Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA PASIEN Ny. N DENGAN HIPERTENSI


DI RT.002/ RW.003 SERUA BOJONG SARI
KOTA DEPOK

Tugas Stase Keperawatan Gerontik

OLEH :

NAMA. MUHAZZAB

NIM. 201030200040

PEMBIMBING

Ns. Ni Bodro Ardi, S.kep., M.kep

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM PROFESI NERS

TAHUN 2020
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

A. Latar Belakang
Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60
tahun lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia
lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah
tersebut terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Data WHO
menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup orang didunia adalah 66 tahun, pada
tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun. Jumlah
proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada tahun
2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011 menjadi
7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total
populasi (WHO, 2015).

Fenomena terjadinya peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh perbaikan


status kesehatan akibat kemajuan teknologi dan penelitian-penelitian kedokteran,
perbaikan status gizi, peningkatan usia harapan hidup, pergesaran gaya hidup dan
peningkatan pendapatan perkapita. Hal tersebut menyebabkan terjadinya transisi
epidemiologi dari penyakit degeratif yang salah satunya adalah penyakit system
kardiovvaskular (Fatmah,2010).

Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana
pembuluh darah memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg yang menetap. Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk
melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke
seluruh tubuh. Semakin tinggi tekanan darah maka semakin keras jantung bekerja
(WHO, 2013).
Di Indonesia angka kejadian pada penderita hipertensi prevelensinya terus mengalami
peningkatan. Angka kejadian hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah
menunjukkan penurunan dari 31,7% tahun 2013 menjadi 25,8% tahun 2014
sedangkan angka untuk Provinsi Jawa barat 25,8% pada tahun 2013 dan mengalami
peningkatan menjadi 38,8% pada tahun 2014 (Riskesdes, 2013). Selain itu menurut
profil kesehatan Jawa barat pada tahun 2015 di Provinsi Jawa barat terdapat 275.000
jiwa menderita hipertensi (Wahyuni, 2015).

Menurut data dinas kesehatan kabupaten bogor, jumlah penderita darah tinggi pada
tahun 2013 sebanyak 16,890 orang (7,77%), pada tahun 2014 sebanyak 18,579 orang
(7,92%), dan pada tahun 2015 sebanyak 27,871 orang (11,47%), pesentase penderita
hipertensi berdasarkan data tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Penyakit hipertensi juga selalu menduduki ke-3 dari 10 besar penyakit yang tercatat
(Dinkes, 2015).

Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi Ny. N berusia 65 tahun, sering mengeluh
pusing dan sakit kepala, klien tahu bahwa dirinya mempunyai riwayat tekanan darah
tinggi jamun jarang mengontrol tekanan darahnya ke fasilitas kesehatan terdekat, bila
terasa pusing dan sakit kepala Ny. N hanya minum obat warung saja, klien juga
mengatakan sering mengkonsumsi ikan asin.

Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penderita hipertensi sangat buruk bagi


penderita itu sendiri. Pengetahuan saja belum menjamin terjadinya prilaku. Factor
yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang
tmempunyai hipertensi salah satunya adalah pengetahuan. Prilaku yang didasari
pengetahuan ( Notoatmojo, 2007).

Berdasarkan data diatas penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan keperawatan


gerontik dengan masalah hipertensi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan gerontik pada Ny.N dengan masalah kesehatan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan keluarga dengan penderita hipertensi
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Apa definisi Hipertensi
b. Apa klasipikasi Hipertensi
c. Apa etiologi Hipertensi
d. Apa manifestasi klinis Hipertensi
e. Apa komplikasi Hipertensi
f. Bagaimana pelaksanaan Hipertensi
g. Bagaimana pengobatan tradisional Hipertensi
h. Bagaimana pencegahan Hipertensi
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

I.KONSEP DASAR HIPERTENSI


A. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan siastolik 160 mmHg
dan tekanan diastolic 90 mmHg (Sheps, 2005).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan


tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian/mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg
didasarkan pada dua fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang di
pompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali
ke jantung (Endang, 2014).

Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi


dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang menetap. Tekanan darah adalah
kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut
dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Semakin tinggi tekanan darah maka
semakin keras jantung bekerja (WHO, 2013).
B. Kasifikasi Hipertensi
Klasifikasi dibedakan menjadi 2 berdasarkan jenis hipertensi dan bentuk,yaitu :
1. Berdasarkan jenis hipertensi, yaitu :
a. Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum di ketahui penyebabnya
dengan jelas. Berbagai bentuk faktor di duga sebagai penyebab hipertensi
primer, seperti bertambahnya umur, stress psikologis, dan faktor keturunan.
Sekitar 90% pasien hipertensi masuk dalam katagori ini (Prapti, 2009).
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui.
Kondisi ini biasanya muncul secara tiba-tiba. Beberapa kondisi pemicunya
antaralain gangguan fungsi ginjal, pemakian kontrasepsi oral, dan
terganggunya keseimbangan hormone yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah (Prapti, 2009).
2. Berdasarkan bentuk ada 2, yaitu :
a. Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan
sistolik mencapai 140mmHg ataulebih, tetapi tekanan diastolikkurang dari
90mmHg, jadi tekanan diastolik masih dalam kisaran normal
(Junaidi,2010).
b. Hipertensi malikna adalah hipertensi yang sangat parah karena takanan
darah berada diatas 210/210 mmHg sehingga bila tidak diobati akan
menimbulkan kematian dalam waktu 3 sampai 6 bulan (Juanidi, 2010).

klasifikasi Hipertensi

No Katagori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1. Normal Di bawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg

2. Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

3. Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg


(hipertensi ringan)

4. Stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg


(hipertensi sedang)

5. Stadium 3 180-209 mmHg 110-119 mmHg


(hipertensi berat)

6. Stadium 4 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih


(hipertensi maligna)

Sumber : (Endang, 2014)


C. Etiologi hipertensi
Hipertensi berdasarkan etiologinya dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer
(esensia) dan hipertensi sekunder.
1. Hipertensi primer
Sekitar 95 % pasien de dengan hipertensi merupakan hipertensi esensial
(primer). Penyebab hipertensi esensial ini masih belum diketahui, tetapi factor
genetic dan lingkungan diyakini memegang peran dalam menyebabkan
hipertensi esensial (Weber ddk., 2014).

Factor genetik dapat menyebabkan kenaikan aktivitas dari system renin-


angiotensin-aldosteron dan system saraf simpatik serta sensitivitas garam
terhadap tekanan darah. Selain factor genetic, factor lingkungan yang
mempengaruhi antara lain yaitu konsumsi garam, obesitas, gaya hidup yang
tidak sehat serta konsumsi alcohol dan merokok (Weber ddk,. 2014).

Penurunan ekskresi natrium keadaan tekanan arteri normal merupakan peristiwa


awwak dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi natrium dapat
menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi
ekspresi gen pada peningkatan tekanan darah meningkat. Factor lingkungan
dapat memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan,. Stress,
kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam
jumlah bersar dianggap sebagai factor eksogen dalam hipertensi (Robbins ddk,.
2007)
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder diderita sekitar 5% pasien hipertensi (Weber ddk,. 2014).
Hipertensi sekunder disebabkan oleh adanya penyakit komorbid atau
penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Obat-
obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi
atau memperbaiki hipertensi. Penghentian penggunaan obat tersebut atau
mengobati kondisi komorbid yang menyertainya merupakan tahap pertama
dalam penanganan hipertensi sekunder (Depkes RI, 2006).
D. Manifestasi klinis Hipertensi
Hipertensi, Banyak penderita hipertensi tidak mempunyai tanda-tanda yang
menunjukkan tekanan darah meninggi dan hanya akan terdeteksi pada saat
pemeriksaan fisik. Sakit kepala di tengkuk merupakan ciri yang sering terjadi
pada penderita hipertensi berat. Gejala lain, yaitu pusing palpitasi (berdebar-
debar), mudah lelah. Namun, gejala-gejala tersebut kadang tidak muncul pada
beberapa penderita, bahkan pada beberapa kasus penderita tekanan darah tinggi
biasanya tidak merasakan apa-apa. Peninggian tekanan darah kadang-kadang
merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baruakan muncul setelah
terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung (Ulfa, 2011).

E. Patofisiologi Hipertensi
Meningkatnya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu
jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Darah pada setiap denyut jantung di paksa untuk melalui pembuluh yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklirosis.

Dengan cara yang sama tekanan darah juaga meningkat pada saat terjadi
vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormone di dalam darah. Bertambahnya cairan
dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi
jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh.volume darah dalam tubuh meningkat sehingga
tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuain terhadap faktor-faktor tersebut dilaksankan oleh perubahan di dalam
fungsi ginjal dan system saraf atonom (bagian dari system saraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah
meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air yang akan
menyebabkan berkurangya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal
juga bisa meningkatkan tekanan drah dengan menghasilkan enzim yang disebut
rennin, yang memicu pembentukan hormone aldosteron. Ginjal merupakan organ
penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyakit dan
kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri
renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau
kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah. Dengan meningginya
tekanan darah menunjukkan tanda dan gelaja seperti sakit kepala, pusing, palpitasi
(berdebar-debar), mudah lelah bahkan pada beberapa kasus penderita tekanan
darah tinggi biasanya tidak merasakan apa-apa, bila demikian gejala baru akan
muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang untuk
sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight
(reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar) meningkatnya arteriola di daerah
tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih
banyak mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh melepaskan hormone epinefrin
(adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin) yang merangsang jantung dan
pembuluh darah. Faktor stress merupakan satu faktor pencetus terjadinya
peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormone epinefrin dan
norepinefrin (Endang, 2014).

F. Komplikasi Hipertensi
Jika hipertensi tidak dikendalikan akan dampak pada timbulnya komplikasi
penyakit lain. Komplikasi hipertensi pada organ lain dapat menyebabkan penyakit
lain dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, perdarahan selaput getah bening
(retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak dan kelumpuhan. Berikut
komplikasi penyakit hipertensi adalah :
1. Stroke
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak
(stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Biasanya kasus ini terjadinya
secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberpa menit (prapti,
2010).
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga
jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan
kerja keras jantung untuk memompa darah (Prapti, 2010).
3. Gagal ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan
akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun
hingga mengalami gagal ginjal. Ada 2 jenis kalainan ginjal akibat hipertensi,
yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna (Prapti, 2010).
4. Kerusakan Pada Mata
Tekanaan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah dan saraf pada mata (Prapti, 2010).
G. Penatalaksanaan Hipertensi
Tatalaksana Hipertensi ada 3 antara lain menurut (Endang, 2014) yaitu :
1. Penatalaksaan non farmakologi
Pengobatan secara nonfarmokologi atau lebih dikenal dengan pengobatan
tanpa obat-obatan, pada dasarnya merupakan tindakan yang bersifat pribadi
atau perseorangan. Artinya menimbulkan pengaruh berarti. Namun bagi
penderita lain itu cukup signifikasi dalam mengendalikan tekanan darah.
Seseorang yang terbukti menderita hipertensi sulit untuk sembuh, tetapi orang
tersebut dapat berusaha mengendalikan tekanan darahnya agar tidak terlalu
berdampak pada kesehatannya. Pada dasarnya pengobatan hipertensi tanpa
obat-obatan lebih menekankan pada perubahan pola makan dan gaya hidup.
Berikut pengobatan nonfarmakologi menurut (Endang, 2014) yaitu:
b. Mengurangi konsumsi garam
Garam dapur mengadung 40% natrium.oleh karena itu, tindakan
mengurangi garam juga merupakan usaha mencegah sedikit natrium yang
masuk kedalam tubuh. Mengurangi konsumsi garam pada awalnya
memang tarasa sulit. Keadaan ini terjadi karena individu terbiasa dengan
makanan berasa asin selama puluhan tahun. Tentu memerlukan usaha yang
keras untuk mengurangigaram. Namun, umumna hal tersebut hanya akan
berlangsung pada awalnya saja, setelah berlangsung selama satu bulan
penderita menjadi menyukai makanan itu terasa makanan itu tarasa asin.
Pada dasarnya untuk mengurangi konsumsi garam.
c. Mengendalikan berat badan
Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Misalnya mengurangi porsi makanan yang masuk kedalam tubuh atau
mengimbangi dengan melakukan banyak aktivitas, penurunan 1kg berat
badan dapat menyebabkan tekanan darah turun 1mmHg.
d. Mengendalikan minum (kopi dan alkohol).
Kopi tidak baik di konsumsi bagi individu dengan hipertensi karena,
senyawa kafein dalam kopi dapat memicu meningkatnya denyut jantung
yang berdampak pada peningkatan tekanan darah. Minuman beralkohol
dapat menyebabkan hipertensi karena, bila di konsumsi dalam jumlah yang
berlebihan akan meningkatkan tekanan darah. Pada dasarnya pada
penderita hipertensi perlu meninggalkan minuman beralkohol.
e. Membatasi konsumsi lemak
Konsumsi lemak berkaitan dengan kadar kolestrol dalam darah. Kadar
kolestrol yang tinggi dapat mengakibatkan penebalan pembuluh darah. Jika
endapan itu terjadi semakin banyak, dinding pembuluh darah makin kaku
atau berkurang kelenturanya. Kondisi ini dapat memperparah jantung
karena jantung bekerja semakin berat saat memompa darah sehingga
memperparah penderita hipertensi. Pada penderita hipertensi harus menjaga
kadar kolestrol normal dalam darah sekitar 200 mg-250 mg per 100 cc.
f. Berolah raga teratur
Seorang penderita hipertensi bukan dilarang untuk berolahraga,tetapi
dianjurkan olahraga secara teratur. Memang ada beberapa jenis olahraga
yang tidak dianjurkan, bahkan dilarang dilakukan oleh penderita hipertensi,
yaitu karena yoga dan olahraga sejenisnya. Bagi penderita hipertensi semua
olahgara baik dilakukan asal tidak menyebabkan kelelahan fisik dan selain
itu olahraga ringan yang dapat sedikit meningkatkan denyut jantung dan
mengeluarkan keringat. Beberapa olahraga yang dapat dipilih adalah gerak
jalan, senam, atau berenang.
g. Menghindari stress
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Carell Medical College menyatakan
bahwa seseorang yang mengalami takanan jiwa (stress) selama bertahun-
tahun ditempat kerja dapat mengalami resiko hipertensi sebanyak tiga kali
lebih besar. Sebaliknya orang-orang yang berpikiran positif dan optimis
mempunyai peluang lebih kecil terkena hipertensi.
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan takanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
bertambah kuat. Pengobatan standar yang diajukan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint Commite On Detection, Evaluation and Treatment Of High
Blood Preasure, USA, 2010) menyimpulkan bahawa obat diuretik, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat di gunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita (Padila, 2013).Terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian obat-
obatan seperti berikut (Endang, 2014) :
a. Golongan Diuretik
Biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi.
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi
volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik
juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilanya
kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau
obat penahan kalium. Diuretik sangat efektif pada orang kulit hitam, lanjut
usia, kegemukan, penderita gagal ginjal jantung atau penyakit ginjal menahun.
b. Penghambat Adrenergik
Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta bloker labetol,
yang menghambatefek sistem saraf simpatis. System saraf simpatis adalah
sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress,
dengan cara meningkatkan tekanan darah. Yang palinh sering digunakan
adalah beta-bloker yang efektif diberikan pada penderita usia muda, penderita
yang mengalami serangan jantung
c. ACE-inhibitor
Obat ini efektif diberikan kepada orang kulit putih, usia muda, penderita gagal
jantung. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
d. Angiotensin-II-bloker
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang
26mirip dengan ACE-inhibitor.
e. Antagonis kalsium
Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-
benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada orang kulit hitam, lanjut usia,
nyeri dada, sakit kepala (migren).

2. Alternatif /Herbal
National center for complementary and alternative medicine of thenational
institute of health telah mengklasifikasikan berbagai macam terapi dan sistem
perawatan menjadi 5 kategori. Salah satu kategorinya adalah biological base
therapies (BBT). BBTmerupakan sebuah jenis terapi komplementer yang
menggunakan bahan alam dan termasuk kedalam BBT adalah herbal. Beragam
terapi herbal yang telah terbukti secara ilmiah dapat menurunkan tekanan darah
(Ulfah, 2012).

Namun masih sangat terbatas masyarakat mengetahuinya antara lain :

a. Rosella
Kelopak bunga rosella kering dan air panas dapat menurunkan tekanan darah.
Cara membuatnya adalah cuci sampai bersih bunga rosella, lalu seduh dengan
air panas, jangan ditambahkan gula. Minum ramuan sehari dua kali
secararutin selama satu bulan. Resep berikutnya menggunakan ciplukan
kering 5g dan air bersih 110 ml. cara membuatnya dengan mencuci ciplukan,
lalu rebus dengan 110ml air bersih selama seperempat jam sambil sesekali
diaduk, angkat lalu saring dan dinginkan. Minum ramuan sehari dua kali,
setiap minum sebanyak 100ml. jangan gunakan ramuan ini lebih dari 24jam.
b. Daun salam
Tumbuhan ini mengandung minyak asiri khususnya sitral dan eugenol, juga
mengandung tanin dan flavonoid. Jenis tanaman ini tumbuh liar dihutan,
kebun atau pekarangan diatas daratan rendah sampai pegunungan tinggi.
Untuk mengobati hipertensi diperlukan 20 lembar daun salam yang masih
segar, lalu cuci dengan bersih dan rebus dengan tiga gelas air hingga menjadi
satu gelas. Selanjutnya disaring dan airnya diminum, sehari minum dua kali
sebelum makan (Ulfah, 2012).
c. Bawang putih
Bawang putih 2 butir dikupas kulitnya, air matang hangat 1 gelas, cara
membuatnya adalah kunyah bawang butih lalu telan, lalu minumlah air
matang hangat. Lakukan 3 x 1 hari.
d. Mengkudu
Siapkah 2 buah mengduku yang sudah masak. Cara membuatnya adalah cuci
sampai bersih buah mengkudu, lalu parut, peras, saring untuk diambil airnya.
Minum ramuan sehari dua sampai tiga kali.
e. Daun seledri
Obat herbal ini dapat menurunkan hipertensi cara membuatnya adalah ambil
daun seledri, lalu cuci sampai bersih, tambahkan air bersih secukupnya.
Setelah itu remas -remaslah dengan tangan, kemudian diperas dan saring
untuk diambil airnya. Minum ramuan secara rutin sehari tiga kali sebanyak
dua sendok makan.
f. Buah timun
Ambil 2 buah timun segar cara membuatnya cuci sampai bersih buah timun,
lalu parut, peras dan saring untuk diambil airnya. Minum ramuan sehari dua
sampai tiga kali. Ramuan ini diminum sekali habis.
II. KONSEP DASAR GERONTIK
A. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade usia lanjut
merupakan tahapan perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap
individu yang mencapai usia lanjut dan meruapakan kenyataan yang tidak
dapt dihindari (Notoatmodjo,2007).

Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologis. Sebagai suatu fakta
sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai
status dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat
berarti semakin melemahnya manusia secara fisik dan kesehatan
(Prayitno,2000) Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang
kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang
karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial.
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan
(Khoiriyah,2011).

B. Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008), Lima klasifikasi pada lansia antar lain :
1. Pra Lansia Seseorang yang berusia 45-59 tahun.
2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia Potensial lansia yang masih masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa.
5. Lansia tidak potensial Lasia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2002),
Lanjut usia meliputi :
1. Usia Petrengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun.
2. Usia Lanjut (eldery) antara 60-74 tahun.
3. Usia lanjut tua (Old) antara 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

C. Tipe Lansia
Menury Maryam (2008), beberapa tipe lanisa bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan
ekomoninya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan
jaman, mempunyai kesibukan, bersikap raman, rendah hati, sederhana,
dermawan, memnuhi undangan, dan menjadi pantauan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegitan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam
mencari pekejaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mundah tersingung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesel,
pasif dan acuh tidak acuh.
D. Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkebangan khusus.
Menurut Potter dan Perry (2005), tujuan kategori utama tugas
perkembangan lansia meliputi :
1. Menyesuaikan terhadap kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan Lansia harus
menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan system
tubuhfisik seiring terjadinya penuaan system tubuh, perubahan
penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi ini
adalah normal.
2. Menyesuaikan terhadap masa penseiun dan penurunan pendapatan
Lansia umunya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karna itu
mungkin perlu untuk menyesuaikan dan membuat perubahan karena
hilangnya peran kerja.
3. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang
anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang
menguntungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkan yang berarti
bagi dirinya.
4. Menerima diri sendiri sebagai individu lanisa
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri
selama penuaan. Mereka dapat memperhatikan ketidakmampuannya
sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya
untuk tidak memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan
dalam tugas yang menetapkan keamanan mereka pada resiko yang besar.
5. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik
dapat mengharuskan pindah kerumah yang lebih kecil dan untuk seorang
diri.
6. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak dewasa
Lansia sering memperlukan penetapkan hubungan kembali dengan anak-
anaknya yang telah dewasa.
7. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif
secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relative mudah untuk
bertemu orang baru dan dapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang
introvert dengan sosialisasi terbatas mungkin menemui kesulitas bertemu
orang yang baru selama pension.

E. Masalah fisik pada lansia


Menurut Azizah (2011), Masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia
adalah:
1. mudah jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk dilantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
2. Mudah lelah disebabkan oleh : factor psikologis (perasaan bosan,
keletihan atau perasaan depresi), Gangguan organis, penggunaan obat-
obatan.
3. Berat badan menurun disebabkan oleh : pada umumnya nafsu makan
menurun karena kurang gairah hidup atau kelesuan, adanya penyakit
kronis, gangguan pada saluran pencernaan sehingga menyerap makanan
terganggu, factor-faktor sosioekonomi (pension).
4. Sukar menahan bauang air besar disebabkan oleh : obat-obatan pencahar
perut, keadaan diare, kelainan pada usus besar, kelainan pada ujung
saluran pencernaan (pada rectum usus).
5. Gangguan pada ketajaman penglihatan disebabkan oleh : prebiop,
kelainan lensa mata (katarak), tekanan dalam mata yang meninggi
(glukoma).
F. Penyakit yang sering dijumpai
Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat
erat hubungan dengan proses menuanya yakin :
1. Gangguan sirkulasi darah seperti : hipertensi, kelainan pembulu darah,
gangguan pembulu darah diotak (coroner) dan ginjal.
2. Gangguan metabolisme hormonal, seperti : diabetes militus,
klimakterium, dan ketidak seimbangan tiroid.
3. Gangguan pada persendiaan, seperti : osteoatritis, gout arthritis, atau
penyakit kologen lainnya, dan berbagai macam neoplasma.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA PASIEN Ny. N DENGAN HIPERTENSI
DI RT.002/ RW.003 SERUA BOJONG SARI
KOTA DEPOK

Tugas Stase Keperawatan Gerontik

OLEH :

NAMA. MUHAZZAB

NIM. 201030200040

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM PROFESI NERS

TAHUN 2020
FORMAT PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : MUHAZZAB

Hari : Kamis 11 Maret 2021

Mode pengkajian : Wawancara dan observasi

Sumber : Ny. N

I. Identitas diri klien


Nama : Ny. N
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Rt 02/0rw 03 Serua Bojong Sari Kota Depok
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : IRT

A. Kondisi kehidupan klien saat ini :


Saat ini Ny. N tinggal dirumahnya bersama anak dengan menantu dan cucu-cucunya,
sedangkan suami Ny. N sudah lama berpisah. Rumah Ny. N terletak berdampingan
dengan rumah anak-anak Ny. N yang lainnya. Ny.N senang tingggal bersama dengan
keluarga anaknya, Ny. N mendapatkan perhatian yang lebih baik dari anak nya dan
tidak kesepian di bandingkan tinggal sendri.
Genogram
Gambarkan bagannya :

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Tinggal dalam satu rumah

: Klien

: Meninggal
B. Riwayat penyakit keluarga
Ny. N mengatakan tidak tahu riwayat penyakit keluarganya karena waktu jaman
dahulu keluarga Ny.N tidak pernah berobat ke fasilitas kesehatan.
C. Riwayat penyakit
1. Keluhan utama saat ini :
Ny.N mengatakan saat ini masih sering merasa lemas, pusing dan sakit kepala,
Ny.N mengatakan sering terbangun malam hari karena sakit kepala, Ny. N
mengatakan jarang memeriksa tekanan darahnya, Ny.N mau pergi kedokter jika
kepalanya sakit yang sudah tidak tertahan lagi.

2. Apa yang dipikirkan saat ini :


Ny. N mengatakan kadang-kadang bnyak hal yang dipikirkan terutama tentang
kondisi kesehtaan nya saat ini.

3. Siapa yang paling dipikirkan saat ini :


Tidak ada yang di pikirkan saat ini

4. Riwayat penyakit dahulu :


Ny. N mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang berat hanya demam biasa
dan sembuh dengan minum obat warung.

D. Pengkajian
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Ny. N mengetahui bahwa kesehatan itu penting untuk dikontrol. Ny. N jarang
mengontrol atau mengecek tekanan darahnya hanya bila kebetulan saja sedang
berobat ke fasilitas kesehatan, karena Ny. N merasa hanya pusing biasa dan
bisa sembuh dengan meminum obat warung.
2. Pola nutrisi
Ny. N mengatakan nafsu makannya baik, makan 2 x sehari 1 porsi makan
habis, minum 6-7x sehari.

3. Pola eliminasi
Ny. N mengtakan BAB lancar 1 x sehari, BAK 3-4 x sehari dan mengatan
tidak ada masalah dengan BAB atau BAK

4. Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan / minum V

Mandi V

Toileting V

Berpakaian V

mobilitas ditempat tidur V

Berpindah / berjalan V

Ambulasi / ROM V

Keterangan :

0 : Mandiri

1 : Alat bantu

2 : Dibantu orang lain

3 : Dibantu orang lain dan alat

4 : Tergantung total
5. Pola tidur dan istirahat
Ny.N mengatakan kalau tidur malam mulai jam 08:30 WIB bangun pagi jam
04:30 WIB untuk melakukan solat subuh, Ny. N mengtakan sering terbangun
tengah malam karena nyeri di kepalanya.

6. Pola pereptual
Ny. N mengatakan sering memikirkan penyakitnya dan hanya membiarkan
penyakitnya tanpa pasilitas kesehatan, Ny. N berfikir penyakitnya bisa
sembuh dengan sendirinya.

7. Pola persepsi diri


a. Gambaran diri
Ny. N tidak bisa menyebutkan gambaran diri yang di inginkan
b. Ideal diri
Ny. N mengatakan ingin selalu merasa sehat agar bisa elihat cucu-
cucunya sukses
c. Harga diri
Ny. N mengatakan dirinya masih mampu melakukan ativitas sehingga
merasa tidak enak bila merepotkan orang lain, Ny. N akan melakukan apa
saja yang masih bisa dilakukan sendiri tanpa menyusahkan orang lain.
d. Identitas diri
Ny. N mengatakan bahwa dirinya adalah seseorang ibu dari 2 orang anak
yang sudah menikah semua sehingga saat ini yang dilakukan adalah
hanya mengasuh cucu-cucunya bahkan sudah mempunyai 2 orang cucu.
e. Peran diri
Ny. N merupakan seorang ibu dan saat ini telah menjadi seorang nenek
sehingga keseharian Ny. N hanya mengasuh dan bermain bersama cucu
dan cicitnya.
8. Pola peran hubungan
Ny. N mengatakan bahwa dirinya berhubungan baik dengan anak-anaknya,
dengan menantu-menantunya dan cucu-cucunya, sanak sodara serta tetangga
sekitarnya. Ny. N mengatakan sering berkumpul dan mengobrol dantetangga
sekitarnya.

9. Pola managemen koping stress


Ny. N mengatakan bila sedang merasa stress dengan banyak hal yang ia
pikirkan maka yang dilakukan Ny. N hanya ingin tidur dan diam saja sampai
pikiran itu perlahan hilang sendiri.

10. System nilai dan keyakinan


Ny. N selalu percaya bahwa Allah memberikan setiap persoalan pasti ada
kunci jawabannya, hanya perlu bersabar sambil terus menjalani hidup
apaadanya, selalu bersyukur atas berkat yang Allah berikan.

E. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
Composmentis
b. TD : 170/90 mmHg, Nadi : 87x/menit, respirasi : 23x/ menit
c. Temperatur : 37 °C
d. Kepala : Rambut panjang dan hamper semua sudah beruban, tidak ada
benjolan, luka ataupun lesi.
e. Leher : Normal, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar, tidak
ada nyeri tekan atau \pun nyeri telan.
f. Thorak : Tampak simetris, tidak ada distensi ataupun pengembangan
dada yang abnormal, tidak ada dispneu, tidak ada nyeri dada.
g. Abdomen : tampak simetris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri
tekan ataupun benjolan.
h. Ekstremitas : bagian atas dan bawah tampak normal/ simetris, tidak ada
deformitas, pergerakan normal, tidak ada nyeri sendi.
2. Pemeriksaan panca indra
a. Penglihatan (mata)
1) Bola mata : tampak simetris, pupil isokor, pergerakan normal
2) Konjungtiva : unanemis
3) Sclera : normal
4) Reflek pupil : ada
5) Gangguan penglihatan : tidak ada masalah
b. Pendengaran (telinga)
1) Bentuk telinga : simetris
2) Nyeri : tidak ada
3) Liang telinga : bersih
4) Gangguan pendengaran : tidak ada masalah
c. Pengecapan (mulut) : tidak ada masalah
d. Sensasi (kulit) : ada
e. Penciuman : tidak ada masalah

F. Pengakajian Fungsional Klien


1.KATZ Indeks
Hasil pengkajian dengan menggunakan KATZ indeks, klien tergolong dalam
individu yang memiliki tingkat kemandiriian tinggi (Mandiri A), karena dalam
pengkajian klien bisa melakukan aktivitas berikut dengan mandiri:
a.Mandiri dalam makan
b.Kontinensia (BAK, BAB)
c.Menggunakan pakaian
d.Pergi ke toilet
e.Berpindah
f.Mandi
2. Barthel Index
DENGAN KET
NO KRITERIA MANDIRI
BANTUAN
1. Makan 

2. Minum 

3. Berpindah dari kursi roda ke Tidak


tempat tidur, sebaliknya menggnakan
alata bantu

4. Personal toilet (Cuci muka, 


menyisir rambut, Gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet (Membuka 
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 

7. Jalan di permukaan datar 

8. Naik turun tangga 

9. Mengnakan Pakaian 

10. Kontrol Bowel (BAB) 

11. Kontrol blader (BAK) 

12. Olah raga 

13. Rekreasi/ Pemanfaatan waktu 


luang
G. Pengkajian Status Mental Gerontik

1. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable
Mental Status Questioner (SPMSQ). Instruksi: Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada
daftar ini dan catat semua jawaban. Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10
pertanyaan dan masukkan dalam interpretasi. Jika hasil pengkajian SPMSQ
didapatkan skor benar 10 maka klien dikategorikan sebagai lansia yang
memiliki fungsi intelektual utuh.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN

 1 Tanggal berapa hari ini ? 11 maret 2021

 2 Hari apa sekarang ini ? kamis

 3 Apa nama tempat ini ? rumah

 4 Dimana alamat Anda ? serua bojong sari

 5 Berapa umur Anda ? 65

 6 Kapan Anda lahir ? (minimal tahun lahir)

 7 Siapa Presiden Indonesia sekarang ? jokowi

 8 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ? sby

 9 Siapa nama ibu Anda ?

Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3


 10 dari setiap angka baru, semua secara menurun.

Total = 10 Total =0
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental
Tes dilakukan dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

ASPEK NILAI NILAI


NO. KRITERIA
KOGNITIF MAKS. KLIEN

1. Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :


Tahun 2021
5 Musim hujan
Tanggal 11
Hari kamis
Bulan maret
2. Registrasi 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing obyek.
3 Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga obyek tadi. (Untuk
disebutkan)
Obyek..……rumah
Obyek …….jalan
Obyek …….pohon
3. Perhatian dan 5 Minta klien untuk memulai dari
kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali/tingkat.
2  93
 86
79
72
65
4. Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi
3 ketiga obyek pada No 2
(registrasi) tadi. Bila benar, 1
point untuk masing-masing obyek.
5. Bahasa 9 “Tak ada jika, dan, atau, tetapi” Bila
benar, nilai satu point.
Pernyataan benar 2 buah
(contoh: tak ada, tetapi).

Minta klien untuk mengikuti


9 perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah :
“Ambil kertas di tangan Anda,
lipat dua dan taruh di lantai”.
Ambil kertas di tangan Anda
Lipat dua
Taruh di lantai

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (bila aktivitas sesuai perintah
nilai 1 point)
“Tutup mata Anda”

Perintahkan pada klien untuk menulis


satu kalimat dan menyalin gambar.
Tulis satu kalimat
Menyalin gambar

Interpretasi hasil :
> 23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
H. Pengkajian Resiko Jatuh
Morse Fall Scale (MFS)

NO. PENGKAJIAN SKALA NILAI

1. Riwayat jatuh; apakah lansia pernah jatuh dalam 3 Tidak 0 0


bulan terakhir?
Ya 25

2. Diagnosa sekunder; apakah lansia memiliki lebih dari Tidak 0 0


satu penyakit?
Ya 15

3. Alat bantu jalan;

 Bed rest/ dibantu keluarga 0 0


 Kruk/ tongkat/ walker
 Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi, 15 0
lemari, meja) 30 0

4. Terapi intravena; Apakah saat ini klien terpasang Tidak 0 0


selang invus?
Ya 20

5. Gaya berjalam/cara berpindah

 Normal/ bedrest/ immobile (tidak dapat 0 0


bergerak sendiri)
 Lemah (tidak bertenaga) 10 0
 Gangguan/ tidak normal (pincang, diseret) 20 0

6. Status mental

 Lansia menyadari kondisi dirinya sendiri 0 25


 Lansia mengalami keterbatasan daya ingat
15 0

TOTAL SKALA 25

Intepretasi :

25-20 : risiko rendah


I. Pengkajian Tingkat Depresi
Skala Depresi Geriatri (Geriatric Depression Scale 15-Item / GDS-15)
Petunjuk Penulisan:
a. Beri tanda ceklist (√) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia sesuai
dengan kondisi kakek/nenek.
b.Tidak ada jawaban benar atau jawaban salah sehingga harap diisi dengan jujur

NO. PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda? 

2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan 

minat/ kesenangan Anda ?

3 Apakah Anda merasa kehidupan anda hampa? 

4 Apakah anda sering bosan? 

5 Apakah anda mempunyai semangat baik sepanjang waktu? 

6 Apakah anda takut sesuatu menjadi buruk akan 


terjadi pada anda?

7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu 


anda?

8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? 

9 Apakah anda senang tinggal di rumah daripada pergi ke 


luar mengerjakan sesuatu hal yang baru ?

10 Apakah Anda mempunyai banyak masalah dengan daya 


ingat Anda dibanding kebanyakan orang ?

11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini menyenangkan? 

12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan 


Anda saat ini?

13 Apakah anda merasa anda penuh semangat? 

14 Apakah Anda merasa bahawa keadaan anda tidak ada 


harapan?

15 Apakah anda pikir bahwa keadaan orang lain lebih baik dari 
pada Anda?

Intepretasi :
20-40 : tidak ada depresi
J. The Mini Nutrition Asssessment

NO. PERTANYAAN KETERANGAN SKOR


1. SCREENING
1. Apakah anda mengalami penurunan 0: kehilangan nafsu makan
asupan makanan selama 3 bulan berat
terakhir disebabkan kehilangan 1: kehilangan nafsu makan
nafsu makan, gangguan saluran sedang 2: tidak kehilangan 2
cerna, kesulitan mengunyah atau nafsu makan
menelan?
2. Apakah anda mengalami 0: kehilangan berat badan lebih
penurunan berat badan dalam 3 3 kg
bulan terakhir? 1: tidak tahu
2: kehilangan BB antara 1-3 kg 3
3: tidak mengalami kehilangan BB
3. Bagaimana aktivitas atau 0: diranjang saja atau dikursi roda
pergerakan tubuh anda saat ini? 1: dapat meninggalkan ranjang
atau kursi roda namun tidak bisa
pergi/jalan-jalan ke luar 2
2: dapat berjalan atau pergi dengan
leluasa
4. Apakah anda mengalami stress 0: ya
psikologis atau penyakit akut selama 2: tidak 2
3 bulan terakhir?
5. Apakah anda mengalami masalah 0: demensia atau depresi
penyakit psikologis yang berkaitan berat
dengan saraf otak? 1: demensia sedang 2
2: tidak ada masalah psikologis
0: IMT < 19 kg/mଶ
6. Bagaimana hasil Indeks Massa
Tubuh (IMT) anda?
1: IMT antara 19-21
berat badan (kg) /tinggi badan (m2) 2: IMT antara 21-23 2
3: IMT > 23
Total 13

Interpretasi hasil :
Jika total skor ≥12 hanya screening, TIDAK dillanjutkan kuesioner pengkajian
K. Analisa data
No Data Problem Etiologi

1. Ds :
1. Ny. N mengatakan sering Agen Pencedera Nyeri Akut
pusing, dan nyeri dirasakan Fisilogis
dibagian kepala
2. Ny. N mengatakan nyeri
dirasakan saat terlalu banyak
aktivitas
3. Ny. N mengatakan rasa nyeri
yang di rasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya
4. Ny. N mengatakan nyeri nya
terasa cekot-cekot
Skala nyeri 3 (0-5)

Do :

1. Ny. N tampak lemah


2. Kesadaran : composmentis
3. TD : 170/90 mmHg
RR : 23x/ menit
Nadi : 87x/ menit
Respirasi : 23x/ menit
Temperatur : 37 °C
2. DS : Gangguan pola Kurang Kontrol
tidur Tidur
1. Ny. N mengtakan
mengalami kesulitan tidur
2. Ny. N mengtakan sering
terbangun malam hari
karena sakit kepalanya
3. Klien mengtakan nyeri pada
kepala
4. Klien mengatakan tidak
pernah tidur siang, karena
tidak bisa tidur pada siang
hari

DO :

1. Terdapat kantung mata


2. Klien nampak tidak
bergairah dan ngantuk

3 DS : Defisit pengetahuan Kurang Terpapar


1. Ny. N mengatakan informasi
mengetahui bahwa dirinya
mempunyai penyakit telanan
darah tinggi (hipertensi)
2. Ny. N mengatakan jarang
memeriksa kesehatannya,
Ny. N mau pergi kedokter
jika kepalanya sakit yang
sudah tidak tertahan lagi.
3. Ny. N mengatakan jika
kepalanya terasa sakit, Ny.
N hanya meminum obat
warung
4. Ny. N menanyakan apakah
ada obat herbal yang bisa
meredakan sakit kepalanya
5. Ny. N juga menanyakan
makanan apa saja yang harus
di pantang

DO :

1. Ny. N tampak bingung saat


di kaji
2. Ny. N tmpak banyak
bertanya tentang masalah
kesehatannya Pemeriksaan
fisik di dapatkan hasil : TD
: 170/90 mmHg, RR : 23x/
menit, Nadi : 87x/ menit
Respirasi : 23x/ menit
Temperatur : 37 °C
F. Diagnosa sesuai prioritas
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedra Fisiologis
2. Ganguguan pola tidur berhubungan dengan Kurang Kontrol Tidur
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang Terpapar informasi
G. Rencana keperawatan
NO
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi :
Diagnosa

1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri


keperawatan selama 3 x 24 jam
agen pencedera Observasi :
tingkat nyeri menurun
fisiologis Ekspetasi :
 identifikasi karakteristik, lokasi, durasi,
- Keluhan nyeri menurun (5)
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Meringis menurun (5)
- Gelisah menurun (5)  identifikasi skala nyeri
 Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Mengidentifikasi riwayat alergi obat
 monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
terapeutik:

 Diskusikan jenis analgesik yang disukai


untuk mencapai analgesia optimal, jika
perlu
 Berikan teknik non farmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis , terapi musik,
pijet,aromaterapi, imajinasi, kompres air
hangat dan dingin).
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu,
atau bolus opoid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
 Tetapkan target efektivitas analgesik untuk
mengoptimalkan respon pasien
 Dokumentasikan respons terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Terapi edukasi

 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat


2 Ganguguan Setelah dilakukan intervensi Dukungan Tidur
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
pola tidur
Pola Tidur menurun - identifikasi pola aktifitas dan pula tidur
berhubungan Ekspetasi : Membaik - identifikasi faktor penggangu tidur
-keluhan sulit tidur menurun terapeutik:
dengan Kurang
-tetapkan jadwal tidur
-keluhan sering Terjaga
Kontrol Tidur -lakukakan prosedur untuk meningkatkan
menurun kenyamanan
Edukasi
-keluhan tidak puas tidur
- anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
menurun -ajarkan relaksasi otot autogenic dan
nonfarmakologi
-keluhan pola tidur berubah
menurun
-Kemampuan beraktifitas
Meningkat
3. Defisit Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
pengetahuan
Tingkat Pengetahuan - identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
berhubungan Ekspetasi : Meningkat informasi
-perilaku sesuai dengan terapeutik:
dengan kurang
pengetahuan menurun -Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Terpapar -pertanyaan masalah yang -jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
dihadapi meningkat kesepatakan
informasi
-menjalani pemeriksaan yang -berikan kesempatan untuk bertanya
tidak tepat meningkata Edukasi
- jelaskan faktor risikoyang tepat mempengaruhi
kesehatan
H. Catatan perkembangan
No Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi

1. Nyeri akut 10.00 Manajemen Nyeri Senin 15 Maret 2021


b.d agen Observasi : S:
pencedera 10.15 - Klien mengatakan nyeri di
 Meidentifikasi karakteristik,
fisiologis lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, rasakan di bagian kepala
intensitas nyeri.
- Klien mengatakan nyeri
 meidentifikasi skala nyeri
 memBerikan teknik non terasa cekot-cekot
10.30 farmakologis untuk mengurangi - Skala nyeri 3 (0-5)
rasa nyeri
 Mengidentifikasi riwayat alergi
O : Klien tampak tenang,
obat
terapeutik: kesadaran : composmentis, TD
10.40
 memBerikan teknik non : 170/90 mmHg, Suhu : 37°C,
farmokologis untuk mengurangi Nadi : 87x/ menit
rasa nyeri (mis , terapi musik,
pijet,aromaterapi, imajinasi,
A : Masalah belum teratasi
kompres air hangat dan dingin).
10.50  meneTetapkan target efektivitas
analgesik untuk mengoptimalkan P : lanjutkan intervensi
respon pasien
Terapi edukasi - Anjurkan klien unuk nafas

menJelaskan efek terapi dan efek dalam jika nyeri timbul

samping obat - Anjurkan klien mengontrol


pola makan hindarai makan
yang asin dan mengurangi
konsumsi garam berlebih
- Anjurkan klien menghindari
stress
- Anjurkan klien mengontrol
tekanan darah secara teratur
di fasilitas kesehatan
terdekat
2. Nyeri akut Manajemen Nyeri Selasa 15 maret 2021
b.d agen Observasi :
S:
pencedera 2021
 meidentifikasi karakteristik, - Klien mengatakan nyeri
fisiologis 10.00 lokasi, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri. mulai berkurang
 meidentifikasi skala nyeri - Skala nyeri 2 (0-5)
10.15  memBerikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi O : Klien tampak tenang,
rasa nyeri
10.20  Mengidentifikasi riwayat alergi kesadaran : composmentis, TD
obat : 140/90 mmHg, Suhu : 36°C,
 monitor tanda-tanda vital
10.30 sebelum dan sesudah pemberian Nadi : 90x/ menit
analgesik
terapeutik: A : Masalah belum teratasi

 mendiskusikan jenis analgesik P : lanjutkan intervensi


10.40
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
- Anjurkan klien unuk nafas
10.50  Mendokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan efek dalam jika nyeri timbul
yang tidak diinginkan
- Anjurkan klien mengontrol
Terapi edukasi
pola makan hindarai makan
10,55 1. Jelaskan efek terapi dan efek
yang asin dan mengurangi
samping obat
konsumsi garam berlebih
- Anjurkan klien menghindari
stress
- Anjurkan klien mengontrol
tekanan darah secara teratur
di fasilitas kesehatan
terdekat
3 Nyeri akut selasa Manajemen Nyeri Rabu 16 Maret 2021
b.d agen 16 maret Observasi :
S:
pencedera 2021
 Mengidentifikasi karakteristik, - Klien mengatakan nyeri
fisiologis 10.00 lokasi, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri. mulai berkurang
 Mengidentifikasi skala nyeri - Skala nyeri 1 (0-5)
10.10  MemBerikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi O : Klien tampak tenang,
rasa nyeri
10.20  Memonitor tanda-tanda vital kesadaran : composmentis, TD
sebelum dan sesudah pemberian : 140/80 mmHg, Suhu : 36,5°C,
analgesik
terapeutik: Nadi : 90x/ menit

 MenDiskusikan jenis analgesik A : Masalah belum teratasi


10.30 yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu P : lanjutkan intervensi
 MemBerikan teknik non
10.40 farmokologis untuk mengurangi
- Anjurkan klien unuk nafas
rasa nyeri (mis , terapi musik,
pijet,aromaterapi, imajinasi, dalam jika nyeri timbul
kompres air hangat dan dingin).
- Anjurkan klien mengontrol
10.50  MeTetapkan target efektivitas
analgesik untuk mengoptimalkan pola makan hindarai makan
respon pasien
yang asin dan mengurangi
 Medokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan efek konsumsi garam berlebih
yang tidak diinginkan
- Anjurkan klien menghindari
Terapi edukasi
stress
10.55 menJelaskan efek terapi dan efek
- Anjurkan klien mengontrol
samping obat
tekanan darah secara teratur
di fasilitas kesehatan
terdekat
1 Ganguguan Dukungan Tidur senin 15 maret 2021
Observasi
pola tidur 10.12
- meidentifikasi pola aktifitas dan pula S:
berhubunga tidur
-me identifikasi faktor penggangu tidur
n dengan 10.18 - Klien mengatakan sering
terapeutik:
Kurang 10.25 -metetapkan jadwal tidur terbangun malam hari
-melakukakan prosedur untuk
Kontrol karena nyeri kepala
meningkatkan kenyamanan
Tidur 10.35 Edukasi
- meanjurkan menepati kebiasaan waktu O :
10.40
tidur
-meajarkan relaksasi otot autogenic dan - Klien tampak mengantuk di
nonfarmakologi siang hari

A:

- masalah belum teratasi

P:

- lanjutkan intervensi

2 Ganguguan Dukungan Tidur Selasa 16 maret 2021


Observasi
pola tidur 10.12
- meidentifikasi pola aktifitas dan pula S:
berhubunga tidur
-me identifikasi faktor penggangu tidur
n dengan 10.18 - Klien mengatakan sering
terapeutik:
Kurang 10.25 -metetapkan jadwal tidur terbangun malam hari
-melakukakan prosedur untuk
Kontrol karena nyeri kepala
meningkatkan kenyamanan
Tidur 10.35 Edukasi
- meanjurkan menepati kebiasaan waktu O :
10.40
tidur
-meajarkan relaksasi otot autogenic - Klien tampak mengantuk di
dan nonfarmakologi siang hari

A:

- masalah belum teratasi


P:

lanjutkan intervensi

- meanjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur

-meajarkan relaksasi otot


autogenic dan nonfarmakologi

-metetapkan jadwal tidur

-melakukakan prosedur untuk


meningkatkan kenyamanan

- meidentifikasi pola aktifitas


dan pula tidur

-me identifikasi faktor


penggangu tidur
3 Ganguguan Dukungan Tidur Rabu 17 maret 2021
Observasi
pola tidur 10.12
- meidentifikasi pola aktifitas dan pula S:
berhubunga tidur
-me identifikasi faktor penggangu tidur
n dengan 10.18 - Klien mengatakan sudah
terapeutik:
Kurang 10.25 -metetapkan jadwal tidur tudak terbangun malam
-melakukakan prosedur untuk
Kontrol hari dan rasa nyeri
meningkatkan kenyamanan
Tidur 10.35 Edukasi berkurang
- meanjurkan menepati kebiasaan waktu
10.40
tidur O:
-meajarkan relaksasi otot autogenic
-klien tampak tidak mengantuk

-klien tampak semangat


A:

Masalah teratasi

P:

-Hentikan intervensi
1 Defisit Edukasi Kesehatan senin 15 maret 2021
Observasi
pengetahuan 10.14
- mengidentifikasi kesiapan dan S:
berhubunga kemampuan menerima informasi
terapeutik:
n dengan 10.23 - Klien mengatakan tidak
-menyediakan materi dan media
kurang pendidikan kesehatan mengetahui penyebab
-menjadwalkan pendidikan kesehatan
Terpapar 10.32 tekanan darahnya naik
sesuai kesepatakan
informasi -memberikan kesempatan untuk
bertanya O:
Edukasi
10.40 - menjelaskan faktor risikoyang tepat Klien tampak tenang, kesadaran
mempengaruhi kesehatan composmentis, sebelum
dilakukan penyuluhan
kesehatan tentang hipertensi
klien banyak bertanya tentang
penyebab, tanda dan gejala,
komplikasi , cara pengobatan
tradisional

TD : 170/ 90 mmHg, Suhu :


37°C, Nadi : 86x/ menit

A : Masalah kurang
pengetahuan belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Anjurkan klien makan buah


setiap pagi dan sore
- Anjurkan klien mengurangi
makanan yang tinggi lemak
dan banyak kandungan garam
berlebih.
2 Defisit Edukasi Kesehatan Selasa 16 maret 2021
Observasi
pengetahuan
- mengidentifikasi kesiapan dan S:
berhubunga 10.14 kemampuan menerima informasi
terapeutik:
n dengan - Klien mengatakan
-menyediakan materi dan media
kurang 10.23 pendidikan kesehatan mengetahui penyebab
-menjadwalkan pendidikan kesehatan
Terpapar tekanan darahnya naik
sesuai kesepatakan
informasi 10.32 -memberikan kesempatan untuk
bertanya O:
Edukasi
10.40 - menjelaskan faktor risikoyang tepat Klien tampak tenang, kesadaran
mempengaruhi kesehatan composmentis, sebelum
dilakukan penyuluhan
kesehatan tentang hipertensi
klien banyak bertanya tentang
penyebab, tanda dan gejala,
komplikasi , cara pengobatan
tradisional

TD 140/90 mmHg, Suhu :


36°C, Nadi : 90x/ menit

A : Masalah kurang
pengetahuan belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Memberikan penyuluhan
tentang hipertensi, tanda dan
gejala, penyebab dan cara
pengobatan tradisional untuk
menurunkan tekanan darah
( hipertensi )
- Anjurkan klien mengurangi
makanan yang tinggi lemak
dan banyak kandungan garam
berlebih
- Anjurkan klien untuk control
kesehatannya ke fasilitas
kesehatan terdekat

3 Defisit Edukasi Kesehatan Rabu 17 maret 2021


Observasi
pengetahuan
- mengidentifikasi kesiapan dan S:
berhubunga 10.14 kemampuan menerima informasi
terapeutik:
n dengan - Klien mengatakan sudah
-menyediakan materi dan media
kurang 10.23 pendidikan kesehatan mengetahui apa saja
-menjadwalkan pendidikan kesehatan
Terpapar 10.32 penyebab tekanan darahnya
sesuai kesepatakan
informasi -memberikan kesempatan untuk naik
bertanya
Edukasi O:
- menjelaskan faktor risikoyang tepat
10.40 mempengaruhi kesehatan setelah dilakukan penyuluhan
klien dapat menyebutkan
penyebab, tanda dan gejala,
cara pengobatan tradisional
hipertensi

TD : 140/ 80 mmHg, Suhu :


36,5°C, Nadi : 90x/ menit

A : Masalah kurang
pengetahuan sudah teratasi

P : Stop intervensi
LAPORAN PENDAHULUAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERTEMUAN KE-1
(KUNJUNGAN PERTAMA)

A. Latar belakang
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Pengkajian merupakan langkah awal yang bertujuan mengumpulkan data
tentang status kesehatan klien. Data yang telah terkumpul dianalisa sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan yang ada pada keluarga.

Jika berdasarkan hal tersebut, sebelum membuat perencanaan untuk mengatasi


masalah yang dihadapi klien harus dilakukan pengajian baik untuk anamnasa,
pemeriksaan fisik/ pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Data yang perlu dikaji lebih lanjut :
a. Data umum
b. Lingkungan
c. Fungsi keluarga
d. Pemeriksaan fisik (khususnya bagi anggota keluarga yang beresiko tinggi)
e. Harapan keluarga
2. Masalah keperawatan : belum ada
B. Rencana keperawatan
1. Diagnosa : (belum dapat dirumuskan)
2. Tujuan umum: dalam waktu 60 menit terkumpul data yang dapat menunjang
timbulnya masalah kesehatan pada keluarga
3. Tujuan khusus :
- Terkumpul data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik
( khususnya bagi anggota keluarga yang beresiko tinggi)
- Teridentifikasi masalah kesehatan
C. Rancangan kegiatan
1. Topik :
Pengkajian data umum, lingkungan, pemeriksaan fisik dan harapan lansia.
2. Metode :
Wawancara, observasi, inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
3. Media :
Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan fisik
4. Waktu :
Kamis 11 Maret 2021
5. Tempat :
Rumah keluarga Ny.N Rt 02/03
6. Strategi pelaksanaan :
a. Orientasi :
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan kunjungan
4) Memvalidasi keadaan keluarga
b. Kerja :
1) Melakukan pengkajian
2) Melakukan pemeriksaan fisik (khususnya untuk anggota keluarga yang
beresiko)
3) Mengidentifikasi masalah kesehatan
4) Memberikan reinforcement pada hal yang dilakukan keluarga
c. Terminasi
1) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
2) Mengucapkan salam
7. Evaluasi
a. Struktur
1) LP disiapkan
2) Alat bantu / media disiapkan
3) Kontrak dengan keluarga yang tepat dan sesuai dengan rencana
b. Proses :
1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
2) Keluarga aktip dalam kegiatan
c. Hasil :
1) Didapatkan data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik
pada anggota keluarga yang beresiko dan harapan keluarga
2) Teridentifikasi masalah kesehatan
LAPORAN PENDAHULUAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERTEMUAN KE-2
(KUNJUNGAN KE DUA)

A. 1. Latar Belakang
Setelah melakukan pengkajian pada gerontik di temukan masalah keperawatan
nyeri akut Ny. N (65th) berhubungan dengan Agen Pecendra Fisiologis dan
Defisit pengetahuan Ny. N (65th) berhubungan dengan kurangnya Terpapar
informasi kesehatan mengenai proses penyakit dan Ganguguan pola tidur
berhubungan dengan Kurang Kontrol Tidur

Pada kesempatan pertemuan ini perawat akan mengenalkan dan menjelaskan


masalah kesehatan tersebut diatas kepada lansia dan keluarga, kemudian
bersama-sama dengan lansia memprioritaskan masalah kesehatan yang ada
sehingga lansia diharapkan dapat berpartisipasi aktif untuk kegiatan selanjutnya.

2. Data Yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut

a. Pemahaman lansia terhadap masalah kesehatan yang ada dalam keluarga


b. Kemampuan lansia untuk memprioritaskan masalah kesehatn yang ada
dalam keluarga

3. Masalah Keperawatan

a. nyeri akut Ny. N (65th) berhubungan dengan Agen Pecendra Fisiologis


b. Defisit pengetahuan Ny. N (65th) berhubungan dengan kurangnya Terpapar
informasi kesehatan mengenai proses penyakit
c. Ganguguan pola tidur Ny. N (65th) berhubungan dengan Kurang Kontrol
Tidur
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa
Adapun diagnosa keperawatan yang akan di prioritaskan bersama keluarga
adalah : nyeri akut Ny. N (65th) berhubungan dengan Agen Pecendra
Fisiologis

2. Tujuan Umum
Dalam waktu 60 menit lansia dapat memprioritaskan masalah kesehatan yang
ada pada keluarga.

3. Tujuan Khusus
a. Lansia mampu mengenal masalah kesehatan yang ada
b. Lansia menyetujui adanya masalah kesehatan yang ada
c. Lansia memutuskan untuk memprioritaskan masalah kesehatan yang ada

4. Rancangan Kegiatan
a. Topik : Memprioritaskan masalah kesehatan yang ada pada keluarga Tn. N
b. Metode : Diskusi
c. Media : Alat tulis
d. Waktu :
e. Tempat : Rumah keluarga Tn. N
f. Strategi :
1) Orientasi
a) Mengucapkan salam
b) Memvalidasi keadaan keluarga
c) Mengingatkan kontrak
2) Kerja
a) Mengenal masalah kesehatan yang ada, berdiskusi dengan keluarga
tentang masalah kesehatan yang ada, keluarga memprioritaskan
masalah kesehatan yang ada bersama perawat

3) Terminasi
a) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
b) Mengucapkan salam
4) kriteria evaluasi
a) Struktur
 LP disiapkan
 Alat bantu/ media disiapkan
 Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana
b) Proses
 Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
 Keluarga aktif dalam kegiatan
c) Hasil
 Keluarga mampu mengenal dan menyetujui masalah kesehatan
yang ada dan memutuskan untuk memprioritaskan masalah
kesehatan bersama perawat.
LAPORAN PENDAHULUAN SUPERVISI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERTEMUAN KE-3
(KUNJUNGAN KE 3)

A. Pengkajian
1. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengkajian hari Kamis 11 Maret 2021 yang dilakukan pada
Ny. N didapatkan data bahwa nyeri akut.

Hasil pemeriksaan fisik hari Kamis 11 Maret 2021 terdapat nyeri pada kepala
akibat tingginya tekanan darah Ny. N.

Kemudian dilakukan prioritas masalah kesehatan bersama keluarga


Khususnya Ny. N sepakat bahwa melakukan penjelasan tentang hipertensi,
sehingga perawat pada hari Senin 15 Maret 2021 merencanakan akan
memberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan pengobatan
tradisional air rebusan daun salam.
2. Masalah Keperawatan
nyeri akut Ny. N (65th) berhubungan dengan Agen Pecendra Fisiologis
B. Rencana keperawatan
1. Diagnosa
nyeri akut Ny. N (65th) berhubungan dengan Agen Pecendra Fisiologis
2. Tujuan Umum
Selama 2 x 60 menit kunjungan lansia dapat merawat lansia dengan hipertensi
3. Tujuan Khusus
Setelah 1 x 60 menit kunjungan keluarga dapat :
a. Mengenal masalah hipertensi dengan menyebutkan pengertian, jenis,
penyebab, tanda dan gejala, makanan yang dilarang, memelihara
lingkungan yang aman dan mengidentifikasi masalah hipertensi kepada
Ny. N
b. Mengambil keputusan untuk merawat lansia dengan hipertensi dengan
menyebutkan akibat lanjut tidak diobati hipertensi dan keluarga
memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang lansia dengan
hipertensi.
c. Menyebutkan cara perawatan hipertensi di rumah
d. Mendemostrasikan pengobatan tradisional air rebusan daun salam

4. Rancangan Kegiatan
a. Topik : Hipertensi dan pengobatannya
b. Metode : Diskusi , demonstrasi
c. Media : Lembar balik, leaflet
d. Waktu : senin 15 Maret 2021
e. Tempat : Rumah keluarga Ny.N
f. Sasaran : Ny. N
g. Target : Ny. N
h. Strategi pelaksanaan
1) Orientasi (5 menit)
a) Mengucapkan salam
b) Memvalidasi keadaan keluarga
c) Mengingatkan kontrak dan membuat konrak baru
2) Fase kerja (20 menit)
a) Menjelaskan tentang Hipertensi : pengertian, jenis, penyebab,
tanda dan gejala, makanan yang dilarang memelihara lingkungan
yang aman serta perawatan hipertensi di rumah
b) Mempraktekkan pengobatan tradisional dengan air rebusan daun
salam
c) Menanyakan kembali materi yang di jelaskan
d) Memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya
e) Memotivasi keluarga untuk redemonstrasi
f) Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang telah dilakukan
oleh keluarga.
3) Fase Terminasi (5 menit)
a) Menanyakan perasaan keluarga setelah diberikan penjelasan
tentang hipertensi dan cara pengobatan tradisionalnya.
b) Meotivasi keluarga untuk melakukan hasil diskusi tentang
hipertensi dan memberikan obat tradisional yang telah
didemonstrasikan apabila nyeri terjadi.
c) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.

4) Kriteria evaluasi
a) Struktur
 LP disiapkan
 Media dan alat sudah disiapkan
 Kontrak dengan keluarga sudah dilakukan pada pertemuan
sebelumnya.
b) Proses
 Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
 Keluarga aktif dalam proses kegiatan
c) Hasil
 Keluarga mampu menyebutkan pengertian, jenis, penyebab,
tanda dan gejala, makanan yang dilarang, memelihara
lingkungan yang aman dan mengidentifikasi masalah hipertensi
kepada Ny. N
 Lansia mampu menyebutkan cara perawatan hipertensi di
rumah
 Lansia mendemonstrasikan cara pembuatan pbat tradisional
dengan air rebusan daun salam.
PRE PLANING IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG HIPERTENSI

A. Latar belakang
Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana
pembuluh darah memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg yang menetap. Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk
melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke
seluruh tubuh. Semakin tinggi tekanan darah maka semakin keras jantung bekerja
(WHO, 2013).

Di Indonesia angka kejadian pada penderita hipertensi prevelensinya terus mengalami


peningkatan. Angka kejadian hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah
menunjukkan penurunan dari 31,7% tahun 2013 menjadi 25,8% tahun 2014
sedangkan angka untuk Provinsi Jawa barat 25,8% pada tahun 2013 dan mengalami
peningkatan menjadi 38,8% pada tahun 2014 (Riskesdes, 2013). Selain itu menurut
profil kesehatan Jawa barat pada tahun 2015 di Provinsi Jawa barat terdapat 275.000
jiwa menderita hipertensi (Wahyuni, 2015).

Menurut data dinas kesehatan kabupaten bogor, jumlah penderita darah tinggi pada
tahun 2013 sebanyak 16,890 orang (7,77%), pada tahun 2014 sebanyak 18,579 orang
(7,92%), dan pada tahun 2015 sebanyak 27,871 orang (11,47%), pesentase penderita
hipertensi berdasarkan data tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Penyakit hipertensi juga selalu menduduki ke-3 dari 10 besar penyakit yang tercatat
(Dinkes, 2015).

Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi pada keluarga Ny. N yang tinggal di RT
02/ RW 03 kecamatan Bojong Sari, kota Depok. Ny. N mempunyai 2 orang anak, Ny.
N tinggal bersama anaknya Tn. N dan menantunya dan juga cucu-cucunya, dari hasil
wawancara dengan Ny. N (lansia) mengatakan bahwa Ny. N mempunyai riwayat
hipertensi sejak lama. Hasil observasi didapatkan tekanan drah 170/90 mmHg, suhu
37°C, nadi 87x/ menit, RR 23x/menit. Ny. N mengtakan sering mengeluh pusing dan
sakit kepala. Ny. Ndan keluarga tahu bahwa ia mempunyai riwayat hipertensi tetapi
jarang mengkontrol tekanan darahnya ke dokter atau ke fasilitas kesehatan terdekat,
jika kepalanya tersa sakit Ny. N hanya meminum obat warung.

Menurut friedmad (1999) prilaku perqwqtqn hipertensi hubungan dengan keluarga


terhadap penderita hipertensi, dimana keluarga dapat menjadi factor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan program perawatan, karena keluarga berfugsi sebagai
system pendukung bagi anggota yang menderita hipertensi yang menuntut
pengorbanan ekonomi, social, psikologis, yang lebih besar dari keluarga. Untuk
menciptakan suatu kondisi yang sehat dan terkontrol, maka keluargaa diharapkan
mempunyai pengetahuan tentang penyakit hipertensi agar tercipta suatu prilaku
perawatan yang tepat pada penderita hipertensi, dalam hal pencegahan,
penatalaksanaan yang benar dan tepat pada penderita hipertensi (Notoatmodjo, 2003).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatn selama 30 menit, di harapkan klien dapat :
a. Mengetahui pengertian tentang hipertensi
b. Mengetahui penyebab hipertensi
c. Mengetahui komplikasi hipertensi
d. Mengetahui pencegahan hipertensi
e. Mengetahui pengobatan hipertensi
2. Tujuan khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatn selama 30 menit, di harapkan klien dapat
menyebutkan :
a. menyebutkan pengertian tentang hipertensi
b. menyebutkan penyebab hipertensi
c. menyebutkan komplikasi hipertensi
d. menyebutkan pencegahan hipertensi
e. menyebutkan pengobatan hipertensi
C. Metode pelaksanaan
Ceramah dan Tanya jawab

D. Sasaran dan target


Sasaran : Keluarga
Target : klien Ny. N

E. Strategi pelaksanaan
Hari / Tanggal : Rabu 17 Maret 2021
Tempat : Serua Kel.Bojong Sari Rt 02/ 03 (Rumah keluarga Ny.N)
Waktu : 10.00-11.00

F. Media dan Alat Bantu


Leaflet dan lembar balik

G. Setting Tempat

C A D keterangan :

B A : Penyaji

B : Klien dan keluarga


C : fasilitator D : Observer
H. Susunan acara
No Tahap Waktu Kegiatan

1 Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam


2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan kontrak waktu

2 Pelaks anaan 20 menit 1. Menjelaskan pengertian tentang


Hipertensi
2. Menjelaskan penyebab Hipertensi
3. Menjelaskan komplikasi Hipertensi
4. Menjelaskan cara pencegahan
5. Menjelaskan pengobatan Hipertensi

3 Penutup 5 menit 1. Melakukan evaluasi


2. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
3. Mengakhiri pelaksanaan
4. Menjelaskan kontrak kembali
5. Mengucapkan salam penutup

1. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pre planning telah disiapkan 2 hari sebelum pelaksanaan
b. Media telah disiapkan sebelum pelaksanaan
c. Kontrak waktu, topic, dan tempat dengan masyarakat
2. Evakuasi Proses
a. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat materi yang akan di
sampaikan
b. Keluarga aktif bertanya terhadap hal-hal yang belum diketahui
c. Pendidikan kesehatan berjalan lancer
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga pasien dapat menyebutkan pengertian hipertensi
b. Keluarga pasien menyebutkan minimal 3 dari penyebab hipertensi
c. Keluarga pasien menyebutkan minimal 3 dari komplikasi hipertensi
d. Keluarga pasien menyebutkan minimal 3 dari cara pengobatan hipertensi
LAMPIRAN MATERI
HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)
dan angka kematian/mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua
fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang di pompa oleh jantung dan
fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Endang, 2014).

Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana
pembuluh darah memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg yang menetap. Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk
melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke
seluruh tubuh. Semakin tinggi tekanan darah maka semakin keras jantung bekerja
(WHO, 2013).
B. Penyebab
a. Mengkonsumsi garam berlebih
b. Gaya hidup tidak sehat
c. Merokok
d. Mengkonsumsi minuman beralkohol
e. Kegemukan
f. Kurang berolahraga
g. Stress atau banyak fikiran
C. Komplikasi
a. Penebalan dan pergeseran dinding pembuluh darah
b. Stroke
c. Penyakit jantung
d. Kerusakan ginjal
e. Penglihatan menurun
f. Kematian
D. Cara pencegahan
a. Makan makanan yang sehat dan bergizi
b. Olahraga teratur
c. Beratbadan yang ideal
d. Kurangi makanan berlemak tinggi dan tinggi garam
e. Mengubah kebiasaan hidup (mengurangi minum kopi fdan meroko)
f. Hindari stress
g. Control teratur ke fasilitas kesehatan
E. Pengobatan Tradisional
a. Rosella
Kelopak bunga rosella kering dan air panas dapat menurunkan tekanan darah.
Cara membuatnya adalah cuci sampai bersih bunga rosella, lalu seduh dengan air
panas, jangan ditambahkan gula. Minum ramuan sehari dua kali secararutin
selama satu bulan. Resep berikutnya menggunakan ciplukan kering 5g dan air
bersih 110 ml. cara membuatnya dengan mencuci ciplukan, lalu rebus dengan
110ml air bersih selama seperempat jam sambil sesekali diaduk, angkat lalu
saring dan dinginkan. Minum ramuan sehari dua kali, setiap minum sebanyak
100ml. jangan gunakan ramuan ini lebih dari 24jam.

b. Daun salam
Tumbuhan ini mengandung minyak asiri khususnya sitral dan eugenol, juga
mengandung tanin dan flavonoid. Jenis tanaman ini tumbuh liar dihutan, kebun
atau pekarangan diatas daratan rendah sampai pegunungan tinggi. Untuk
mengobati hipertensi diperlukan 20 lembar daun salam yang masih segar, lalu
cuci dengan bersih dan rebus dengan tiga gelas air hingga menjadi satu gelas.
Selanjutnya disaring dan airnya diminum, sehari minum dua kali sebelum makan
(Ulfah, 2012).
c. Bawang putih

Bawang putih 2 butir dikupas kulitnya, air matang hangat 1 gelas, cara
membuatnya adalah kunyah bawang butih lalu telan, lalu minumlah air matang
hangat. Lakukan 3 x 1 hari.

d. Mengkudu

Siapkah 2 buah mengduku yang sudah masak. Cara membuatnya adalah cuci
sampai bersih buah mengkudu, lalu parut, peras, saring untuk diambil airnya.
Minum ramuan sehari dua sampai tiga kali.

e. Daun seledri

Obat herbal ini dapat menurunkan hipertensi cara membuatnya adalah ambil daun
seledri, lalu cuci sampai bersih, tambahkan air bersih secukupnya. Setelah itu
remas -remaslah dengan tangan, kemudian diperas dan saring untuk diambil
airnya. Minum ramuan secara rutin sehari tiga kali sebanyak dua sendok makan.

f. Buah timun

Ambil 2 buah timun segar cara membuatnya cuci sampai bersih buah timun, lalu
parut, peras dan saring untuk diambil airnya. Minum ramuan sehari dua sampai
tiga kali. Ramuan ini diminum sekali habis.
DAFTAR PUSTAKA

Andormoyo, Sulistyo. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Asikin M, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG.

Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Badan

Pusat Statistik.

Ernawati, dkk. (2017). Gambaran Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. http://repository.unja.ac.id/2381.
Diakses pada tanggal 09 Meret 2021.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.


Jakarta: Buletin Jendela.

Kholifah, Siti Nur. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Keperawatan
Gerontik.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Kepe
rawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf. Diunduh pada tanggal 10 Maret 2021.

PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta : DPP PNI

. 2019. Standar Luar Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kreteria Hasil


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PNI

. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Indonesia : Definisi Dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PNI
LAMPIRAN PHOTO KUJUNGAN
KEPERAWATAN KELUARGA SAAT MELAKUAKAN PENGKAJIAN

Saat melakukan pengkajian tgl 11 maret 2021

Dokumentasi pengkajian keperawatan Gerontik pada tanggal 11 maret 2021


LAMPIRAN PHOTO KUJUNGAN
KEPERAWATAN KELUARGA SAAT MELAKUAKAN INTERVENSI

Saat melakukan Pemkes dan Evaluasi Gerontik tgl 15 maret 2021

Dokumentasi Implementasi keperawatan Gerontik pada tanggal 15 maret 2021

Anda mungkin juga menyukai