PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan
NURYANAH
04329590419014
Jabatan : Pembimbing I
Jabatan : Pembimbing II
NIM : 0432950419014
Jurusan : S1 Keperawatan
pasien TBC
Menyetujui dan atau mengizinkan untuk dilakukan ujian proposal skripsi pada periode semes
2
Kaprodi Keperawatan S-1
3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat Pasien TBC ” di Puskesmas Kampung Manggis tahun 2021
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan
namun berkat pertolongan Allah SWT serta bantuan, bimbingan, suport, dan kerjasama dari
berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat diatasi. Dalam kesempatan ini tidak lupa
penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan dalam
2. Ns. Rika Harini, M.Kep, Sp.Kep.An selaku ketua prodi keperawatan STIKes Bani
Saleh
3. Ns. Ashar Prima, M.Kep selaku pembimbing 1 dalam proses pembuatan skripsi ini
4. Ns. Hani Fauziah, M.Kep selaku pembimbing 2 dalam proses pembuatan skripsi ini
6. Seluruh dosen STIKes Bani Saleh yang telah mengajar mahasiswa S1 Keperawatan
alih jenjang.
7. Kepala puskesmas Kampung Manggis yang telah memberikan waktu dan tempat
selama penelitian.
8. Keluarga tercinta yang telah mensuport berlangsungnya pendidikan, dan telah ikhlas
4
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karna itu penulis
membuka hati untuk menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari segenap
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dengan menambah
pengetahuan khususnya bagi penulis, serta bermanfaat bagi dunia ilmu keperawatan.
Penulis
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................. ii
KATA PENGANTAR..................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... iv
ABSTRAK.........................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................viii
BAB 1 : PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1 Latar belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.......................................................................... 6
1.3 Tujuan penelitian........................................................................... 7
1.3.1 Tujuan umum...................................................................... 7
1.3.2 Tujuan khusus..................................................................... 7
1.4 Manfaat penelitian......................................................................... 7
14.1 Manfaat teoritis..................................................................... 7
1.4.2 Manfaat praktis.................................................................... 7
6
3.5 Populasi dan sampel..................................................................... 29
3.5.1 Populasi.............................................................................. 29
3.5.2 Sampel................................................................................ 30
3.6 Intrumen penelitian....................................................................... 30
3.7 Prosedur penelitian....................................................................... 32
3.7.1 Tahap persiapan.................................................................. 32
3.7.2 Tahap pelaksanaan.............................................................. 32
3.7.3 Tahap pelaporan.................................................................. 32
3.8 Tehnik pengolahan dan analisa data............................................ 33
3.8.1 Tehnik pengolahan data...................................................... 33
3.8.2 Analisa data......................................................................... 34
3.9 Etika penelitian............................................................................. 35
3.10 Waktu dan tempat penelitian...................................................... 37
7
BAB 1
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TBC) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberkulosis yang dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA) (Permenkes
paru. Tuberkulosis (TBC) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah
banyak negara sejak tahun 1995. Sekitar 61% kematian di dunia disebabkan oleh penyakit
TB. WHO menyatakan bahwa kasus TB di Indonesia menempati peringkat ke-2 di Dunia
tersebut menyediakan semua obat anti TB secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Jika tidak di obati sampai tuntas, penyakit TB dapat
Selain itu penderita bisa menularkan bakteri TB pada seluruh anggota keluarganya, dan
Tahun 2013 WHO memperkirakan di Indonesia terdapat 6.800 kasus baru TB dengan
Multi Drug Resistance (TB MDR) setiap tahun. Diperkirakan 2% dari kasus TB baru dan
12% dari kasus TB pengobatan ulang merupakan kasus TB MDR. Hal ini disebabkan
8
karena ketidakpatuhan pasien terhadap berobat yang menimbulkan kegagalan dan
kekambuhan pada penderita sehingga muncul resintensi obat dan penularan penyakit secara
terus menerus (Kemenkes, 2015). Tuberkulosis juga merupakan penyakit infeksi menular
yang upaya pengendaliannya menjadi salah satu target dunia yaitu Sustainable
Development Goals (SDGs). SDGs menetapkan TB sebagai bagian dari tujuan di bidang
2017). Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan jumlah
penderita TB Paru pada tahun 2013 di benua Asia terdapat 56%. Data WHO di kawasan`
Asia Tenggara menunjukkan bahwa kematian akibat TB Paru sekitar 2.000 jiwa setiap hari
(WHO, Global Tuberculosis Report, 2015). Kasus TB Paru di Indonesia pada tahun 2015
adalah sebanyak 330.910 kasus. Angka ini meningkat bila dibandingkan semua kasus TB
Paru yang ditemukan pada tahun 2014 yaitu sebesar 324.539 kasus. Kasus yang paling
Suksesnya program penanggulangan TB bisa dilihat dari tingkat kesembuhan dan dan tingkat
drop out (DO), tingkat kesembuhan. minimal 85% dari semua kasus TB ditemukan
sedangkan kejadian DO tidak diharapkan dan tidak boleh melebihi 10% dari seluruh pasien
Puskesmas Kampung Manggis adalah salah satu puskesmas yang berada dalam wilayah
Kabupaten Bogor yang terletak di Desa Dramaga Kecamatan Dramaga. Jumlah kasus Tb
pada tahun 2019 sebanyak 75 0rang, dengan jumlah kesembuhan 26 orang, pengobatan
lengkap 43 orang dan kasus Drop Out (DO) sebanyak 6 orang (Puskesmas Kampung
Manggis, 2019)
9
Kegagalan pasien TB dalam pengobatan diakibatkan oleh banyak faktor diantaranya yaitu:
5. Ekonomi
Akibat banyaknya kasus Drop Out (DO) pada kasus TB akan memberikan dampak pada
keluarga pasien yaitu potensi terjadinya penularan pada resiko tinggi seperti : anak usia di
Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap, dapat menimbulkan
kekebalan ganda kuman TBC terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug
Resistance (MDR). WHO (2013) memperkirakan di Indonesia terdapat 6.800 kasus baru TB
dengan Multi Drug Resistance (TB MDR) setiap tahun. Menurut Tabrani (2010), strategi
DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) merupakan prioritas utama dari World
Health Organization (WHO) dalam mengontrol angka kejadian TBC. Untuk mendukung
strategi DOTS, dibutuhkan kedisiplinan dari penderita TB itu sendiri dalam pengobatannya.
Selain itu untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pasien TBC dibutuhkan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) (Netty, 2013). Dari hasil penelitian
Pameswari , Halim, & Yustika (2016) tingkat kepatuhan minum obat pada penderita
Kepatuhan dapat diukur dengan menggunakan dua definisi, yaitu definisi yang berorientasi
pada proses dan definisi yang berorientasi pada dampak pengobatan. Indikator-indikator
yang berorientasi pada proses menggunakan variabel-variabel seperti penepatan janji untuk
10
bertemu (antara petugas kesehatan dan pasien) atau pengambilan obat digunakan sebagai
hasil akhir pengobatan, seperti angka kesembuhan sebagai salah satu indikator keberhasilan
pengobatan TBC (WHO, 2003). Secara umum, istilah kepatuhan (compliance atau
saran medis (Sabate, 2001; Düsing, Lottermoser & Mengden, 2001). Terkait dengan terapi
obat, kepatuhan pasien didefinisikan sebagai derajat kesesuaian antara riwayat dosis yang
sebenarnya dengan rejimen dosis obat yang diresepkan. Oleh karena itu, pengukuran
yaitu bagaimana nyatanya obat diminum dengan bagaimana obat seharusnya diminum sesuai
resep (Düsing, Lottermoser, & Mengden, 2001.). Kepatuhan rata-rata pasien pada
pengobatan jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%
sedangkan di negara berkembang, jumlah tersebut bahkan lebih rendah (WHO, 2003).
kesediaan dari pasien dan membentuk sebuah aturan yang telah disepakati antara penyedia
layanan kesehatan dengan pasien berdasarkan prinsip bahwa pasien harus menjadi mitra aktif
dari tenaga kesehatan profesional dalam perawatan diri mereka sendiri. Selain itu, untuk
menciptakan praktek klinis yang efektif harus terjadi komunikasi yang baik antara pasien
terhadap hal yang telah disampaikan penyedia layanan kesehatan secara sepihak tanpa
persetujuan pasien (WHO, 2003). Namun ada beberapa literatur yang menyebutkan bahwa
adherence dan compliance adalah kata lain dengan makna yang sama (McDonald, et al.,
2002).
Hasil Penelitian Maulidia (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada pengaruh
antara hubungan dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru
11
dengan hasil uji statistik chi-square dengan nilai p. value 0,000 < 0,005.
Hasil penelitian Zulkarnain Nasution (2018) dalam penelitian menyebutkan bahwa ada
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB Paru dengan
Hasil penelitian Asra Septia (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru hasil uji statistik
Hasil literatur review ini bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada pasien TBC selama pengobatan. Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud
minum obat pada pasien TB pada pengobatan dengan judul “hubungan dukungan keluarga
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan Salah satu
yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus TBC adalah penularan yang diakibatkan
banyaknya kasus TBC yang putus brobat. Oleh karena itu untuk mencegahnya meningkatnya
kasus TBC harus dengan cara memutuskan rantai penularan. Salah satunya adalah dengan
cara meningkatkan pengawasan pada pasien TBC selama masa pengobatan. keterlibatan
keluarga sangatlah penting bagi pengawasan dalam kepatuhan minum obat bagi penderita
TBC. Peran keluarga sangat diharapkan untuk keberhasilan kesembuhan pasien TBC, karena
selama pengobatan pasien TBC akan mengalami kebosanan dengan adanya pengobatan
12
jangka panjang, dengan adanya dukungan keluarga pasien TBC akan merasa termotivasi
Penemuan kasus dan penyembuhan merupakan target utama dalam penanganan pasien
tuberkulosis (TBC), dengan strategi tersebut diharapkan adanya penurunan jumlah pasien
TBC dan penularan penyakit TBC. Hal ini mengakibatkan para pemegang program TBC di
Puskesmas lebih menekankan pada angka kesembuhan. Meningkatnya kasus Drop Out (DO)
pada kasus TBC dapat menjadi salah satu indikator meningkatnya kasus TBC. Masalah
keterlibatan keluarga pasien TBC dalam dukungan selama masa pengobatan, masih jarang
dukungan keluarga pada pasien TBC dapat berpengaruh pada menurunan angka kesakitan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TBC berdasarkan
Kabupaten Bogor.
pasien TBC.
13
1.4.1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagi ilmu pengetahuan khususnya bagi petugas
program TBC di puskesmas, dan umumnya bagi petugas program TBC di rumah sakit ,
dengan memberikan gambaran hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat
pada pasien TBC di Puskesmas Kampung Manggis. Penelitian ini dapat menjadi bahan
pembelajaran bagi petugas program TBC untuk memperdalam konsep pengkajian dukungan
keluarga dan mengetahui cara mengkaji kepatuhan minum obat pada pasien TBC melalui
dukungan keluarga.
Penelitian mengenai gambaran hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat
pada pasein TBC di Puskesmas Kampung Manggis ini dapat dijadikan data dasar untuk
14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan penyakit tuberculosis ini juga
menyerang organ tubuh lainya tetapi yang paling banyak diserang adalah paru-
paru..
reaksi uji kulit positif menjadi penentu terjadinya infeksi primer aktif. Gejala
tuberkulosis aktif dibedakan menjadi gejala paru dan umum (Black & Hawks,
2014). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
15
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
2.1.3 Patofisiologi
droplets udara yang keluar saat bernapas, berbicara, menyanyi bersin dan batuk
menimbulkan infeksi (Black & Hawks, 2014; Kemenkes RI, 2014). Ketika
bakteri masuk ke dalam paru, mereka akan memperbanyak diri dan menyebar ke
kelenjar getah bening dan bagian tubuh lainnya. Individu yang terinfeksi
ketika bakteri terhirup dan menimbulkan reaksi inflamasi (Lewis et al., 2014).
Infeksi ini biasanya menyerang apeks paru atau dekat pleura dari lobus
bawah.Proses degenerasi nekrotik dapat terjadi pada lokasi infeksi primer, dan
biasa disebut kaseasi karena adanya rongga yang terisi masa seperti keju yang
berisi basil tuberkel, sel darah putih mati, dan jaringan paru nekrotik. Ketika
masa ini mencair, akan keluar ke dalam saluran pernapasan bagian atas dan
membentuk jaringan parut dan kemudian lesi kalsifikasi atau kompleks Ghon.
16
Basilus hidup pada lesi-lesi tersebut dapat teraktivasi jika imunitas menurun dan
menyebar. Reaksi alergi terhadap basilus tuberkel atau proteinnya dapat terjadi
pada infeksi primer. Respons imunitas ini muncul dalam bentuk sel-T
tersensitasi dan dapat dideteksi sebagai reaksi positif uji kulit tuberkulin atau tes
Sumber: Black dan hawks (2014); Kemenkes RI (2014); Lewis et al. (2014)
M. Tuberculosis
Inhalasi droplat
Bakteri mencapai
alveolus Memperbanyak Bakteri mencapai
diri alveolus
Sistem Imun
Menyebar ke
seluruh tubuh
Peradangan
Berubah menjadi
Akumulasi Granuloma Ghon Tubercle
eksudat
Makrofag Mengandung
membentuk dinding bakteri dan
sekitar granuloma makrofag
Keluar bersama
udara
17 menyebar
Penyakit
Faktor-faktor yang berperan pada perkembangan infeksi TB menjadi penyakit
aktif yaitu kontak berulang, usia lanjut, infeksi HIV, imunosupresi, terapi
kortikosteroid jangka panjang, tinggal atau bekerja di area padat beresiko tinggi
seperti penjara atau perawatan jangka panjang, berat badan rendah (10% atau
lebih dibawah berat badan ideal), penyalahgunaan narkoba, adanya penyakit lain
seperti diabetes melitus, penyakit ginjal stadium akhir, atau penyakit ganas, dan
nutrisi yang buruk (Black & Hawks, 2014 ; Lewis et al., 2014)
Faktor resiko:
- Kontak berulang
- Lanjut usia
- Penurunan daya
TB Aktif
tahan tubuh
- Terinfeksi HIB
- Tinggal di tempat
yang padat
- Nutrisi yang buruk
Sumber: Black dan hawks (2014); Kemenkes RI (2014); Lewis et al. (2014)
2.1.4. Pengobatan TB
dengan dosis yang tepat, diminum secara teratur, dengan jangka waktu yang
18
Tahap pengobatan TBC dibagi menjadi dua tahap, permenkes (2016) yaitu:
pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk supaya efektif menurunkan jumlah
kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaru dari sebagian
kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebulan pasien mendapatkan
pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru harus dibrikan
selama 2 bulan pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa
BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Pengobatan tahap intensif terdiri dari
2. Tahap Lanjutan
masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat
mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.
Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) Dan Rifampisin (R). diberikan tiga kali
19
Jenis obat Sifat Dosis
efek samping, namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh
karena itu pemantauan efek samping diperlukan selama pengobatan dengan cara
berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima
obat, jika dukungan keluarga diberikan pada pasien TBC, maka akan
memotivasi pasien tersebut untuk patuh dalam pengobatan dan minum obat
20
Menurut (Setiadi, 2008) Sumber dukungan keluarga dapat berupa
kembali keyakinan diri, merasa dimiliki serta merasa dicintai pada saat
mengalami stres. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh social
support jenis ini akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran
mengacu pada penyediaan barang, atau jasa yang dapat digunakan untuk
finansial maupun penyediaan barang dan jasa lainnya. Jenis dukungan ini
21
relevan untuk kalangan ekonomi rendah. Keluarga merupakan sebuah
TBC dalam hal ketaatan pasien TBC dalam berobat dengan membantu
pengobatan yang sedang dijalani dan akibat dari tidak patuh dalam
minum obat.
dengan gagasan atau perasaan individu lain. Dalam hal ini keluarga
menjadi seseorang pada situasi yang sama atau pengalaman yang serupa,
22
2.3. Dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat
minum obat, jika tidak adanya dukungan dari keluarga maka akan
mengakibatkan kelalaian dan ketidak patuhan dalam minum obat TB, yang
jika tidak ditangani akan mengakibatkan drop out (DO) pada pasien TB dan
Menurut WHO dalam konferensi bulan Juni, 2001 menyebutkan bahwa patuh
medikasi yang dianjurkan (National Institute for Health and Clinical Excellence
individu yang berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet dan merubah
Menurut Cuneo dan Snider (1999) pengobatan yang memerlukan jangka waktu
23
keluhan atau gejala penyakit saat dinyatakan sakit dan harus menjalani
pengobatan 1-2 bulan atau lebih, keluhan akan segera berkurang atau
hilang sama sekali penderita akan merasa sembuh dan malas untuk
waktu pengobatan.
5. Pengobatan yang lama merupakan beban dilihat dari segi biaya yang
harus dikeluarkan.
6. Efek samping obat walaupun ringan tetap akan memberikan rasa tidak
Sulit untuk menyadarkan penderita untuk terus minum obat selama jangka
waktu yang ditentukan Karena jangka waktu yang ditetapkan lama maka
berobat teratur dan memakai obat secara teratur, penderita tidak berobat secara
teratur (defaulting) atau penderita sama sekali tidak patuh dalam pengobatan
24
menjadi kurang patuh dan tidak patuh. adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan diantarannya:
2) Tingkat Pendidikan
semakin lanjut.
Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis ( karena tidak ada
25
akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas), saran
terabaikan.
Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal berbeda.
Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas,
5) Dukungan Keluarga
6) Tingkat Ekonomi
segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya seseorang yang sudah
pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain
26
akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik
7) Dukungan Sosial
efektif di negara seperti indonesia yang memiliki status sosial lebih kuat,
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu
konsep dari penelitian ini adalah uraian dari hubungan dukungan keluarga Dengan
-Usia
-Pendidikan
-pekerjaan
BAB 3
METODE PENELITIAN
28
3.1 DESAIN PENELITIAN
study. cross sectional merupakan jenis penelitian yang menekankan pada waktu atau
pengukuran observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali dalam satu
saat. Pada jenis ini variabel dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut.
Tentunya tidak semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau waktu yang sama
(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggambarkan tentang gambaran dukungan
keluarga, kepatuhan minum obat pasien TB serta ingin mengidentifikasi hubungan antara
keduanya. Untuk memvalidasi hasil menelitian peneliti juga menggunakan semi mix
methods yaitu metode penelitian dengan menggabungkan antara dua metode penelitian
sekaligus yaitu kualitatif dan kuantitatif sehingga akan diperoleh data yang lebih
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,sifat atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo,
Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variable lain (Nursalam,
2013).
Variabel dependen adalah variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan ada atau
tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013). Variabel dependen
29
3.3 DEFINISI OPRASIONAL
Definisi oprasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Pada penelitian ini terdapat terdapat tiga
variabel yang memiliki definisi oprasional terkait penelitian sebagaimana yang tercantum
30
oleh petugas TB
3.4. HIPOTESIS
Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian,
yang dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel dan pernyataan yang
Ha : ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien
TBC.
3.5.1 Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria
yang sudah di tetapkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2015). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien TBC di Puskesmas Kampung Manggis pada periode 2020 sebanyak 55
pasien.
3.5.2 Sampel
Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik total sampling,
Pengambilan sampel penelitian didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi, krieria
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
31
target yang terjangkau serta akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
b. Kriteria Eksklusif
Pada penelitian kali ini jumlah sampel diambil dengan teknik total sampling, dan
seluruh populasi sesuai dengan kriteria inklusi maka responden yang didapat
sebanyak 55 orang.
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari kartu catatan pengobatan pasien, kuiseoner
Kuesioner data demografi untuk mengidentifikasi data meliputi usia, jenis kelamin,
32
a. Dukungan instrumental
b. Dukungan emosional
Kuesioner dukungan keluarga ini telah dilakukan uji validitas oleh Desy Fitri
Maulida. Dimana kedua kelompok ini sudah mencakup dukungan yang lain.
pertanyaan nomor 1, 4, 6, 8, 10, 12, 14,16,19, 21, 22, dan 25. Dukungan
dimana jawaban responden memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangan
dan selalu. Skor tertinggi diberikan pada jawaban sangat positif. Dalam
sampel yang besar yakni > 50 (Dahlan. 2010) dan didapat hasil uji distribusi
median.
Instrumen dalam instrumen ini juga terdapat sebuah pertanyaan yang ditujukan
Prosedur penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Ketiga tahapan dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
33
3) Peneliti mengurus perizinan penelitian ke STIKES dan ke puskesmas.
2. Tahap pelaksanaan
Whatsap grup
5) Peneliti menunggu selama kurang lebih 1 minggu untuk menunggu respon dari
keluarga pasien
6) Adanya penambahan faktor lain yang tertruktur antara responden satu dengan
responden yang lain berupa pertanyaan pada pasien terkait penyebab pasien merasa
Setelah data terkumpul tahap terakhir adalah peneliti akan melakukan analisis data
penarikan kesimpulan.
34
Pengolahan data digunakan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterprestasikan serta untuk menguji secara statistik kebenaran dari
Data yang telah didapatkan di cek kembali apakah ada kesalahan atau ada lembaran
jawaban yang kosong kemudian data yang telah didapatkan diolah secara komputerisasi
1. Editing data
responden selesai mengisi kuesioner dalam googlefor sehingga apabila ada data
yang kurang dapat langsung diketahui dan diperbaiki di tempat pengumpulan data.
2. Coding data
yang ada menurut macamnya. Kalrifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-
lembaran tabel kerja guna memudahkan mambacanya. Hal ini penting untuk
dilakukan karena alat yang digunakan untuk analisa data dalam komputer melalui
Pengkodean Jawaban :
a. Dukungan keluarga
a) Mendukung = 1
b) Tidak mendukung = 0
b. Kepatuhan pasien
c. Entri data
Data entri adalah data kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base komputer kemudian membuat distribusi frekuensi
35
sederhana atau biasa juga dengan membuat tabel kontigensi. Pada penelitian ini
peneliti memasukkan data ke dalam data set yaitu variable view dan data view
d. Cleaning
Data yang telah dimasukan ke dalam master tabel diperiksa kembali untuk
memastikan data tersebut bersih dari kesalahan dan pengkodean maupun dalam
membaca kode, sehingga data tersebut siap untuk di analisis. Hasil pembersihan data
didapatakan semua data yang telah dimasukan kedalam master tabel di dapatkan
e. Tabulating
Setelah semua kuesioner diisi dengan benar, data tersebut kemudian ditabulasi dan
disajikan dalam bentuk tabel yang digunakan untuk memaparkan variabel hasil
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis
bivariat.
1. Analisis univariat
yang meliputi: usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan terakhir, data
akan disajikan dalam bentuk presentasi dan prekuensi yang disajikan dalam
bentuk tabel.
2. Analisis bivariat.
36
gunakan adalah analisis uji chi squere atau p2, dengan nilai kemaknaan nilai
alpa 0,05. Nilai alpa < dr 0,05 berarti ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan.
Secara umum Nursalam (2015) membedakan prinsip etika penelitian ke dalam tiga bagian
yaitu :
1. Prinsip manfaat
Partisipasi subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang tidak
atau informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam ha-hal yang
apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak tanpa adanya sangsi apa pun
37
atau akan berakibat terhadap kesembuhannya (jika mereka seorang klien).
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full
disclosure)
c. Informed Concent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang
menjadi reponden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan data yang
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah
Subjek mempunyai hak untuk meminya bahwa data yang diberikannya harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia
(confidentiality).
1. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2021
38
2. Tempat penelitian
39
Kuesioner hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada
pasien TBC
Ya Tidak
No Item Pertanyaan
40
B. Kuesioner Dukungan Keluarga
1. Usia usia :
2. Jenis kelamin :L P
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan terakhir :
YA TIDAK
No Item Pertanyaan
1 0
41
13 Keluarga saya mendengarkan saya pada
saat mengungkapkan perasaan
42
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
NAMA : Nuryanah
NIM : 0432950419014
43
a. Outline bab 3
44
45