Anda di halaman 1dari 10

QANUN GAMPONG MATANG KEUPULA LHEE

KECAMATAN MADAT KABUPATEN ACEH TIMUR


NOMOR: 09 /2004 TAHUN 2019
TENTANG
KEDUDUKAN DAN FUNGSI IMUM GAMPONG

Bismillahirrahmanirrahim
DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

KEUCHIK GAMPONG MATANG KEUPULA LHEE

Menimbang: a. Bahwa Undang-Undang Dasar Tahun 1945


menegaskan Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat;
b. Dalam Rangka mempercepat Proses Pelaksanaan Syari’at Islam
dalam bidang Ibadah, Kemakmuran Meunasah dan Syiar Islam Perlu
Menetapkan Qanun tentang kedudukan dan Fungsi Imum
Gampong.
c. Bahwa Dalam rangka meninjak lanjuti ketentuan Pasal 115
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa, perlu
menetapkan Peraturan Bupati Tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintahan Gampong dan Perangkat Gampong;
d. Bahwa untuk mewujudkan Pembangunan Hukum dan tertib
Pemerintahan Gampong berkewajiban melaksanakan Pembangunan di
Bidang hukum secara terencana , terpadu dan berkelanjutan dalam
system hukum nasional berdasarkan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945;
e. Qanun Gampong Mempunyai kedudukan hukum tertinggi Di
gampong untuk mengikat bagi seluruh warga Gampong serta
pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap gampong
tersebut;
f. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum , tertib Administrasi
dan kubutuhan masyarakat Gampong atas Peraturan Perundang-
undangan ditingkat Gampong sebagai mana yang diamanatkan
dalam Ketentuan Pasal 115 huruf b Undang-undang Nomor 6
tahun 2014 Tentang Desa.
g. Bahwa pada masa kerajaan Aceh pernah dijadikan
landasan Adat bak Po Teumeureuhom, Hukom bak Syiah Kuala,
Qanun bak Putroe Phang, dan Reusam bak Laksamana. Dimana
adat, Hukum, Qanun, dan Reusam di Gampong dipegang oleh
Tuha Peut, Tuha Lapan, dan Pemuka Adat, kemudian dijalankan
dan dipatuhi dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah Gampong dan
Masyarakat;
h. Bahwa berdasarkan pertimbangan diatas sebagai mana
dimaksud sebagai mana dimaksud apada huruf a, huruf b, huruf
c, huruf d, huruf e, perlu membentuk Qanun tentang kedudukan
dan Fungsi Imum Gampong.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan


Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan
DaerahPropinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik;
Indonesia Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1092);
2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan perubahan peraturan
Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara
Republik 1. Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1103);
3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
4. Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3893);
5. Qanun Propinsi Nanggro Aceh Darusslam Nomor 11 Tahun 2002
tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang Aqidah. Ibadah Syiar
Islam ( Lembaran Daerah Propinsi Naggro Aceh Darussalam
Tahun 2002 Nomor 54 Seri E Nomor 15 ).
6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
8. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006
tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan
Peraturan Desa;
10. Peraturan Menteri Nalam Negeri Nomor 30 tahun 2006 tentang
tatacara penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kota kepada
Desa;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang
Pedoman Administrasi Desa;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri 5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
14. Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007 tentang Baitul Mal ;
15. Qanun Aceh Nomor 09 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan
dan Adat Istiadat;
16. Qanun Aceh Nomor 09 Tahun 2008 Tentang
Lembaga adat ;
17. Qanun Naggro Aceh Darussalam Aceh Nomor 11 Tahun 2002
Tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang Aqidah, Ibadah dan Syiar
Islam ( Lembaran Daerah Propinsi Nanggro Aceh Darussalam
tahun 2002 Nomor 54 Seri E Nomor 15 );
18. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pembentukan
Qanun ( lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 Nomor 11,
Tambahan lembaran Daerah Aceh Nomor 38 );
19. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Perundang undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
20. Undang – undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495 );
21. Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 13 Tahun 2015 Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Timur Tahun
2016 (lembaran Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015 Nomor 13);

Dengan Persetujuan Bersama

TUHA PEUT GAMPONG MATANG KEUPULA LHEE


dan
KEUCHIK GAMPONG MATANG KEUPULA LHEE

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Qanun Gampong


Matang Keupula Lhee
Kecamatan Madat
tentang :

KEDUDUKAN DAN FUNGSI IMUM GAMPONG

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gampong ini yang dimaksud dengan :
1. Gampong adalah Gampong Matang Keupula Lhee..
2. Warga adalah masyarakat yang bermukim di Gampong Matang
Keupula Lhee.
3. Desa adalah Desa atau Desa Adat adat atau disebut dengan
nama lain, selanjutnya Desa
( Gampong ) adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan Pemerintah, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat. Hak asal usul atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem peraturan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Qanun Gampong adalah Perundang-undangann yang ditetapkan
oleh Keuchik setelah dibahas dan disepakati bersama Tuha Peut
Gampong.
5. Pemerintahan Gampong adalah Keuchik dan Tuha Peut Gampong
yang memiliki Tugas dan dalam penyelenggaraan urusan
Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan Negara Republik Indonesia.
6. Pemerintah Gampong adalah Keuchik, Sekretaris Desa beserta
Perangkat Gampong yang memiliki Tugas dan dalam
penyelenggaraan Pemerintahann Gampong.
7. Keuchik adalah Pimpinan suatu Gampong yang memiliki
kewenangan untuk menyelenggarakan Urusan Rumah Tangga
sendiri.
8. BPD atau yang disebut Tuha Peut Gampong atau nama lain adalah
Lembaga yang melaksanakan fungsi Pemerintahan yang
anggotanaya merupakan wakil dari Penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara Demokratis.
9. Imum Meunasah adalah orang yang mengurus , menyelenggarakan
dan memimpin seluruh kegiatan yang yang berkenaan dengan
kemakmuran Meunasah / Mushalla dan pelaksanaan kegiatan
keagamaan lainnya.
10. Peraturan di Desa Adalah Peraturan yang meliputi peraturan Desa,
Peraturan bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa.
11. Peraturan Desa Adalah Peraturan Perundang-undangan Yang di
tetapkan Oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati oleh
Tuha Peut
( BPD ).
12. Peraturan Bersama Kepala Desa adalah peraturan yang ditetapkan
oleh Dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat Mengatur.
13. Peraturan Keuchik adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Keuchik yang bersifat menetapkan dalam rangka
melaksanakan Qanun Gampong dan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Ketertiban Sosial adalah keadaan keteraturan soaial
sesuai dengan norma-norma atau nilai-nilai. Tatanan Agama, adat
dan budaya yang berlaku, dimana peraturan dan rakyat dapat
melakukan kegiatan secara tertib, teratur, nyaman dan aman.
14. Kesepakatan Musyawarah Gampong adalah suatu hasil keputusan
dari musyawarah Gampong dalam bentuk kesepakatan yang
dituangkan dalam berita acara. Kesepakatan yang musyawarah
Gampong yang ditanda tangani oleh Ketua Tuha Peut dan Keuchik
Gampong.
15. Keuputusan Keuchik adalah keputusan yang bersifat konkrit,
Individual, dan Final. Dalam melaksanakan Qanun Gampong
maupun peraturan Keuchik.
16. Kesepakatan Musyawarah Gampong adalah suatu hasil keputusan
dari musyawarah Gampong dalam bentuk kesepakatan yang
dituangkan dalam berita acara. Kesepakatan yang musyawarah
Gampong yang ditanda tangani oleh Ketua Tuha Peut dan Keuchik
Gampong.
17. Musyawarah Gampong adalah musyawarah Antara tuha peut,
peraturan Gampong dan unsur masyarakat yang diselenggarakan
oleh Tuha Peut untuk menyepakati hal-hal yang bersifat stategis.
18. Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Rancangan
Peraturan Desa untuk mngatahui bertentangan dengan
Kepentingan Umum dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi.
19. Pengundangan adalah Adalah penempatan Peraturan Kepala Desa
dalam lembaran Desa atau berita Desa.
20. Klarifikasi adalah Pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di
Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan
umum,dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
21. Bertentangan Dengan kepentingan Umum adalah kebijakan yang
menyebabkan terganggunya kerukunan antar warga masyarakat,
terganggunya akses terhadap pelayanan publik, terganggunya
ketentraman dan ketertiban umum, terganggunya kegiatan ekonomi
untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat dan/ atau
diskriminasai terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar
golongan dan gender.
22. Pembinaan adalah pemberian Pedoman, Standar Pelaksanaan,
Perencanaan,Penelitian, Pengembangan, bimbingan , Pendidikan
dan Pelatihan , konsultasi, supervise, monitoring, Pengawasan
umum dan evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa.
23. Syariat Islam adalah Tuntunan Ajaran Islam dalam semua aspek
kehidupan.
24. Syiar Islam adalah semua kegiatan yanag yang mengandung nilai-
nilai Ibadah untuk menyemarakkan dan mengagungkan
Pelaksanaan Ajaran Islam.
25. Aqidah adalah Aqidah Islamiah menurut Ahlussunnah Waljamaah.

B A B II
KEDUDUKAN IMUM MEUNASAH
Pasal II
1. Imum Meunasah berkedudukan sebagai unsur pimpinan
Gampong dibawah Geuchik yang meminpin kegiatan-
kegioatan di Gampong yang berkenaan dengan bidang Agama Islam,
pelaksanaan dan Penegakan Syariat Islam.
2. Imum Meunasah merupakan unsur Pimpinan secara bersama-sama
dengan Keuchik melaksanakan fungsi memimpin kegiatan
Keagamaan, Peningkatan Kepribadatan, peningkatan Pendidikan
Agama untuk anak-anak, remaja dan masyarakat.
3. Imum Meunasah memimpin seluruh kegiatan lain yang berhubungan
dengan kemakmuran Meunasah dengan pelaksanaan Syariat islam
dalam kehidupan masyarakat

B A B III
TUGAS IMUM GAMPONG
Pasal 3

1. Mengurus , Menyelenggarakan dan memimpin seluruh kegiatan yang


berkenaan dengan kemakmuran meunasah.
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan Keagamaan dan
melaksanakan Syariat Islam.
3. Mengurus dan mengelola harta dan kekayaan Agama di gampong.
4. Mengurus dan mengkoordinasikan masalah Zakat, Infaq dan Sedeqah
di Gampong.
5. Mengkoordinasikan Pelaksanaan Hari- hari Besar Islam.
6. Menyusun dan menyampaikan rencana dibidang Keagamaan. Dan
Syariat Islam kepada Tuha Peut gampong Melalui Keuchik.
7. Mengkoordinasikan dan mengawasi Guru-guru Pengajian dan balai
pengajian di Gampong.
8. Menjadi Anggota Peradilan Adat dan rapat adat pada tingkat di
Gampong.
9. Menjadi penasehat dan saksi pada acara Nikah , Talak dan Rujuk Di
Gampong.
10. Imum Meunasah menyelesaikan sengketa yang timbul dalam
masyarakat,bersama pemangku adat; dan menjaga dan memelihara
nilai-nilai adat, agar tidak bertentangan dengan Syari’at Islam.
11. Imum gampong wajib membaca siapa saja yang menyerahkan
Zakatnya.
12. Imum Gampong Menunjukkan petugas Pengutipan Zakat.

B A B IV
LARANGAN
Pasal 4
Larangan bagi Imum Gampong antara lain meliputi:
1. Meninggalkan wilayah Gampong selama 1 (satu) bulan berturut-
turut tanpa izin Geuchik;
2. Membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi
diri sendiri, anggota keluarga, kroni dan atau golongan tertentu;
3. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang barang
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi
keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
4. Merugikan kepentingan umum;
5. Melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat;
6. Mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
7. Menyalah gunakan wewenang;
8. Melanggar sumpah/janji jabatan;
9. Meninggalkan tugas selama 2 (dua) minggu berturut-turut tanpa alasan
yang jelas.
BA B V
KEWAJIBAN MASYARAKAT
PASAL 5

1. Memakmurkan Meunasah;
2. Melaksanakan kegiatan Pengajian Umum di Malam Jum at serta Wirid
Yasin bersama;
3. Pengajian Pemuda di malam Selasa;
4. Pengajian Ibu-ibu di hari senin;
5. Malaksanajan Syariat Islam dan meninggalkan yang dilarang dalam
syariat Islam;
6. Melaksanakan Shalat Fardu Berjamaah;
7. Melaksanakan Takziah Jika Ada Kematian baik digampong ataupun
tetangga Gampong;
8. Tidak Melaksanakan Kanduri Dimalam Pengajian dan hari Pengajian;
9. Melaksanakan Gotong Setiap hari Jumat, ditempat Menasah atau
Kuburan atau ditempat umum lainnya;
10. Acara Kanduri Maulud ditetapkan pada 12 Rabiuul Awal sampai pada 20
rabiul awal;
11. Kanduri wajib dimenasah tidak mengadakan kanduri di rumah pada
acara kanduri di meunasah;
12. Untuk Aparatur Gampong Wajib membawa satu Rubeng pada Hari
Maulud;
13. Masyarakat seperti Biasa membantu uang sepuluh ribu untuk anggota
zikir Maulid;
14. Kanduri Jrat setelah Hari Raya Idil Fitri pada Hari kedua Atau hari Raya
Idul Adha jatuh pada hari Ke dua dengan membawakan makanan dan
minuman serta berdoa secara bersama-sama Di Kuburan .

B A B VI
URUSAN PERBANTUAN
Pasal 6
Tugas yang diperbantukan jika Imum Berhalangan, urusan tersebut diserahkan
kepada Imum Dusun nyang menyangkut tentang ke Agamaan.

BAB VII
PENUTUP
Pasal 7
Hal-hal yang belum diatur mengenai teknis pelaksanaan Qanun Gampong ini
akan diatur lebih lanjut dengan keuputusan Keuchik..

Pasal 14

Qanun Gampong Ini Berlaku pada tanggal di undangkan:


Agar Setiap masyarakat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Qanun Gampong ini dengan penempatan dalam lembaran gampong Matang
Keupula Lhee.

Ditetapkan di : Gampong Matang Keupula Lhee


Pada tanggal : 20 Agustus 2019
KUECHIK GAMPONG MATANG EKUPULA LHEE

( SOFYAN)

Diundangkan di : Gampong Matang Keupula Lhee


Pada tanggal : 25 Agustus 2019
SEKRETARIS DESA
MATANG KEUPULA LHEE

( U S MA N )
Nip: 19670506200701 1 041

BERITA GAMPONG MATANG KEUPULA LHEE TAHUN 2019 NOMOR 03.

Anda mungkin juga menyukai