Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam,
sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga
disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk
para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S
paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan
yang disebabkan oleh S typhi. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan
penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan
kronik karier. Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis,
Typhoid fever atau Entericfever.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud thypoid?
2. Apa saja tanda dan gejala thypoid?
3. Bagaimana patofisiologi typoid?
4. Bagaimana managemen keperawatan pada penyakit thypoid?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mampu mengetahui pengertian dari thypoid
2. Mampu mengetahui tanda dan gejala penyakit thypoid
3. Mampu memahami patofisiologi penyakit thypoid
4. mampu mengetahui managemen keperawatan pada penyakit thypoid

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Thypoid


Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan
gangguan kesadaran (Nursalam dkk, 2005). Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhi
yang mempunyai ciri-ciri basil Gram negatif yang bergerak dengan buluh getar dan tidak
berspora.
Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam
dunia kedokteran disebut Thypoid fever atau Thypus abdominalis karena berhubungan
dengan usus di dalam perut. Penyakit tifoid perut (Thypus abdomalis) merupakan penyakit
yang ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella
typhi, (food and water disease). Seseorang yang sering menderita penyakit tifoid
menandakan bahwa ia sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri ini (Zulkoni, 2010). Jika tidak diobati dengan tepat, demam tifoid dapat bersifat
fatal (menimbulkan kematian).

2.2 Tanda dan Gejala


Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12
hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa : demam,
anoreksia, sakit kepala bagian depan, nyeri otot, lidah kotor, mual , muntah, obstipasi
(diare),epistaksis.
Yang termasuk gejala khas Demam tifoid adalah sebagai berikut. -
1. Minggu Pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya
sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan
yaitusetinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual,
muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, perut kembung
dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu
pertama,diare lebih sering terjadi. lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan

2
ujung merah serta bergetar atau tremor. Penderita mengalami episteksis, tenggorokan
terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan
menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-
penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas
pada abdomen disalah satusisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung
3-5 hari, kemudian hilangdengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita
golongan kulit putih yaitu berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok,
timbul paling sering pada kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan
memucat bila ditekan. Pada infeksiyang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai.
Limpa menjadi teraba dan abdomen mengalami distensi.

2. Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari,
yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam
hari.Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan
tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari
berlangsung.Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat
bersamadengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan
peningkatansuhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan
penderita yangmengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah
tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah
menurun,sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap
akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering
berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika
berkomunikasi dan lain-lain.

3. Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu
jikaterjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala
akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat
inikomplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak

3
dariulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat
denganterjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak
terus,inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi,
jugatekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita
kemudianmengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis
lokalmaupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus
sedangkankeringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba
denyutnyamemberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik
merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada
minggu ketiga.

4. Minggu Keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat
dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

5. Relaps
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga hanya
menghasilkan kekebalan yang lemah,kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam
waktu yang pendek. Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat
menimbulkangejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut. Sepuluh persen dari
demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps

2.3 Patofisiologi
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2) banyak bakteri
yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus, dan di usus halus
tepatnya di ileum dan jejenum akan menembus dinding usus. Bakteri mencapai folikel
limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesentrika bahkan ada yang
melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan reticuloendothelial system (RES) di organ
hati dan limpa. Salmonella tyhpimengalami multiplikasi di dalam sel fagosit
mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati, dan limfe.

4
Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan
bersama cairan empedu diekskresikan secara “intermittent” ke dalam lumenusus.
Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian lagi masuk ke dalam sirkulasi
setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubungan makrofag telah
teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan
beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi
sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler,
gangguan mental dan koagulasi.

2.4 Managemen Keperawatan


a. Pengkajian
Kaji pasien tentang penyediaan air bersih, kebersihan individu dalam kebiasaan
makan, minum, sanitasi lingkungan, Riwayat vaksinasi, Penyakit Thyfoid berhubungan
dengan ominalis sebelumnya, Riwayat keluhan sekarang : lesu, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, anoreksia, sakit waktu menelan, perasaan tidak enak diperut. minggu I Suhu
badan pada sore dan malam hari meningkat, Riwayat pengobatan anti mikroba,
bradikardi relative, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor,
hepatomegali, splenomegali, meteorismus (akumulasi udara dalam intestin), gangguan
kesadaran : somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseola: bintik merah pada
leher, punggung, paha.

b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisis
pemeriksaan fisis pada penderita demam tipoid dilakukan secara berulang dan
regular. semua tanda&tanda vital merupakan petunjuk yang relevan. perhatian khusus
harus diberikan pada pemeriksaan jasmani harian yang kadang-kadang harus
dilakukan lebih sering sampai kepastian diagnosis didapat dan respon yang
diperkirakan terhadap pengobatan penyakitnya sudah tercapai. begitu juga dilakukan
pemeriksaan secara teliti pada kulit, kelenjar limfe, mata, dasar kuku, sistem
kardiovaskuler, dada, abdomen, sistem muskuloskeletal dan sistem saraf.

5
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan
usus.
b. Kimia Darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin harus
dilakukan.
c. Imunoserologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody di
dalam darah terhadap antigen kuman salmonella typhi. hasil positif dinyatakan
dengan adanya aglutinasi. hasil negative palsu dapat disebabkan oleh karena
antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan
darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan adanya
penyakit imunologik lain.
d. Urinalis
Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam).
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina harus
dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien
yang demam disertai batuk- batuk. Pemeriksaan kultur darah dan kultur cairan
abnormal serta urin diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk setiap
penyakit demam yang signifikan.
c. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien typhoid adalah :
1. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
hipertermi dan muntah.
2. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat

6
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
4. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi atau
informasi yang tidak adekuat.

d. Perencanaan
1. Resiko tinggi gangguan ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
Tujuan ; Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil : Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu,
Nadi dan Rerpiratory Rate) dalam batas normal, tanda-tanda dehidrasi tidak ada
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis
dan peningkatan suhu tubuh,
b. pantau intake dan output cairan dalam 24 jam,
c. ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama,
d. catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung.
e. Anjurkan pasien minum banyak ± 2000-2500 cc per hari,
f. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai
indikasi.
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
Tujuan ; Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji pola nutrisi pasien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai pasien,
b. Anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut,
c. Timbang berat badan tiap hari.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet Bantu klien mengidentifikasi
jenis makanan rendah selulosa

7
e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual,
muntah, nyeri dan distensi lambung,
f. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine).

3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi


Tujuan ; Hipertermi teratasi
Kriteria hasil ; Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan
tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
Intervensi Keperawatan :
a. Observasi suhu tubuh pasien,
b. Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas pasien,
c. Beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila
terjadi panas,
d. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti
katun,
e. Anjurkan klien untuk minum banyak (2-3 lt/hari)
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
g. Berikan antibiotik sesuai resep

4. Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan ; Kebutuhan sehari-hari pasien terpenuhi
Kriteria hasil ; pasien mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan
kekuatan otot.
Intervensi Keperawatan:
a. Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung,
b. Bantu kebutuhan sehari-hari pasien seperti mandi, BAB dan BAK,
c. Bantu pasien mobilisasi secara bertahap,
d. Jika kesadaran klien menurun rubah posisi tiap 2 jam
e. Dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja pasien,
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.

8
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi
yang tidak adekuat
Tujuan ; Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil ; Pasien menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan
gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan.
Intervensi Keperawatan:
a. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit anaknya
b. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien,
c. Beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti,
d. Beri reinforcement positif jika pasien menjawab dengan tepat,
e. Pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab
f. Demonstrasikan dan tanyakan apa yang tidak di ketahui pasien
g. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada pasien

e. Evaluasi
Berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah diidentifikasi, perawat mengevaluasi
respon pasien dengan tifoid . Kriteria yang diharapkan meliputi :
1. Mempertahankan berat badan pada tingkatan yang normal/ideal dengan mengikuti diet
yang tepat tanda kekambuhan tanda dan gejala tifoid
2. Menjelaskan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
3. Membran mukosa basah, turgor kulit baik

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan
gangguan kesadaran (Nursalam dkk, 2005). Penyebab penyakit ini adalah Salmonella
typhi yang mempunyai ciri-ciri basil Gram negatif yang bergerak dengan buluh getar dan
tidak berspora.
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-
12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa : demam,
anoreksia, sakit kepala bagian depan, nyeri otot, lidah kotor, mual , muntah, obstipasi
(diare),epistaksis.
Manajemen keperawatan untuk penyakit typhoid antara lain melakukan
pengkajian, melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan fisik, laboratorium,
dan radiologi. Merumuskan diagnose keperawatan, melakukan perencanaan untuk
tindakan, dan melakukan evaluasi setelah tindakan.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat berguna untuk mahasiswa dan masyarakat sehingga
dapat memberi manfaat bagi pembaca dan pembaca dapat lebih berhati-hati dalam
memilih makanan dan minuman serta lebih menjaga kesehatan.

10

Anda mungkin juga menyukai