Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS KOLIK ABDOMEN

DI RUANG MAWAR RSUD BENYAMIN GULUH KOLAKA

OLEH :

LISYA AULIYA MARCELLA


182432009

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS KOLIK ABDOMEN

DI RUANG MAWAR RSUD BENYAMIN GULUH KOLAKA

OLEH :

LISYA AULIYA MARCELLA


182432009

Mengetahui,

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(...............................) (.............................)
A. Konsep Teori Penyakit/Kasus
1. Pengertian
Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan
kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang
bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92).
Kolik abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan
bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen atau perut, yang disebabkan oleh
infeksi di dalam organ perut. Faktor penyebab kolik abdomen adalah konstipasi yang
tidak dapat terobati dan gejala klinis kolik abdomen adalah kram pada abdomen,
distensi, muntah, dan adanya nyeri tekan pada abdomen. Akhir- akhir ini,
peningkatan kolik abdomen meningkat sangat pesat. Kejadian penyakit kolik
abdomen terjadi karena pola hidup yang tidak sehat sehingga berdampak pada
kesehatan tubuh (Bare, 2011).
2. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
1. Secara mekanis:
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena
radang).
b. Karsinoma.
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam
usus).
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati).
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung).
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran).
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak
dapat  bergerak).
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas).
c. Enteritis regional.
d. Ketidak seimbangan elektrolit.
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena
ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011)
3. Etiologi yang lain yaitu:
a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti
kulitis,  pankreanitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis
infeksi, esofagitis.
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru
dan lainnya.
3. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat
kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan
terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus
sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O
dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia
dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang  peritonium akibatnya terjadi
pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang  berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan
terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan  pembedahan atau jika
terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian. Ileus obstruktif merupakan
penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang
bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen
usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan
cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran
dinding usus (distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan
terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan
gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat
sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal
sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti
peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen .

Akumulasi gas cairan


Obstruksi paru didalam humen Kehilangan Distensi
sebelah proksimal H2O dan
dari letak obsorpsi elektrolit

Pelepasan bakteri dan toksin


dari usus yang nekotrik ke Kehilangan Tekanan
dalam peritoneum dan cairan menuju infralumen
sirkulasi sistemik ruang

Syok hipovelemik

Peradangan
Gangguan Pola
Hipotalamus Tidur

Peningkatan
suhu tubuh
Mediator nyeri

Mual, muntah
Nyeri Akut

Anoreksia
4. Manifestasi Klinik
a. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
b. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak
ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat,
nyeri tekan difus minimal.
c. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus
minimal.
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram, nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir;
distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan
terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau
mengandung darah samar (Reeves, 2011).          
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik :  Tanda - tanda vital
b. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri
c. Pemeriksaan rectal
d. Laboratorium : leokosit, HB
e. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
f. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
g. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar
serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan khusus.
h. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik
6. Penatalaksaan
Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu :
a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis

c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik,

ileus paralitik atau infeksi

d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung

e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko

f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus

yang di lakukan sebagai prosedur kedua.

Sedangkan penatalaksanaan secara farmakologi yaitu :

a. Terapi Na + K + komponen darah

b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan

c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler

d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area

penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien

berbaring miring ke kanan

e. Antasid ( obat yang melawan keasaman )

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Keluhan utama Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS.
Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas,
dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke
Rumah Sakit.
b. Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang
dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan
lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
c. Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan
adakah penyakit keturunan atau menular.
4) Pola- pola fungsi kesehatan
a. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan
pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
b. Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan
nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
c. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan
sehingga terjadi konstipasi.
d. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan
e. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri
klien.
f. Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic
abdomen yang berulang.
g. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola
reproduksi dan seksual.
h. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama
klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.
i. Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai
dan kepercayaan.
5) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses
penyakitnya.  
b. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi
akan terjadi sesak.
c. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau
penyakit jantung lainnya.
d. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
e. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran
terhadap makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
f. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap
makanan.
2. Masalah Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di tandai dengan :
 Data Subjektif :
a) Mengeluh nyeri
 Data Objektif :
a) Tampak meringis
b) Gelisah
c) Sulit tidur
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya control tidur di tandai
dengan:

 Data Subjektif :
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
 Data Objektif : -
c.
3. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri

Hasil :

1) Keluhan nyeri menurun


2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
4) Kesulitan tidur menurun
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya control tidur
Intervensi :
1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2) Identifikasi factor pengganggu tidur
3) Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
tempat tidur).
4) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
5) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
Hasil :
1) Keluhan sulit tidur
2) Keluhan sering terjaga
DAFTAR PUSTAKA

Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta, 2011.

Anda mungkin juga menyukai