OLEH:
NIM : 182432003
KOLAKA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH
NIM : 182432003
Mengetahui
(.........................................) (.........................................)
A. Konsep teori penyakit DBD
1. Pengertian
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus
dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedesaegypti yang apabila terlambat ditangani akan menyebabkan Dengue Syok
Sindrom (DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut disebabkan
karena penderita mengalami defisit volume cairan akibat dari meningkatnya
permeabilitas atau kemampuan yang dimiliki zat/membrane partikel menembus
kapiler pembuluh darah sehingga penderita mengalami syok hipovolemik yang
dapat menyebabkan kegagalan system organ yang berujung pada kematian,
sehingga pemberian cairan sangat penting untuk mengatasi masalah itu. (Andriani,
2013).
2. Etiologi
Penyebab DBD ini adalah virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe yaitu
DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Penularan DBD ini melalui cara :
1. Manusia sebagai host virus dengue.
2. Vektor perantara : nyamuk aedes aegepty (nyamuk rumah) dan aedes
albopictus (nyamuk kebun).
3. Patofisiologi
Infeksi virus dengue, akan mengeluarkan toksin, reaksi imunologis,
trombositoposis destruksi trombosit dalam darah naik. Saat virus mengeluarkan
toksin dapat melepaskan pirogen ke dalam darah yang menstimulasi pusat
termoregulasi (Hipothalamus) dan mengirim impuls ke pusat vasomotor sehingga
menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Dari peningkatan suhu tubuh tersebut
terjadi kesalahan interpretasi dan mukosa mulut/lidah kotor dan tidak nyaman.
Kesalahan interpretasi tersebut dikarenakan kurang pengetahuan dan
membutuhkan hospitalisasi sehingga menyebabkan ansietas (kecemasan),
sedangkan dari mukosa yang kotor menyebabkan mual muntah atau anoreksia
sehingga intake nutrisi tidak adekuat yeng kemudian bisa terjadi penurunan daya
tahan tubuh dan beresiko terjadi infeksi, sementara perubahan nutrisi bisa terjadi
dan kondisi tubuh dapat melemah selanjutnya akan terjadi intoleransi
aktivitas. Reaksi imunologis menyebabkan permeabilitas vaskuler meningkat dan
dapat terjadi ekstraksi cairan yang menimbulkan kebocoran plasma yaitu
hemokonsentrasi, hipoproteinuria, efusi pleura, serta acites. Kemudian
hipovolemia yang terjadi dapat menyebabkan hipotensi dan vasodilatasi arteri
sehingga kulit menjadi panas dan terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh
yang berujung pada deficit volume cairan tubuh. Sedangkan dari kerusakan
trombosit, agregasi trombosit akan meningkat sehingga terjadi trombositopenia
yang menyebabkan menurunnya faktor koagulasi akan memanifestasikan
perdarahan ringan – berat yang beresiko terhadap perdarahan lebih lanjut
sehingga vaskositas darah menurun dan dapat terjadi perdarahan dan suplai O2
dalam zat makanan ke dalam tubuh menurun yang menyebabkan penumpukan
asam laktat dalam otak dan sendi yang berujung pada nyeri yang akut.
4. Manifestasi klinik
a. Demam tinggi selama 2-7 hari
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis,
hematoma
c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuri
d. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah)
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi virus
dengue adalah :
a) Uji rumple leed/tourniquet positif
b) Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
c) Serologi : uji HI (hemoaglutination inhibition test) dipakai untuk
menentukan adanya infeksi virus dengue
d) Rontgen thoraks : effusi pleura
6. Penatalaksanaan
a. Minum banyak 1,5 -2 liter/24 jam atau 1 sendok makan tiap 3-5 menit.
Minuman berupa air tehmanis, sirup, susu, sari buah, soft drink, atau oralit.
b. Kolaborasi pemberian antipiretik jika terdapat demam
c. Kolaborasipemberian cairan melalui intravena, dilakukan jika pasien
mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang
b. Keluhan utama
hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
dengan keluhan batuk pilek, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena
atau hematemesis.
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada anak DBD bisa
e. Riwayat imunisasi
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapt bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko apabila terdapat
keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
g. Kondisi lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di
kamar).
h. Pola kebiaasan
diare atau konstipasi. Sementaar DBD pada grade III-IV bisa terjadi
melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apkanh sering kencing,
hematuria.
6) Prilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
j. Sistem integument :
a) Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
b) Kuku sianosis/tidak.
pada grade II, IIII, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut
d) Dada
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
e) Abdomen.
f) Ekstremitas. Akral dingin, serta menjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2. Masalah keperawatan
3. Intervensi
Manaajemen hipovelemia
Observasi
Teraupeutik
Edukasi
Kolaborasi
NaCl 0,4%)
Kriteria hasil:
Observasi
Terapeutik
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
kompres atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
Edukasi
Kolaborasi
Kriteria hasil
Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.