Anda di halaman 1dari 45

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN

MINUM OBAT PASIEN TBC

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

NURYANAH
04329590419014

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

BEKASI, MARET 2021


LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL
1
Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ns. Ashar Prima, M.Kep

Jabatan : Pembimbing I

Nama : Ns. Hani Fauzih, M.Kep

Jabatan : Pembimbing II

Menyatakan bahwa proposal skripsi/skripsi yang disusun oleh

Nama Mahasiswa : Nuryanah

NIM : 0432950419014

Jurusan : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pasien TBC

Menyetujui dan atau mengizinkan untuk dilakukan ujian proposal skripsi pada periode semes

terakhir, tahun akademik 2021

Bekasi, 5 Maret 2021

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ns. Ashar Prima, M.Kep Ns. Hani Fauzih, M.Kep

2
Kaprodi Keperawatan S-1

Rika Harini, Ns.,Sp.Kep.An

3
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan

Hidayah Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat Pasien TBC ” di Puskesmas Kampung Manggis tahun 2021

ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan

namun berkat pertolongan Allah SWT serta bantuan, bimbingan, suport, dan kerjasama dari

berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat diatasi. Dalam kesempatan ini tidak lupa

penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan baik :

1. Ketua STIkes Bani Saleh Dr. Ir.Mursyid Ma’sum.M.Agr

2. Ns. Rika Harini, M.Kep, Sp.Kep.An selaku ketua prodi keperawatan STIKes Bani

Saleh

3. Ns. Ashar Prima, M.Kep selaku pembimbing 1 dalam proses pembuatan skripsi ini

yang telah memberikan bimbingan, suport, masukan serta saran.

4. Ns. Hani Fauziah, M.Kep selaku pembimbing 2 dalam proses pembuatan skripsi ini

yang telah memberikan bimbingan, suport, masukan serta saran.

5. ..............Tim penguji 1 skripsi STIKes Bani Saleh.

6. Seluruh dosen STIKes Bani Saleh yang telah mengajar mahasiswa S1 Keperawatan

alih jenjang.

7. Kepala puskesmas Kampung Manggis yang telah memberikan waktu dan tempat

selama penelitian.

8. Keluarga tercinta yang telah mensuport berlangsungnya pendidikan, dan telah ikhlas

terbagi waktunya selama menyelesaikan dalam pembuatan skripsi ini.

4
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karna itu penulis

membuka hati untuk menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari segenap

pembaca, sehingga skripsi ini dapat digunakan dengan baik.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dengan menambah

pengetahuan khususnya bagi penulis, serta bermanfaat bagi dunia ilmu keperawatan.

Bogor, 3 Maret 2021

Penulis

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................. ii
KATA PENGANTAR..................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... iv
ABSTRAK.........................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................viii

BAB 1 : PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1 Latar belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.......................................................................... 6
1.3 Tujuan penelitian........................................................................... 7
1.3.1 Tujuan umum...................................................................... 7
1.3.2 Tujuan khusus..................................................................... 7
1.4 Manfaat penelitian......................................................................... 7
14.1 Manfaat teoritis..................................................................... 7
1.4.2 Manfaat praktis.................................................................... 7

BAB 11: TINJAUAN PUSTAKA................................................... 9


2.1 Tuberkulosis.................................................................................. 9
2.1.1 Definisi tuberkulosis........................................................... 9
2.1.2 Manifestasi klnis................................................................. 9
2.1.3 Patofisiologis...................................................................... 10
2.1.4 Pengobatan tbc.................................................................... 13
2.1.5 Tahap pengobatan............................................................... 13
2.1.6 Jenis-jenis obat anti tbc....................................................... 13
2.1.6 Efeksamping obat tbc.......................................................... 14
2.2 Dukungan keluarga........................................................................ 14
2.2.1 Definisi dukungan keluarga................................................. 14
2.2.2 Sumber dukungan keluarga................................................. 15
2.2.3 Dukungan keluarga.............................................................. 15
2.3 Dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat........................... 17
2.4 Kepatuhan pengobatan.................................................................. 18
2.4.1 Definisi kepatuhan minum obat.......................................... 18
2.4.2 Pengaruh jangka panjang pengobatan................................. 18
2.4.3 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan........... 20
2.5 Kerangka konsep........................................................................... 23

BAB 111 METODE PENELITIAN................................................ 25


3.1 Desain penelitian........................................................................... 25
3.2 Variabel penelitian........................................................................ 25
3.2.1 Variabel independen.......................................................... 25
3.2.2 Variabel dependen.............................................................. 25
3.3 Definisi oprasional........................................................................ 26
3.4 Hipotesa....................................................................................... 29

6
3.5 Populasi dan sampel..................................................................... 29
3.5.1 Populasi.............................................................................. 29
3.5.2 Sampel................................................................................ 30
3.6 Intrumen penelitian....................................................................... 30
3.7 Prosedur penelitian....................................................................... 32
3.7.1 Tahap persiapan.................................................................. 32
3.7.2 Tahap pelaksanaan.............................................................. 32
3.7.3 Tahap pelaporan.................................................................. 32
3.8 Tehnik pengolahan dan analisa data............................................ 33
3.8.1 Tehnik pengolahan data...................................................... 33
3.8.2 Analisa data......................................................................... 34
3.9 Etika penelitian............................................................................. 35
3.10 Waktu dan tempat penelitian...................................................... 37

7
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tuberkulosis (TBC) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium Tuberkulosis yang dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA) (Permenkes

RI 2016). Mycobacterium Tuberkulosis dapat menyerang berbagai organ tubuh terutama

paru. Tuberkulosis (TBC) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di dunia. Walaupun upaya penanggulangan TBC telah dilaksanakan di

banyak negara sejak tahun 1995. Sekitar 61% kematian di dunia disebabkan oleh penyakit

TB. WHO menyatakan bahwa kasus TB di Indonesia menempati peringkat ke-2 di Dunia

setelah India (WHO, dalam Kemenkes 2017).

Upaya penanggulangan penyebaran Penyakit TB di Indonesia, Pemerintah menekankan

pada strategi Program Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Program

tersebut menyediakan semua obat anti TB secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu yang

ditetapkan oleh Pemerintah. Jika tidak di obati sampai tuntas, penyakit TB dapat

menyebabkan kesakitan dalam jangka panjang, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Selain itu penderita bisa menularkan bakteri TB pada seluruh anggota keluarganya, dan

juga tidak dapat bebas dalam bergaul (Depkes, 2015).

Tahun 2013 WHO memperkirakan di Indonesia terdapat 6.800 kasus baru TB dengan

Multi Drug Resistance (TB MDR) setiap tahun. Diperkirakan 2% dari kasus TB baru dan

12% dari kasus TB pengobatan ulang merupakan kasus TB MDR. Hal ini disebabkan

8
karena ketidakpatuhan pasien terhadap berobat yang menimbulkan kegagalan dan

kekambuhan pada penderita sehingga muncul resintensi obat dan penularan penyakit secara

terus menerus (Kemenkes, 2015). Tuberkulosis juga merupakan penyakit infeksi menular

yang upaya pengendaliannya menjadi salah satu target dunia yaitu Sustainable

Development Goals (SDGs). SDGs menetapkan TB sebagai bagian dari tujuan di bidang

kesehatan yaitu mengakhiri epidemic AIDS, Tuberkulosis (Kementrian PPN/Bappenas,

2017). Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan jumlah

penderita TB Paru pada tahun 2013 di benua Asia terdapat 56%. Data WHO di kawasan`

Asia Tenggara menunjukkan bahwa kematian akibat TB Paru sekitar 2.000 jiwa setiap hari

(WHO, Global Tuberculosis Report, 2015). Kasus TB Paru di Indonesia pada tahun 2015

adalah sebanyak 330.910 kasus. Angka ini meningkat bila dibandingkan semua kasus TB

Paru yang ditemukan pada tahun 2014 yaitu sebesar 324.539 kasus. Kasus yang paling

tertinggi adalah Jawa Barat sebesar 78,698 kasus (Kemenkes, 2017).

Suksesnya program penanggulangan TB bisa dilihat dari tingkat kesembuhan dan dan tingkat

drop out (DO), tingkat kesembuhan. minimal 85% dari semua kasus TB ditemukan

sedangkan kejadian DO tidak diharapkan dan tidak boleh melebihi 10% dari seluruh pasien

TB yang diobati (Permenkes, 2016).

Puskesmas Kampung Manggis adalah salah satu puskesmas yang berada dalam wilayah

Kabupaten Bogor yang terletak di Desa Dramaga Kecamatan Dramaga. Jumlah kasus Tb

pada tahun 2019 sebanyak 75 0rang, dengan jumlah kesembuhan 26 orang, pengobatan

lengkap 43 orang dan kasus Drop Out (DO) sebanyak 6 orang (Puskesmas Kampung

Manggis, 2019)

9
Kegagalan pasien TB dalam pengobatan diakibatkan oleh banyak faktor diantaranya yaitu:

1. Pengobatan jangka panjang (waktu lama 6-8 bulan).

2. Efek samping pengobatan.

3. Kurangnya dukungan keluarga.

4. Jarak tempuh paskes.

5. Ekonomi

Akibat banyaknya kasus Drop Out (DO) pada kasus TB akan memberikan dampak pada

keluarga pasien yaitu potensi terjadinya penularan pada resiko tinggi seperti : anak usia di

bawah 5 tahun, gizi, buruk, dan lansia.

Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap, dapat menimbulkan

kekebalan ganda kuman TBC terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug

Resistance (MDR). WHO (2013) memperkirakan di Indonesia terdapat 6.800 kasus baru TB

dengan Multi Drug Resistance (TB MDR) setiap tahun. Menurut Tabrani (2010), strategi

DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) merupakan prioritas utama dari World

Health Organization (WHO) dalam mengontrol angka kejadian TBC. Untuk mendukung

strategi DOTS, dibutuhkan kedisiplinan dari penderita TB itu sendiri dalam pengobatannya.

Selain itu untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pasien TBC dibutuhkan pengawasan

langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) (Netty, 2013). Dari hasil penelitian

Pameswari , Halim, & Yustika (2016) tingkat kepatuhan minum obat pada penderita

Tuberkulosis belum mencapai 100%.

Kepatuhan dapat diukur dengan menggunakan dua definisi, yaitu definisi yang berorientasi

pada proses dan definisi yang berorientasi pada dampak pengobatan. Indikator-indikator

yang berorientasi pada proses menggunakan variabel-variabel seperti penepatan janji untuk

10
bertemu (antara petugas kesehatan dan pasien) atau pengambilan obat digunakan sebagai

ukuran kepatuhan. Sedangkan definisi-definisi yang berorientasi pada dampak menggunakan

hasil akhir pengobatan, seperti angka kesembuhan sebagai salah satu indikator keberhasilan

pengobatan TBC (WHO, 2003). Secara umum, istilah kepatuhan (compliance atau

adherence) dideskripsikan dengan sejauh mana pasien mengikuti instruksi-instruksi atau

saran medis (Sabate, 2001; Düsing, Lottermoser & Mengden, 2001). Terkait dengan terapi

obat, kepatuhan pasien didefinisikan sebagai derajat kesesuaian antara riwayat dosis yang

sebenarnya dengan rejimen dosis obat yang diresepkan. Oleh karena itu, pengukuran

kepatuhan pada dasarnya merepresentasikan perbandingan antara dua rangkaian kejadian,

yaitu bagaimana nyatanya obat diminum dengan bagaimana obat seharusnya diminum sesuai

resep (Düsing, Lottermoser, & Mengden, 2001.). Kepatuhan rata-rata pasien pada

pengobatan jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%

sedangkan di negara berkembang, jumlah tersebut bahkan lebih rendah (WHO, 2003).

Kepatuhan (adherence) adalah perilaku patuh terhadap pengobatan yang membutuhkan

kesediaan dari pasien dan membentuk sebuah aturan yang telah disepakati antara penyedia

layanan kesehatan dengan pasien berdasarkan prinsip bahwa pasien harus menjadi mitra aktif

dari tenaga kesehatan profesional dalam perawatan diri mereka sendiri. Selain itu, untuk

menciptakan praktek klinis yang efektif harus terjadi komunikasi yang baik antara pasien

dengan tenaga kesehatan. Sedangkan kesesuaian (compliance) lebih kepada kepatuhan

terhadap hal yang telah disampaikan penyedia layanan kesehatan secara sepihak tanpa

persetujuan pasien (WHO, 2003). Namun ada beberapa literatur yang menyebutkan bahwa

adherence dan compliance adalah kata lain dengan makna yang sama (McDonald, et al.,

2002).

Hasil Penelitian Maulidia (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada pengaruh

antara hubungan dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru

11
dengan hasil uji statistik chi-square dengan nilai p. value 0,000 < 0,005.

Hasil penelitian Zulkarnain Nasution (2018) dalam penelitian menyebutkan bahwa ada

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB Paru dengan

nilai p. value = 0,002 (α<0,005).

Hasil penelitian Asra Septia (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru hasil uji statistik

nilai p-value = 0.036 (p < 0,05).

Hasil literatur review ini bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien TBC selama pengobatan. Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud

melakukan kajian (penelitian) tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada pasien TB pada pengobatan dengan judul “hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pada pasien TBC.

1.2. Rumusan Masalah

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di

Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan Salah satu

yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus TBC adalah penularan yang diakibatkan

banyaknya kasus TBC yang putus brobat. Oleh karena itu untuk mencegahnya meningkatnya

kasus TBC harus dengan cara memutuskan rantai penularan. Salah satunya adalah dengan

cara meningkatkan pengawasan pada pasien TBC selama masa pengobatan. keterlibatan

keluarga sangatlah penting bagi pengawasan dalam kepatuhan minum obat bagi penderita

TBC. Peran keluarga sangat diharapkan untuk keberhasilan kesembuhan pasien TBC, karena

selama pengobatan pasien TBC akan mengalami kebosanan dengan adanya pengobatan

12
jangka panjang, dengan adanya dukungan keluarga pasien TBC akan merasa termotivasi

untuk mencapai kesembuhan penyakitnya.

Penemuan kasus dan penyembuhan merupakan target utama dalam penanganan pasien

tuberkulosis (TBC), dengan strategi tersebut diharapkan adanya penurunan jumlah pasien

TBC dan penularan penyakit TBC. Hal ini mengakibatkan para pemegang program TBC di

Puskesmas lebih menekankan pada angka kesembuhan. Meningkatnya kasus Drop Out (DO)

pada kasus TBC dapat menjadi salah satu indikator meningkatnya kasus TBC. Masalah

keterlibatan keluarga pasien TBC dalam dukungan selama masa pengobatan, masih jarang

diperhatikan dan belum banyak diteliti di puskesmas Kabupaten Bogor. Keberhasilan

dukungan keluarga pada pasien TBC dapat berpengaruh pada menurunan angka kesakitan

TBC. Sehingga muncul pertanyaan penelitian tentang bagaimana gambaran hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TBC berdasarkan

karakteristik keluarga pasien tuberkulosis di Puskesmas Kampung Manggis Dramaga

Kabupaten Bogor.

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menjelaskan hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

pasien TBC.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Menjelaskan gambaran dukungan keluarga pada pasien TBC.

b. Menjelaskan gambaran kepatuhan pasien TBC dalam minum obat.

1.4. Manfaat penelitian

13
1.4.1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagi ilmu pengetahuan khususnya bagi petugas

program TBC di puskesmas, dan umumnya bagi petugas program TBC di rumah sakit ,

dengan memberikan gambaran hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pada pasien TBC di Puskesmas Kampung Manggis. Penelitian ini dapat menjadi bahan

pembelajaran bagi petugas program TBC untuk memperdalam konsep pengkajian dukungan

keluarga dan mengetahui cara mengkaji kepatuhan minum obat pada pasien TBC melalui

dukungan keluarga.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian mengenai gambaran hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pada pasein TBC di Puskesmas Kampung Manggis ini dapat dijadikan data dasar untuk

penelitian hubungan kepatuhan minum obat dengan kesembuhan pasien Tuberkulosis.

14
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis

2.1.1 Definisi dan Etiologi

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium,

antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Dikenal

juga sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium

selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada

saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than

Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan

pengobatan TBC (Permenkes.RI 2016). Penyakit ini dapat menyerang orang

dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan penyakit tuberculosis ini juga

menyerang organ tubuh lainya tetapi yang paling banyak diserang adalah paru-

paru..

2.1.2 Manifestasi klinis

Infeksi TB primer biasanya belum menunjukan gejala, pemeriksaan rontgen dan

reaksi uji kulit positif menjadi penentu terjadinya infeksi primer aktif. Gejala

tuberkulosis aktif dibedakan menjadi gejala paru dan umum (Black & Hawks,

2014). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu

atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur

15
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat

badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam

meriang lebih dari satu bulan.(Permenkes 2016).

2.1.3 Patofisiologi

Mycobacterium tuberculosis menyebar dari individu ke individu lain melalui

droplets udara yang keluar saat bernapas, berbicara, menyanyi bersin dan batuk

(Lewis et al., 2014). Penderita tuberkulosis merupakan sumber penularan infeksi

(Pandit, 2016), meskipun demikian, paparan singkat biasanya tidak akan

menimbulkan infeksi (Black & Hawks, 2014; Kemenkes RI, 2014). Ketika

bakteri masuk ke dalam paru, mereka akan memperbanyak diri dan menyebar ke

kelenjar getah bening dan bagian tubuh lainnya. Individu yang terinfeksi

kemudian menunjukan tanda klinis penyakit disebut tuberkulosis aktif,

sedangkan yang terinfeksi tanpa penyakit disebut infeksi tuberkulosis laten

(Williams & Hopper, 2011).

Mycobacterium tuberculosis akan menimbulkan infeksi primer, yang terjadi

ketika bakteri terhirup dan menimbulkan reaksi inflamasi (Lewis et al., 2014).

Infeksi ini biasanya menyerang apeks paru atau dekat pleura dari lobus

bawah.Proses degenerasi nekrotik dapat terjadi pada lokasi infeksi primer, dan

biasa disebut kaseasi karena adanya rongga yang terisi masa seperti keju yang

berisi basil tuberkel, sel darah putih mati, dan jaringan paru nekrotik. Ketika

masa ini mencair, akan keluar ke dalam saluran pernapasan bagian atas dan

dapat dibatukkan. TB primer dapat sembuh dalam beberapa bulan dengan

membentuk jaringan parut dan kemudian lesi kalsifikasi atau kompleks Ghon.

16
Basilus hidup pada lesi-lesi tersebut dapat teraktivasi jika imunitas menurun dan

menyebabkan infeksi sekunder (Black & Hawks, 2014).

Infeksi di Paru akan mengaktifkan sistem pertahanan tubuh. Neutrophil dan

macrophageakan mengelilingi area paru yang terinfeksi. Proses ini akan

menimbulkan lesi yang disebut tuberkel, yang mencegah bakteri untuk

menyebar. Reaksi alergi terhadap basilus tuberkel atau proteinnya dapat terjadi

pada infeksi primer. Respons imunitas ini muncul dalam bentuk sel-T

tersensitasi dan dapat dideteksi sebagai reaksi positif uji kulit tuberkulin atau tes

mantoux (Black & Hawks, 2014).

Bagan 2.3.1.1 Fatofisiologis

Sumber: Black dan hawks (2014); Kemenkes RI (2014); Lewis et al. (2014)

M. Tuberculosis

Inhalasi droplat

Bakteri mencapai
alveolus Memperbanyak Bakteri mencapai
diri alveolus

Sistem Imun
Menyebar ke
seluruh tubuh
Peradangan

Berubah menjadi
Akumulasi Granuloma Ghon Tubercle
eksudat

Makrofag Mengandung
membentuk dinding bakteri dan
sekitar granuloma makrofag

Bakteri dorman Cheesy mass

TB aktif Mencair, masuk


ke bronchi

Keluar bersama
udara

17 menyebar
Penyakit
Faktor-faktor yang berperan pada perkembangan infeksi TB menjadi penyakit

aktif yaitu kontak berulang, usia lanjut, infeksi HIV, imunosupresi, terapi

kortikosteroid jangka panjang, tinggal atau bekerja di area padat beresiko tinggi

seperti penjara atau perawatan jangka panjang, berat badan rendah (10% atau

lebih dibawah berat badan ideal), penyalahgunaan narkoba, adanya penyakit lain

seperti diabetes melitus, penyakit ginjal stadium akhir, atau penyakit ganas, dan

nutrisi yang buruk (Black & Hawks, 2014 ; Lewis et al., 2014)

Bagan 3.2.1.2 fatofisiologis

Faktor resiko:
- Kontak berulang
- Lanjut usia
- Penurunan daya
TB Aktif
tahan tubuh
- Terinfeksi HIB
- Tinggal di tempat
yang padat
- Nutrisi yang buruk

Sumber: Black dan hawks (2014); Kemenkes RI (2014); Lewis et al. (2014)

2.1.4. Pengobatan TB

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien dan memperbaiki

produktivitas serta kualitas hidup, mencegah kematian, menurunkan penularan

dan mencegah terjadinya TB resistan obat serta penularannya. Prinsip dalam

pengobatan TB diantaranya pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT

dengan dosis yang tepat, diminum secara teratur, dengan jangka waktu yang

cukup (Kemenkes, 2014).

2.1.5 Tahap pengobatan

18
Tahap pengobatan TBC dibagi menjadi dua tahap, permenkes (2016) yaitu:

1. Tahap awal (intensif)

Tahap awal (intensif) pengobatan diberikan setiap hari. Panduan pengobatan

pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk supaya efektif menurunkan jumlah

kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaru dari sebagian

kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebulan pasien mendapatkan

pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru harus dibrikan

selama 2 bulan pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa

adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan

selama 2 minggu pertama. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi

BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Pengobatan tahap intensif terdiri dari

Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (2) dan etambutol (E).

2. Tahap Lanjutan

Pengobatan tahap lanjutan bertujuan untuk membunuh sisa-sisa kuman yang

masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat

sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Pada tahap lanjutan penderita

mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) Dan Rifampisin (R). diberikan tiga kali

dalam 1minggu selama 4 bulan.

2.1.6 Jenis-jenis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Peremenkes RI (2016) menetapkan bahwa penderita TBC harus diberikan Obat

Anti Tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari kombinasi beberapa obat.

Tabel 2.1.6 jenis OAT, Permenkes (2016)

19
Jenis obat Sifat Dosis

Isoniasid (H) Bakterisidal 10 mg/kg BB

Rifampisin (R) Bakterisidal 30 mg/kg BB

Etambutol (E) Bakteriostatik 30 mg/kg BB

Pyrazinamid (Z) Bakterisidal 30 mg/kg BB

Streptomocin (S) Bakterisidal 10 g/kg BB

2.3.7 Efek Samping Obat

Sebagian besar penderita Tuberkulosis dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping, namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh

karena itu pemantauan efek samping diperlukan selama pengobatan dengan cara

menjelaskan kepada pasien tanda-tanda efek samping obat dan menanyakan

adanya gejala efek samping pada waktu penderita mengambil obat.

2.2 Dukungan Keluarga

2.2.1 Definisi dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga

berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima

dukungan akan merasa disayangi, dihargai, dan tentram (Taylor, 2006).

Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam menentukan kepatuhan minum

obat, jika dukungan keluarga diberikan pada pasien TBC, maka akan

memotivasi pasien tersebut untuk patuh dalam pengobatan dan minum obat

yang telah diberikan oleh petugas kesehatan.

2.2.2 Sumber Dukungan

20
Menurut (Setiadi, 2008) Sumber dukungan keluarga dapat berupa

1. Dukungan keluarga internal : seperti dukungan dari suami (memberikan

kepedulian, cinta dan memberikan kenyamanan), orang tua, mertua dan

dukungan dari keluarga kandung.

2. Dukungan keluarga eksternal : yaitu dukungan keluarga eksternal bagi

keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga).

Menurut Bomar (2004) dalam buku Ajar Keperawatan Keluarga menjelaskan 4

jenis dukungan keluarga, yaitu :

1. Dukungan emosional : yaitu mengkomunikasikan cinta, peduli, percaya

pada anggota keluarganya.Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman

dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi. Jenis dukungan ini dilakukan melibatkan ekspresi rasa

empati, peduli terhadap seseorang sehingga memberikan perasaan

nyaman, membuat individu merasa lebih baik. Individu memperoleh

kembali keyakinan diri, merasa dimiliki serta merasa dicintai pada saat

mengalami stres. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh social

support jenis ini akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran

atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

2. Dukungan instrumental : yaitu membantu orang secara langsung

mencakup memberi uang dan tugas rumah. Dukungan instrumental ini

mengacu pada penyediaan barang, atau jasa yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah-masalah praktis. Taylor (2006) menyatakan

pemberian dukungan instrumental meliputi penyediaan pertolongan

finansial maupun penyediaan barang dan jasa lainnya. Jenis dukungan ini

21
relevan untuk kalangan ekonomi rendah. Keluarga merupakan sebuah

sumber pertolongan praktis dan konkrit. diantaranya : kesehatan pasien

TBC dalam hal ketaatan pasien TBC dalam berobat dengan membantu

biaya berobat, istirahat, serta terhindarnya pasien TBC dari kelelahan.

3. Dukungan Informasi : aspek-aspek dalam dukungan ini adalah

memberikan nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)

informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,

informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah.

Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu

stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi

sugesti yang khusus pada individu. Keluarga menceritakan cara menolong

agar dapat mendefinisikan suatu informasi untuk mengetahui hal-hal

untuk orang lain. Diantaranya: memberikan nasehat terkait pentingnya

pengobatan yang sedang dijalani dan akibat dari tidak patuh dalam

minum obat.

4. Dukungan penghargaan : jenis dukungan ini terjadi lewat ungkapan

penghargaan yang positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan

dengan gagasan atau perasaan individu lain. Dalam hal ini keluarga

bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

menengahi perpecahan masalah dan sebagai sumber dan validator

identitas keluarga. Membantu orang belajar tentang dirinya sendiri dan

menjadi seseorang pada situasi yang sama atau pengalaman yang serupa,

mirip dalam berbagai cara penting atau membuat perasaan dirinya

didukung oleh karena berbagai gagasan dan perasaan.

22
2.3. Dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat

Dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat memiliki hubungan timbal

balik. Dukungan keluarga akan berpengaruh pada kepatuhan pasien TB dalam

minum obat, jika tidak adanya dukungan dari keluarga maka akan

mengakibatkan kelalaian dan ketidak patuhan dalam minum obat TB, yang

jika tidak ditangani akan mengakibatkan drop out (DO) pada pasien TB dan

semakin meningkatnya angka kesakitan (kasus TB).

2.4 Kepatuhan Pengobatan

2.4.1 Pengertian Kepatuhan

Menurut WHO dalam konferensi bulan Juni, 2001 menyebutkan bahwa patuh

atau kepatuhan merupakan kecendrungan penderita melakukan instruksi

medikasi yang dianjurkan (National Institute for Health and Clinical Excellence

dalam Gough, 2011). Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti

anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya (Caplan, 1997). Menurut

Haynes (1997), kepatuhan adalah secara sederhana sebagai perluasan perilaku

individu yang berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet dan merubah

gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk medis.

2.4.2 Pengaruh Jangka Panjang Pengobatan

Menurut Cuneo dan Snider (1999) pengobatan yang memerlukan jangka waktu

yang panjang akan membeikan pengaruh-pengaruh pada penderita seperti :

1. Merupakan suatu tekanan psikologis bagi seorang penderita tanpa

23
keluhan atau gejala penyakit saat dinyatakan sakit dan harus menjalani

pengobatan sekian lama.

3. Bagi penderita dengan keluhan atau gejala penyakit setelah menjalani

pengobatan 1-2 bulan atau lebih, keluhan akan segera berkurang atau

hilang sama sekali penderita akan merasa sembuh dan malas untuk

meneruskan pengobatan kembali.

4. Datang ke tempat pengobatan selain waktu yang tersisa juga

menurunkan motivasi yang akan semakin menurun dengan lamanya

waktu pengobatan.

5. Pengobatan yang lama merupakan beban dilihat dari segi biaya yang

harus dikeluarkan.

6. Efek samping obat walaupun ringan tetap akan memberikan rasa tidak

nyaman terhadap pasien.

Sulit untuk menyadarkan penderita untuk terus minum obat selama jangka

waktu yang ditentukan Karena jangka waktu yang ditetapkan lama maka

terdapat beberapa kemungkinan pola kepatuhan penderita yaitu penderita

berobat teratur dan memakai obat secara teratur, penderita tidak berobat secara

teratur (defaulting) atau penderita sama sekali tidak patuh dalam pengobatan

yaitu putus berobat atau droup out (Depkes RI, 2006)

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pengobatan

Menurut Carpenito (2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif

sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhannya, sampai

24
menjadi kurang patuh dan tidak patuh. adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan diantarannya:

1) Pemahaman Tentang Instruksi

Tidak seorangpun mematuhi instruksi jika dirinya salah paham tentang

inklusi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun 1967

menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang diwawancarai setelah

bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan

kepada mereka. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan

profesional kesalahan dalam memberikan informasi lengkap,

penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak inklusi yang

harus diingat oleh penderita.

2) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendididkan pasien ddapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang

bahwa pendididkan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang

diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu. Suparyanto

(2010) Mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang maka proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur- umur

tertentu, bertambahnya,proses perkembangan mental ini tidak secepat

ketika berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan faktor

umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan

mengalami puncaknya pada umur-umur tertentu dan akan menurun

kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia

semakin lanjut.

3) Kesakitan dan pengobatan

Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis ( karena tidak ada

25
akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas), saran

mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks,

pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas sering

terabaikan.

4) Keyakinan, Sikap dan Kepribadian

Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal berbeda.

Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas,

sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih

lemah dan memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan perhatian

kepada dirinya sendiri.kekuatan ego yang lebih ditandai dengan

kurangnya penguasaan terhadap lingkungannya. Variabel-variabel

demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidak patuhan.

5) Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan

program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi

dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan angota keluarga

yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang

lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan kepatuhan.

6) Tingkat Ekonomi

Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memenuhi

segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya seseorang yang sudah

pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain

yang bisa digunakan untuk membiayai semua program pengobatan dan

perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah kebawah

26
akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik

tidak terjadi ketidakpatuhan.

7) Dukungan Sosial

Dukungan Sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota

keluarga teman, waktu, dan uang merupakan faktor penting dalam

keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang

disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan

pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok

pendukung untuk mencapai kepatuhan. Dukungan sosial nampaknya

efektif di negara seperti indonesia yang memiliki status sosial lebih kuat,

dibandingkan dengan negara-negara barat.

2.5 Kerangka konsep dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat.

Kerangka konsep dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat. Kerangka

konseptual merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau keterkaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu

dengan yang lain dari masalah yang diteliti. (Notoatmodjo,2010). Kerangka

konsep dari penelitian ini adalah uraian dari hubungan dukungan keluarga Dengan

kepatuhan minum obat di Puskesmas Kampung Manggis Kabupaten Bogor.

Bagan 2.5.1 kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

Kepatuhan berobata / minum


Dukungan keluarga
27
obat
-Jenis kelamin

-Usia

-Pendidikan

-pekerjaan

BAB 3

METODE PENELITIAN

28
3.1 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan cross-sectional

study. cross sectional merupakan jenis penelitian yang menekankan pada waktu atau

pengukuran observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali dalam satu

saat. Pada jenis ini variabel dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut.

Tentunya tidak semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau waktu yang sama

(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggambarkan tentang gambaran dukungan

keluarga, kepatuhan minum obat pasien TB serta ingin mengidentifikasi hubungan antara

keduanya. Untuk memvalidasi hasil menelitian peneliti juga menggunakan semi mix

methods yaitu metode penelitian dengan menggabungkan antara dua metode penelitian

sekaligus yaitu kualitatif dan kuantitatif sehingga akan diperoleh data yang lebih

konprehensif valid, reliabel dan objektif.

3.2 VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,sifat atau ukuran yang dimiliki atau

didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo,

2012). Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu :

3.2.1 Variabel Independen ( bebas)

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variable lain (Nursalam,

2013).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga..

3.2.2 Variabel Dependen ( terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan ada atau

tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kepatuhan minum obat.

29
3.3 DEFINISI OPRASIONAL

Definisi oprasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan

suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Pada penelitian ini terdapat terdapat tiga

variabel yang memiliki definisi oprasional terkait penelitian sebagaimana yang tercantum

pada tabel 3.3.1

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala ukur


penelitian
oprasional

1. Jenis kelamin Perbedaan Kuesioner 1. Laki-laki Nominal


individi yang (google 2. Perempuan
didasarkan pada
seks atau gender form

Usia Rentang usia Kuesioner 1. Remaja Ordinal


mulai dari lahir (google 2. Dewasa
hingga ulang 3. Lansia
tahun terakhir form

Pekerjaan Kegiatan tetap Kuesioner 1. Bekerja Nominal


yang dilakukan (google 2. Tidak bekerja
sehari-hari
form

Pendidikan Pendidikan Kuesioner 1. Rendah Nominal


terakhir formal yang (google 2. Tinggi
ditempuh dan
dinyatakan lulus form

2. Dukungan Dimana ada Kuesioner 1. Mendukung Nominal


keluarga peranan keluarga (google 2. Tidak
yang turut andil mendukung
dalam form)
penanganan
pengobatan
pasien TB
3. Kepatuhan Dimana pasien -Kartu -Patuh Nominal
rutin minum pengobata
obat/ kontrol n pasien pasien minum obat /
sesuai dengan kontrol sesuai dengan
jadwal yang anjuran petugas TB
ditentukan oleh puskesmas
petugas
-Tidak patuh
pasien tidak minum
obat/ tidak kontrol
sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan

30
oleh petugas TB

3.4. HIPOTESIS

Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian,

yang dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel dan pernyataan yang

harus dibuktikan menurut Notatmojo (2015).

Hipotesa pada penelitian ini adalah :

Ha : ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

TBC.

3.5 POPULASI DAN SAMPEL

3.5.1 Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria

yang sudah di tetapkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2015). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pasien TBC di Puskesmas Kampung Manggis pada periode 2020 sebanyak 55

pasien.

3.5.2 Sampel

Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik total sampling,

Pengambilan sampel penelitian didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi, krieria

tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

31
target yang terjangkau serta akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1. Keluarga yang memililiki pasien TB

2. Pasien TB yang berobat ke Puskesmas

3. Keluarga dan pasien TB dengan usia > 18 tahun

4. Keluarga dan pasien TB bisa membaca menulis

5. Keluarga dan pasien TB bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusif

Kriteria eksklusif dalam penelitian ini adalah:

1. Pasien TB dengan K/U lemah

2. Pasien TB dengan gangguan kejiwaan (depresi)

3. Keluarga dan pasien yang tidak bisa baca tulis

Pada penelitian kali ini jumlah sampel diambil dengan teknik total sampling, dan

seluruh populasi sesuai dengan kriteria inklusi maka responden yang didapat

sebanyak 55 orang.

3.6 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari kartu catatan pengobatan pasien, kuiseoner

data demografi dan kuesioner dukungan keluarga, dijabarkan sebagai berikit:

1. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi untuk mengidentifikasi data meliputi usia, jenis kelamin,

pekerjaan dan pendidikan terakhir.

2. Kuesioner dukungan keluarga

Kuesioner dukungan keluarga ini merupakan kuesioner yang terdiri dari 2

kelompok pernyataan yaitu:

32
a. Dukungan instrumental

b. Dukungan emosional

Kuesioner dukungan keluarga ini telah dilakukan uji validitas oleh Desy Fitri

Maulida. Dimana kedua kelompok ini sudah mencakup dukungan yang lain.

Dengan rician pertanyaan: dukungan instrumental sebanyak 12 soal yaitu

pertanyaan nomor 1, 4, 6, 8, 10, 12, 14,16,19, 21, 22, dan 25. Dukungan

emosional sebanyak 13 soal yaitu pertanyaan nomor 2, 3, 5, 7, 9, 11 13, 15, 17,

18, 20 23, dan 24 penentuan jawaban kuesioner menggunakan skala likers

dimana jawaban responden memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangan

negatif dengan menggunakan rentang skala 1-3 yaitu jarang, kadang-kadang

dan selalu. Skor tertinggi diberikan pada jawaban sangat positif. Dalam

menenukan cut of poin pada variabel dukungan keluarga dilakukan uji

distribusi terlebih dahulu menggunakan kolmogrov-smirnov karena jumlah

sampel yang besar yakni > 50 (Dahlan. 2010) dan didapat hasil uji distribusi

tidak normal, sehimgga penggunaan cut of poin dengan menggunakan nilai

median.

Instrumen dalam instrumen ini juga terdapat sebuah pertanyaan yang ditujukan

kepada pasien yang bertujuan untuk memvalidasi variabel kepatuhan.

3.7 PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Ketiga tahapan dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan penelitian dijabarkan sebagai berikut:

1) Peneliti menyusun proposal, pembimbingan proposal, dan ujian proposal.

2) Peneliti mengurus kelayakan etik penelitian

33
3) Peneliti mengurus perizinan penelitian ke STIKES dan ke puskesmas.

4) Peneliti menyiapkan kuesioner dalam bentuk kuesioner online ( google form)

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian dijabarkan sebagai beikut:

1) Peneliti melakukan koordinasi dengan pihak puskesmas.

2) Peneliti melakukan koordinasi dengan petugas TB puskesmas

3) Peneliti meminta bantuan perawat pelaksana yang bagian TB untuk membuat

Whatsap grup

4) Peneliti menshare google form kepada keluarga pasien

5) Peneliti menunggu selama kurang lebih 1 minggu untuk menunggu respon dari

keluarga pasien

6) Adanya penambahan faktor lain yang tertruktur antara responden satu dengan

responden yang lain berupa pertanyaan pada pasien terkait penyebab pasien merasa

bosan untuk berobat atau minum obat.

3. Tahap akhir / tahap pelaporan

Setelah data terkumpul tahap terakhir adalah peneliti akan melakukan analisis data

dan selanjutnya akan melakukan penyusunan analisis data pembahasan hingga

penarikan kesimpulan.

3.6 TEHNIK PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

3.6.1 Tehnik pengolahan data

34
Pengolahan data digunakan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterprestasikan serta untuk menguji secara statistik kebenaran dari

hipotesis yang telah ditetapkan (Notoatmodjo, 2010).

Data yang telah didapatkan di cek kembali apakah ada kesalahan atau ada lembaran

jawaban yang kosong kemudian data yang telah didapatkan diolah secara komputerisasi

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing data

Data yang dikumpulkan diperiksa kembali kejelasan dan kelengkapannya setelah

responden selesai mengisi kuesioner dalam googlefor sehingga apabila ada data

yang kurang dapat langsung diketahui dan diperbaiki di tempat pengumpulan data.

2. Coding data

Yang dimaksud coding data adalah mengklarifikasi jawaban-jawaban atau hasil

yang ada menurut macamnya. Kalrifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-

masing jawaban dengan kode berupa angka, kemudian dimasukan ke dalam

lembaran tabel kerja guna memudahkan mambacanya. Hal ini penting untuk

dilakukan karena alat yang digunakan untuk analisa data dalam komputer melalui

program perangkat lunak.

Pengkodean Jawaban :

a. Dukungan keluarga

a) Mendukung = 1

b) Tidak mendukung = 0

b. Kepatuhan pasien

c. Entri data

Data entri adalah data kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master tabel atau data base komputer kemudian membuat distribusi frekuensi

35
sederhana atau biasa juga dengan membuat tabel kontigensi. Pada penelitian ini

peneliti memasukkan data ke dalam data set yaitu variable view dan data view

sebelum data tersebut diolah.

d. Cleaning

Data yang telah dimasukan ke dalam master tabel diperiksa kembali untuk

memastikan data tersebut bersih dari kesalahan dan pengkodean maupun dalam

membaca kode, sehingga data tersebut siap untuk di analisis. Hasil pembersihan data

didapatakan semua data yang telah dimasukan kedalam master tabel di dapatkan

valid atau tidak ada missing.

e. Tabulating

Setelah semua kuesioner diisi dengan benar, data tersebut kemudian ditabulasi dan

disajikan dalam bentuk tabel yang digunakan untuk memaparkan variabel hasil

observasi atau penelitian sehingga mudah dibaca dan dimengerti.

3.6.2 Analisa data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis

bivariat.

1. Analisis univariat

Dalam analisis univariat digunakan untuk menganalisis data-data demografi

yang meliputi: usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan terakhir, data

akan disajikan dalam bentuk presentasi dan prekuensi yang disajikan dalam

bentuk tabel.

2. Analisis bivariat.

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dukungan

keluarga dengan variabel kepatuhan minum obat. Analisis statistik yang di

36
gunakan adalah analisis uji chi squere atau p2, dengan nilai kemaknaan nilai

alpa 0,05. Nilai alpa < dr 0,05 berarti ada hubungan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan.

3.7 ETIKA PENELITIAN

Secara umum Nursalam (2015) membedakan prinsip etika penelitian ke dalam tiga bagian

yaitu :

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek,

khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang tidak

menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian

atau informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam ha-hal yang

dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.

c. Resiko (benefit ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan

berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak memutuskan

apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak tanpa adanya sangsi apa pun

37
atau akan berakibat terhadap kesembuhannya (jika mereka seorang klien).

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full

disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara terperinci serta

bertanggungjawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c. Informed Concent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang

akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak

menjadi reponden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan data yang

diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip Keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata

mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya

Subjek mempunyai hak untuk meminya bahwa data yang diberikannya harus

dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia

(confidentiality).

3.10 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

1. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2021

38
2. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Kampung Manggis Kabupaten Bogor.

39
Kuesioner hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada
pasien TBC

A. Kuesioner kepatuhan minum obat / berobat pada pasien TB


(pertanyaan yang menyebabkan pasien merasa bosan)

Ya Tidak
No Item Pertanyaan

1. Apakah anda selama minum obat


merasakan mual?
2. Apakah anda selama minum obat
merasakan gatal-gatal?
3. Apakah anda selama minum obat
merasakan sakit sendi?

4. Apakah anda selama minum obat


merasakan pusing?

5. Apakah anda merasa bahwa


pengobatan ini terlalu lama?
6. Apakah selama ini anda merasa bosan
dengan pengobatan ?
7. Apakah jarak tempuh ke tempat berobat
jauh

8. Apakah akses ke puskesmas tempat


anda berobat sulit?

9. Apakah ada dukungan keluarga selama


anda menjalani pengobatan

10 Apakah anda mendapatkan informasi


tentang masalah kesehatan anda?

40
B. Kuesioner Dukungan Keluarga

Data demografi keluarga pasien:

1. Usia usia :
2. Jenis kelamin :L P
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan terakhir :

YA TIDAK
No Item Pertanyaan
1 0

1. Keluarga saya membantu saya dalam hal


mencari informasi

2. Keluarga mengingatkan saya agar


berobat sampai tuntas

3 Keluarga mendampingi saya konsultasi ke


petugas kesehatan untuk memperoleh
informasi tentang penyakit saya

4 Keluarga memberikan bacaan seperti


majalah dan buku-buku lain tentang TB
Paru

5 Keluarga mendampingi saya pada saat


minum obat

6 Keluarga selalu menanyakan apakah saya


ada kendala saat menjalani pengobatan

7 Keluarga mengingatkan saya waktu


minum obat dan apa saja efek
sampingnya

8 Keluarga menyediakan makanan yang


bergizi

9 Keluarga saya mendampingi pada saat


kontrol.

10 Kelurga membantu saya menyelesaikan


pekerjaan rumah

11. Keluarga selalu mengingatkan jadwal


kontrol ke Puskesmas

12 Keluarga menyediakan kendaraan bila


kontrol ke Puskesmas

41
13 Keluarga saya mendengarkan saya pada
saat mengungkapkan perasaan

14 Keluarga saya mendengarkan pada saat


berkomunikasi.
15 Keluarga saya membantu agar tetap berfikir
positif.
16 Keluarga saya memberikan pujian dan
perhatian kepada saya
17 Keluarga saya melibatkan saya dalam
mengambil keputusan
18 Keluarga menunjukkan wajah yang
menyenangkan saat berbicara dengan saya
19 Keluarga memperhatikan saya ketika saya
sakit
20 Keluarga selalu mendukung kegiatan saya

42
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

NAMA : Nuryanah

NIM : 0432950419014

DOSEN PEMBIMBING : 1.Ns.Ashar Prima M.Kep

2. Ns.Hani Fauziah M.Kep

JUDUL SKRIPSI : Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

pasien TBC pada fase lanjutan

No Hari/ Tanggal Materi bimbingan Masukan/saran Tanda tangan


bimbingan pembimbing Mahasiswa Pembimbin
g
1. Minggu, 6 1. Membahas judul 1. Perbaiki judul
Desember 2020 2. Membahas Outline bab 1 2. Membuat bab
3. Membahas Bab 1 1

2. Minggu, 13 Membahas Isi bab 1 Perbaiki bab 1


Desember 2020 1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penelitian
4. Manfaat penelitian

3. Minggu, 20 1. Membahas revisi bab 1 1. Perbaiki bab 1


Desember 2020 2. Membahas bab 2 2. Membuat bab
a. Membahas Outline bab 2 2
a) Konsep dasar
- Definisi
- Manifestasi klinis
- Patofisiologis
b) Konsep dasar dukungan
keluarga.
c) Kerangka konsep
d) Dfinisi oprasional
b. Referensi bab 2

4. Senin, 4 Januari 1. Membahas bab 2 Perbaiki bab 2


2021 a. Kerangka konsep
b. Definisi oprasional
c. Hipotesis
2. Perbaikan bab 2

5. Senin, 25 1. Membahas bab 2 Membuat bab


Januari 2021 2. Membahas revisi bab 3
2
3. Membahas bab 3

43
a. Outline bab 3

6. Senin, 8 1. Membahas bab 3 Perbaiki bab 3


Februari 2021 a. Metode penelitian
- Desain penelitian
- Variabel penelitian
b. Populasi dan
sampel
c. Instrumen
penelitian
d. Prosedur
penelitian
e. Tehnik
pengolahan data
f. Analisa data

7. Jum’at 26 2. konsul bab 1 & 2 Menyerahkan Bu Hani


Februari 2021 bab 1& bab 2

8. Minggu, 28 1. Membahas bab 3 Perbaiki bab 3


Februari 2021 2. Membahas revisi bab
3
a. Membahas tehnik
pengolahan data
b. Membahas
analisa data

9. Selasa 2 Maret Revisi bab 1,2 lihat panduan skripsi Bu Hani


2021 bab 1& bab 2
- bab 1 Ffokus ke
propinsi yg akan
diteliti
- perbaiki bab 1,2

10 Kamis, 4 maret Revisi bab 2 & bab 3 Definisi oprasional Bu hani


2021 Membahas syarat ujipro hipotesis msk bab 3
-Perbaiki bab 1,2
-mengikuti arahan dari
pembimbing
- Siapkan syarat2
ujipro
11. Jum’at, 5 Maret 1. Revisi bab 3 1. Perbaiki
2021 2. Persiapan ujipro bab 3
. 2. Persiapkan
ujipro
a. Syarat
-syarat
ujipro
b. Memb
uat
PPT

44
45

Anda mungkin juga menyukai