Anda di halaman 1dari 7

PENDEKATAN KONSEPTUALISASI MODAL SOSIAL

Penulis

Nama : Nur Afni Aprilia

NPM : 2020021005

P.S. : Ilmu Penyuluhan Pembangunan / Pemberdayaan Masyarakat

Mata Kuliah : Modal Sosial

Dosen : Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M.S.

Jurusan Ilmu Penyuluhan Pembangunan / Pemberdayaan Masyarakat


Fakultas Pertanian dan Multidisiplin Universitas Lampung
Bandar Lampung
17 Desember 2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modal sosial merupakan sekumpulan asosiasi antara orang-orang yang


berpengaruh terhadap produktivitas dari masyarakat setempat. Asosiasi tersebut
terdiri atas jejaring dari ikatan masyarakat dan norma-norma sosial. Beberapa ahli
mengemukakan konsepsi modal sosial dan diperoleh kesimpulan bahwa modal
sosial adalah sekumpulan sumberdaya aktual dan potensial; entitasnya terdiri atas
beberapa aspek dari struktur sosial, dan entitas-entitas tersebut memfasilitasi
tindakan individu-individu yang ada dalam struktur tersebut; asosiasinya bersifat
horizontal; kemampuan aktor untuk menjamin manfaat; informasi; norma-norma;
nilai-nilai; resiprositas; kerjasama; serta jejaring (Haridison, 2013).

Di lain sisi, konsep modal sosial dalam isu pembangunan menarik perhatian
akademisi dan praktisi yang kemudian menganggap modal sosial sebagai
kerangka teoritis yang bermanfaat dalam paradigma pembangunan berkelanjutan..
Modal sosial masuk dalam dimensi sosial dari paradigma pembangunan
berkelanjutan yang mengintegrasikan tiga dimensi (sosial, ekonomi dan
lingkungan). Selain itu, posisi modal sosial berperan dalam dimensi politik karena
mendorong partisipasi, aksesibilitas dan kebebasan masyarakat yang juga menjadi
prinsip dalam paradigma pembangunan berkelanjutan (Fathy, 2019).

B. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah mengetahui pendekatan dalam menghadapi bencana.


II. ISI

A. Metode dan Kerangka Konseptual

Modal sosial terbagi menjadi beberapa bentuk, yaitu modal finansial, modal fisik,
modal manusia dan modal sosial. setiap bentuk modal tersebut memiliki
perbedaan dalam proses investasi untuk mendapatkan keuntungan ekonomi
(economic gain) dan manfaat sosial (social benefit). Munculnya konsep modal
sosial berasal dari adanya pemikiran bahwa masyarakat tidak dapat mengatasi
semua masalah secara individu, tetapi memerlukan kerjasama dan kebersamaan
dari setiap anggota masyarakat yang berkepentingan. Adanya hubungan dan
kerjasama dalam masyarakat dapat membantu memperbaiki kehidupannya. Relasi
sosial tersebut dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi dan manfaat sosial (Fathy, 2019).

B. Konsep Modal Sosial dalam Menghadapi Bencana

Bencana merupakan peristiwa yang menimbulkan ancaman bagi manusia,


lingkungan, struktur masyarakat, dan ekonomi. Dalam menghadapi bencana,
manusia (individu dan masyarakat) memiliki kerentanan dan ketahanan yang
berbeda-beda. Kerentanan tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi (karena
tidak memiliki kekayaan), tetapi juga terkait dengan faktor politik, sosial,
ekonomi, dan fisik. Masyarakat tangguh dapat mengatasi kerusakan akibat
terjadinya bencana alam, baik melalui mempertahankan struktur sosial pra-
bencana atau melakukan perubahan besar untuk bertahan hidup. Penanggulangan
bencana dengan konseptualisasi modal sosial ini berfokus pada hubungan sosial
yang mempengaruhi sumberdaya dan dukungan yang ditawarkan kepada korban
bencana atau organisasi pelayanan sosial darurat yang bekerjasama selama
bencana (Samuda, 2016).

Konsep modal sosial adalah esensi sosiologis daya hidup berkomunitas. Sebuah
solusi untuk tindakan mengatasi masalah bersama dan oportunisme dengan
mengandalkan pengembangan tindakan kolektif, sukarela, dan terhubung ke modal
sosial yang diwariskan dalam masyarakat. Modal sosial dengan mengacu kepada
norma-norma informal yang mendukung kerjasama antara individu dan kapabilitas
yang muncul dari prevalensi kepercayaan dalam suatu masyarakat atau di dalam
bagian-bagian tertentu dari masyarakat (Samuda, 2016).

C. Metode Pendekatan Sosial dalam Menghadapi Bencana

Masyarakat Maluku Utara sebagai entitas dan identitas budaya mempunyai tradisi
yang berasal dari budaya leluhur dan tetap berlangsung sampai saat ini. Salah satu
tradisi di Maluku Utara yang tetap dilaksanakan saat ini adalah Bari fola untuk
suku Tidore. Bari fola dijadikan sebagai aksi sosial memperbaiki rumah tinggal
masyarakat yang kurang mampu. Dalam perspektif modal sosial, Bari fola
dipandang sebagai agregasi hubungan sosial, sumber daya, dan kepemilikan yang
dibingkai dalam tradisi. Tradisi Bari di masa lampau dilakukan untuk sesama
dengan maksud untuk meringankan pekerjaan, di antaranya membantu sesama
warga masyarakat membangun rumah, membuka lahan untuk pembuatan kebun
atau ladang, bahkan menjadi kekuatan pembangunan dalam mengadakan sarana
dan prasarana umum, seperti sekolah, rumah ibadah, pasar tradisional, jalan,
jembatan, sarana perekonomian, dan lainnya (Samuda, 2016).

Modal sosial pada seorang anggota masyarakat menggambarkan jaringan sosial


pribadi keluarga, teman, tetangga, kenalan, dan organisasi yang dianggap mampu
memberikan bantuan untuk kegiatan terkait dengan bencana. Proses ini
berpengaruh terhadap ketahanan individu, berdasarkan pada sumberdaya yang
dimiliki individu dan apa yang mereka terima dari jaringan sosial itu. Dalam
menghadapi bencana alam, kesenjangan dalam kepemilikan sumberdaya akan
mempengaruhi aksesibilitas terhadap modal sosial. Dapat diartikan bahwa
masyarakat dengan modal sosial yang kurang akan mengalami kesulitan dalam
penyediaan sumberdaya yang diperlukan sehingga mengurangi ketahanan
seseorang dalam menghadapi sebuah bencana (Samuda, 2016).

Bari fola dianggap sebagai sumber yang timbul dari adanya interaksi antara orang-
orang dalam suatu komunitas (masyarakat). Sebuah interaksi dapat terjadi dalam
skala individual maupun institusional. Secara individual, interaksi terjadi ketika
relasi antara individu terbentuk satu sama lain yang kemudian melahirkan ikatan
emosional. Secara institusional, interaksi dapat lahir pada saat visi dan tujuan satu
organisasi memiliki kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi lainnya serta
dapat dikatakan juga akan memunculkan nilai-nilai dan norma-norma bersama.
Bersandar pada norma-norma dan nilai-nilai bersama, asosiasi antarmanusia
menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomi yang
besar dan terukur (Fukuyama, 1995).

Rasa kebersamaan, kesetiakawanan, dan rasa tanggungjawab akan kemajuan


bersama dihasilkan oleh Bari fola. Kebersamaan, solidaritas, toleransi, semangat
bekerjasama, kemampuan berempati merupakan modal sosial yang melekat dalam
kehidupan bermasyarakat. Tanpa adanya modal sosial, masyarakat sangat rentan
saat menghadapi bencana alam. Bari fola sebagai modal sosial dan sebagai
instrumen masyarakat tangguh bencana berperan penting bagi seorang anggota dan
kelompok masyarakat karena dapat menjadi media pembagian sumberdaya dalam
komunitas; mengembangkan solidaritas; memungkinkan mobilisasi sumberdaya
komunitas; memungkinkan pencapaian bersama; dan membentuk perilaku
kebersamaan. Masyarakat sangat rentan saat dilanda bencana tanpa adanya modal
sosial (Samuda, 2016).
III. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah pendekatan modal sosial dalam
menghadapi bencana dapat dilakukan dengan pendekatan aksesibilitas, karena
kesenjangan dalam kepemilikan sumberdaya akan mempengaruhi aksesibilitas
terhadap modal sosial. Bari fola sebagai modal sosial dan sebagai instrumen
masyarakat tangguh bencana berperan penting bagi seorang anggota dan kelompok
masyarakat karena dapat menjadi media pembagian sumberdaya dalam komunitas;
mengembangkan solidaritas; memungkinkan mobilisasi sumberdaya komunitas;
memungkinkan pencapaian bersama; dan membentuk perilaku kebersamaan.
Masyarakat sangat rentan saat dilanda bencana tanpa adanya modal sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Fathy, R. 2019. Modal Sosial: Konsep, Inklusivitas dan Pemberdayaan Masyarakat.


Jurnal Pemikiran Sosiologi.6 (1) : 1 – 17.

Fukuyama, F. 1995. Trust: The Social Capital and the Creation of Prosperity. Free
Press. New York.

Haridison, A. 2013. Modal Sosial dalam Pembangunan. UPR. Palangkaraya. JISPAR.


4 : 31 – 40.

Samuda, S. 2016. Bari Fola sebagai Modal Sosial dan Instrumentasi Masyarakat
Tangguh Bencana. UMMU. Maluku Utara. Jurnal Penelitian Humaniora. 21
(2) : 109 – 118.

Anda mungkin juga menyukai