Anda di halaman 1dari 46

TIM PENGAJAR

1. Dr.Ir Jein Rinny Leke MP


2. Dr .Ir.Florencia .N. Sompie MP
3. Ir. Martina E.R. Montong, MS
4. Ir. Jacquline .T. Laihad, MSi
5. Ir. Cherlie.L.K. Sarajar,MP
6. Linda. M. S. Tangkau, SPt. MP
7. Wapsiaty Utiah, SPt. MSi

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2018
ANALISIS INSTRUKSIONAL
PRODUKSI TERNAK UNGGAS

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah menyelsasikan mata kuliah ini diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip
produksi ternak unggas dan sistimatika
pemeliharaannya.

Mahasiswa dapat menjelaskan peranan ternak puyuh bagi


masyarakat

Mahasiswa dapat menjelaskan sistim endokrin dan saraf


pada ternak unggas

Mahasiswa dapat menjelaskan sistim perkandangan unggas

Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip nutrisi ternak unggas,


sistim pencernaan, kebutuhan nutrient serta bahan pakan
yang digunakan untuk unggas

Mahasiswa dapat menjelaskan dengan gambar anatomi


unggas

Mahasiswa dapat menjelaskan dengan gambar sistim


reproduksi uanggas jantan dan betina serta proses
pembentukan telur
Mahasiswa dapat menjelaskan peranan ternak unggas dalam
hubungannya dengan spesies nya
KONTRAK PERKULIAHAN
MATA KULIAH : Produksi Ternak Unggas
KODE : PTP 2211
SEMESTER : IV. 3 (2-1)
HARI/JAM KULIAH : Senin, 13.00 – 15.00
RUANG KULIAH : Ruang Kuliah F
DOSEN : 1.Dr.Ir.Jein Rinny Leke MP
2.Ir. Martina M . E.R. Montong, MS
2. Ir. Cherlie .K.L. Sarajar, MP
3. Dr. Ir. Florentine . N. Sompie,MP
4. Linda. M.S. Tangkau SPt. MP
5. Wapsiaty Utiah, SPt. MSi

1. MANFAAT MATA KULIAH


Mata kuliah ini sangat membantu mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa yang memiih
bidang minat ternak unggas sebagai kegiatan akhir studi melaksanakan penelitian
eksperimen di di laboratorium maupun di lapangan. Selain itu mata kuliah ini dapat
diaplikasikan di lapangan khususnya dalam membantu kelompok peternak dalam
memecahkan masaalah-masaalah I lapangan terutama mengenai produksi ternak unggas

2. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini membahas peranan ternak unggas serta hubungannya dengan evolusi
spesies unggas, taksonomi serta peranan ternak unggas bagi masyarakat, anatomi unggas,
sistim reproduksi , sistim pensernaan dan bahan pakan yang dibutuhkan, sistim
perkandangan, sistim endokrin dan saraf serta peranan ternak puyuh bagi masyarakat

3. TUJUAN MATA KULIAH


Setelah menyelesaikan mata kuliah ini pada semester IV mahasiswa mampu menerapkan
prinsip-prinsip produksi ternak unggas dan sistimatika pemeliharaannya.

4. STRATEGI PERKULIAHAN

Perkuliahan di laksanakan dengan tatap muka dalam bentuk kuliah mimbar, diskusi dan
Tanya jawab dengan menggunakan media dan alat bantu yang tersedia. Perkuliahan ini
melibatkan mahasiswa secara aktif untuk melatih belajar aktif dan mandiri dalam bentuk
diskusi dalam kelas.

5. BAHAN BACAAN

6. TUGAS TUGAS

o Tugas terstruktur diberikan sesudah mempelajari materi kuliah pada setiap akhir
pertemuan.
o Mahasiswa di tugaskan untuk membaca terlebih dahulu materi kuliah pada
pertemuan berikutnya sesuai topic-topik yang sudah di berikan
o Memberi tugas rumah yang harus di masukkan kepada dosen pada pertemuan
berikutnya.

7. PENILAIAN HASIL BELAJAR

Penilaian hasil belajar ditentukan berdasarkan pembobotan nilai akhir yang diperoleh dari :

o Nilai Tengah Semester 40%


o Ujian Akhir Semester 40%
o Tugas 20%

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) sebagai
usaha untuk mendapatkan penilaian lebih terstruktur, terencana dalam pelayanan kegiatan
pengajaran. Adapun penilaian yang digunakan mengikuti criteria seperti tertera pada tabel
berikut ini :
NILAI HURUF
80,00 – 100.00 A
70,00 - < 80.00 B
60,00 - < 70,00 C
40,00 - < 60,00 D
40,00 E

Entry Behavior :

o Biology
o Anatomi dan Fisiology
o Pengantar Ilmu Peternakan
PENDAHULUAN
TERMINOLOGI

POULTRY/UNGGAS

Nama yang diberikan pada sekelompok hewan kelas aves yang didomestikasi,
berkembang biak dibawah pengawasan manusia dan yang memberikan
faedah atau manfaat dalam segi ekonomi.
Yang Termasuk kedalam ternak unggas adalah :
1. Ayam ( Chicken) 7. Angsa berleher panjang (Swan)
2. Itik (duck) 8. Ayam mutiara (Guinea)
3 Manila (Muscovy duck) 9. Merpati (Pigeon)
4. Angsa (Goose) 10. Merak (Pea Fowl)
5. Burung Puyuh (Quail) 11. Burung Kuau (Pheasent
6. Kalkun (Turkey) 12 .Burung Unta (Ostrichs)

Poultry Science
Adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari prinsip-prinsip dan praktek-praktek
dalam penerapan teknologi yang praktis dalam memproduksi dan memasarkan
hasil produksi ternak unggas. Yang akan dipelajari adalah : cara-cara pemuliaan
(breeding), pengeraman telur (incubation), pemeliharaan anak dgn mengunakan
indukan (brooding), perkandangan (housing), Cara pemberian pakan (Feeding),
Penyakit (desease) dan pengelolaan ternak unggas didalam suatu usaha
peternakan (Poultry Farm Management)

Poultry Production/Produksi ternak unggas


Adalah usaha beternak unggas untuk mendapatkan
nilai ekonomis

Day Old Chick (doc) = Anak ayam umur satu hari


KURI Kutuk Umur Sehari
Day Old Duck (dod) = Anak itik umur satu hari
Day Old Quail (doq) = Anak puyuh umur satu hari
KELAS
Yang dimaksud dengan kelas pada ternak ayam adalah : kumpulan atau kelompok dari
bangsa-bangsa ayam yang dibentuk dan dikembang biakan di suatu daerah tertentu
yang mempunyai sifat-sifat umum yang sama. Misalnya Ayam kelas Amerika, kelas Asia
dan disahkan berdasarkan criteria yang terdapat dalam “The American Standard Of
Perfection)

Bangsa/Breed
Yang dimaksud dengan bangsa atau breed dari ternak ayam adalah
Kelompok ternak ayam yang memiliki persamaan dalam bentuk
morphologis, sifat physiologis dan bentuk anatomi yang khas.
Sifat-sifat persamaan itu diturunkan kepada genarisi berikutnya.

VARIATAS
Yang dimaksud dengan variatas pada bangsa ayam ialah
kelompok ayam yang terdapat pada suatu bangsa, yang
mempunyai perbedaan dalam bentuk jengger,
warna bulu, warna telur dll.

STRAIN/GALUR
Yang dimaksud dengan strain/galur pada ternak ayam
ialah standard klasifikasi ayam berdasarkan garis
keturunan tertentu (breeding) melalui persilangan dari
beberapa kelas, bangsa atau variatas sehingga ayam
tersebut mempunyai bentuk, sifat dang type produksi
tertentu sesuai dengan tujuan produksi

TYPE
Standard klasifikasi ayam berdasarkan pada
kemampuan ayam menghasilkan telur atau
daging dan telah melalui berbagai persilangan
dan seleksi
FONDATION STOCK
Fondation stock = Great Grand Parent Stock adalah jenis ayam yang berasal dari
persilangan dan seleksi berbagai kelas, bangsa atau variatas yang dilakuakan oleh
breeder /pembibit dan merupakan bahan(stock) untuk membentuk grand parent
stock

PARENT STOCK
Jenis ayam yang dipelihara untuk menghasilkan Final Stock

FINAL STOCK
Jenis ayam yang dipelihara untuk menghasilkan telur
atau daging dan telah melalui berbagai persilangan
dan seleksi

HEN DAY PRODUCTION/HEN DAY AVERAGE


Jumnlah produksi dari sekelompok ayam betina dalam jangka waktu
tertentu dapat per minggu/bulan/tahun dsb yang dapat dinyatakan dalam
persen(%) atu butir yang didasarkan pada jumlah ayam hidup setiap saat
dalam jangaka waktu tertntu.
Rumus :
HD = Jumlah Produksi Telur x 100%
Jumlah Populasi saat itu

HEN HOUSED PRODUCTION


Jumlah produksi dari sekelompok ayam yang dapat dinyatakan dalam
persen(%) atau butir yang didasarkan pada jumlah ayam yang
dikandangkan mula-mula tidak diperhitungkan yang mati dsbnya
Rumus :
HH = Jumlah Produksi Telur x 100%
Jumlah Populasi Pertama masuk
LAYING PERIOD/LYING CYCLE (MASA PRODUKSI)
Adalah sekelompok ayam betina muda atu pullet yang berumur satu hari
sampai 10 bulan sudah dianggab memasuki masa produksi , bila kelompok
ayam betina muda tersebut produksinya sudah mencapai 5% Hen Day
Production

RATE OF PRODUCTION
Jumlah produksi yang dapat dinyatakan dalam (%) atau butir dalam
jangka waktu tertentu yang dihitung dari mulai ayam tersebut
berproduksi

GOOD PRESISTENCY
Sekelompok ayam betina yang berproduksi tinggi yang dapat di pertahankan
dalam jangka waktu yang relatif lama

Clutch
Hari dimana tiap hari ayam bertelur berturut-
turut

INTERVAL
Untuk menghitung hari-hari yang kosong
dimana ayam tidak bertelur

PAUSE
Ialah ayam yang tidak bertelur lebih dari tujuh
hari

VAKSINASI
Pemberian kekebalan pada hewan dengan bibit penyakit yang telah
dilemahkan untuk merangsang peningkatan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit
KARKAS
Bagian tubuh unggas tanpa disertai darah, bulu, kepala, rongga
perut keculai giblet (hati + Jantung + empedal)

KONVERSI PAKAN/FEED CONVERTION


Perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan
pertambahan bobot badan dalam periode dan satuan yang sama
Rumus:
KP= Jumlah ransum yang di konsumsi x 100 %
Pertambahan bobot badan g/unit

KP = Jumlah Ransum yang di konsumsi x 100%


Jumlah Berat telur yang di hasilkan g/unit

EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN/FEED EFFICIENCY


Perbandingan antara bobot badan yang dihasilkan dengan jumlah
pakan yang dihabiskan
Rumus :
BAB I
EPP = Jumlah pertambahan bobot badan g/unit x 100%
Jumlah ransum yang
Peranan dikonsumsi
Ternak Unggas(g)

EPP = Jumlah bobot Telur yang dihasilkan g/unit x 100%


Jumlah ransum yang dikonsumsi (g)
Pendahuluan
Jenis ternak yang sampai saat ini menjadi andalan sebagai sumber protein hewani bagi
masyarkat adalah ternak unggas dalam bentuk daging dan telur. Ayam ras mulai dipelihara
dan dikenal di Indonesia sekitar tahun 1950 . Perkembangan unggas komersial atau
domestikasi untuk penghasil telur, daging dan bulu-bulu . Ternak unggas, itik, kalkun dan
angsa adalah unggas komersial penting. Unggas “guinea” dan “Squab” adalah unggas local
yang juga penting. Unggas telah di domestikasi ± 4.000 tahun dan komoditi produksi
daging dan telur telah dimulai sejak abad ke -18.

PENYAJIAN

A. Ternak Unggas Sebagai Hewan Percobaan (Laboratory Animals)

❖ Ayam dan Puyuh : Percobaan pemberian pakan (Feeding Exsperiment)


- Tumbuh baik dalam cages
- Konsumsi pakan dan air minum mudah di control
- Mudah ditangani, diamati dan ditimbang
- Dapat dipelihara dalam jumlah besar pada tempat terbatas
- Sangat sensitif terhadap perubahan dan defisiensi zat makanan
❖ Telur dan Embryo
Secara alamiah telur digunakan oleh unggas sebagai makanan bagi pertumbuhan
embrio (calon individu baru bagi mahluk hidup yang bergerak) sampai mentas yaitu
kurang lebih 21 hari, akan tetapi manusia memanfaatkannya sebagai bahan
makanan sehingga kegunaan telur dibagi menjadi dua yaitu:
1. Melanjutkan keturunannya (sebagai telur tetas)
2. Sebagai bahan makanan manusia (telur konsumsi)
Selainitu telur digunakan juga sebagai media untuk virus dan vaksin (virus dan
vaccine)

B. Penghasil Pangan

❖ Unggas , terutama ayam berkembang diseluruh dunia


❖ Murah dan ekonomis untuk diusahakan
❖ Siklus produksi singkat : 5 minggu (broiler) dapat dipasarkan sebagai sumber
daging dan 5 bulan (layer) sudah menghasilkan telur
❖ Pangan sumber protein
❖ Produk variatif
PEMANFAATAN UNGGAS

TELUR DAGING HASIL IKUTAN LIMBAH


(EGGS) (MEAT) (BY PRODUCT) (WASTE)

Whole Viscera Head Feces


TelurTetas
Carcasses
Bloods

Non-food Cut up Feathers


Purpose Edible viscera/
(therapeutic Giblet:heart Feet
vaccieines) ,liver and
Half gizzard
Telur Konsumsi Carcasses

Breast,Thight, Inedible viscera:


Drumsticks,wings, intestine,pancrea
neck,etc s excretory organ

P R O D U C T S

Dried,dehyderated,liqui Debonen meat: Feed animal Organic


d and frozen eggs; plain Roll, ham,hot protein fertilezer
egg, white , whole eggs, dogs,bologna, supplement
loaves,chunks/
yolks and salted or
nuggets
sugerd whole eggs and
yolk eggs

Skema : Pemanfaatan Unggas


Sumber: Darana.S
BAB I

SISTEM REPRODUKSI

Organ reproduksi pada unggas adalah ovarium dan oviduct untuk unggas betina
dan testis untuk unggas jantan. Pada unggas betina organ reproduksi bagian kiri yang
berkembang normal dan berfungsi dengan baik (Nesheim et al., 1972), tetapi untuk
bagian kanan mengalami rudimeter (Sarwono, 1988).

Ayam Betina

Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduct. Pada ovarium terdapat
banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari infudibulum, magnum, ithmus, kelenjar
kerabang telur dan vagina (Nalbandov, 1990). Secara lengkap oviduct dan ovarium
digambarkan oleh Nesheim et al. (1979) seperti tampak pada gambar 1

Ovary

Sebelum telur dikeluarkan , ovary merupakan masa folikel yang kecil-kecil yang
mengandung ova (Kuning telur) .Pada ovary ayam yang sedang bertelur , mengandung ova
sekitar 3.000 yang mungkin bisa menjadi telur. Tetapi pada kenyataannya yang dapat
menjadi telur hanya sekitar 200 – 300 butir per tahun.

a. Pembentukan Kuning Telur (Yolk)

Yolk merupakan material bahan makanan yang dipergunakan untuk pertumbuhan


embryo. Pada saat ayam bertelur, ovary dan oviduct umumnya menhalami perubahan-
perubahan, hal ini disebabkan adanya aktivitas hormone yang telah mulai berperan sekitar
11 hari sebelum bertelur. Hormon FSH di produksi oleh kelenjar piuutery yang
menyebabkan folikel bertambah ukurannya. Dengan aktifnya ovary, di pihak lain di
hasilkan hormone estrogen dan progesteron. Dengan tingginya level estrogen dalam darah,
menyebabkan mulai terjadinya pembentukan medullary bone, menstimulasi pembentukan
protein telur, pembentukan lemak hati , bertambah besarnya oviduct yang memungkinkan
dibentuknya putih telur, kulit telur, CaCO3 untuk kulit telur dan cuticle.

Yolk yang terbentuk dalam ovary, sebagian besar dibuat di dalam hati dan diangkut
oleh darah langsung ke ovary. Berhentinya penimbunan yolk di ovary ini sekitar 5 jam
sebelum di ovulasikan. Setiap hari yolk ini membesar 4 mm dan setelah mencapai diameter
± 40 mm yolk tersebut sudah matang yang nantinya akan terjadi ovulasi. Pemebentukan
yolk ini secara beruntun dan bertahap , sehingga pada saat telur pertama ditelurkan, sudah
ada 5 s/d 10 kuning telur yang berada dalam proses pertumbuhan. Umumnya setelah
mencapai 10 hari, tiap yolk ini akan matang. Terjadinya warna kuning yolk disebabkan
oleh xantophyl dan carotenoid pigment yang berasal dari makanan yang di timbun pada
kuning telur. Oleh karena itu warna kuning telur gelap dan terang tergantung pada
banyaknya pigmen yang tersedia dalam ransum. Yolk yang terbentuk ini terdiri dari
beberapa lapisan, pada satu butir telur terdiri dari 7 s/d 11 lapisan.

Besar yolk dipengaruhi oleh factor keturunan, oleh karena itu variasi besar yolk
dipengaruhi oleh variasi individu ayam yang ada dalam flock. Selain itu dipengaruhi oleh
lamanya yolk menjadi matang dalam ovary. Menurut beberapa peneliti, besar yolk akan
meningkat bila dalam ransum di tingkatkan protein dan lemak.

b. Folikel

Kuning telur selama perkembangannya berada didalam folikel dan bergantung pada
ovary. Kuning telur ini di selaputi oleh membrane vitelline. Yolk merupakan tempat
disimpannya sel benih (discus germinalis) yang posisinya pada permukaan dipertahankan
oleh latebra. Yolk dibungkus oleh suatu lapisan membran folikuler yang kaya akan kapiler
darah, yang berguna untuk menyuplai komponen penyusun yolk melalui aliran darah
menuju (Vitelline membrane) dan pada ovum masak membran vitelina dibungkus oleh
membran folikel. Bagian yolk mempunyai suatu lapisan yang tidak mengandung pembuluh
kapiler darah yang disebut stigma. Pada bagian stigma inilah akan terjadi perobekan
selaput folikel kuning telur,

c. Ovulasi
Ovum (Yolk) yang telah matang akan dilepas dari ovary dan akan ditampung oleh
tempat yang berbentuk corong (infundibulum) .Proses ovulasi terjadi karena adanya
hormone progesterone yang di produksi oleh ovary, kemudian merangsang hypothalamus
untuk mengeluarkan hormone LH dari pituitary anterior. Hormon LH ini yang
menyebabkan folikel yang matang pecah pada bagian stigma, hingga ovum lepas dari
ovary.

STIGMA

Gambar 1. Stigma
Gambar 2. Saluran Reproduksi Ayam Betina
Sumber:

Gambar 3. Ovarium Dari Ayam Petelur (Nesheim et al., 1979)


Perkembangan kuning telur dimulai setelah oocyt (discus germinalis)
berkembang secara perlahan-lahan pada hari ke-10 sampai 8 sebelum ovulasi,
dengan adanya penimbunan zat-zat makanan. Pada hari ke- 7 sampai 4 sebelum
ovulasi pembentukan yolk terjadi sangat cepat. Pada hari ke-7 sampai 6 sebelum
ovulasi yolk, sebesar 1/10 kali yolk masak. Pada hari ke-6 sebelum ovulasi terjadi
lapisan konsentris yolk dan diameter yolk berkembang dari 6 sampai 35 mm. Lapisan
konsentris terdiri dari lapisan putih dan kuning yang dipengaruhi oleh perbedaan
xanthophyl pakan dan periode siang malam. Pada hari ke-4 sebelum ovulasi yolk
sudah berebentuk sempurna seperti pada yolk masak. Pada hari ke-3 penimbunan
komponen yolk mulai lambat dan berhenti sama sekali pada hari ke-1 sebelum ovulasi
dengan diameter sekitar 40 mm (Nesheim et al., 1979). Proses perkembangan folikel
yolk ini dipengaruhi oleh hormon pituitari setelah terjadinya kematangan seksual pada
ayam betina (Nalbandov, 1990).

Ovarium menghasilkan beberapa hormon pada saat perkembangannya, folikel-


folikel pada ovarium ini berkembang karena adanya FSH (Follicle-Stimulating
Hormone) yang diproduksi oleh kelenjar pituitari bagian anterior (Nesheim et al.,
1979). Anak ayam belum dewasa mempunyai oviduk yang masih kecil dan belum
berkembang sempurna. Perlahan lahan oviduk akan mengalami perkembangan dan
sempurna pada saat ayam mulai bertelur, dengan dihasilkannya FSH tersebut (Akoso,
1993).

Setelah ayam dewasa ovarium juga memproduksi hormon estrogen. Hormon


estrogen memacu pertumbuhan saluran reproduksi dan merangsang terjadinya
kenaikkan Ca, protein, lemak dan substansi lain dalam darah untuk pembentukan
telur. Estrogen juga merangsang pertumbuhan tulang pinggul dan brutu. Progresteron
juga dihasilkan oleh ovarium, yang berfungsi sebagai hormon releasing factor di
hipothalamus untuk membebaskan LH dan menjaga saluran telur berfungsi normal
(Akoso, 1993).

Oviduk
Oviduk terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium
dan uterus. Pada unggas oviduk hanya satu yang berkembang baik dan satunya
mengalami rudimeter. Bentuknya panjang dan berkelok-kelok yang merupakan
bagian dari ductus Muller. Ujungnya melebar membentuk corong dengan tepi yang
berjumbai (Nalbandov, 1990). Oviduk terdiri dari lima bagian yaitu: infundibulum
atau funnel, magnum, ithmus, uterus atau shell gland dan vagina (Nesheim et al.,
1979).

Gambar 4. Organ reproduksi ayam betina (Nesheim et al., 1979)

Oviduk mempunyai struktur yang kompleks untuk menghasilkan bahan sekitar


40 g (10 g padat dan 30 g air) dalam waktu sekitar 26 jam. Secara garis besar terdiri
lapisan perotoneal eksternal (serosa), lapisan otot longitudinal luar dan sirkuler
dalam, lapisan jaringan pengikat pembawa pembuluh darah dan syaraf, serta lapisan
mukosa yang melapisi seluruh duktus. Pada ayam muda mukosa bersifat sederhana
tanpa lekukan maupun lipatan. Pada saat mendekati dewasa kelamin serta mendapat
stimulus dari estrogen dan progresteron, maka oviduk menjadi sangat kompleks
dengan terbentuknya ikatan-ikatan primer, sekunder dan tersier. Pada puncak
aktivitas sekresinya, sel-sel menunjukkan bentuk variasinya dari kolumner tinggi
sipleks sampai kolumner transisional yang memiliki silia. Oviduk unggas tidak dapat
membedakan antara ovum dengan benda-benda asing, sehingga akan tetap
mensekresikan albumen, kerabang lunak dan kerabang keras disekitar benda asing
tersebut (Nalbandov, 1990).

Infundibulum. Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan


mempunyai panjang sekitar 9 cm (North, 1978). Infundibulum berbentuk seperti
corong atau fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan. Pada bagian
kalasiferos merupakan tempat terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang
tersusun dari dua tali mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur
sampai ke kutub-kutub telur (Nalbandov 1990). Pada bagian leher infundibulum yang
merupakan bagian kalasiferos juga merupakan tempat penyimpanan sperma, sperma
juga tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina. Penyimpanan ini
terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi (Sastrodihardjo dan Resnawati, 1999
). Infundibulum selain tempat ovulasi juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi
Setelah fertilasi, ovum akan mengalami pemasakkan setelah 15 menit di dalam
infundibulum, dan dengan gerak peristaltik ovum yang terdapat pada yolk akan
masuk ke bagian magnum (Nesheim et al., 1979)
Gambar. 4. Bagian-bagian dari Oviduc

Magnum. Magnum merupakan saluran kelanjutan dari oviduk dan merupakan bagian
terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum dengan magnum tidak dapat terlihat dari
luar (Nalbandov, 1990). Magnum mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat
disekresikan albumen telur. Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3 jam
(North, 1978). Albumen padat yang kaya akan mucin disekresikan oleh sel goblet yang
terletak pada permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen yang disekresikan sekitar
40 sampai 50% total albumen telur.

Isthmus. Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam Ithmus. Antara ithmus
dan magnum terdapat garis pemisah yang nampak jelas yang disebut garis
penghubung ithmus-magnum (Nalbandov, 1990). Panjang isthmus sekitar 10 cm dan
merupakan tempat terbentuknya membran sel (selaput kerabang lunak) yang banyak
tersusun dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur dari masuknya
mikroorganisme ke dalam telur .
Gambar 5. Bagian Oviduc Magnum dan Isthmu

Panjang isthmus sekitar 10 cm dan merupakan tempat terbentuknya membran


sel (selaput kerabang lunak) yang banyak tersusun dari serabut protein, yang
berfungsi melindungi telur dari masuknya mikroorganisme ke dalam telur (North,
1978).

Membran sel yang terbentuk terdiri dari membran sel dalam dan membran sel luar, di
dalam ithmus juga disekresikan air ke dalam albumen. Calon telur di dalam ithmus
selama 1,25 jam (Sastrodihardjo dan Resnawati, 1999).

Dua lapisan membran sel telur saling berhimpit dan ada bagian yang
memisah/melebar membentuk bagian yang disebut rongga udara (air cell), air cell
akan berkembang mencapi 1,8 cm. Rongga udara bisa digunakan untuk mengetahui
umur telur dan besar telur (North, 1978).
Uterus. Uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan berdinding kuat.
Di dalam uterus telur mendapatkan kerabang keras yang terbentuk dari garam-garam
kalsium (Nalbandov, 1990). Uterus (shell gland) mempunyai panjang sekitar 10
sampai 12 cm dan merupakan tempat perkembangan telur paling lama di dalam
oviduk, yaitu sekitar 18 sampai 20 jam (North, 1978).

Gambar 6. Bagian –bagian oviduc

Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi penyempurnaan telur dengan
disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin dan air melalui dinding uterus dan secara
osmosis masuk ke dalam membran sel. Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20
sampai 25% (North, 1978).

Deposisi kalsium sudah terjadi sebagian kecil di ithmus dan dilanjutkan di uterus. Deposisi
terjadi pada bagian inner shell, lapisan mammillary (berupa kristal kalsit) yang membetuk
lapisan material berongga. Komposisi komplit dari kerabang telur berupa kalsit (CaCO3),
dan sedikit sodium, potasium dan magnesium (North, 1978).

Formasi terbentuknya kerabang telur dengan adanya ketersediaan ion kalsium dan ion
carbonat didalam cairan uterus yang akan membentuk kalsium karbonat. Sumber utama
ion karbonat terbentuk karena adanya CO2 dalam darah hasil metabolisme dari sel yang
terdapat pada uterus, dan dengan adanya H2O, keduanya dirombak oleh enzim carbonic
anhydrase (dihasilkan pada sel mukosa uterus) menjadi ion bikarbonat yang akhirnya
menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen terlepas. Beberapa hubungan antara kalsium
dalam darah, CO2 dan ion bikarbonat di dalam uterus dalam peristiwa pembentukan
kerabang telur dapat dilihat pada gambar 19. Untuk itu pada ayam petelur perlu
diperhatikan bahwa kebutuhan kalsium terutama harus disediakan pada pakan, karena jika
kekurangan kalsium akan mengambil dari cadangan kalsium pada tulang (Nesheim et al.,
1979).

Gambar 7. Pembentukan kerabang telur dalam uterus (Nesheim et al., 1979)

Pembentukan kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang. Warna


dominan
dari kerabang telur adalah putih dan coklat, yang pewarnaannya tergantung
pada genetik setiap individu (North, 1978). Pigmen kerabang (oopirin) dibawa oleh
darah (50 –70%) dan disekresikan saat 5 jam sebelum peneluran. Pembentukan
kerabang berakhir dengan terbentuknya kutikula yang disekresikan sel mukosa uterus
berupa material organik dan juga mukus untuk membentuk lapisan selubung
menyelimuti telur yang akan mempermudah perputaran telur masuk ke vagina. Pada
kutikula terdapat lapisan porus yang berguna untuk sirkulasi air dan udara.

Vagina. Bagian akhir dari oviduk adalah vagina dengan panjang sekitar 12
cm (North, 1978). Telur masuk ke bagian vagina setelah pembentukan oleh kelenjar
kerabang sempurna (di dalam uterus). Pada vagina telur hanya dalam waktu singkat
dan dilapisi oleh mucus yang berguna untuk menyumbat pori-pori kerabang sehingga
invasi bakteri dapat dicegah. Kemudian telur dari vagina keluar melalui kloaka
(Nalbandov, 1990).

Ayam Jantan

Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis (T), epididimis (Ep),
duktus deferens (D.d.) dan organ kopulasi pada kloaka (Cl), secara lengkap
ditunjukkan oleh Nesheim et al. (1972) pada gambar berikut:
Gambar 7. Organ Reproduksi dan Urinasi PAda Ayam Jantan (Nesheim et.al.,
1977)

Testis

Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah


punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada
unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Nesheim et
al., 1979). Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan
sel gamet jantan disebut sperma (Nalbandov, 1990).

Epididimis

Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis.
Berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens.
Gambar 8. Alat reproduksi jantan

Duktus deferens

Jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam
jantan tua tampak berkelok-kelok. Letak ke arah kaudal, menyilang ureter dan
bermuara pada kloaka sebelah lateral urodeum.

Organ kopulasi

Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang
terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari organ
kopulasi (Nesheim et al., 1972).

Fertilasi
Fertilisasi merupakan suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel gamet
yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina untuk membentuk satu sel yang
disebut zygote. Secara embriologik fertilisasi merupakan pengaktifan sel ovum oleh
sperma dan secara genetik merupakan pemasukkan faktor-faktor hereditas pejantan
ke ovum (Toelihere, 1985).

Gambar 21. Fertilisasi pada ayam (Nuryati et al., 1998)

Hanya beberapa lusin sel sperma yang dapat mendekati ovum dan hanya
beberapa sperma yang bisa masuk ke dalam zona pelusida yang akhirnya hanya satu
buah sperma yang bisa membuahi ovum (Nalbandov, 1990). Begitu pula pada
unggas, setelah terjadi perkawinan sperma akan mencapai infundibulum dan akan
menembus membran vitelina ovum untuk bertemu sel benih betina, sehingga
terbentuk calon embrio. Telur yang dibuahi disebut telur fertil dan telur yang tidak
dibuahi disebut telur infertil atau telur konsumsi (Nuryati et al., 1998).
Gambar 22. Perkawinan alami pada ayam (Nuryati et al., 1998)

Gambar Perkawinan Alami pada Ayam


Sumber :

Irama Bertelur

Irama bertelur merupakan suatu proses yang melibatkan sistem hormon dan
sistem syaraf karena adanya variasi panjang siang dan malam yang mempengaruhi
ovulasi dan peneluran. Lama penyinaran tertentu akan mempengaruhi sistem syaraf
sehingga mengakibatkan pelepasan hormon untuk merangsang terjadinya ovulasi.
Ovulasi merupakan suatu proses yang penting untuk suatu awal produksi telur
(Nesheim et al., 1979).

Pengaruh Cahaya Terhadap Peneluran


Manajemen pengaturan cahaya sangat mempengaruhi proses integral dalam
produksi telur. Pengaturan pemberian cahaya dalam manajemen ayam petelur dengan
waktu 12 sampai 14 jam dalam satu hari yang terbagi menjadi waktu gelap dan waktu
terang, mengingat ayam mempunyai sifat sangat sensitif terhadap waktu penyinaran.
Waktu penyinaran ini mempengaruhi sifat mengeram, dewasa kelamin, periode
bertelur, produksi telur dan tingkah laku sosial perkawinan (Nesheim et al., 1979).

Penerimaan cahaya pada ayam akan mengakibatkan rangsangan terhadap


syaraf pada syaraf optik, yang dilanjutkan oleh syaraf reseptor ke hipothalamus untuk
memproduksi hormone releasing factor (HRS). Hormone releasing factor
selanjutnya merangsang pituitaria pars anterior untuk menghasilkan FSH dan LH.
HRS juga merangsang pituitaria pars posterior untuk menghasilkan oksitosin
(Nesheim et al., 1979).

Pengaruh Hormon Terhadap Peneluran

FSH berpengaruh terhadap perkembangan folikel pada ovarium sehingga


mempunyai ukuran yang tertentu. Pada saat perkembangan ovum FSH merangsang
ovarium untuk mensekresikan estrogen yang akan mempengaruhi perkembangan
pematangan oviduk untuk dapat mensekresikan kalsium, protein, lemak, vitamin, dan
substansi lain dari dalam darah untuk pembentukan komponen telur (Nesheim et al.,
1979). Hasil sekresi komponen telur tersebut akan mengakibatkan terjadinya
perkembangan telur pada oviduk, sehingga dihasilkan telur utuh di dalam oviduk
setelah didahului proses ovulasi (Nalbandov, 1990).

Ovum akan berkembang terus sehingga terjadi pematangan ovum. Proses


pematangan ovum disebabkan adanya LH. Setelah ovum masak maka selaput folikel
akan pecah dan ovum jatuh ke dalam mulut infundibulum (peristiwa ovulasi), proses
ovulasi ini juga disebabkan peranan LH (Nalbandov, 1990).

Proses pembentukan komponen telur di dalam oviduk berlangsung dengan


adanya hormon estrogen, juga terjadi pembentukan granula albumen oleh stimulasi
dari hormon androgen dan progresteron sampai tercapai telur sempurna (Nalbandov,
1990). Setelah telur sempurna, maka pituitaria pars posterior akan mensekresikan
oksitosin yang merangsang oviduk sehingga terjadi ovoposition dan merangsang
uterus untuk mengeluarkan telur pada proses peneluran (Nesheim et al., 1979).

Siklus irama bertelur

Ayam bertelur dengan irama bertelur, yaitu bertelur satu atau lebih pada hari
berurutan dan kemudian diikuti satu hari istirahat. Ayam bisa bertelur lima butir atau
lebih dalam satu irama bertelur atau disebut clutch (Nalbandov, 1990).

Ovulasi biasa terjadi pada siang hari, terutama pada jam-jam pagi dan jarang
terjadi setelah jam 15.00. Telur setelah ovulasi , sekitar 3,5 jam berada di magnum
untuk mendapat selubung albumen, 1,25 jam di ithmus dengan terbentuknya
membran kerabang dan 21 jam di uterus untuk terbentuknya kerabang keras.
Sehingga secara total dibutuhkan 25 sampai 26 jam untuk waktu pembentukan
telur. Ovulasi berikut pada satu irama bertelur terjadi 30 sampai 60 menit setelah
ovoposition sebelumnya. Jadi karena waktu ovulasi tidak terjadi secara teratur setiap
siklus 24 jam, maka waktu ovulasi pada hari berikutnya pada clutch yang sama akan
terlambat. Akhirnya akan semakin terlambat sampai mencapai jam 14.00 - 15.00. Bila
batas waktu ini tercapai, maka akan terjadi penundaan ovulasi, sehingga bertelurnya
tertunda satu hari atau beberapa hari sebelum irama bertelur baru dapat dimulai.
Ovulasi pada irama bertelur baru terjadi pada pagi hari (Nalbandov, 1990).

Ada beberapa tipe clutch, yaitu reguler, ireguler dan kontinyu. Reguler terjadi
apabila jumlah telur dan jumlah hari istirahat dalam satu irama bertelur mempunyai
jumlah yang sama. Ireguler terjadi apabila jumlah telur dan jumlah hari istirahat
dalam satu irama bertelur tidak sama. Kontinyu terjadi jika terjadi pengulangan
jumlah telur dan satu hari istirahat yang sama pada satu irama peneluran. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada keterangan berikut:

BAGIAN –BAGIAN DARI TELUR


Telur ayam secara garis besarnya terdiri dari dua bagian utama yaitu :
1. Bagian dalam telur yang terdiri dari :
a. Bagian putih telur (albumen) 58,05%
b. Bagian kuning telur (yolk) 31,00%
2. Bagian luar telur (10,50%) yang terdiri dari :
a. Membran telur
b. Kerabang telur
Untuk memperoleh gambaran tentang bagian-bagian dari telur dapat dilihat pada gambar di
bawah :

Gambar 8. Penampang telur

Gambar 8. Penampang telur


Gambar 9 Penampang telur

Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap gizinya. Selain itu, bahan
pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepererluan .
Komposisi kimianya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia dari Bagian-bagian Telur
Bahan Kimia Kulit Telur Putih Telur Kuning Telur
----------------------------- % ------------------------------
Air 1 88,50 47,50
Protein 4 10,50 17,40
Lemak - - 33,00
Karbohidrat - 0,50 0,20
Bahan Organik 95 0,50 1,10
Lain-lain - - 0,80

Putih Telur (Albumen)


Putih telur terdiri dari 4 lapisan yaitu:
3. Bagian dari Chalaziferous yang langsung berhubungan dengan kuning telur dan
ujungnya membentuk tali chalaza yang memegang kuning telur dari ujung ke
ujung.Keadaan tali chalaza ini membuat kuning telur berada di tengah.
4. Bagian lapisan yang encer antara lapisan chalaza dengan lapisan yang kental
5. Bagian yang kental
6. Bagian luar yang agak encer.
ABNORMALITAS ATAU CACAT PADA TELUR

Abnormalitas atau cacat pada telur berupa kerusakan pada kulit telur maupun pada
isi telur. Abnormalitas yang terjadi pada telur tidak mempengaruhi nilai gizinya. Namun
penampakan telur yang cacat tersebut akan mempengaruhi kualitasnya. Di bawah ini
diuraikan bermacam-macam bentuk kerusakan telur, baik di bagian kulit telur maupun isi
telur.
A. Cacat Pada Bagian Kulit Telur
Cacat pada kulit telur merupakan factor yang paling banyak berpengaruh pada penurunan
kualitas telur. Banyak factor yang dapat menyebabkan abnormalitas atau cacat pada telur.
Namun factor nutrisi sering dianggap sebagai penyebab utama terjadinya cacat pada kulit
telur.
1. Retak Kasar
Retak kasar adalah retak pada kulit telur yang besar, bahkan sampai berlubang. Dalam
cacat ini, bagian kulit luar maupun kulit dalam ada yang pecah. Retak kasar terjadi kira-
kira 1 – 5% dari seluruh produksi. Kejadian ini akan meningkat dengan bertambahnya
umur ayam.

Penyebab Pemecahan Masalah

a. Berkurangnya kekuatan kulit telur

Bertambahnya umur ayam Jagalah umur ayam sehingga masih


menguntungkan untuk dipelihara

Komposisi pakan kurang baik Pastikan zat gizi sudah tepat diberikan sehingga
tidak ada komponen yang tidak tercampur secara
merata

Kadar garam terlalu tinggi Jangan memberi air minum yang mengandung
kadar garam tinggi.

Infeksi bronkitis Berikan program vaksinasi yang tepat


Temperatur tidak terkontrol Suhu kandang atau ruang penyimpan telur di
control dengan menggunakan fogger, kipas angin
dan ventailasi yang baik

b. Kerusakan Mekanis
Penyebab Pemecahan Masalah
Telur pecah karena terkena kuku Pastikan bahwa telur dapat menggiling keluar dari
kaki dan paruh ayam kandang baterai sehingga tidak terinjak-injak oleh
kaki ayam
Lakukan program potong paruh
Frekuensi pengumpulan telur terlalu Telur sebaiknya dikumpulkan 2-3 kali sehari
Jarang
Penanganan yang kasar Berilah tray kosong atau kayu sebagai penopang di
bagian bawah dari tumpukan tray yang berisi telur
Hindari menyusun telur lebih dari enam tray
Tempatkan telur-telur yang berukuran besar pada
wadah yang paling atas
Gambar 9. Sumber : Sudrayani. T.
2. Retak Halus.
Sebutir telur dinyatakan mengalami retak halus jika pada kulitnya terdapat retak shalus
ukuran rambut dengan posisi memanjang. Oleh karena sulit di deteksi dengan mata normal
maka retak halus dapat ditentukan dengan menggunakan alat peneropong telur.
Terjadinya retak halus berkisar antara 1-3% dari total produksi. Penyebab dan pemecahan
masalah retak halus sama dengan retak kasar.
3. Retak Bintang
Gambar 10 Retak Bintang (http:/www.thepoultrysite.com/publications/1
/egg quality…-handbook/15/star-crack

Retak bintang adalah retak halus yang menyebar dari satu titik. Terjadinya retak bintang
berkisar antara 1-2% dari total produksi. Penyebab dan permasaalahan retak bintang sama
dengan retak halus.

4. Kulit Telur Tipis atau tanpa Kulit Telur


Gambar 11. Kul,it Telur Tipis

Telur yang mempunyai kulit telur yang tipis atau tanpa kulit luar sangat mudah di sobek
kulit dalamnya. Prosentase kejadian telur yang demikian bervariasi antara 0,5 – 6%. Jenis
telur ini umumnya di hasilkan oleh ayam betina yang baru mulai bertelur, terutama ayam
yang terlalu cepat dewasa kelamin

Penyebab Pemecahan Masalah


Kelenjar kulit telur belum masak Undurkan dewasa kelamin ayam 1 sampai 2
minggu dengan makanan yang terkendali,
terutama pada fase dara

Kelenjar kulit telur rusak dan tiugdak dapat Ayam tersebut sebaiknya di afkir
mensekresi kalsium karbonat

Gangguan yang menyebabkan telur-telur Kurangi kegiatan yang menyebabkan


diproduksi sebelum proses pembentukan gangguan pada ayam di dalam maupun di
kulit telur sempurna. Pembentukan kulit luar kandang
telur biasanya dilakukan pada malam hari.

Kadar garam terlalu tinggi Hindari pemberian air minum yang


mengandung kadar garam tinggi

Penyakit infeksi bronchitis dan egg drop Lakukan program vaksinasi


syndrome

5. Kulit Telur Kasar Seperti Berpasir


Bentuk Kulit Telur ini kasar dengan butiran-butiran yang tersebar tidak hanya merata pada
permukaan kulit telur. Kejadian ini biasanya kurang dari 1% dari total produksi. NAmun
untuk strain ayam tertentu persentasinya dapat lebih tinggi. Hal ini umumnya terjadi pada
flock ayam yang baru mulai bertelur. Selain itu disebabkan oleh ovulasi ganda yang
menghasilkan satu telur berkulit tipis dan satu telur lagi dengan kulit telur yang memiliki
timbunan kalsium ekstra.
Kulit Telur Kasar Seperti Berpasir
Penyebab Pemecahan Masalah
Lakukan program vaksinasi
Penyakit seperti infeksi bronchitis
dan infeksi laringo trakeitis

Kurangi aktivitas yang menyebabkan gangguan di


Gangguan pada waktu ayam sedang
dalam dan di sekitar kandang. Tingkatkan
bertelur sehingga telur tertahan
pengamanan kandang untuk mencegah masuknya
lebih lama di salurannya
binatang

Peningkatan pemberian cahaya tidak boleh


Perubahan-perubahan dalam
diberikan secara tiba-tiba saat ayam akan bertelur
program pencahayaan
atau jangan lakukan perubahan-perubahan
pencahayaan selama proses bertelur
Pastikan suplai air cukup dan tidak ada hambatan
Kekurangan air minum
pada saluran air minum dan tempat minum
berfungsi dengan baik
Gambar 11 Sumber : Sudaryani.T.
6. Kulit Telur Mengerut Sebelah
Abnormalitas telur ini terjadi jika ada salah satu sisi telur yang mengerut dan tidak
licin. Kejadian cacat telur ini kurang dari1% dari total produksi. Ayam yang baru mulai
5. Telur Salah Bentuk
Telur salah bentuk merupakan telur yang memiliki permukaan kulit yang berbenjol-benjol,
tidak licin, tidak rata atau tidak proposional bentuknya. Kejadian telur salah bentuk dapat
mencapai 2% dari total produksi.

Telur salah bentuk


Penyebab Pemecahan Masalah
Kelenjar kulit telur yang belum siap Perlambat dewasa kelamin ayam

Kelenjar kulit telur rusak karena Berukan program vaksinasi


infeksi bronchitis

Gangguan pada ayam Kurangi stress akibat gangguan spt Burung-


burung yang masuk ke kandang atau karena
bunyi-bunyi asing

Kepadatan ayam di dalam kandang Kurangi kepadatan sesuai dengan kapasitas


cukup tinggi seharusnya

Gambar 12 Telur Salah bentuk

6. Telur Dalam Telur


Hal ini disebabkan karena setelah kuning telur melewati semua bagian dari oviduck
tanpa gangguan maka akan terbentuk telur yang sempurna. Oleh karena adanya gerakan
anti peristaltic atau gerakan balik maka telur yang sudah sempurna tersebut kembali ke
infundibulum atau bagian oviduck yang pertama. Selanjutnya telur sempurna yang ada di
infundibulum tersebut akan diperlakukan lagi seperti halnya kuning telur yang baru dilepas
oleh ovarium. Telur gtersebut akan merangsang keluarnya putih telur, membrane kulit
telur, kujtikula dan pigmen. Akibatnya akan terbentuk telur didalam telur.
Jika gerakan anti peristaltic tersebut terlalu kuat maka telur yang sempurna tadi
tidak hanya sampai ke infundibulum, tapi dapat dipaksa keluar sehingga jatuh di ruang
perut. Penimbunan telur yang cukup banyak pada ruang perut menyebabkan ayam berjalan
seperti burung penguin. Penyebab terbentuknya telur ini karena ayam mengalami stress
karena kaget atau takut karena ada suara-suara dan benda –benda asing yang masuk ke
kandang.

Gambar 13 Telur di dalam telur

Sumber
8. Double Yolk Egg
Kuning telur ganda dihasilkan oleh dua sel telur yang masak secara bersamaan. Penyebab
lain adalah adanya sebuah sel telur yang masak dan masuk ke oviduk, bersamaan dengan
itu terjadi pelepasan sel telur yang lain. Telur demikian biasanya terjadi pada ayam yang
baru mulai bertelur karena organ-organ reproduksi baru dalam tahap penyesuaian.

9. Blood Spot (Meat Spot)

Blood Spot atau bercak darah


merupakan cacat telur dengan terdapatnya setitik kecil atau sejumlah besar darah di dalam
telur. Kejadiannya bervariasi berdasarkan strain ayam dan dapat mencapai 10% dari total
produksi. Penyebabnya karena pembuluh darah yang pecah di dalam ovarium dan saluran
telur . Hal ini disebabkan karena pakan yang diberikan kurang mengandung vitamin A dan
K. Penyebab lainnya adalah racun jamur yang terdapat pada pakan. Pemecahan msaalahnya
adalah vitamin dalam pakan harus diperhatikan agar dalam jumlah yang cukup selain itu
untuk menyimpan pakan harus kering dan pakan jangan sampai berjamur. Tempat pakan
harus selalu dijaga kebersihannya.
Gambar 15 Blood Spot

10. Meat Spot

Meat spot atau bercak daging terjadi akibat adanya bekuan-bekuan darah yang mengalami
degenarasi. Namun bercak daging yang berwarna cokelat ini juga dapat disebabkan oleh
jaringan tubuh. Bercak daging tsb dapat di temukan di dalam putih telur tebal, pada kalaza
dan jga pada kuning telur. Diameternya berkisar antara 0,5 mm sampai lebih dari 3 mm
Gambar 16. Bercak Darah . (www.minkhollow.ca/mhf/doku.php?id.

Kerabang telur abnormal

Gambar 17. http://ww.neopar/.com/images/eggshell defect.pdf

Anda mungkin juga menyukai