Anda di halaman 1dari 14

MOTIVASI, KONSEP DAN MANAJEMEN STRES

Disusun oleh:

1. ALDINASA HARDIKA PUTRA (1901021031)


2. RIZKY ANDRE WAHYUDIONO (1901021007)
3. LINDA MAULINA (1901021006)
4. FIRNANDA NURUL L (1901021014)

Dosen pembimbing:
Yeni Suryaningsih, S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada Yeni Suryaningsih, S.Kep, M.Kep
sebagai dosen pengampu mata kuliah psikologi keperawatan, juga teman-teman yang
telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jember, 10 Oktober 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Judul …………………………………………………………… 1

Kata Pengantar ………………………………………………… 2

Daftar Isi ……………………………………………………….. 3

BAB 1

1.1 Pendahuluan ………………………………………………. 4

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………... 5

1.3 Tujuan …………………………………………………….. 5

BAB 2

2.1 Motivasi Stress …………………………………………… 6

2.1.1 Motivasi ……………………………………………….. 6

2.1.2 Sumber Motivasi ………………………………………. 7

2.1.3 Klasifikasi Motivasi …………………………………… 8

2.1.4 Teori Motivasi …………………………………………. 8

2.1.5 Tujuan Motivasi ……………………………………….. 9

2.2 Konsep Stress ……………………………………………. 10

2.2.1 Stress Sebagai Respon Biologis ………………………. 11

2.2.2 Stress Sebagai Kejadian Lingkungan ……………….. 11

2.2.3 Stress Sebagai Transaksi Lingkungan dan Individu .. 12

2.3 Manajemen Stress ……………………………………… 13

BAB 3

3.1 Kesimpulan …………………………………………….. 14

3.2 Saran ……………………………………………………. 14

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari hari manusia tidak akan terlepas dari terminologi
motivasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitupun dengan mahasiswa
yang sedang belajar, terlebih lagi mahasiswa yang baru lulus diterima di
Perguruan Tinggi, seperti diterima sebagai mahasiswa Sebagai mahasiswa baru,
ada banyak harapan dan semangat ketika apa yang dicita-citakannya selama ini
menjadi kenyataan. Seolah sudah semakin dekat dengan tujuan cita-citanya
dalam pendidikan selama ini. Semakin tinggi prestasi yang diharapkan semakin
tinggi motivasi yang dibangkitkan dalam dirinya. Motivasi terbentuk demi
mencapai tujuan dan kebutuhannya selama ini.
Motivasi terkait dengan kebutuhan manusia baik yang bersifat dasar
maupun kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi. Motivasi untuk memenuhi
kebutuhan dasar sudah diajarkan sejak manusia masih bayi seperti halnya
kebutuhan untuk makan dan minum sudah menunjukkan adanya perilaku
motivasi. Dalam konteks motivasi banyak sekali pengaruh yang ditimbulkan
seperti gagalnya motivasi itu tercapai lalu menjadi suatu aksi kegelisan dan
menjadikan individu terserang stress.
Stres biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif padahal tidak.
Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stresor. Bentuk
stresor ini dapat dari lingkungan, kondisi dirinya serta pikiran. Dalam pengertian
stres itu sendiri juga dapat dikatakan sebagai stimulus, di mana penyebab stres
dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Stres juga dikatakan sebagai respons,
artinya dapat merespons apa yang terjadi, juga disebut sebagai transaksi yakni
hubungan antara stresor. Dianggap positif karena adanya interaksi antara individu
dengan lingkungan.
Kejadian stress juga dapat di antisipasi dengan mengatur pola strees.
Menurut Sarafino dan Smith (2011) suatu keterampilan yang dimiliki seseorang

4
untuk mengantisipasi, mencegah, mengelola, dan memulihkan diri dari stress
yang dirasakan karena adanya ancaman ketidakmampuan dalam coping yang
dilakukan. Dalam kaitan manajemen stress maka dapat di kategorikan bahwa
stress terjadi oleh motivasi dan konsep oleh suatu individu.

1.2. Tujuan
- Untuk Mengetahui dan Menganalisa tentang stress
- Untuk melengkapi suatu tugas psikologi keperawatan

1.3. Manfaat
Adapun maanfaat dari makalah ini untuk mengetahui motivasi dan konsep
stress terhadap individu.

5
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Motivasi Stres
2.1.1 Motivasi

Apa itu motivasi? Ditinjau dari etimologinya, motivasi berasal dari kata Latin
motivus atau motum yang berarti menggerakkan atau memindahkan. Dari asal-usul
kata ini, Lorens Bagus, dalam Kamus Filsafat, mengartikan motivasi atau motif
sebagai dorongan sadar dari suatu tindakan untuk merumuskan kebutuhan-kebutuhan
tertentu manusia. Motivasi memainkan peranan penting dalam menilai tindakan
manusia, karena pada motif-motif itulah terkandung arti subyektif dari tindakan
tertentu bagi orang tertentu.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik)
maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Secara umum motivasi dapat
didefinisikan sebagai faktor-faktor yang menggerakkan dan mengarahkan tingkah
laku. Sedangkan motif adalah setiap kondisi dari organisme yang mempengaruhi
kesiapannya untuk memulai atau melanjutkan rangkaian tingkah laku. Sedangkan
motivasi pada istilah yang lebih umum adalah seluruh gerakan proses, termasuk
situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri, tingkah laku yang 3
ditimbulkan dan tujuan/akhir dari gerakan.
Motivasi terkait juga dengan feeling dan emosi, dimana keduanya bisa
dipengaruhi dan mempengaruhi proses-proses psikologi lainnya seperti persepsi,
atensi, learning, thinking, dll. Emosi mengorganisasi tindakan-tindakan kita. Apa
yang kita ingin lakukan dengan baik dan juga termasuk apa yang tidak kita ingin
lakukan. Dalam hal ini emosi berfungsi sebagai motif. Sebagai contoh perasaan
tertekan dan takut pada seorang anak akan mendorongnya untuk mencari
kenyamanan dan keamanan.

6
Motivasi orang yang membuat terjadinya stress adalah; Tekanan di tempat
kerja, Problem finansial, Hubungan personal. Hubungan sosial. Penyakit. Kegagalan,
Kondisi fisik dan mental, dan Kematian orang-orang tersayang.
2.1.2 Sumber Motivasi
1. Motivasi instrinsi
Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Termasuk
motivasi intrinsik adalah perasaan nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di
rumah bersalin.
2. Motivasi ekstrinsik
Yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya saja dukungan verbal
dan non verbal yang diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial.
3. Motivasi terdesak
Yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak serta
menghentak dan cepat sekali (Widayatun, 2008).

2.1.3 Klasifikasi Motivasi


1. Motivasi Kuat
Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang dalam kegiatan-kegiatan
sehari-hari memiliki harapan yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, dan
memiliki keyakinan yang tinggi bahwa lansia akan mudah dalam melakukan
aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi.
2. Motivasi Sedang
Motivasi dilakukan sedang apabila dalam diri manusia memiliki keinginan
yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, namun memiliki keyakinan yang
rendah bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapi.
3. Motivasi Lemah

7
Motivasi dikatakan lemah apabila di dalam diri manusia memiliki harapan dan
keyakinan yang rendah, bahwa dirinya dapat berprestasi. Misalnya bagi seseorang
dorongan dan keinginan mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru
merupakan mutu kehidupannya maupun mengisi waktu luangnya agar lebih
produktif dan berguna (Irwanto, 2008).

2.1.4 Teori Motivasi


1. Teori hedonism
Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau
kenikmatan, menurut pandangan hedonisme. Implikasi dari teori ini adalah
adanya anggapan bahwa orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit
dan menyusahkan atau mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan
suatu yang mendatangkan kesenangan baginya.
2. Teori naluri
Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang
dalam hal ini disebut juga dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri,
dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, nafsu (naluri) mengembangkan
atau mempertahankan jenis.
3. Teori reaksi yang dipelajari
Teori berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari
dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang
pemimpin atau pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya,
pemimpin atau pendidik hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan
kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.
4. Teori pendorong
Teori ini merupakan panduan antar teori naluri dengan "teori reaksi yang
dipelajari", daya dorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu dorongan

8
kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu, menurut
teori ini bila seseorang memimpin atau mendidik ingin memotivasi anak
buahnya, ia harus berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga
reaksi yang dipelajari dari kebudayaan yang dimilikinya.

2.1.5 Tujuan Motivasi


Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu
(Purwanto, 2008).

9
2.2 Konsep Stress

Menurut Hans Selye, “Stres adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik
terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes,
Dep.Kes.RI,1989). Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor
psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001).

Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000)


bahwa yang dimaksud “Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh
lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”.

Beberapa peneliti pada abad ini telah menghasilkan beberapa perbedaan


konsep tentang stres. Tiga dari konsep berikut ini memasukkan stres sebagai
respons biologis, stres sebagai kejadian lingkungan, dan stres sebagai transaksi
antara individu dengan lingkungan.

2.2.1 Stress Sebagai Respon Biologis

Stres adalah fenomena psikofisik yang bisa dialami setiap orang tanpa
pandang bulu. Pada umumnya stres dapat disimpulkan sebagai perasaan tidak
nyaman atau tertekan yang menyerang fisik maupun psikis individu. Stres bisa
terjadi karena berbagai faktor. Salah satu pemicu yang mengganggu kestabilan
(stres) adalah faktor biologis yang meliputi:

a. Faktor Genetika

Faktor genetika merupakan salah satu pemicu stres dimana faktor-


faktor ini berkembang sebelum lahir yang bisa saja mengganggu proses
perkembangan janin dalam kandungan. Seperti ibu hamil yang suka
mengkonsumsi makanan tidak sehat, merokok, meminum alkohol akan bisa

10
merusak perkembangan janin seperti ketidak berfungsian organ maupun
tingkah laku abnormal.

b. Faktor Pengalaman Hidup

Pengalaman individu yang dialami semenjak masa anak-anak hingga


dewasa bisa melahirkan stres pada individu. Misalnya seorang remaja
mengalami putus cinta sehingga mengakibatkan stres pada dirinya. Hal ini
terjadi karena individu ini belum mampu melakukan penyesuaian terhadap
perkembangan perasaan independen.

c. Faktor Tidur

Tidur merupakan salah satu kebutuhan manusia. Apabila kebutuhan


ini tidak terenuhi secara maksimal maka akan berakibat kurang baik pada
dirinya. Kurang tidur bisa saja berdampak pada turunnya tingkat konsentrasi
serta ganggan halusinasi. Yang bila terjadi secara berkepanjangan akan
menagkibatkan stres.

2.2.2 Stres Karena Kejadian Lingkungan

Secara umum, ciri-ciri lingkungan yang dicerap oleh organisme dapat


dilihat sebagai penyebab terjadinya respon stres dalam diri organisme (Beck,
1992). Respon stres organisme timbul terutama karena ciri-ciri lingkungan itu
melebihi batas optimal ambang penerimaan dirinya. Secara otomatis, setelah
menghadai keadaan semacam itu maka kemudian organisme menciptakan
cara-cara perilaku tertentu untuk dapat mengakhiri stres itu.

Tanda-tanda awal respon terhadap stresor (penyebab stres) muncul


dalam gejala-gejala reaksi fisiologis. Perlawanan terhadap stresor diikuti
dengan perilaku aktif organisme menciptakan percobaan-percobaan psikologis

11
untuk menghentikan stres yang dialami (Bell, Greene, Fisher, & Baum, 1996).
Akhirnya apabila setelah semua sumber daya penyesuaian diri dalam diri
inidividu habis dikerahkan, maka terjadi kondisi kelelahan psikologis dalam
diri seseorang

2.2.3 Stress Sebagai Transaksi Antar Individu dan Lingkungan

Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau


membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor.
Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stresor menjadi
tiga :
a. Peristiwa katastropik, misalnya angin tornado atau gempa bumi.
b. Peristiwa hidup yang penting, misalnya kehilangan pekerjaan atau orang yang
dicintai.
c. Keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak atau bising.

12
2.3 Manajemen Stress
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas
atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya
tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien.
Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada
beberapa daerah perawatan.
Bila seseorang mengalami stress maka segera ada usaha untuk mengatasinya.
Hal ini dikenal sebagai Homeostasis yaitu usaha organisme yang terus menerus
melakukan pertahanan agar keadaan keseimbangan selalu tercapai. Stress dapat
terjadi pada bidang badaniah ( stress fisik atau somatik ).
Misalnya : bila terjadi infeksi atau penyakit, menggerakkan mekanisme
penyesuaian somatik, terjadi reaksi :
•Pembentukan zat anti kuman, zat anti racun
•Mobilisasi leukosit ke tempat-tempat invasi kuman
•Lebih banyak melepaskan kortisol, adrenalin dan sebagainya
Manajemen stress adalah kemampuan penggunaan sumber daya manusia
secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosinal
yang muncul terhadap tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stress adalah
untuk memperbaiki kualitas individu menjadi lebih baik. Berikut ini adalah steps
untuk menghadapi atau menanggulangi stress:
a. Bersantai atau rileksasi
b. Makan teratur
c. Tidur yang baik
d. Jangan khawatirkan hal-hal yang tidak penting
e. Kelola waktu secara efisien
f. Humor untuk mengurangi stress

13
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan
baik daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi.
Stress sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek
dan tidak terlalu kompleks. Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang
menuju otak, yang memberikan energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya,
meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stress
terjadi secara terus-menerus, dapat menghambat pengiriman glukosa dan
mengganggu ingatan.

3.2 Saran

1. Penting untuk kita ketahui apakah kita sudah selesaikan semua yang memang
bisa kita lakukan.
2. Janganlah kita menjadi super-man atau super-woman, artinya jadwalkanlah
agenda yang wajar dan dapat diselesaikan oleh manusia normal.
3. Janganlah biarkan diri kita stress oleh hal-hal yang berada di luar jangkauan
kendali kita.
4. Jangan lupa berapapun lilin Anda yang padam, asalkan ada lilin harapan,
selalu mungkin kita nyalakan lilin-lilin lainnya.

14

Anda mungkin juga menyukai