Schizophrenia
Schizophrenia
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang bergantung pada interaksi
defisit kognitif, seperti masalah dalam perhatian, memori dan pemecahan masalah;
2.1.2 Epidemiologi
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 7 dari 1000 orang populasi
tahun 2013, prevalensi gangguan jiwa berat adalah sebanyak 1,7 per 1000 orang.
Menurut data dari WHO, Amerika Serikat maupun Epidemological Cathment Area
8
rentang angka 1-1,5 persen (Sadock & Sadock, 2010). Skizofrenia terjadi pada 15-20/100.000
individu per tahun dengan risiko morbiditas selama hidup 0,8 persen baik pria atau wanita dan
kejadian puncak pada akhir masa remaja atau awal dewasa (Lieberman, 2008).
Semakin awal umur terkena penyakit ini, diprediksikan prognosis menjadi semakin
buruk. Skizofrenia biasanya dimulai di usia dewasa awal, antara usia 15 dan 25 tahun. Pria
cenderung menderita Skizofrenia sedikit lebih awal daripada perempuan, usia puncak
onset pada pria 15-25 tahun, sedangkan wanita 25-35 tahun. Insidensi Skizofrenia pada pria
sedikit lebih besar dibandingkan pada wanita. Insiden pada wanita lebih tinggi setelah usia 30
tahun. Rata-rata usia onset adalah 18 pada pria dan 25 tahun pada wanita. Onset Skizofrenia
cukup langka untuk orang di bawah usia 10 tahun, atau lebih dari 40 tahun (Sadock & Sadock,
2010).
Penyakit ini berhubungan dengan jenis kelamin, dimana jenis kelamin laki-laki, tingkat
pendidikan yang rendah, gejala negatif yang dominan, dan gangguan kognitif secara umum
dilaporkan bisa menjadi pulih sempurna. Sebagian besar individu dengan Skizofrenia masih
membutuhkan dukungan kehidupan sehari-harinya, baik secara formal ataupun informal dan
banyak gangguannya kronis dengan eksaserbasi dan remisi dengan gejala yang aktif dan
2.1.3 Etiologi
Penyebab Skizofrenia jarang berdiri sendiri, biasanya terdiri dari penyebab fisik, jiwa dan
dijelaskan secara utuh. Jalur terakhir yang paling jelas adalah peningkatan aktivitas dari
9
Menurut model diatesis-stress, Skizofrenia terjadi karena gangguan integrasi dari
faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Seseorang yang rentan (diatesis), bila diaktifkan
oleh pengaruh yang penuh tekanan antara faktor biologis, psikososial dan lingkungan,
gangguan fungsi atau struktural otak, neurokimia, infeksi, sedangkan psikologis (contohnya
situasi keluarga yang penuh tekanan atau kematian kerabat dekat), dan komponen lingkungan
seperti penyalahgunaan zat, stres psikososial, dan trauma (Sadock, et al., 2015).
1. Genetik
Angka kesakitan bagi saudara kandung 7-15%; bagi kembar dua telur (dizigot) 5-15%;
bagi kembar satu telur (monozigot) 40-60%. Anak yang lahir dari orang tua Skizofrenia
5-20 kali lipat akan lahir menjadi Skizofrenia dibandingkan anak yang lahir dari orangtua
Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas struktur dan
morfologi otak pasien Skizofrenia, antara lain berupa berat otak rata-rata lebih kecil 6%
dari pada otak normal dan ukuran anterior-posterior 4% lebih pendek, pembesaran
ventrikel otak, gangguan metabolisme di frontal dan temporal dan kelainan susunan seluler
struktur saraf di kortek dan subkortek yang terjadi pada saat perkembangan. Semua bukti
patologis gangguan ini terjadi pada awal kehidupan, akibat pengaruh genetik dan
3. Neurobiologi
10
Secara spesifik, gejala positif dari Skizofrenia dihipotesiskan oleh karena adanya
malfungsi pada sirkuit mesolimbik, sementara gejala negatif karena adanya malfungsi di
area mesokortek dan juga melibatkan area mesolimbik khususnya yang melibatkan
nucleus acumbens yang diperkirakan menjadi bagian dari sirkuit reward dari otak,
sehingga jika ada masalah dengan reward dan motivasi pada Skizofrenia maka
kelainannya diduga berasal dari area ini. Nucleus acumbens juga akan teraktivasi karena
penggunaan zat yang tampak pada pasien Skizofrenia. Gejala positif bisa menumpuk
dengan gejala negatif yang ditandai dengan mulai adanya keinginan untuk merokok,
penyalahgunaan obat dan alkohol, mungkin di hubungkan pada area otak ini (Stahl, 2013).
hiperaktifitas pada jaras dopamin pada otak manusia. Hipotesis ini didukung oleh
dopamin, dapat menginduksi psikosis yang mirip dengan Skizofrenia dan obat
11
b. Hipotesis Abnormalitas Reseptor NMDA, di era 2000-an, adanya kerusakan
saraf sentral dan sering menjadi kunci penting dalam pengaturan sistem eksitasi
4. Faktor Lingkungan
Interaksi faktor lingkungan dengan faktor biologi berisiko memengaruhi onset dan
lingkungan rumah yang sehat akan memberikan perlindungan untuk anak-anak. Perilaku
keluarga yang patologi yang secara signifikan dapat meningkatkan stres emosional
memiliki faktor risiko dalam keluarga menjadi Skizofrenia (McClellan & Stock, 2013;
Klasifikasi Skizofrenia menurut PPDGJ III meliputi Skizofrenia Paranoid (F20.0), Skizofrenia
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
a. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya. Thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
12
dari/luar dirinya (withdrawal). Thought broadcasting yaitu isi pikirannya tersiar ke
b. Delusion of control adalah waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu. Delusion of influence adalah waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar. Delusion of passivity adalah waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar. Delusion of perception yaitu
pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya
c. Halusinasi auditorik, yaitu suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
2. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun ide-ide berlebihan yang menetap, atau terjadi selama setiap hari selama
b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
13
d. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri
Menurut PNPK (Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan) Psikiatri 2012 (Amir, et al.,
c. Halusinasi berupa suara yang berkomentar tentang perilaku pasien atau sekelompok
orang yang sedang mendiskusikan pasien, atau bentuk halusinasi suara lainnya yang
d. Jenis waham lainnya, menetap yang tidak sesuai dengan budaya dan sangat tidak
mungkin atau tidak masuk akal, misalnya mampu berkomunikasi dengan makhluk
g. Perilaku katatonik.
h. Gejala negatif, misalnya apatis, miskin pembicaraan, afek tumpul, respons emosi tidak
sesuai.
14
i. Perubahan yang konsisten dan bermakna pada semua aspek pribadi, hilangnya minat,
Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut ICD X adalah minimal satu gejala yang jelas
(dua atau lebih, bila gejala kurang jelas) yang tercatat pada kelompok a-d atau gejala paling
sedikit dua dari kelompok e-h, harus ada pada sebagian besar waktu selama periode paling
sedikit satu bulan. Diagnosis Skizofrenia tidak dapat ditegakkan bila ada penyakit otak,
Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-5), yaitu dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis
A. Jika ada dua atau lebih gejala dibawah ini, dimana gejala ini tampak secara signifikan
selama periode 1 bulan (atau kurang jika dilakukan terapi yang berhasil) dan sedikitnya
1. Waham
2. Halusinasi
B. Adanya gangguan secara fungsi satu atau lebih fungsi penting, seperti bekerja,
C. Gejalanya berlangsung persisten minimal 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus mencakup
sedikitnya 1 bulan dari gejala (atau berkurang karena efek pengobatan) yang dijumpai
pada kriteria A dan juga termasuk gejala prodromal atau gejala sisa. Selama gejala
prodromal atau gejala sisa, keluhan yang nampak berupa gejala negatif atau dua atau
15
D. Gangguan skizoafektif dan depresi atau gangguan bipolar dengan psikotik
dikesampingkan jika, 1) tidak ada gambaran depresi mayor atau episode manik yang
terjadi pada fase aktif ini, atau 2) jika terjadi episode mood selama fase aktif, yang
menunjukkan gejala minimal atau sebagian besar pada fase aktif atau gejala sisa pada
E. Gangguan ini tidak diakibatkan oleh efek psikologi dari penggunaan obat seperti
F. Jika ada riwayat gangguan spektrum autism atau gangguan komunikasi pada masa
anak, diagnosis tambahan Skizofrenia dibuat jika ada gejala dominan halusinasi atau
Beberapa gejala harus persisten secara berkelanjutan selama periode sedikitnya 6 bulan.
Gejala prodromal sering mendahului pada fase aktif dan diikuti dengan gejala sisa yang
ditandai dengan ringannya atau batas ambang mulai adanya halusinasi atau waham. Pasien
memiliki kepercayaan disertai ideas of reference atau magis, mereka memiliki persepsi yang
tidak biasa seperti merasakan kehadiran seseorang yang tidak bisa dilihat nyata, kata-katanya
tidak bisa dimengerti dan samar-samar, serta kebiasaan yang aneh tetapi tidak jelas dan tidak
jelas seperti: mengomel pada orang-orang. Gejala negatif sering pada masa prodromal dan
dapat menjadi berat. Individu yang aktif secara sosial dapat menarik diri dari kebiasaanya.
2.1.5 Penanganan
Sesuai dengan etiologi yang sudah diketahui, penanganan klinis untuk pasien dengan
termasuk terapi perilaku, keluarga, kelompok, individual dan keterampilan sosial serta
rehabilitasi baik di rumah sakit maupun rawat jalan. Indikasi untuk rawat inap di rumah sakit
dapat berupa pembahayaan terhadap orang lain, potensi bunuh diri, gejala-gejala parah yang
16
menuju pada perawatan diri yang buruk atau risiko untuk cedera sekunder karena kekacauan
perilaku, evaluasi diagnostik, respon yang gagal terhadap terapi, komorbiditas yang memberi
komplikasi, dan kebutuhan untuk mengubah pengobatan yang kompleks (Sadock & Sadock,
2010).
Fungsi kognitif pada Skizofrenia sangat penting untuk ditegakkan karena sangat berhubungan
Secara umum, kognitif atau kognisi merupakan suatu proses mental yang dihubungkan dengan
berpikir. Secara khusus, kognisi merujuk pada proses yang paling penting seperti persepsi,
kejadian dan prosedur, melakukan generalisasi, analogi, membuat penjelasan dan membangun
intelektual yang merasakan, menerima, memahami dan berespon terhadap informasi. Hal ini
informasi yang diperoleh. Semua keterampilan kognitif ini membuat seseorang mampu
Keterampilan kognitif mengacu pada kemampuan mental yang kita butuhkan untuk
mempelajari hal-hal berhubungan dengan akademik dan secara umum untuk dapat berfungsi
17
dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan kognitif adalah kemampuan dasar yang harus
Defisit fungsi kognitif yang muncul pada pasien Skizofrenia menunjukkan adanya
gangguan pada salah satu atau beberapa domain yang telah disebutkan sebelumnya (Sadock et
al., 2015). Pasien Skizofrenia sering mengalami masalah-masalah pada aspek kognisi mereka
kembali (recall) informasi, kemampuan untuk memproses informasi dan merespon informasi
Gangguan fungsi kognitif atau disfungsi kognitif sering terjadi pada Skizofrenia. Angka
kejadian gangguan ini cukup tinggi berkisar antara 50-80 persen, tergantung pada keparahan
penyakit (Noor, 2015). Disfungsi kognitif adalah gejala primer pada Skizofrenia dan beberapa
gangguan afektif. Hal ini mengakibatkan masalah kognitif tetap ada bahkan saat gejala-gejala
lain terkontrol. Penelitian menyebutkan terdapat bagian dari otak yang berfungsi mengolah
keterampilan kognitif, dan seringkali tidak berfungsi secara normal pada Skizofrenia.
Gangguan fungsi memori episodik menyebabkan disfungsi pada struktur hippocampal dan
lobus temporal medial, dimana area ini merupakan asal dari perubahan kognitif pada pasien
Skizofrenia. Hal ini mengindikasikan bahwa gangguan jiwa berat memengaruhi bagaimana
otak bekerja yang selanjutnya menyebabkan masalah pada fungsi kognitif seseorang (Medalia
Disfungsi kognitif ini dapat tampak jelas bahkan sebelum gejala psikotik dimulai dan
menyebabkan kemunduran dalam performa akademis atau pekerjaannya. Salah satu gejala
kognitif yang paling awal terjadi pada pasien Skizofrenia adalah berkurangnya kemampuan
memusatkan perhatian, namun kesulitan daya ingat dapat juga terjadi sebelum onset dari gejala
18
psikotik (Medalia & Revheim, 2002). Penurunan fungsi yang parah pada uji fungsi kognitif
adalah tanda yang amat jelas yang sangat penting untuk suatu defisit fungsi kognitif pada
pasien Skizofrenia. Sekitar 98 persen pasien Skizofrenia menghasilkan hasil uji kognitif yang
rendah. Hampir semua pasien Skizofrenia berfungsi lebih rendah dari yang diharapkan pada
saat mereka telah stabil tanpa gejala (Keefe & Harvey, 2012), dimana domain yang paling
Adapun penurunan fungsi kognitif pada Skizofrenia terjadi saat mulai timbulnya
penyakit, dan tetap stabil atau menetap pada sisa perjalanan penyakit. Hasil penelitian
menunjukkan jika dibandingkan antara pasien Skizofrenia yang telah mengalami riwayat sakit
lama, maka pasien yang pertama kali sakit, secara bermakna memiliki fungsi kognitif yang
lebih baik. Pada penelitian lain menyebutkan pada pasien yang baru pertama sakit, fungsi
kognitif cenderung tetap dan mengalami perubahan setelah beberapa tahun kemudian (Noor,
2015).
Fungsi kognitif seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa diantaranya yaitu latar
belakang pendidikan, tingkat intelegensi, gejala klinis, perjalanan penyakit, adanya penyakit
atau kelainan mental yang mengganggu fungsi normalnya, bahkan jenis antipsikotik yang
digunakan selama perawatan. Hal-hal tersebut dapat memengaruhi hasil tes fungsi kognitif
yang dilakukan oleh pasien Skizofrenia, dimana pada tes mengenai kemampuan abstrak pasien
lah yang paling dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut (Sadock, et al., 2015).
penurunan fungsi kognitif. Begitu juga gejala negatif berhubungan secara signifikan
memengaruhi keparahan penurunan fungsi kognitif (Ventura , et al., 2009). Hasil penelitian
menyebutkan gejala positif juga berpengaruh terhadap fungsi kognitif terutama memori dan
perhatian. Jenis kelamin yaitu pada laki laki ditemukan hubungan signifikan pada fungsi bahasa
19
dan memori (Wiratma, 2014). Halusinasi aktif menganggu kemampuan dalam
berpikir formal mengganggu ekspresi verbal yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan test
dan kemiskinan pembicaran dan perilaku amotivasional menggangu partisipasi pasien dalam
Faktor neurobiologi merupakan salah satu faktor yang juga memengaruhi fungsi
kognitif. Pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya terhadap hubungan antara gangguan
pada ingatan jangka pendek (working memory), gangguan integritas neuronal di area
prefrontal, perubahan struktur di area prefrontal, cingulata dan korteks parietal inferior dan
penurunan aliran darah ke otak terutama terjadi di area di hipocampus pada pasien Skizofrenia
menjadi bukti adanya kerusakan pada sirkuit neuron yang kemudian mengganggu kemampuan
ingatan jangka pendek yang normal pada seseorang. Hipofungsi yang terjadi di jalur
mesokortek (salah satu dari jalur dopamin di otak) pada pasien Skizofrenia diketahui sebagai
penyebab utama terjadinya defisit fungsi kognitif dan munculnya gejala negatif (Sadock, et al.,
2015).
(antipsikotik atipikal) memiliki kemampuan dalam perbaikan neurokognitif yang lebih baik
dibandingkan dengan antipsikotik generasi pertama. Hal yang berlawanan dikemukakan oleh
dengan dua antipsikotik atipikal lainnya. Secara keseluruhan, data dan hasil penelitan tersebut
tetap menunjukkan bahwa sampai saat ini, penggunaan antipsikotik dalam perbaikan
neurokognitif belum memberikan hasil yang cukup signifikan sehingga terapi nonfarmakologi
20
masih menjadi pilihan. Terapi remediasi kognitif merupakan contoh terapi nonfarmakologi
yang baik untuk perbaikan fungsi kognitif (Keefe & Harvey, 2012).
Gangguan fungsi kognitif pada pasien Skizofrenia dapat ringan hingga berat. Perburukan pada
fungsi kognitif merupakan hal yang sangat memengaruhi signifikan tidaknya disabilitas pasien
Profil defisit kognitif pada pasien Skizofrenia melibatkan banyak dari beberapa aspek
penting dari kognitif manusia antara lain: perhatian, daya ingat, kemampuan membuat alasan
(reasoning) dan kecepatan memproses informasi. Berbagai usaha sedang dilakukan dalam
rangka mengidentifikasi aspek spesifik dari neurokognitif yang berkaitan erat dengan etiologi,
yang standar menunjukkan sensitivitas yang besar terhadap fungsi-fungsi yang relevan terkait
Mengacu pada kemampuan seseorang memusatkan perhatian setiap saat. Perburukan dapat
instruksi penting aktivitas sederhana seperti membaca atau menonton televisi. Pada pasien
skizofenia, kesulitan tadi berdampak pada fungsi sosial, fungsi komunikasi dan hal-hal
trampil lain.
Adapun kemampuan yang terlibat dalam fungsi memori termasuk mempelajari informasi
baru, mempertahankan informasi yang baru dipelajari setiap waktu dan mengenali hal-hal
yang telah diketahui sebelumnya. Secara umum pasien menunjukkan defisit yang besar
dalam hal mempelajari daripada mengingat. Pengukuran untuk proses belajar melibatkan
21
bagaimana mempelajari sejumlah kata atau bagian dari suatu tulisan. Penelitian
menyebutkan terdapat hubungan yang jelas antara perburukan daya ingat verbal dan defisit
Visual learning tidak semudah verbal learning untuk diekspresikan, dan defisit visual
learning tidak separah yang terjadi pada verbal learning. Beberapa penelitian menyebutkan
visual memory berkaitan dengan status pekerjaan, masa jabatan, keberhasilan rehabilitasi
psikososial, fungsi sosial, tingkat kualitas hidup, dan berkaitan paling kuat dengan kapasitas
Kedua domain ini merupakan bagian fungsi eksekutif seseorang. Kehidupan masyarakat
terhadap perubahan tersebut. Pasien Skizofrenia yang mengalami perburukan dalam fungsi
sekitar mereka.
5. Speed of Processing
Banyak uji neurokognitif mengharuskan seseorang melalui uji memproses informasi cepat
dan hal ini berkaitan dengan gangguan dalam kecepatan memproses informasi. Contoh tugas
standar seperti mengkoding dimana tugas ini menunjukkan defisit yang paling parah pada
korelasi dengan berbagai bentuk penting Skizofrenia seperti aktivitas sehari-hari, masa
jabatan dan kemandirian. Kemunduran dalam memproses informasi dengan cepat dapat
22
6. Working Memory
Working memory merupakan komponen inti dari perburukan kognitif pada Skizofrenia dan
ini berkaitan dengan fungsi sosial seperti status pekerjaan dan masa jabatan. Defisit pada
pada domain ini memiliki hubungan kuat dengan perburukan aspek lainnya di kemudian
hari. Secara neuroanatomi peran sirkuit neural yaitu bagian kortek prefrontal memediasi
aspek fungsi working memory dan sirkuit ini mengalami penurunan fungsi pada Skizofrenia.
7. Social Cognition
agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial (Monteiro, et al., 2012). Teori
tentang keterampilan berpikir dan persepsi sosial dan emosi telah menjadi fokus umum
pada fungsi kognisi sosial dalam Skizofrenia. Teori berpikirnya adalah kemampuan untuk
menduga maksud orang lain dan atau untuk mewakili status kejiwaan seseorang. Kognisi
Pemeriksaan neurokognitif sering menilai lebih dari satu domain dari fungsi sehari-hari
seseorang. Menurut para ahli yang tergabung dalam subkomite neurokognitif Measurement
learning and memory, visual learning and memory, reasoning and problem solving, speed of
processing, and social cognition. Selanjutnya hasil dari pengukuran yang dilakukan oleh para
ahli dalam MATRICS telah diakui oleh Psychiatry Division of the Food and Drug
Administration sebagai penelitian yang tercatat terkait fungsi kognitif (Keefe & Harvey, 2012).
Beberapa alat ukur dikembangkan dalam rangka mengukur fungsi kognitif. MATRICS
sebagai suatu subkomite neurokognitif telah menyusun suatu MATRICS Consensus Cognitive
23
Battery (MCCB), suatu instrumen untuk menilai efek terapi terhadap disfungsi kognitif pada
pasien Skizofrenia. Alat ini menunjukkan reliabilitas yang kuat serta korelasi yang signifikan
dengan pengukuran tentang kapasitas fungsi sehari-hari pada pasien Skizofrenia. Fungsi
pekerjaan atau pendidikan diprediksi dari performa working memory dan gejala negatif,
kemandirian diprediksi melalui skor verbal memory, dan fungsi sosial diprediksi melalui
Terdapat banyak alat ukur atau alat skrining untuk menilai fungsi kognitif pada pasien
Skizofrenia antara lain The Brief Assessment of Cognition in Schizophrenia (BACS) yang
menilai aspek-aspek kognisi yang paling mengakibatkan gangguan dan yang paling
berhubungan dengan luaran pasien Skizofrenia. BACS memiliki reliabilitas yang tinggi. Alat
ukur lain seperti Screen for Cognitive Impairment (SCIP) juga menunjukkan validitas yang
kuat sebagai alat skrining adanya defisit fungsi kognitif pada pasien Skizofrenia dan bipolar,
sementara suatu pengkodean simbol digit merupakan suatu alat ukur yang sederhana yang
Narrative of Emotions Task (NET) dari Buck adalah alat untuk mengukur fungsi
kognitif sosial. NET adalah suatu wawancara semistruktur dimana subjek diminta untuk
Montreal Cognitive Assessment (MoCA), disusun oleh Nasreddine pada tahun 1996
dan telah divalidasi tahun 2005 oleh Nasreddine dan kawan-kawan. MoCA merupakan alat
skrining fungsi kognitif yang cepat dikerjakan untuk gangguan fungsi kognitif ringan. MoCA
mengukur domain perhatian, dan konsentrasi, fungsi eksekutif, daya ingat, bahasa, proses
berpikir konseptual, kalkulasi dan orientasi. Preda et al. (2011) merekomendasikan MoCA
sebagai alat ukur defisit kognitif berkaitan dengan Skizofrenia dengan keuntungan cepat dan
24
Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan alat skrining yang efektif untuk
menilai fungsi kognitif pada gangguan mental dan mengkhusus ditujukan untuk usia lanjut.
Alat skrining lain yaitu Cognitive Assessment Interview (CAI) adalah alat skrining
berbasis wawancara semi struktur untuk menilai fungsi kognitif. CAI memiliki tingkat
konsistensi yang tinggi, korelasi yang tinggi per item, reliabilitas test-retest yang sangat baik
Schizophrenia Cognition Rating Scale (SCoRS) oleh Richard Keefe adalah salah satu
alat ukur berbasis wawancara untuk menilai fungsi kognitif pada pasien Skizofrenia. SCoRS
terdiri dari 20 item penilaian dan membutuhkan waktu hanya 15 menit untuk melengkapinya.
SCoRS memiliki reliabilitas yang baik dan terbukti memiliki validitas yang baik serta
berhubungan dengan fungsi sosial terutama pada pasien Skizofrenia yang secara klinis telah
Beratnya gangguan fungsi kognitif cukup memengaruhi fungsi sosial. Disfungsi kognitif
merupakan aspek sentral dan melemahkan pada Skizofrenia dan beberapa penelitian saat ini
menunjukkan bahwa perbaikan yang besar dan menetap dalam fungsi kognitif dapat dihasilkan
dari penanganan terhadap fungsi kognitif tersebut termasuk didalamnya penanganan terhadap
terutama bergantung pada prinsip-prinsip belajar, misalnya latihan tugas yang berulang dan
terindividualisasi, umpan balik yang tertata dan pengajaran metode kompensasi untuk
mengatasi masalah-masalah terkait fungsi kognitif (Cella, et al., 2017). Terapi ini adalah terapi
yang melibatkan pasien dalam kegiatan belajar untuk meningkatkan keterampilan kognitif
yang relevan sesuai tujuan pemulihan yang mereka pilih. Pada Orang Dengan Skizofrenia
25
(ODS) CR terbukti secara non farmakologis efektif untuk penanganan gangguan fungsi
kognitif yang terjadi (Noor, 2015). Adanya kesadaran yang cukup luas tentang kesulitan
domain kognitif ini pada Skizofrenia. Hingga kini pada berbagai studi dalam jumlah yang
relatif besar muncul di literatur, kajian sistematik dan meta analisis menunjukkan bahwa CR
memiliki efek yang bermanfaat baik pada kognisi dan fungsi sehari-hari, dengan derajat efek
Banyak model terapi remediasi kognitif yang tersedia. Model umum yang ditawarkan
adalah bagian dari program rehabilitasi kejuruan. Salah satu contoh remediasi kognitif adalah
terapi yang dikembangkan oleh Delahunty dan kawan-kawan pada tahun 2001. Terapi ini
menggunakan dua metode yaitu metode manual (dengan kertas kerja dan pensil) dan
komputer. Terapi ini menggunakan modul terapi, sebanyak 40 kali pertemuan/sesi pada
penelitian lain minimal 20 kali pertemuan, 1 jam tiap kali pertemuan/sesi, minimal 3 kali
Penurunan fungsi sosial adalah salah satu bentuk utama dalam mendiagnosis Skizofrenia
Secara umum fungsi sosial adalah kapasitas seseorang untuk berfungsi di dalam berbagai
aturan sosial yang berbeda seperti sebagai pekerja, pelajar, keluarga atau seorang teman. Baik
tidaknya seseorang berfungsi secara sosial akan melibatkan kepuasan mereka sendiri baik
kemampuan beradaptasi terhadap aturan-aturan, merawat diri maupun pemanfatan waktu luang
26
Fungsi sosial didefiniskan sebagai luaran fungsional yang spesifik yang memenuhi dari
3 katagori yaitu (1) fungsi psikososial, (2) kemampuan mengatasi masalah sosial (social
problem solving ability) dan (3) aspek yang lebih luas dari perilaku di kehidupan sehari-hari
(Green & Harvey, 2014). Satu penemuan empiris menyatakan bahwa kemampuan yang kurang
dalam penyelesaian masalah pada pasien Skizofrenia berkaitan dengan gejala-gejala klinis,
distres emosi dan secara negatif berdampak pada kualitas hidup (Hsiao, et al., 2012; Huang, et
al., 2014).
Disfungsi sosial merupakan suatu ciri khas dari Skizofrenia dan hal tersebut menjadi
beban utama bagi pasien maupun keluarganya (Meesters, et al., 2010). Disfungsi sosial
ditandai dengan defisit fungsi sosial keseluruhan dan beberapa keterampilan sosial.
Keterampilan sosial adalah kemampuan spesifik individual untuk menjalani situasi sosial
secara baik (Tenhula & Bellack, 2008). Walaupun antipsikotik, efektif untuk pengobatan
psikotik akut dan merupakan langkah pencegahan terjadinya Skizofrenia, namun pasien
Skizofrenia memiliki kecenderungan terjadinya gejala disabilitas fungsi sosial dan gejala
perburukan harus terjadi paling tidak ada 1 atau lebih area utama dari fungsi seseorang seperti
pekerjaan, hubungan interpesonal atau perawatan diri. Penilaian fungsi sosial dilakukan dalam
berbagai tingkat kehidupan namun hal yang paling sering diukur adalah aturan sosial dan
keterampilan sosial. Menurut Maurer (1996) usia lebih muda pada pasien Skizofrenia
berhubungan dengan tingkat keparahan gejala dan fungsi sosial yang lebih buruk, walaupun
terdapat satu studi yang menemukan asosiasi negatif antara usia dan onset, juga antara
keterampilan sosial non verbal dan keseluruhan keterampilan sosial. Akibat dari onset
Skizofrenia yang sangat muda ini, pasien sering kali sulit memasuki dunia kerja, memiliki
tingkat pendidikan yang rendah, pernikahan tidak bertahan lama (Keefe & Harvey, 2012).
27
2.3.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Fungsi Sosial pada Skizofrenia
Disabilitas akibat disfungsi dalam kemampuan fungsi sosial sehari-hari pada pasien
Skizofrenia merupakan suatu fenomena kompleks yang disebabkan oleh banyak faktor. Fungsi
sosial dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: umur saat onset penyakit, seks, durasi
penyakit, gejala positif atau gejala negatif, lingkungan, status kesehatan, kapasitas fungsional,
performa kognitif, dan faktor demografi (Strasnig & Harvey, 2012; Bredician, et al., 2010).
kemampuan fungsi sosial pada Skizofrenia, fungsi neurokognitif dan tingkat keparahan simtom
negatif paling banyak dikaitkan dengan terjadinya disfungsi dalam kemampuan fungsi sosial
(Ventura, et al., 2009; Shamsi, et al., 2011). Fungsi sosial merupakan salah satu tolak ukur
dalam keberhasilan terapi pasien Skizofrenia. Hal ini terdiri atas kemampuan untuk berperan
dalam lingkungan keluarga, sosial atau pekerjaan, kemampuan menilai diri sendiri, serta
aktivitas hidupnya sehari-hari (Georg & Pier, 2008). Secara spesifik, fungsi mandiri meliputi
perawatan diri sehari-hari (mandi, makan, keramas, menyikat gigi, berganti pakaian serta
kemampuan pasien untuk minum obat), aktivitas yang berguna secara sosial (bekerja atau
bersekolah, berperan dalam aktivitas kelompok serta melakukan pekerjaan rumah tangga),
hubungan personal dan sosial baik dengan keluarga atau pendukung terapi lain, serta adanya
perilaku mengganggu dan agresif, bicara terlalu keras, menyampah, mengancam, melukai diri
sendiri dan orang lain, merusak benda-benda, terlibat dalam perkelahian serta perilaku sosial
yang tidak pantas (Wolff, et al., 2010; Georg & Pier, 2008).
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi fungsi sosial pada pasien Skizofrenia antara
lain onset dini dari penyakit itu sendiri, ini dapat menurunkan fungsi sosial pada pasien di
kemudian hari. Menurut Gobbl et al. (1987) bahwa jenis Skizofrenia juga sangat memengaruhi
menyebabkan gangguan fungsi sosial yang lebih buruk dibanding non paranoid, dimana
28
mereka yang paranoid lebih buruk dalam pengenalan emosi dan empati karena cendrung
menginteprestasikan dengan paranoid segala sesuatu, tapi tidak di semua aspek. Pasien
paranoid lebih signifikan pada tugas-tugas yang terkait kepercayaan (Pinkham, et al., 2016).
Gejala Skizofrenia juga memengaruhi hubungan sosial seseorang ditambah lagi gejala
dapat menurunkan kualitas serta kepuasan tehadap kehidupan. Menurut Meehl (1962) dan
Jarmillo (2009), anhedonia, kecemasan dan depresi dan gejala negatif yang dialami oleh pasien
Skizofrenia dapat mengakibatkan penurunan kemampuan dalam berfungsi dengan baik dalam
kehidupan sehari-hari. Green (2000) menyebutkan, adanya kemunduran dalam fungsi kognitif
juga dapat menurunkan fungsi sosial penderita dan performa fungsi ini juga tergantung pada
Sesuai dengan penelitian oleh Margaret (2007), yang menemukan bahwa fungsi
kognitif yang baik dapat menjadi faktor proteksi terhadap performa fungsi pasien Skizofrenia.
Tingkat keparahan gejala pasien sangat menentukan fungsi sosial pasien di masa yang akan
datang (Rieckmann, et al., 2005). Penelitian cross sectional atau longitudinal menunjukkan
adanya hubungan signifikan antara defisit fungsi kognitif dengan penurunan fungsi sosial pada
pasien Skizofrenia. Verbal memory merupakan domain kognitif yang diyakini sebagai
prediktor fungsi sosial pada pasien Skizofrenia dan hal ini tidak terkait gender. Hal ini
membuktikan bahwa kognitif berkaitan erat dengan kegagalan pasien skizofenia dalam fungsi
Usia dikatakan berpengaruh terhadap fungsi sosial pasien skizofenia, dimana anak dan
remaja yang menderita Skizofrenia cenderung mengalami penurunan fungsi sosial yang lebih
besar dibandingkan dengan pasien dewasa. Adapun faktor jenis kelamin dimana perempuan
menjadi faktor proteksi yang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki terhadap fungsi pasien
Skizofrenia baik fungsi sehari-hari maupun fungsi sosial. Lamanya perjalanan penyakit juga
berpengaruh terhadap fungsi sosial, McCall (2001) menyatakan semakin lama seseorang
29
menderita Skizofrenia akan mengurangi kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
dan kegiatan sosial. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya memberi kontribusi pada fungsi
sosial pasien Skizofrenia adalah tingginya kekambuhan yang dapat mengakibatkan penurunan
fungsi sosial dan kemampuan pasien Skizofrenia dalam beradaptasi dengan lingkungannya, hal
ini dinyatakan oleh Pinkhan dan Penn (2003). Adanya riwayat gangguan Skizofrenia pada
keluarga menurut Leam, et al (2008) juga memengaruhi fungsi yang dapat dicapai setelah
pengobatan. Tingkat kepatuhan terhadap terapi serta terapi yang diterima juga berpengaruh
Adapaun hal-hal yang dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai fungsi sosial pada
1. Terjadi kegagalan atau penurunan fungsi pada area-area tertentu diluar harapan yang
diri dan melaksanakan kewajiban sehari-hari baik sebagai pelajar, pekerja, orang tua
atau lainnya adalah masalah yang sering terjadi. Penting untuk menentukan bagian
kemudian mengevaluasi perubahan kualitas dari fungsi sehari-hari tersebut, begitu juga
2. Dukungan penuh dan afektif dari keluarga menjadi hal penting dimana sikap
pengorbanan diri berlebihan dan permusuhan merupakan sikap keluarga atau caregiver
yang memperparah kondisi mental pasien Skizofrenia. Hal tersebut di atas dikenal
denagn Ekspresi Emosi (EE) caregiver. Observasi terhadap daya dukung atau sikap
30
3. Perubahan tingkat keparahan dari gejala negatif, gejala positif atau defisit kognitif dan
4. Perubahan defisit pada keterampilan sosial yang spesifik seperti kontak mata yang
kurang, ekspresi wajah, tekanan vokal saat berbicara serta isi pembicaraan yang sesuai.
Hal tersebut memberi kontribusi terhadap permasalahan dalam hubungan sosial mereka
Kualitas hidup sering didefinisikan sebagai kualitas sosial, okupasi dan aspek
interpersonal dari hidup dan semua ini berkaitan dengan fungsi kognitif. Beberapa penelitian
menemukan bahwa penurunan kualitas hidup sangat berkaitan dengan defisit fungsi kognitif
daripada bentuk-bentuk gejala penyakit lainnya. Secara spesifik, hubungan antara pengalaman
subjektif dan fungsi sosial dimediasi oleh fungsi eksekutif (Penn, et al., 2006).
Defisit fungsi sosial pada pasien Skizofrenia merupakan target luaran penting dalam
penanganan Skizofrenia dimana kemunduran fungsi sosial berarti secara tidak langsung
mengukuran terhadap tingkat fungsi sosial terkait apakah telah terjadi defisit pada pasien
Skizofrenia dan seluas apa defisit tersebut telah terjadi, dimana hasil tersebut tentu berguna
Adapun beberapa instrumen untuk mengukur fungsi sosial antara lain Social
Functioning Scale (SFS) dan Social Behavior Schedule (SBS). SBS berupa kuisioner yang
harus diisi oleh pasien tentang fungsi sehari-hari mereka pada bulan sebelumnya dan hanya
membutuhkan waktu 15 menit untuk menyelesaikan kuisioner tersebut. SFS adalah kuisioner
yang dapat dilengkapi oleh pasien atau caregiver terdiri dari 79 poin pertanyaan. Beberapa
keterbatasan pada alat ukur fungsi sosial tidak selalu dapat diaplikasikan pada pasien
Skizofrenia. Salah satu yang dapat digunakan sebagai alat ukur fungsi sosial pasien Skizofrenia
31
adalah skala Global Assessment of Functioning (GAF). Bagaimanapun GAF tetap memiliki
kekurangannya yaitu pedoman dalam menilai fungsi keseluruhan tidak meliputi banyak hal
atau luas. Social and Occupational Functioning Assessment Scale (SOFAS) dikembangkan
dalam rangka mengatasi kekurangan-kekurangan dari alat ukur sebelumnya namun tidak
Morosini et al., mengembangkan skala Personal and Social Performance (PSP) scale
dari SOFAS. Penilaian berdasarkan 4 indikator yaitu (1) Aktivitas sosisal yang berguna,
termasuk pekerjaan dan sekolah; (2) Hubungan personal dan sosial; (3) perwatan diri; dan (4)
perilaku yang mengganggu dan agresif. Tingkat keparahan dinilai masing-masing dari 6 poin.
Pewawancara menentukan skor umum berdasar informasi dari wawancara berkaitan 4 topik
utama dan informasi tambahan lain yang dapat membantu penilaian klinis. PSP sangat mudah
dilakukan dan telah digunakan pada suatu studi Randomized Controlled Trials (RCT). PSP
telah divalidasi di beberapa negara baik kondisi akut atau stabil pada pasien Skizofrenia, dan
selalu menghasilkan reliabilitas, validitas dan sensitivitas yang baik (Brissos, et al., 2011).
2.4 Hubungan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial pada Pasien Skizofrenia
Pada saat seseorang mengalami kesulitan memusatkan perhatian, mengingat dan berpikir
dengan jernih, hal ini tentunya akan memengaruhi kemampuan berfungsi sehari-hari dalam
kehidupannya baik di lingkungan sekitar, di sekolah, tempat bekerja ataupun dalam suatu
hubungan personal. Gangguan daya ingat atau gangguan dalam mengatasi masalah sering
Pada pasien Skizofrenia, fungsi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
fungsi kognitif. Kemampuan kognitif yang baik sering berhubungan dengan kemampuan
menjalani kehidupan yang mandiri dan kualitas hidup yang lebih baik dibanding faktor gejala
klinis yang telah membaik. Hal ini tentu saja dapat dijelaskan dimana dengan kemampuan
32
mengatasi masalah dan mengingat informasi merupakan hal yang sangat penting dalam
berinteraksi dengan orang lain. Pasien dengan gangguan jiwa berat atau Skizofrenia yang tidak
mampu menyelesaikan pendidikan karena keterbatasan kognitif atau gangguan fungsi kognitif
yang mereka alami akibat kondisi kejiwaannya sering tidak mampu bersaing dalam dunia kerja,
belum lagi gangguan ini menyebabkan pasien Skizofrenia sulit menyelesaikan pendidikan bagi
memproses kecepatan berpikir dan kesulitan berkonsentrasi, seringkali memiliki status rendah
dalam pekerjaannya. Hal ini terjadi karena kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu
keterampilan terpenting yang dibutuhkan manusia dalam berkompetisi di dunia kerja modern
namun tidak dimiliki lagi oleh pasien Skizofrenia. Peran kognitif juga penting dalam suatu
hubungan personal baik pada pasangan atau pertemanan. Hubungan ini membutuhkan bentuk
yang saling mendukung, keperdulian, saling mendengarkan. Seseorang ingin orang lain benar-
Pasien Skizofrenia dengan gangguan fungsi kognitif tidak mampu memberi perhatian
yang baik terhadap lawan bicara atau bahkan tidak mampu memberi solusi terhadap
permasalahan orang lain. Hal ini dapat menimbulkan hubungan yang kurang harmonis dengan
sekitarnya. Dalam dunia kerja kejadian seperti ini tentunya membuat pasien Skizofrenia yang
bertekad kembali ke dunia kerja dapat dianggap malas atau tidak perduli padahal mereka
bermasalah dalam fungsi kognitifnya sehingga kurang mampu menunjukkan ide-ide atau buah
pikiran mereka. Maka dari itu kemampuan memusatkan perhatian, berkonsentrasi, dan tidak
mudah terdistraksi sangatlah penting dalam fungsi sosial agar dapat hidup mandiri, dihargai
Beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan antara fungsi kognitif dan fungsi
sosial pada pasien Skizofrenia. Green (2000), menyebutkan, adanya kemunduran dalam fungsi
33
kognitif juga dapat menurunkan fungsi sosial pasien dan performa fungsi ini juga tergantung
pada tingkat pendidikan atau kognitif dasar. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Margaret
(2007), yang menemukan bahwa fungsi kognitif yang baik dapat menjadi faktor proteksi
terhadap performa fungsi pasien Skizofrenia (Rieckmann, et al., 2005). Sterea R (2015), dalam
penelitiannya menyatakan terdapat hubungan antara fungsi kognitif yang baik dengan fungsi
sosial yang lebih baik pada pasien Skizofrenia, dengan nilai koefisien korelasinya 0,5 dan p
0,001. Penelitian dari Shamsi et al., (2011),. Hueng et al., (2013) dan Santosh et al., (2013)
juga menyatakan terdapat hubungan antara fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien
Skizofrenia.
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali satu-satunya Rumah Sakit Jiwa yang ada di Bali, berada
di Jl. Kusuma Yudha No. 29 Bangli, Bali dengan luas tanah 8000 m2. RSJ Provinsi Bali
merupakan salah satu unsur pelaksana Pemerintah Daerah Provinsi Bali yang mempunyai tugas
Awal berdiri pada tahun 1933 diprakarsai oleh dr. K. Loedin Pemerintah Kolonial
Belanda dengan nama “Verpleegtehuis voor krankzinnegen op Bangli” atau Rumah perawatan
orang sakit jiwa di Bangli. Pada tahun 1952 secara operasional oleh pemerintah pusat
(Kementerian Kesehatan).
Jenis pelayanan yang diberikan oleh RSJ Provinsi Bali antara lain Pelayanan Rawat Jalan
atau Poliklinik (Jiwa Dan Gigi, Radiologi, Fisioterapi) Rawat Inap, Dan Rehabilitasi. Selain
pelayanan kesehatan jiwa dalam gedung juga melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat
berupa pelayanan terintegrasi di puskesmas, Home Care, Home Visit, Baksos, Promosi
terdiri dari poliklinik Jiwa, Saraf, Psikologi, Gigi, Rehabilitasi Medik, Rehabilitasi Mental.
34
Pada Poliklinik Rehabilitasi Mental telah dilaksanakan terapi kerja (membuat canang,
35