Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopling sebagai elemen mesin yang saat ini banyak digunakan pada mesin –
mesin industri, kendaraan bermotor, dan lain - lain. Dengan berjalannya waktu dan
penggunaan kopling yang terus menerus maka komponen – komponen kopling akan
pasti mengalami hal – hal seperti plat cepat aus, usia kopling tidak tahan lama, biaya
perawatan yang mahal, dan lain - lain. Dengan adanya hal - hal tersebut maka perlu
adanya perancanaan kopling yang tepat dan teliti.
Kopling yang akan di bahas pada tugas elemen mesin ini adalah kopling
mobil truk Mitsubishi coltdiesel roda enam dengan daya 110 ps atau dangan 2900
putaran, dengan spesifiksi sbb :Model engine (4D34-2AT5), type (direc injection,
water cooling with turbo intercooler), configuration (4 cylinder in line), max output
(110Ps/2900 rpm), transmisi (M025S5), Cluth (single dry cluth : C3W28D).
sistem kopling yang akan kita bicarakan disini adalah sistem kopling manual
yang selanjutnya kita sebut dengan kopling saja.
komponen penting pendukung kopling, secara urut : Fly wheel atau roda gila,
Clutch disc atau plat kopling, Clutch cover atau dekrup dan Clutch release bearing
atau Drek lahar.
Susunanya di dalam mobil adalah : Kopling atau Clutch yaitu peralatan
transmisi yang menghubungkan poros engkol dengna poros roda gigi transmisi.
Fungsi kopling adalah untuk memindahkan tenaga mesin ke transmisi, kemudian
transmisi mengubah tingkat kecepatan sesuai dengan yang diinginkan.
Cara Kerja : Fly wheel atau roda gila meneruskan sekaligus menyimpan
energi dari Crank Saft (kruk as) mesin saat mesin hidup (berputar), Plat kopling
menjadi satu-satunya perantara tenaga mesin dengan Porseneling kita yang akhirnya
tenaga ini akan diteruskan ke Roda. Sedangkan Dekrup bekerja sebagai pengatur
kapan tenaga mesin di teruskan dan kapan tenaga mesin tidak diteruskan, hal ini
dilakukan oleh kaki kita saat menginjak atau melepas Sistem Kopling
Kopling (clutch) terletak di antara motor dan transmisi, dan berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan putaran motor ke transmisi. Syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh kopling adalah : Harus dapat menghubungan putaran motor ke
transmisi dengan lembut.

1.2 Tujuan
1.1.1Tujuan Umum
1. Untuk mempermudah pemindahan transmisi
2. Untuk meredam momen yang timbul pada saat kendaraan berjalan
3. Untuk menyatukan dua bagian yang dapat berputar

1.1.2.Tujuan Khusus
1.Untuk dapat menghitung tegangan yang terjadi pada kopling
2.Untuk dapat menghitung perbandingan putaran pada sistem kopling
3.Untuk dapat memilih / mengetahui bahan – bahan dan jenis bahan dalam
perencanaa kopling

1.3 Batasan Masalah


Kopling merupakan suatu sistem yang sangat luas, oleh sebab itu penulis akan
membatasi permasalahan yang akan dibahas pada mobil untuk kendaraan type
MITSUBISHI COLT DIESEL dengan daya dan putaran:

1. Daya (P) = 110 PS


2. Putaran (n) = 2900 rpm.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan perancangan tugas elemen mesin ini
adalah:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang latar belakang perencanaan, tujuan perencanaan,
batasan masalah, sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan macam – macam kopling, kegunaan, cara kerja,
komponen komponen pada kopling, gambar.
Bab III : Analisa Perencanaan Kopling
Bab ini menguraikan perhitungan yang berkaitan dengan kopling seperti
daya, plat yang digunakan, poros, pegas, dan paku keling.
Bab IV : Kesimpulan dan saran
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran – saran dari keseluruhan
tugas elemen mesin ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kopling

Kopling adalah suatu mekanisme yang dirancang mampu menghubungkan


dan melepas/memutuskan perpindahan tenaga dari suatu benda yang berputar
kebenda lainnya.

Pada bidang otomotif ,kopling digunakan untuk memindahkan tenaga motor


keunit transmisi.dengan menggunakan kopling, pemindahan gigi-gigi trasmisi dapat
dilakukan, kopling juga memungkinkan motor juga dapat berputar walaupun
transmisi tidak dalam posisi netral.[1]

2.2 Penggunaan Kopling

Secara garis besar penggunaan kopling antara lain sebagai berikut :


a. Untuk menjamin mekanisme dan karakteristik getaran yang terjadi akibat
bagian – bagian mesin berputar.
b. Untuk menjamin hubungan antara poros yang digerakkan yang dibuat
secara terpisah.
c. Untuk mengurangi beban lanjut atau hentakan pada saat melakukan
transmisi dari poros penggerak ke poros yang akan digerakkan.[1]

2.3 Klasifikasi Kopling

Ditinjau dari bentuk dan cara kerjanya, kopling dapat dibedakan atas tiga
yaitu :
1. Kopling Tetap
2. Kopling Fluida
3. Kopling tak Tetap

2.3.1 Kopling Tetap

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus dan
pemutus putaran dan daya, namun tidak dapat memutuskan hubungan kerja antara
poros penggerak dan poros yang digerakkan bila salah satu sedang bekerja, dan
sumbu kedua poros harus terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda
sumbunya. Kopling tetap terdiri dari : [1]
1. Kopling Kaku
2. Kopling Fleksibel
3. Kopling Elastis

2.3.1.1 Kopling Kaku

Kopling kaku digunakan apabila kedua poros harus dihubungkan dengan


sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrik –
pabrik.[1]
kopling ini terdiri dari beberapa macam antara lain :
a. Kopling Bus
b. Kopling Flens Kaku
c. Kopling Flens Tempa
d. Kopling Jepit
e. Kopling Bumbung Tekan Minyak
a. Kopling Bus
Kopling bus terdiri atas sebuah selongsong ( bus ) dan baut – baut yang
dibenamkan pada kedua poros. Dan sering juga dipakai berupa pasak yang
dibenamkan pada ujung – ujung poros.
Pada saat pemasangannya harus dijaga agar sumbu kedua porosnya berada
pada satu garis lurus. Kopling ini mempunyai kontruksi yang sangat sederhana dan
harganya murah. Kopling ini hanya digunakan untuk mentrasmisikan daya – daya
kecil.

Gambar 2.1 kopling bus (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

b. Kopling Flens Kaku


Kopling flens kaku terdiri dari atas naf dengan flens yang terbuat dari besi cor
atau baja cor dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat dengan
baut pada flensnya. Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun ketidaklurusan sumbu
kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan getaran transmisi. Pada saat
pemasangan sumbu kedua poros harus terlebih dahulu diusahakan segaris dengan
tepat sebelum baut – baut flens dikeraskan.
Gambar 2.2 kopling flens kaku (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

c. Kopling Flens Tempa


Pada kopling flens tempa masing – masing ujung poros terdapat flens yang
dilas atau ditempa dan kedua flens diikat dengan baut – baut. Pada kopling ini momen
dipindahkan melalui pergeseran baut atau pergesaran antara kedua flens.

Gambar 2.3 Kopling flens tempa (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

d. Kopling Bumbungan Tekan Minyak


Kopling bumbungan tekan minyak terdiri dari sebuah bumbungan yang
bagian dalamnya berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga berbentuk
tirus yang sama dengan bagian dalam silinder. Minyak atau gemuk dipres dengan
tekanan tinggi melalui tabung berulir ditengah – tengah bus ( bumbungan ) sehingga
batang tertekan. Sambungan jepit yang ditimbulkan dapat memindahkan momen –
momen putaran yang besar karena gesekan.
Silinder luar
Cincin - o
Silinder dalam

tempat memasukkan minyak

Gambar 2.4 Kopling bumbungan tekan minyak

Gambar2.4 kopling bubungan tekan minyak (Sumber; Ir. Hery Sonawan, MT.)
2.3.1.2 Kopling Luwes (Fleksibel)
Kopling luwes atau fleksibel ini digunakan apabila kedudukan yang baik
antara kedua ujung poros satu sama lain tidak dapat diharapkan sehingga kedua ujung
poros itu disambungkan sedemikian rupa sehingga dapat bergerak satu sama lain.
Dalam hal ini kita dapat mengenal tiga bentuk kefleksibelan yaitu dalam arah
aksial, radial, dan poros satu sama lain mengepit kedua sudut.
Kopling ini terdiri dari : kopling roda gigi, kopling universal.[2]

a. Kopling Roda Gigi


Kopling roda gigi kedua poros dilengkapi dengan naf bergigi, dimana sisi gigi
dan puncak gigi sedikit banyak berbentuk bulatan. Gigi ini merangkap didalam sistem
gigi dalam sebuah longsongan yang cocok dan menyambung kedua naf, lubang ulir
dalam naf berfungsi untuk melepas baut.
Kopling seperti pada gambar memperbolehkan kefleksibelan sedikit arah
aksial dan radial, disamping itu poros dapat membuat sudut kecil satu dengan yang
lain dan mampu memindahkan momen yang sangat besar.[2]

Gambar 2.5 kopling roda gigi (Sumber, Elemen mesin 1(edisi revisi) Ir. Hery
Sonawan, MT.)

b. Kopling Universal

Kopling universal dipakai untuk menyambung dua poros yang tidak terletak
dalam sebuah garis lurus atau yang garis sumbunya saling memotong [2]
Gambar 2.6 kopling universal (Sumber Elemen mesin 1(edisi revisi) Ir. Hery
Sonawan, MT.)

2.3.1.3 Kopling Elastis

Pada kopling ini elemennya terbuat dari karet buatan atau pegas baja yang
menyambung kedua bagian yang dipasang pada poros yang hendak disambung.
Dengan kopling elastis dicoba untuk diperoleh:
Dari kontruksinya kebanyakan kopling – kopling elastis juga fleksibel
sehingga pergeseran memanjang, melintang dan posisi serong poros – poros itu dalam
keadaan terbatas juga memungkinkan dan dapat juga memberikan putaran sudut kecil
antara sambungan ujung – ujung poros. Kerugian yang timbul adalah berupa panas,
sehingga sifat – sifatnya berubah atau elastisitasnya hilang.
Kopling ini terdiri dari kopling piringan karet, kopling piringan karet, kopling
cincin karet, kopling ban karet, kopling selongsong pena.[1]

a. Kopling Piring Karet


Pada kopling ini momen dipindahkan lewat sebuah elemen yang berbentuk
bintang dari karet. Kedua perubahan kopling adalah identik dan dilengkapi dengan
cakar yang sesuai dalam rumpangan dalam ban
Gambar 2.7 Kopling Piring Karet (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

b. Kopling Ban Karet


Kopling ini sebuah ban yang sangat elastis yang terdiri dari karet dengan
lapisan yang ditenun dan ditekan oleh dua buah cincin penekan pada flens kedua
paruhan kopling. Kopling ini dapat bekerja dengan baik meskipun sumbu kedua
poros yang dihubungkan tidak lurus dan dapat meredam tumbukan dan gesekan yang
terjadi pada transmisi. Di samping itu pemasangan dan penukaran ban karet dapat
dilakukan tampa banyak kesulitan, jika daya elastisnya telah berkurang dan hubungan
listrik antara kedua poros dapat dicegah.

Gambar 2.8 Kopling karet ban (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
c. Kopling Selongsong Pena
Kopling ini terdiri dari dua paruh yang identik dilengkapi dengan pena
penggerak dan lubang dalam jumlah yang sama. Dalam lubang ini dipasang pena
dengan selongsong untuk paruhan kopling yang lain. Keuntungan kopling ini yaitu
aman tembusan aliran, artinya bahwa tidak memungkinkan aliran berjalan dari bagian
kopling yang satu ke bagian kopling yang lain.
Kopling ini juga memiliki keburukan yaitu tidak cocok dalam lingkungan
yang sangat panas. Prinsip kerja kopling ini yaitu mengambil daya elastis pada
perubahan bentuk elemen – elemen yang elastis dan peredam terjadi oleh gesekan
pada waktu terjadi perubahan bentuk.[1]

Gambar 2.9 kopling selongsong pena (karet bintang) (Sumber;Robert L.Moot)

2.3.2 Kopling Fluida.


Kopling fluida yaitu kopling yang meneruskan dan memutuskan daya melalui
fluida sebagai zat perantara dan diantara kedua poros tidak terdapat hubungan
mekanis. Kopling ini sangat cocok untuk memindahkan putaran tinggi dan daya yang
besar. Keuntungan kopling ini yaitu getaran dari sisi penggerak dan tumbukan dari
sisi beban tidak saling diteruskan demikian juga pada saat pembebanan lebih,
penggerak mulanya tidak akan terkena momen yang melebihi batas kemampuannya
sehingga umur mesin menjadi lebih panjang.[2]
Gambar 2.10 kopling fluida (Sumber; Elemen mesin 1(edisi revisi) Ir. Hery
Sonawan, MT.)

2.3.3 Kopling Tak Tetap


Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang dapat memutuskan dan
menghubungkan dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dengan putaran
yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan kedua hubungan poros
tersebut pada keadaan diam maupun berputar.
Sifat – sifat kopling ini adalah :
 Poros output relatif bergerak terhadap poros input
 Pemutusan hubungan dapat terjadi pada saat kedua poros berputar maupun
tidak berputar.
Klasifikasi kopling ini adalah sebagai berikut : kopling cakar, kopling plat,
kopling kerucut, kopling friwil.[3]

2.3.3.1 Kopling Cakar


Kopling ini digunakan untuk meneruskan momen yang kontak positif atau
tanpa ada gesekan sehingga tidak ada terjadi slip. Pada tiap bagian kopling
mempunyai cakar yang satu sama lain sesuai dan salah satu dari separuh itu harus
dapat disorongkan secara aksial.[3]
Gambar 2.11 kopling cakar spiral (sumbe: perancangan elemen mesin terpadu, [Robet
L. Mot]

2.3.3.2 Kopling Plat


Kopling plat adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut sehingga
terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya. Kontruksi kopling ini
cukup sederhana dan dapat dihubung dan lepaskan dalam keadaan berputar kopling
plat ini dapat dibagi atas kopling plat tunggal, dan kopling plat banyak.yatu
berdasarkan banyaknya plat gesek yang dipakai, kopling ini juga dibedakan atas
kopling kering dan kopling basah, serta atas dasar kerjanya yaitu : manual, hidrolik,
numatik, dan elektromagnetik.

Gambar 2.12 kopling plat (Sumber perancangan elemen mesin terpadu, [Robet L.
Mot]

2.3.3.3 Kopling Kerucut

Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana dan
mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat memindahkan
momen yang besar[4].
Gambar 2.13 kopling kerucut (sumber: perancangan elemen mesin terpadu, [Robet L.
Mot]

2.3.3.4 Kopling Friwel


Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila poros
penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros yang
digerakkan.[4]

Gambar 2.14 kopling friwel (Sumber; perancangan elemen mesin terpadu, [Robet L.
Mot]

2.4. komponen Utama Kopling [3]

2.4.1 Roda Penerus


Selain sebagai penstabil putaran motor,roda penerus juga berfungsi sebagai
dudukan hampir seluruh komponen kopling.
2.4.2 Pelat Kopling
Kopling berbentuk bulat dan tipis terbuat dari plat baja berkualitaas tinggi.
Kedua sisi plat kopling dilapisi dengan bahan yang memiliki koefesien gesek tinggi.
Bahan gesek ini disatukan dengan plat kopling dengan menggunakan keling (rivet)

2.4.3. Pelat Tekan


Pelat tekan kopling terbuat dari besi tuang.pelat tekan berbentuk bulat dan
diameternya hampir sama dengan diameter plat kopling. salah satu sisinya (sisi yang
berhubungan dengan plat kopling) dibuat halus, sisi ini akan menekan plat kopling
dan roda penerus, sisi lainnya mempunyai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan
penempatan komponen kopling lainnya.

2.4.4. Unit Plat Penekan


Sebagai satu kesatuan dengan plat penekan, pelat penekan dilengkapi dengan
sejumlah pegas spiral atau pegas diaphragma. tutup dan tuas penekan. Pegas
digunakan untuk memberikan tekanan terhadap pelat tekan, pelat kopling dan roda
penerus. jumlah pegas (kekuatan tekan) disesuikan dengan besar daya yang harus
dipindahkan

2.4.5. Mekanisme Penggerak


Komponen penting lainnya pada kopling ialah mekanisme pemutusan
hubungan (tuas tekan). mekanisme ini di lengkapi dengan bantalan bola, bantalan
bola diikat pada bantalan luncur yang akan bergerak maju/mundur pada sambungan.
Bantalan bola yang dilengkapi dengan permukaan tekan akan mendorong tuas tekan

2.4.6. Rumah Kopling


Rumah kopling terbuat dari besi tuang atau aluminium. rumah kopling
menutupi seluruh unit kopling dan mekanisme penggerak. rumah kopling umumnya
mempunyai daerah terbuka yang berfungsi sebagai saluran sirkulasi udara. [3]
2.5. Cara Kerja Kopling

Pada saat pedal kopling ditekan/diinjak, ujung tuas akan mendorong bantalan
luncur kebelakang. bantalan luncur akan menarik plat tekan melawan tekanan pegas
Pada saat pelat tekan bergerak mundur, pelat kopling terbebas dari roda
penerus dan perpindahan daya terputus. bila tekanan pedal kopling dilepas, pegas
kopling akan mendorong pelat tekan maju dan menjepit pelat kopling dengan roda
penerus dan terjadi perpindahan daya.
Pada saat pelat tekan bergerak kedepan,pelat kopling akan menarik bantalan
luncur, sehingga pedal kopling kembali ke posisi semula. selain secara mekanik,
sebagai mekanisme pelepas hubungan.
Sistem hidrolik dan hidrolik booster adalah sama. perbedaannya adalah pada
sistem hidrolik booster , digunakan booster untuk memperkecil daya tekan pada pedal
kopling. pemilihan sistem yang digunakan disesuikan dengan kebutuhan. Pada sistem
hidrolik, pada saat pedal kopling ditekan, maka batang penerus akan mendorong
piston pada master silinder kopling, fluidapada sistem akan meneruskan daya ini
keselinder pada unit kopling, dan piston silinder unit kopling akan mendorong tuas,
dan seperti pada sistem mekanik, pelat kopling terlepas, sehingga penerusan daya dari
motor ke transmisi terputus.[1]

2.6 Pegas
Pada umumnya pegas berfungsi untuk melunakkan gaya tumbukkan dengan
memanfaatkan sifat elastis, menyimpan energi, serta mengurangi getaran.
1). Jenis Pegas menurut beban yang dapat diterimanya: [1]
1. Pegas tekan atau kompresi.
2. Pegas tarik
3. Pegas puntir

2). Macam-macam pegas


a. Pegas tekan. e. Pegas daun
b. Pegas tarik f. Pegas piring
c. Pegas puntir g. Pegas cincin
d. Pegas volut h. Pegas batang puntir
.
3). Bahan Pegas
Pegas untuk pemakaian umum dengan diamater kawat 9,5 mm, biasanya
dibuat dari kawat tarik keras yang ditemper dengan minyak. Untuk diameter kawat
yang lebih besar dari 9,2 mm dibuat dari batang rol yang dibentuk panas
Data yang paling umum dipakai untuk pegas yang dibentuk panas adalah baja
pegas (SUP) karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi, maka perlu
diberi perlakuan panas setelah dibentuk. Baja tahan karat (SUS) dipakai untuk
keadaan lingkungan yang korosif, terdapat dalam ukuran diameter kecil. Inconel
dipakai untuk temperatur tinggi dan korosif.

2.7 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin menggunakan poros sebagai penerus tenaga dan putaran. Poros untuk
meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya:
a) Poros transmisi
b) Spindel
c) Gandar
Dalam merencanakan suatu poros harus diperhatikan hal-hal seperti:
1) kekuatan poros.
2) kekakuan poros.
3) putaran kritis poros dan ketahanan terhadap korosi.
Bahan poros yang digunakan untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang
ditarik dingin dan difinis, Baja karbon konstruksi mesin bahan S C yang dihasilkan
dari baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor. [1]

2.8 Paku Keling


Fungsi paku keling adalah untuk menyambung pelat dan batang profil, paku
keling dipasang yang dilantak. Dalam bangunan pesawat terbang dan pada umumnya
pada konstruksi logam ringan, banyak dipergunakan paku keling aluminium.
Ada beberapa sebab rusaknya sambungan paku keling itu antara lain:
a. Gerakan plat antara satu sama lain.
b. Patah plat antara lubang paku keling pada baris yang sama.
c. Dalam praktek terbukti bahwa dengan jarak (1,5-2) cukup aman. [1]
[1] Sularso ,1994, Dasar perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin , Jakarta, Pradnya

Paramitha

Diakses: sabtu, 03 desember 2016

[2[.Sonawan Hary. 2009, Perancangan Elemen Mesin (edisi revisi), Jakarta, Alfabeta

Diakses:sabtu, 03 Desember 2016

[3].L. Mot Robert, 2004. Elemen-Elemen Mesin dalam Perancangan Mekanis,

Yogyakarta, Andi

Diakses: kamis, 08 Desember 2016 (perpustakan Universitas Sumatera Utara)

[4]. Satria Dhimas, 2014, Elemen Mesin 1,

Diakses: Kamis, 08 Desember 2016 (perpustakan Universitas Sumatera Utara)

Anda mungkin juga menyukai