Anda di halaman 1dari 21

Konsep Pengkreditan

Pajak Masukan
Pengkreditan Pajak Masukan

• Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak


dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa
Pajak yang sama.
• Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum
berproduksi sehingga belum melakukan
penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan
atas perolehan dan/atau impor barang modal
dapat dikreditkan.
• Pajak Masukan yang dikreditkan harus
menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi
persyaratan)
Pajak Masukan
• Apabila dalam suatu Masa Pajak:
• PK > PM, selisihnya yang harus disetor ke kas
negara oleh PKP paling lambat akhir bulan
berikutnya
• PM > PK, selisihnya dapat direstitusi atau
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya, atau
direstitusi pada akhir tahun buku (pengecualian
untuk pengusaha tertentu yang bergerak dalam
bidang ekspor BKP, BKP Tidak Berwujud, JKP,
penyerahan kepada pemungut, belum berproduksi
dan tidak dipungut PPN)
Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan

• perolehan BKP atau JKP, pemanfaatan BKP tidak


berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean,
sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak;

• perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan


langsung dengan kegiatan usaha;

• perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa


sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang
dagangan atau disewakan
Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan
• pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak
• perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam atau tidak
mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok
Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak;
Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan

• pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak


Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat 6
• perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan
penerbitan ketetapan pajak;
Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan
• perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan MasaPajak Pertambahan
Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan
pemeriksaan; dan
• perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal
atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena
Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada
ayat
Kredit Pajak Masukan
• Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan
dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan
pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah
berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan
Kredit Pajak Masukan
• Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena
Pajak selain melakukan penyerahan yang terutang
pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang
pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan
yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan
pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung
dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
Penghapusan Piutang

Penghapusan piutang tidak mengakibatkan


penyesuaian (koreksi) atas :
Pajak Keluaran bagi Pengusaha Kena Pajak penjual,
artinya PKP Penjual tidak diperkenankan
membatalkan (menarik kembali) Pajak Keluaran yang
telah dilaporkan dalam SPT-nya.
Pajak Masukan bagi PKP pembeli atau penerima
jasa, artinya PKP Pembeli tidak perlu membatalkan
Pajak Masukan yang telah dikreditkan dalam SPT-
nya.
BKP yang Dibeli Musnah/Rusak Karena Bencana Alam
atau Kondisi Force Majeure

 Tidak mengakibatkan penyesuaian (koreksi) atas


Pajak Masukan yang telah dikreditkan atau
dibebankan sebagai biaya oleh pembeli.
Pajak Masukan atas barang yang musnah atau
rusak tersebut tetap dapat dikreditkan.
Kesalahan dalam Pemungutan
Pajak
Apabila pajak yang telah dipungut tersebut telah disetor dan
dilaporkan, maka PKP yang bersangkutan tidak dapat meminta
kembali (restitusi).
Pajak yang salah dipungut tersebut dapat diminta kembali oleh
pihak yang terpungut, sepanjang belum dikreditkan atau
belum dibebankan sebagai biaya.
Kesalahan pemungutan dapat berupa ; seharusnya tidak
terutang PPN tetapi dipungut PPN, atau terjadi pemungutan
PPN yang jumlahnya lebih besar dari yang seharusnya
terutang.
PPN Dibebaskan dan Tidak Dipungut

 Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau dibebaskan pengenaan pajak,


baik sementara atau selamanya untuk:
o Kegiatan di Kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah
pabean.
o Penyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu
o Import BKP
o Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabena
o Pemanfaatan JKP tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabena, diatur dengan PP
 Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan atau JKP yang
penyerahannya tidak dipungut PPN dapat dikreditkan.
 Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan atau JKP yang
penyerahannya dibebaskan PPN dapat tidak dapat dikreditkan.
PPN Tidak Dipungut
• Fasilitas PPN tidak dipungut biasanya diberikan untuk penyerahan-
penyerahan yang terkait dengan kawasan ekonomi tertentu, seperti
kawasan berikat, kawasan bebas, Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu (KAPET), dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).

• Fasilitas PPN tidak dipungut juga berlaku untuk impor atau


penyerahan alat angkutan tertentu yang di bidang pertahanan, TNI
atau Polri
PPN Dibebaskan
• Fasilitas PPN dibebaskan umumnya diberikan kepada PKP yang menyerahkan BKP
yang bersifat strategis, BKP dan/atau JKP tertentu, penyerahan kepada perwakilan
negara asing dan badan internasional serta pejabatnya dengan asas timbal
balik/resiprokal, dan jasa kebandarudaraan tertentu.

• BKP yang bersifat strategis pada dasarnya tetap masuk dalam kategori BKP namun
karena pertimbangan pemerintah maka dimasukkan dalam klasifikasi barang yang
strategis sehingga saat diserahkan, barang tersebut mendapat fasilitas
dibebaskan dari PPN.

• Definisi strategis merujuk pada urgensinya bagi khalayak atau pengembangan


usaha tertentu. BKP yang bersifat strategis antara lain mesin dan peralatan
pabrik, makanan ternak, bibit atau benih, listrik (kecuali untuk rumah dengan
daya diatas 6.600 VA), dan rumah susun sederhana milik. Hal ini diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2015.
Perlakuan Faktur Pajak PPN Dibebaskan dan
PPN Tidak Dipungut
• Dari sisi administrasi, fasilitas PPN dibebaskan dan PPN tidak dipungut
tidak menggugurkan kewajiban untuk menerbitkan faktur pajak bagi PKP
yang menyerahkannya. Hal ini disebabkan karena pada mulanya, transaksi
tersebut terutang PPN dan PKP tersebut wajib memungut PPN.

• Namun, ketika ketentuan perpajakan menetapkan transaksi tersebut


masuk dalam lingkup yang menerima fasilitas PPN maka kewajiban untuk
memungut PPN tersebut menjadi gugur, tetapi tidak dengan kewajiban
menerbitkan faktur pajak.
• Untuk kode faktur pajaknya, PPN dibebaskan memiliki kode transaksi 08
sedangkan PPN tidak dipungut memiliki kode transaksi 07.
Perbedaan 2 Jenis PPN
Fasilitas Pajak
PMK Nomor 143/PMK.03/2020 memberikan insentif PPN kepada:
• Pihak Tertentu atas impor atau perolehan BKP, perolehan JKP, dan atau
pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
• Industri Farmasi Produksi Vaksin dan/ atau Obat atas impor atau
perolehan bahan baku vaksin dan/atau obat untuk penanganan Corona
Virus Disease 2019
• Wajib Pajak yang memperoleh vaksin dan/atau obat
untuk penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dari Industri
Farmasi Produksi Vaksin dan/ atau Obat sebagaimana dimaksud pada
huruf b
PPN DTP
• “Pajak Ditanggung Pemerintah (P-DTP), adalah pajak terutang yang
dibayar oleh pemerintah dengan pagu anggaran yang telah
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang mengenai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.”

• Berdasarkan PMK tersebut, terdapat berbagai macam jenis P-DTP,


salah satunya PPN DTP.
Keterkaitan DTP dan Fasilitas Pajak
• PPN DTP diberikan atas penyerahan barang kena pajak atau
pemanfaatan jasa kena pajak diperlukan untuk penanganan Covid-19
oleh instansi badan/instansi pemerintah, rumah sakit, atau pihak lain
yang ditunjuk untuk membantu menanggulangi Covid-19.
Sementara berdasarkan PMK 28/2020, PPN tidak dipungut diberikan
atas impor barang tertentu yang diperlukan untuk menangani Covid-
19 yang dilakukan oleh oleh instansi badan/instansi pemerintah,
rumah sakit, atau pihak lain yang ditunjuk untuk membantu.

Harap diingat, untuk fasilitas PPN Tidak Dipungut, tetap dapat


dikreditkan dalam SPT Masa PPN

Anda mungkin juga menyukai