FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2018
ANALISIS INSTRUKSIONAL
PRODUKSI TERNAK UNGGAS
Mata kuliah ini membahas peranan ternak unggas serta hubungannya dengan evolusi
spesies unggas, taksonomi serta peranan ternak unggas bagi masyarakat, anatomi unggas,
sistim reproduksi , sistim pensernaan dan bahan pakan yang dibutuhkan, sistim
perkandangan, sistim endokrin dan saraf serta peranan ternak puyuh bagi masyarakat
4. STRATEGI PERKULIAHAN
Perkuliahan di laksanakan dengan tatap muka dalam bentuk kuliah mimbar, diskusi dan
Tanya jawab dengan menggunakan media dan alat bantu yang tersedia. Perkuliahan ini
melibatkan mahasiswa secara aktif untuk melatih belajar aktif dan mandiri dalam bentuk
diskusi dalam kelas.
5. BAHAN BACAAN
6. TUGAS TUGAS
o Tugas terstruktur diberikan sesudah mempelajari materi kuliah pada setiap akhir
pertemuan.
o Mahasiswa di tugaskan untuk membaca terlebih dahulu materi kuliah pada
pertemuan berikutnya sesuai topic-topik yang sudah di berikan
o Memberi tugas rumah yang harus di masukkan kepada dosen pada pertemuan
berikutnya.
Penilaian hasil belajar ditentukan berdasarkan pembobotan nilai akhir yang diperoleh dari :
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) sebagai
usaha untuk mendapatkan penilaian lebih terstruktur, terencana dalam pelayanan kegiatan
pengajaran. Adapun penilaian yang digunakan mengikuti criteria seperti tertera pada tabel
berikut ini :
NILAI HURUF
80,00 – 100.00 A
70,00 - < 80.00 B
60,00 - < 70,00 C
40,00 - < 60,00 D
40,00 E
Entry Behavior :
o Biology
o Anatomi dan Fisiology
o Pengantar Ilmu Peternakan
PENDAHULUAN
TERMINOLOGI
POULTRY/UNGGAS
Nama yang diberikan pada sekelompok hewan kelas aves yang didomestikasi,
berkembang biak dibawah pengawasan manusia dan yang memberikan
faedah atau manfaat dalam segi ekonomi.
Yang Termasuk kedalam ternak unggas adalah :
1. Ayam ( Chicken) 7. Angsa berleher panjang (Swan)
2. Itik (duck) 8. Ayam mutiara (Guinea)
3 Manila (Muscovy duck) 9. Merpati (Pigeon)
4. Angsa (Goose) 10. Merak (Pea Fowl)
5. Burung Puyuh (Quail) 11. Burung Kuau (Pheasent
6. Kalkun (Turkey) 12 .Burung Unta (Ostrichs)
Poultry Science
Adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari prinsip-prinsip dan praktek-praktek
dalam penerapan teknologi yang praktis dalam memproduksi dan memasarkan
hasil produksi ternak unggas. Yang akan dipelajari adalah : cara-cara pemuliaan
(breeding), pengeraman telur (incubation), pemeliharaan anak dgn mengunakan
indukan (brooding), perkandangan (housing), Cara pemberian pakan (Feeding),
Penyakit (desease) dan pengelolaan ternak unggas didalam suatu usaha
peternakan (Poultry Farm Management)
Bangsa/Breed
Yang dimaksud dengan bangsa atau breed dari ternak ayam adalah
Kelompok ternak ayam yang memiliki persamaan dalam bentuk
morphologis, sifat physiologis dan bentuk anatomi yang khas.
Sifat-sifat persamaan itu diturunkan kepada genarisi berikutnya.
VARIATAS
Yang dimaksud dengan variatas pada bangsa ayam ialah
kelompok ayam yang terdapat pada suatu bangsa, yang
mempunyai perbedaan dalam bentuk jengger,
warna bulu, warna telur dll.
STRAIN/GALUR
Yang dimaksud dengan strain/galur pada ternak ayam
ialah standard klasifikasi ayam berdasarkan garis
keturunan tertentu (breeding) melalui persilangan dari
beberapa kelas, bangsa atau variatas sehingga ayam
tersebut mempunyai bentuk, sifat dang type produksi
tertentu sesuai dengan tujuan produksi
TYPE
Standard klasifikasi ayam berdasarkan pada
kemampuan ayam menghasilkan telur atau
daging dan telah melalui berbagai persilangan
dan seleksi
FONDATION STOCK
Fondation stock = Great Grand Parent Stock adalah jenis ayam yang berasal dari
persilangan dan seleksi berbagai kelas, bangsa atau variatas yang dilakuakan oleh
breeder /pembibit dan merupakan bahan(stock) untuk membentuk grand parent
stock
PARENT STOCK
Jenis ayam yang dipelihara untuk menghasilkan Final Stock
FINAL STOCK
Jenis ayam yang dipelihara untuk menghasilkan telur
atau daging dan telah melalui berbagai persilangan
dan seleksi
RATE OF PRODUCTION
Jumlah produksi yang dapat dinyatakan dalam (%) atau butir dalam
jangka waktu tertentu yang dihitung dari mulai ayam tersebut
berproduksi
GOOD PRESISTENCY
Sekelompok ayam betina yang berproduksi tinggi yang dapat di pertahankan
dalam jangka waktu yang relatif lama
Clutch
Hari dimana tiap hari ayam bertelur berturut-
turut
INTERVAL
Untuk menghitung hari-hari yang kosong
dimana ayam tidak bertelur
PAUSE
Ialah ayam yang tidak bertelur lebih dari tujuh
hari
VAKSINASI
Pemberian kekebalan pada hewan dengan bibit penyakit yang telah
dilemahkan untuk merangsang peningkatan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit
KARKAS
Bagian tubuh unggas tanpa disertai darah, bulu, kepala, rongga
perut keculai giblet (hati + Jantung + empedal)
PENYAJIAN
B. Penghasil Pangan
P R O D U C T S
SISTEM REPRODUKSI
Organ reproduksi pada unggas adalah ovarium dan oviduct untuk unggas betina
dan testis untuk unggas jantan. Pada unggas betina organ reproduksi bagian kiri yang
berkembang normal dan berfungsi dengan baik (Nesheim et al., 1972), tetapi untuk
bagian kanan mengalami rudimeter (Sarwono, 1988).
Ayam Betina
Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduct. Pada ovarium terdapat
banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari infudibulum, magnum, ithmus, kelenjar
kerabang telur dan vagina (Nalbandov, 1990). Secara lengkap oviduct dan ovarium
digambarkan oleh Nesheim et al. (1979) seperti tampak pada gambar 1
Ovary
Sebelum telur dikeluarkan , ovary merupakan masa folikel yang kecil-kecil yang
mengandung ova (Kuning telur) .Pada ovary ayam yang sedang bertelur , mengandung ova
sekitar 3.000 yang mungkin bisa menjadi telur. Tetapi pada kenyataannya yang dapat
menjadi telur hanya sekitar 200 – 300 butir per tahun.
Yolk yang terbentuk dalam ovary, sebagian besar dibuat di dalam hati dan diangkut
oleh darah langsung ke ovary. Berhentinya penimbunan yolk di ovary ini sekitar 5 jam
sebelum di ovulasikan. Setiap hari yolk ini membesar 4 mm dan setelah mencapai diameter
± 40 mm yolk tersebut sudah matang yang nantinya akan terjadi ovulasi. Pemebentukan
yolk ini secara beruntun dan bertahap , sehingga pada saat telur pertama ditelurkan, sudah
ada 5 s/d 10 kuning telur yang berada dalam proses pertumbuhan. Umumnya setelah
mencapai 10 hari, tiap yolk ini akan matang. Terjadinya warna kuning yolk disebabkan
oleh xantophyl dan carotenoid pigment yang berasal dari makanan yang di timbun pada
kuning telur. Oleh karena itu warna kuning telur gelap dan terang tergantung pada
banyaknya pigmen yang tersedia dalam ransum. Yolk yang terbentuk ini terdiri dari
beberapa lapisan, pada satu butir telur terdiri dari 7 s/d 11 lapisan.
Besar yolk dipengaruhi oleh factor keturunan, oleh karena itu variasi besar yolk
dipengaruhi oleh variasi individu ayam yang ada dalam flock. Selain itu dipengaruhi oleh
lamanya yolk menjadi matang dalam ovary. Menurut beberapa peneliti, besar yolk akan
meningkat bila dalam ransum di tingkatkan protein dan lemak.
b. Folikel
Kuning telur selama perkembangannya berada didalam folikel dan bergantung pada
ovary. Kuning telur ini di selaputi oleh membrane vitelline. Yolk merupakan tempat
disimpannya sel benih (discus germinalis) yang posisinya pada permukaan dipertahankan
oleh latebra. Yolk dibungkus oleh suatu lapisan membran folikuler yang kaya akan kapiler
darah, yang berguna untuk menyuplai komponen penyusun yolk melalui aliran darah
menuju (Vitelline membrane) dan pada ovum masak membran vitelina dibungkus oleh
membran folikel. Bagian yolk mempunyai suatu lapisan yang tidak mengandung pembuluh
kapiler darah yang disebut stigma. Pada bagian stigma inilah akan terjadi perobekan
selaput folikel kuning telur,
c. Ovulasi
Ovum (Yolk) yang telah matang akan dilepas dari ovary dan akan ditampung oleh
tempat yang berbentuk corong (infundibulum) .Proses ovulasi terjadi karena adanya
hormone progesterone yang di produksi oleh ovary, kemudian merangsang hypothalamus
untuk mengeluarkan hormone LH dari pituitary anterior. Hormon LH ini yang
menyebabkan folikel yang matang pecah pada bagian stigma, hingga ovum lepas dari
ovary.
STIGMA
Gambar 1. Stigma
Gambar 2. Saluran Reproduksi Ayam Betina
Sumber:
Oviduk
Oviduk terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium
dan uterus. Pada unggas oviduk hanya satu yang berkembang baik dan satunya
mengalami rudimeter. Bentuknya panjang dan berkelok-kelok yang merupakan
bagian dari ductus Muller. Ujungnya melebar membentuk corong dengan tepi yang
berjumbai (Nalbandov, 1990). Oviduk terdiri dari lima bagian yaitu: infundibulum
atau funnel, magnum, ithmus, uterus atau shell gland dan vagina (Nesheim et al.,
1979).
Magnum. Magnum merupakan saluran kelanjutan dari oviduk dan merupakan bagian
terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum dengan magnum tidak dapat terlihat dari
luar (Nalbandov, 1990). Magnum mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat
disekresikan albumen telur. Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3 jam
(North, 1978). Albumen padat yang kaya akan mucin disekresikan oleh sel goblet yang
terletak pada permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen yang disekresikan sekitar
40 sampai 50% total albumen telur.
Isthmus. Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam Ithmus. Antara ithmus
dan magnum terdapat garis pemisah yang nampak jelas yang disebut garis
penghubung ithmus-magnum (Nalbandov, 1990). Panjang isthmus sekitar 10 cm dan
merupakan tempat terbentuknya membran sel (selaput kerabang lunak) yang banyak
tersusun dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur dari masuknya
mikroorganisme ke dalam telur .
Gambar 5. Bagian Oviduc Magnum dan Isthmu
Membran sel yang terbentuk terdiri dari membran sel dalam dan membran sel luar, di
dalam ithmus juga disekresikan air ke dalam albumen. Calon telur di dalam ithmus
selama 1,25 jam (Sastrodihardjo dan Resnawati, 1999).
Dua lapisan membran sel telur saling berhimpit dan ada bagian yang
memisah/melebar membentuk bagian yang disebut rongga udara (air cell), air cell
akan berkembang mencapi 1,8 cm. Rongga udara bisa digunakan untuk mengetahui
umur telur dan besar telur (North, 1978).
Uterus. Uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan berdinding kuat.
Di dalam uterus telur mendapatkan kerabang keras yang terbentuk dari garam-garam
kalsium (Nalbandov, 1990). Uterus (shell gland) mempunyai panjang sekitar 10
sampai 12 cm dan merupakan tempat perkembangan telur paling lama di dalam
oviduk, yaitu sekitar 18 sampai 20 jam (North, 1978).
Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi penyempurnaan telur dengan
disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin dan air melalui dinding uterus dan secara
osmosis masuk ke dalam membran sel. Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20
sampai 25% (North, 1978).
Deposisi kalsium sudah terjadi sebagian kecil di ithmus dan dilanjutkan di uterus. Deposisi
terjadi pada bagian inner shell, lapisan mammillary (berupa kristal kalsit) yang membetuk
lapisan material berongga. Komposisi komplit dari kerabang telur berupa kalsit (CaCO3),
dan sedikit sodium, potasium dan magnesium (North, 1978).
Formasi terbentuknya kerabang telur dengan adanya ketersediaan ion kalsium dan ion
carbonat didalam cairan uterus yang akan membentuk kalsium karbonat. Sumber utama
ion karbonat terbentuk karena adanya CO2 dalam darah hasil metabolisme dari sel yang
terdapat pada uterus, dan dengan adanya H2O, keduanya dirombak oleh enzim carbonic
anhydrase (dihasilkan pada sel mukosa uterus) menjadi ion bikarbonat yang akhirnya
menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen terlepas. Beberapa hubungan antara kalsium
dalam darah, CO2 dan ion bikarbonat di dalam uterus dalam peristiwa pembentukan
kerabang telur dapat dilihat pada gambar 19. Untuk itu pada ayam petelur perlu
diperhatikan bahwa kebutuhan kalsium terutama harus disediakan pada pakan, karena jika
kekurangan kalsium akan mengambil dari cadangan kalsium pada tulang (Nesheim et al.,
1979).
Vagina. Bagian akhir dari oviduk adalah vagina dengan panjang sekitar 12
cm (North, 1978). Telur masuk ke bagian vagina setelah pembentukan oleh kelenjar
kerabang sempurna (di dalam uterus). Pada vagina telur hanya dalam waktu singkat
dan dilapisi oleh mucus yang berguna untuk menyumbat pori-pori kerabang sehingga
invasi bakteri dapat dicegah. Kemudian telur dari vagina keluar melalui kloaka
(Nalbandov, 1990).
Ayam Jantan
Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis (T), epididimis (Ep),
duktus deferens (D.d.) dan organ kopulasi pada kloaka (Cl), secara lengkap
ditunjukkan oleh Nesheim et al. (1972) pada gambar berikut:
Gambar 7. Organ Reproduksi dan Urinasi PAda Ayam Jantan (Nesheim et.al.,
1977)
Testis
Epididimis
Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis.
Berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens.
Gambar 8. Alat reproduksi jantan
Duktus deferens
Jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam
jantan tua tampak berkelok-kelok. Letak ke arah kaudal, menyilang ureter dan
bermuara pada kloaka sebelah lateral urodeum.
Organ kopulasi
Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang
terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari organ
kopulasi (Nesheim et al., 1972).
Fertilasi
Fertilisasi merupakan suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel gamet
yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina untuk membentuk satu sel yang
disebut zygote. Secara embriologik fertilisasi merupakan pengaktifan sel ovum oleh
sperma dan secara genetik merupakan pemasukkan faktor-faktor hereditas pejantan
ke ovum (Toelihere, 1985).
Hanya beberapa lusin sel sperma yang dapat mendekati ovum dan hanya
beberapa sperma yang bisa masuk ke dalam zona pelusida yang akhirnya hanya satu
buah sperma yang bisa membuahi ovum (Nalbandov, 1990). Begitu pula pada
unggas, setelah terjadi perkawinan sperma akan mencapai infundibulum dan akan
menembus membran vitelina ovum untuk bertemu sel benih betina, sehingga
terbentuk calon embrio. Telur yang dibuahi disebut telur fertil dan telur yang tidak
dibuahi disebut telur infertil atau telur konsumsi (Nuryati et al., 1998).
Gambar 22. Perkawinan alami pada ayam (Nuryati et al., 1998)
Irama Bertelur
Irama bertelur merupakan suatu proses yang melibatkan sistem hormon dan
sistem syaraf karena adanya variasi panjang siang dan malam yang mempengaruhi
ovulasi dan peneluran. Lama penyinaran tertentu akan mempengaruhi sistem syaraf
sehingga mengakibatkan pelepasan hormon untuk merangsang terjadinya ovulasi.
Ovulasi merupakan suatu proses yang penting untuk suatu awal produksi telur
(Nesheim et al., 1979).
Ayam bertelur dengan irama bertelur, yaitu bertelur satu atau lebih pada hari
berurutan dan kemudian diikuti satu hari istirahat. Ayam bisa bertelur lima butir atau
lebih dalam satu irama bertelur atau disebut clutch (Nalbandov, 1990).
Ovulasi biasa terjadi pada siang hari, terutama pada jam-jam pagi dan jarang
terjadi setelah jam 15.00. Telur setelah ovulasi , sekitar 3,5 jam berada di magnum
untuk mendapat selubung albumen, 1,25 jam di ithmus dengan terbentuknya
membran kerabang dan 21 jam di uterus untuk terbentuknya kerabang keras.
Sehingga secara total dibutuhkan 25 sampai 26 jam untuk waktu pembentukan
telur. Ovulasi berikut pada satu irama bertelur terjadi 30 sampai 60 menit setelah
ovoposition sebelumnya. Jadi karena waktu ovulasi tidak terjadi secara teratur setiap
siklus 24 jam, maka waktu ovulasi pada hari berikutnya pada clutch yang sama akan
terlambat. Akhirnya akan semakin terlambat sampai mencapai jam 14.00 - 15.00. Bila
batas waktu ini tercapai, maka akan terjadi penundaan ovulasi, sehingga bertelurnya
tertunda satu hari atau beberapa hari sebelum irama bertelur baru dapat dimulai.
Ovulasi pada irama bertelur baru terjadi pada pagi hari (Nalbandov, 1990).
Ada beberapa tipe clutch, yaitu reguler, ireguler dan kontinyu. Reguler terjadi
apabila jumlah telur dan jumlah hari istirahat dalam satu irama bertelur mempunyai
jumlah yang sama. Ireguler terjadi apabila jumlah telur dan jumlah hari istirahat
dalam satu irama bertelur tidak sama. Kontinyu terjadi jika terjadi pengulangan
jumlah telur dan satu hari istirahat yang sama pada satu irama peneluran. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada keterangan berikut:
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap gizinya. Selain itu, bahan
pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepererluan .
Komposisi kimianya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia dari Bagian-bagian Telur
Bahan Kimia Kulit Telur Putih Telur Kuning Telur
----------------------------- % ------------------------------
Air 1 88,50 47,50
Protein 4 10,50 17,40
Lemak - - 33,00
Karbohidrat - 0,50 0,20
Bahan Organik 95 0,50 1,10
Lain-lain - - 0,80
Abnormalitas atau cacat pada telur berupa kerusakan pada kulit telur maupun pada
isi telur. Abnormalitas yang terjadi pada telur tidak mempengaruhi nilai gizinya. Namun
penampakan telur yang cacat tersebut akan mempengaruhi kualitasnya. Di bawah ini
diuraikan bermacam-macam bentuk kerusakan telur, baik di bagian kulit telur maupun isi
telur.
A. Cacat Pada Bagian Kulit Telur
Cacat pada kulit telur merupakan factor yang paling banyak berpengaruh pada penurunan
kualitas telur. Banyak factor yang dapat menyebabkan abnormalitas atau cacat pada telur.
Namun factor nutrisi sering dianggap sebagai penyebab utama terjadinya cacat pada kulit
telur.
1. Retak Kasar
Retak kasar adalah retak pada kulit telur yang besar, bahkan sampai berlubang. Dalam
cacat ini, bagian kulit luar maupun kulit dalam ada yang pecah. Retak kasar terjadi kira-
kira 1 – 5% dari seluruh produksi. Kejadian ini akan meningkat dengan bertambahnya
umur ayam.
Komposisi pakan kurang baik Pastikan zat gizi sudah tepat diberikan sehingga
tidak ada komponen yang tidak tercampur secara
merata
Kadar garam terlalu tinggi Jangan memberi air minum yang mengandung
kadar garam tinggi.
b. Kerusakan Mekanis
Penyebab Pemecahan Masalah
Telur pecah karena terkena kuku Pastikan bahwa telur dapat menggiling keluar dari
kaki dan paruh ayam kandang baterai sehingga tidak terinjak-injak oleh
kaki ayam
Lakukan program potong paruh
Frekuensi pengumpulan telur terlalu Telur sebaiknya dikumpulkan 2-3 kali sehari
Jarang
Penanganan yang kasar Berilah tray kosong atau kayu sebagai penopang di
bagian bawah dari tumpukan tray yang berisi telur
Hindari menyusun telur lebih dari enam tray
Tempatkan telur-telur yang berukuran besar pada
wadah yang paling atas
Gambar 9. Sumber : Sudrayani. T.
2. Retak Halus.
Sebutir telur dinyatakan mengalami retak halus jika pada kulitnya terdapat retak shalus
ukuran rambut dengan posisi memanjang. Oleh karena sulit di deteksi dengan mata normal
maka retak halus dapat ditentukan dengan menggunakan alat peneropong telur.
Terjadinya retak halus berkisar antara 1-3% dari total produksi. Penyebab dan pemecahan
masalah retak halus sama dengan retak kasar.
3. Retak Bintang
Gambar 10 Retak Bintang (http:/www.thepoultrysite.com/publications/1
/egg quality…-handbook/15/star-crack
Retak bintang adalah retak halus yang menyebar dari satu titik. Terjadinya retak bintang
berkisar antara 1-2% dari total produksi. Penyebab dan permasaalahan retak bintang sama
dengan retak halus.
Telur yang mempunyai kulit telur yang tipis atau tanpa kulit luar sangat mudah di sobek
kulit dalamnya. Prosentase kejadian telur yang demikian bervariasi antara 0,5 – 6%. Jenis
telur ini umumnya di hasilkan oleh ayam betina yang baru mulai bertelur, terutama ayam
yang terlalu cepat dewasa kelamin
Kelenjar kulit telur rusak dan tiugdak dapat Ayam tersebut sebaiknya di afkir
mensekresi kalsium karbonat
Sumber
8. Double Yolk Egg
Kuning telur ganda dihasilkan oleh dua sel telur yang masak secara bersamaan. Penyebab
lain adalah adanya sebuah sel telur yang masak dan masuk ke oviduk, bersamaan dengan
itu terjadi pelepasan sel telur yang lain. Telur demikian biasanya terjadi pada ayam yang
baru mulai bertelur karena organ-organ reproduksi baru dalam tahap penyesuaian.
Meat spot atau bercak daging terjadi akibat adanya bekuan-bekuan darah yang mengalami
degenarasi. Namun bercak daging yang berwarna cokelat ini juga dapat disebabkan oleh
jaringan tubuh. Bercak daging tsb dapat di temukan di dalam putih telur tebal, pada kalaza
dan jga pada kuning telur. Diameternya berkisar antara 0,5 mm sampai lebih dari 3 mm
Gambar 16. Bercak Darah . (www.minkhollow.ca/mhf/doku.php?id.