan Kecelakaan Luka Bakar
Kerja. Penerbit PPM, Jakarta (Combustio)pada Kelompok
Suma’mur, P. K. 2009. Keselamatan UKM di Purwokerto Utara,
Kerja dan Pencegahan Laporan PKM Penerapan
Kecelakaan, Cetakan IV. Ipteks tahun 2014, LPPM
Penerbit CV Haji Agung, Unsoed Purwokerto
Jakarta. Swaputri. 2010, Analisis Penyebab
Suryanto, Heryanto, Candra. A, Kecelakaan Kerja, Jurnal
2014A, Pengaruh Pelatihan Kesehatan Masyarakat, Vol.2,
Safety Behavior Januari 2010, Dinas Kesehatan
terhadapPengetahuan dan Sikap Kota Surakarta, hal.95-105
Kelompok Usaha Kecil Wardhani. 2004. Evaluasi
Menengah (UKM) di Sekitar Kebisingan, Temperatur dan
Unsoed Purwokerto, Laporan Pencahayaan. Proceding
Riset Pemula tahun 2014, Seminar Nasional Ergonomi 2,
LPPM Unsoed Purwokerto Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai