Anda di halaman 1dari 11

Teknologi Bahan Alam

PERANCANGAN TEKNOLOGI
DALAM MEMPRODUKSI
PRODUK BAHAN ALAM
PEMBUATAN SERBUK DARI
EKSTRAK
Disusun Oleh :
ANNISA SALSABILLA (A 181 052)
AYUMI MARANATAH (A 181 054)
FIRMAN MAHESA ( A 181 062)
MARGARETH CRISTIANY ( A 181 069)
MUHAMMAD RAMDANI ( A 181 075)
TIRTA SUCI ( A 181 094)

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


BANDUNG
2021
TEORI SINGKAT
Spray dryer mempunyai prinsip kerja
METODE dengan menyemprotkan cairan melalui
PENGERINGAN atomiser. Cairan tersebut akan
dilewatkan ke dalam aliran gas panas
1. Spray drying
dalam sebuah tabung. Akibatnya, air
Spray dryer banyak digunakan
dalam tetesan bisa menguap dengan
dalam industri makanan,
sangat cepat dan yang tertinggal
farmasi, biokimia, plastik, resin,
hanyalah serbuk atau bubuk yang kering
material keramik, detergen,
dengan ukuran homogen, kadar air
pestisida, pupuk, bahan kimia
sangat rendah, kualitas gizi sangat
organik dan anorganik, skim
terjaga. Langkah selanjutnya adalah
powder, susu, makanan bayi,
memisahkan serbuk dari sejumlah udara
kopi instan, teh, buahbuah
yang mengangkutnya. Pemisahan ini
kering, jus, enzim, dan vitamin.
dilakukan oleh separator atau kolektor
Umumnya spray dryer dipakai
serbuk. Hasil produk spray dryer
pada saat proses akhir karena
tergantung dengan kekentalan larutan
alat ini digunakan untuk
atau bahan, jenis bahan suhu masukan
mengontrol kualitas akhir
hingga kecepatan aliran larutan.
produk
Semuanya telah dioptimasi sehingga
Teknologi ini memanfaatkan
menghasilkan produk yang berkualitas
kemampuan semprot alat
tinggi.
tersebut untuk mengubah
Keuntungan spray dryer antara lain
bahan dasar
waktu pengeringan sangat pendek
yang berupa cairan menjadi
(evaporasi/penguapan air dalam jumlah
serbuk kering. Alat untuk
besar dalam waktu pendek [dalam
melakukan
satuan detik] karena luasnya permukaan
spray drying dinamakan spray
penguapan).Dioperasikan secara
dryer.
sinambung dengan produktivitas tinggi
Suhu partikel tetap rendah karena
cepatnya penguapan.
TEORI SINGKAT
Keuntungan pengeringan menggunakan
METODE metode foam-mat drying adalah dengan
terbentuknya busa maka penyerapan air
PENGERINGAN
lebih mudah dalam proses pengocokan
2. Foam-Mat Drying dan pencampuran sebelum dikeringkan,
Foam-mat drying adalah teknik suhu pengeringan tidak terlalu tinggi
pengeringan bahan berbentuk yaitu berkisar antara 50 sampai 80 ℃ .
cair dan peka terhadap panas Hasil produk mempunyai kepadatan
melalui teknik pembusaan yang rendah dan kadar air berkisar
dengan menambahkan zat antara 2 - 4 % dengan kualitas warna
pembuih. Pengeringan dengan dan rasa cukup bagus karena
bentuk busa (foam), dapat dipengaruhi suhu penguapan yang tidak
mempercepat proses penguapan terlalu tinggi sehingga warna produk
air, dan dilakukan pada suhu tidak rusak, zat aroma dan rasa tidak
rendah, sehingga tidak merusak banyak yang hilang, produk yang
jaringan sel, dengan demikian dihasilkan juga lebih stabil selama
nilai gizi dapat dipertahankan. proses penyimpanan sehingga umur
Metode foam-mat drying produk akan lebih tahan lama.
mampu memperluas area Pengeringan dengan metode foam-mat
interface, sehingga mengurangi drying memberikan produk makanan
waktu pengeringan dan yang mempunyai ciri khas, yaitu
mempercepat proses penguapan memiliki struktur remah, mudah
Parameter FOAM MAT drying menyerap air dan mudah larut dalam air.
·komposisi dari cairan
·metode pembusaan yang
digunakan
·temperatur
·lama pembuihan
Mekanisme pada alat Foam-Mat Drying
Bahan-bahan yang sudah dicuci dan dibersihkan dilakukan proses
pasteurisasi dengan suhu yang sesuai dengan bahan awalnya dengan waktu
tertentu , pasteurisasi biasanya membutuhkan waktu selama 3 menit
dengan suhu 62-80 derajat selsius. Lalu ditambahkan foaming agent,
seperti maltodekstrin. Penambahan maltodekstrin juga dapat berfungsi
membentuk lapisan tipis yang dapat meningkatkan laju proses pengeringan.
Keberadaan lapisan tipis diantara material yang dikeringkan juga dapat
meminimalkan terjadinya proses degradasi termal komponen aktif didalam
bahan. Maltodekstrin juga dinyatakan berperan sebagai filler atau bahan
pengisi dan berperan dalam meningkatkan volume dari material yang
dikeringkanSetelah itu, dilakukan proses pengeringan dalam kondisi
lunak.Lalu dilakukan pengeringan secara langsung(konveksi) menjadi
serbuk. Serbuk halus yang sudahkering akan berjatuhan. Lalu masuk ke
dalam proses pengepakan dan penyimpanan
TEORI SINGKAT
Persyaratan
SERBUK a. Organoleptik
Pengamatan dilakukan terhadap bentuk,
serbuk adalah campuran kering
rasa, bau dan warna.
bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk
b. Kadar air
pemakaian oral maupun topikal.
Sediaan padat obat dalam mempunyai
Serbuk Simplisia adalah sediaan
≤ 10%, kecuali untuk
kadar air
Efervesen ≤ 5%.
Obat Tradisional berupa butiran
homogen dengan derajat halus
yang sesuai, terbuat dari
c. Keseragaman bobot
simplisia atau campuran dengan
Serbuk Instan dan serbuk Efervesen
Ekstrak yang cara
Dari 20 kemasan primer tidak lebih dari
penggunaannya diseduh dengan
2 kemasan yang masing-masing bobot
air panas.
isinya menyimpang dari bobot isi rata-
Serbuk Instan adalah sediaan
rata lebih besar dari harga yang
Obat Tradisional berupa butiran
ditetapkan dalam kolom A dan tidak satu
homogen dengan derajat halus
kemasanpun yang bobot isinya
yang sesuai, terbuat dari
menyimpang dari bobot isi rata-rata
ekstrak yang cara
lebih besar dari harga yang ditetapkan
penggunaannya diseduh dengan
dalam kolom B, yang tertera pada daftar
air panas atau dilarutkan dalam
berikut:
air dingin.
Serbuk efervesen adalah
sediaan oral yang mempunyai
kemampuan untuk
menghasilkan gas
karbondioksida yang
memberikan rasa segar dan
meningkatkan pelarutan
FORMULASI SEDIAAN SERBUK EFERVESEN DARI EKSTRAK
ETANOL ANGKAK (MONASCUS PURPUREUS) DENGAN METODE
FOAM-MAT DRYING
PENDAHULUAN METODE PENELITIAN
Angkak berasal dari beras Alat
merah yang dipermentasi secara Alat-alat yang digunakan antara lain
khusus dengan menggunakan mortar dan stemper, alat – alat gelas
kapang Monascus purpureus, praktikum lainnya, oven, maserator,
dan menghasilkan beras dengan loyang, neraca analitk, mesh no.16, pH
warna merah yang merupakan meter, moisture analyze, dan tap density
warna pigmen dari kapang tester.
tersebut. Warna merah yang
terdapat pada lapisan pericarp Bahan
hingga lapisan luar endosperm Ekstrak etanol angkak, asam sitrat,
beras merah diakibatkan karena natrium bikarbonat, aspartam, laktosa,
adanya kandungan antosianin perisa strawberry, aquadest, Tween 80,
suatu pigmen. Angkak sendiri kloroform, pereaksi dragendrof, FeCl3,
mengandung penghambat enzim serbuk Mg, amil alkohol , asam asetat ,
HMG CoA reduktase dan NaOH 2N.
komponen - komponen protein,
asam amino, sakarida, beta Pembuatan Ekstrak
sitosterol, campesterol, Pengumpulan bahan dimulai dari angkak
stigmasterol, isoflavon, saponin yang sudah tersedia dipasaran. Angkak
serta berbagai trace element dicuci bersih dan dikeringkan dibawah
yang mempunyai peran dalam sinar matahari tak langsung. Selanjutnya
penanggulangan demam dilakukan penggilingan dengan blender
berdarah. hingga menjadi serbuk. Serbuk angkak
diekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 70%
selama 3x24 jam.
Pengujian Parameter Angkak
Pengujian yang dilaukan meliputi kadar air metode azeotrope dan kadar abu
total.

Penapisan fitokimia
Dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder dari angkak. Pengujian yang
dilakukan yaitu alkaloid, flavonoid dan tannin.

Proses Foam-mat drying


Ekstrak cair ditambahkan dekstrin dan Tween 80. Campur dan kocok dengan
mixer sampai menjadi busa. Masukkan busa cairan ke dalam loyang yang
telah dilapisi aluminium foil. Masukkan loyang ke dalam oven. Setelah busa
cairan kering, dalam loyang akan terbentuk lempengan yang merupakan
ekstrak kering. Lepaskan ekstrak kering dari aluminium foil yang berada di
dalam loyang. Lakukan penggilingan pada ekstrak kering. Ektrak kering yang
telah digiling, kemudian diayak. Hasil ayakan berupa serbuk ektrak kering
yang siap dikemas (Muliyanti, 2017).

Uji Aktivitas Antioksidan


Pengujian dilakukan pada serbuk foam-mat angkak dengan metode DPPH
untuk mengetahui seberapa kuat aktivitas antioksidan didalamnya.
Pembanding yang digunakan adalah asam askorbat. Diuji pada deret
konsentrasi pengenceran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ppm pada panjang gelombang
517 nm.

Formulasi Serbuk efervesen


Pembuatan Sediaan
Asam sitrat diserbukkan terlebih dahulu dengan cara digerus. Selanjutnya
diayak dengan pengayak no.16 dioven ±50oC selama 30 menit, lalu ditimbang
(campuran 1). Serbuk kering angkak disemprot dengan perisa strawberi
secukupnya aduk sampai homogen, dihaluskan dengan ayakan no.16,
kemudian simpan dalam wadah (campuran 2). Bahan lainnya yaitu: laktosa,
aspartam, dan natrium bikarbonat dicampur dan aduk sampai homogen.
Haluskan serbuk dengan pengayak no.16, kemudian masukkan dalam oven
±50°C selama 30 menit (campuran 3). Setelah campuran kering, kemudian
campuran 1, 2 dan 3 diaduk sampai homogen, diayak dengan ayakan No.16
sehingga menjadi serbuk efervesen (Syamsul dan Supomo, 2014).

Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan panca indera meliputi warna
secara kasat mata, rasa, bau atau aroma (Lestari & Susilawati, 2015).

Uji kecepatan alir


Ditimbang 30 gram granul dan masukkan ke dalam corong yang bagian
bawahnya ditutup. Pada saat yang bersamaan tutup dibuka dan stopwatch
dihidupkan. Dicatat waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir
seluruhnya dari corong dan dihitung kecepatan alirnya

Uji pH Larutan
Ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan
harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH
sediaan. Makanan yang mempunyai pH rendah biasanya tidak akan
ditumbuhi bakteri, tetapi tekstur menjadi rusak karena pertumbuhan khamir
dan kapang (Syamsul dan Supomo, 2014).

Uji Waktu Larut Sediaan


serbuk dimasukan kedalam air secukupnya. Dilihat dari mulai masuknya
serbuk efervesen sampai reaksi habis dimana gelembung busa CO2 telah
berhenti. Waktu larut dengan konsentrasi sumber asam tunggal yaitu asam
sitrat yang berbeda, mempunyai waktu larut yang berbeda pula (Lestari et al.,
2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Abu
Diperoleh kadar abu sebesar 0,24%. Pengujian kadar abu total untuk angkak
kurang dari 1-2% sehingga memenuhi persyaratan terkait cemaran internal
maupun eksternal.

Kadar Air
Diperoleh kadar air rata-rata pada serbuk angkak yaitu 19%. Kadar air pada
serbuk angkak lebih dari 10%, maka tidak memenuhi persayaratan dengan
baik terkait kandungan air didalamnya yang dapat mempengaruhi keawetan
bahan.

Pemeriksaan Organoleptik
Warna merah muda dihasilkan dari serbuk kering angkak hasil pengeringan
foam-mat yang berwarna merah tua, dan ada penambahan perisa stroberi
beberapa tetes sehingga warna sediaan dalam setiap formula menjadi merah
muda dan berbau khas stroberi. Untuk rasa sedikit asam karena
ditambahkannya asam sitrat pada formula serbuk.

Uji Kecepatan Alir


Dilihat dari hasil pengamatan, ketiga formula tersebut memiliki kecepatan
alir yang baik yaitu 7,52 g/detik, 8,33g/detik 8,33 g/detik dan memenuhi
persyaratan mutu karena kecepatan alir yang baik antara 4-10 g/ detik (AI,
2016).

Uji pH
Pengukuran dilakukan menggunakan pH meter slim 4,0 - 11,0. Dari formula 1
ke fomula 3 pH menurun, nilai pH berturut-turut adalah 8 ; 7,7 ; 7.

Uji Waktu Larut


Dari hasil pengamatan yang dilakukan, ketiga formula ini memenuhi
persyaratan mutu waktu larut serbuk efervesen yang hasilnya 1,55 menit,
1,46 menit dan 1,29 menit karena pada persyaratan mutu waktu yang
dibutuhkan untuk melarut sempurna ditandai dengan hilangnya busa yaitu
tidak lebih dari 2 menit (Lestari et al., 2014).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengeringan dengan metode foam-mat drying dari ekstrak etanol angkak
menghasilkan serbuk kering yang memenuhi standar persyaratan menurut
BPOM HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 dari segi organoleptik.
2. Hasil evaluasi dari ketiga formula, dilihat dari organoletik, kecepatan alir,
kelembaban, kompresibilitas, pH larutan, dan waktu larut formula yang
paling baik yaitu formula 1 dengan konsentrasi asam sitrat 20%.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2014. Persyaratan Mutu Obat Tradisional.Jakarta: PT. ISFI. Penerbitan
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia.
Edisi IV.606. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Nurul Asiah, Rangkum Sembodo,dan Aji. 2012. Aplikasi Metode Foam-Mat
Drying Pada Proses Pengeringan Spirulina . Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri 1(1) 461-467.

Anda mungkin juga menyukai