Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PELAKU EKONOMI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Perekonomian Indonesia”

Dosen Pengampu:
Vida Maria Ulfa, S.E., M.M.

Oleh :

Trivia Amalia ( 12402193296 )


Novia Elok Candra B. ( 12402193307 )
Naila Luthfia Ramadani ( 12402193321 )
Layli Nur Indah Sari ( 12402193333 )

SEMESTER IV
JURUSAN EKONOMI SYARIAH IV-G
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN TULUNGAGUNG
APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan
kelancaraan mengerjakan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pelaku Ekonomi” program mata kuliah Perekonomian Indonesia selesai tepat pada
waktunya dalam bentuk makalah, sholawat serta salam semo ga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapat syafaatnya di hari
kiamat.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagungyang telah


memberikan izin kepada kami untuk melanjutkan studi.
2. Ibu Vida Maria Ulfa, S.E., M.M.selaku dosen pembimbing mata kuliah “Perekonomian
Indonesia” yang telah memberikan pengarahan kepada kami atas pembuatan tugas
makalah ini.
3. Serta semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini malih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran akan kami nantikan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang
kami susun dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua, Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Tulungagung, 7April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. BUMS (Badan Usaha Milik Swasta) ............................................................................ 3


B. BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ............................................................................ 6
C. Koperasi ........................................................................................................................ 16
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai
kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah sektor
negara, sektor swasta, dan sektor koperasi. BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan berbagai macam barang dan
jasa untuk mewujudkan cita cita bangsa Indonesia, yaitu kesejahteraan untuk rakyat.
BUMN mencakup berbagai sektor, seperti halnya sektor keuangan, sektor industri, sektor
pertanian, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor transportasi dan lain sebagainya.
BUMN terdiri dari dua bentuk yakni Badan Usaha Perseorangan (Persero) adalah
BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang
seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Kemudian ada Badan
Usaha Umum (Perum) adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan
tidak terbagi atas saham. Badan usaha umum memiliki maksud dan tujuan yang
didukung menurut persetujuan menteri adalah melakukan penyertaan modal dalam usaha
yang lain.
Selain BUMN (Badan Usaha MIlik Negara), ada juga BUMS (Badan Usaha Milik
Swasta) yang juga andil dalam memajukan perekonomian Indonesia. BUMS (Badan
Usaha Milik Swasta) adalah badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh pihak swasta
yang berorientasi pada laba. Jenis-jenis BUMS dapat dibedakan atas beberapa bentuk
badan usaha yang dimiliki oleh swasta, seperti Perusahaan Perorangan (PO), Firma (Fa),
Commanditaire Vennootsschap (CV), Perseroan Terbatas (PT) Berdasarkan pasal 27 ayat
2 UUD 1945 dan alinea ketiga penjelasan pasal 33 UUD 1945, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak yang boleh ada
ditangan seseorang yang kemudian dikenal dengan usaha swasta.
Setelah sedikit menilik dari BUMN dan BUMS kemudian yang terakhir ada Koperasi.
Koperasi merupakan salah satu pelaku ekonomi, maka dalam melaksanakan kegiatan
usahanya tidak terbatas pada salah satu usaha saja namun dapat mengembangkan bidang
usahanya yang bermacam- macam. Koperasi sebagai wadah perekonomian dan kegiatan
sosial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan serta penyalur aspirasi masyarakat yang

1
dapat memberikan keseimbangan, kedudukan, peranan dan sumbangan terhadap tatanan
perekonomian nasional sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud BUMS ?
2. Apa yang dimaksud BUMN ?
3. Apa yang di maksud koperasi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud BUMS.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud BUMN.
3. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud Koperasi.

2
BAB III

PEMBAHASAN

A. BUMS (Badan Usaha Milik Swasta)


1. Pengertian BUMS
Pengertian BUMS atau Badan Usaha Milik Swasta adalah suatu badan usaha
dimana seluruh modalnya berasal dari pihak swasta. Pihak swasta di sini maksudnya
adalah pihak swasta dalam negeri dan juga pihak swasta asing.
Mengacu pada pengertian BUMS / Badan usaha milik swasta tersebut, ada dua
hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Pihak swasta dalam negeri adalah semua pihak yang diluar pemerintahan yang
mengurus dan mengelola sumber daya ekonomi tidak vital dan tidak strategis.
b. Pihak swasta asing adalah masyarakat luar negeri pemilik utuh modal yang ada
di badan usaha milik swasta asing (BUMS asing).

Suatu perusahaan umumnya merupakan unit terkecil dari BUMS, sehingga


BUMS menaungi atau menjadi pemimpin dari beberapa perusahaan. Banyak
pebisnis yang memanfaatkan BUMS sebagai partner bisnis karena dinilai lebih
menguntungkan ketimbang harus membangun perusahaan secara individu, terutama
dalam hal modal dan pemasaran.
Tujuan utama didirikan BUMS adalah untuk mendapatkan keuntungan
seoptimal mungkin dan membuka lowongan pekerjaan sebanyak mungkin sesuai
dengan yang tercantum pada Pasal 33 UUD 1945. Badan usaha milik swasta
merupakan badan usaha yang berkekuatan hukum.
2. Maksud dan Tujuan Dibentuknya BUMS
Sesuai dengan pengertian BUMS di atas, maksud dan tujuan didirikannya
suatu BUMS adalah untuk memperoleh keuntungan dan pengembangan modal.
BUMS bertanggungjawab dalam penyediaan barang dan atau jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat melalui usaha komersial.
Keuntungan BUMS berfungsi sebagai sumber pengembangan modal dan tidak
diperbolehkan digunakan seagai penguasaan ekonomi individu atau kelompik yang
dapat merugikan pemilik faktor produksi.
Berikut ini adalah tujuan berdirinya BUMS:
a. Meningkatnya penerimaan negara melalui pajak

3
b. Membantu pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan
c. Membantu pemerintah dalam mengusahakan kegiatan produksi untuk
kemakmuran seluruh masyarakat
d. Membantu peningkatan devisa negara yang berasal dari perusahaan swasta di
bidang ekspor- impor
3. Fungsi Dan Peranan BUMS
Berikut ini adalah peranan dan fungsi BUMS
a. Fungsi BUMS
1) Membantu peningkatan devisa negara yang berasal dari perusahaan swasta
di bidang ekspor-impor
2) Berfungsi sebagai partner atau rekan dalam pengelolaan berbagai sumber
daya
3) Berfungsi sebagai dinamisator atau pihak yang menimbulkan dinamika
dalam perekonomian masyarakat
4) Berfungsi sebagai pihak yang memberikan pelayanan bagi masyarakat 1
b. Peranan BUMS
1) Berperan sebagai mitra BUMN
2) Berperan sebagai pihak yang menambah produksi nasional
3) Berperan sebagai pembuka lapangan pekerjaan
4) Berperan sebagai pihak yang memacu pendapatan nasional dan menambah
kas negara
5) Berperan sebagai pembantu pemerintah dalam mengelola dan
mengusahakan kegiatan ekonomi yang tidak ditangani oleh pemerintah
6) Berperan sebagai pembantu pemerintah dalam usaha pemerataan
pendapatan nasional

4. UMKM
a. Pengertian UMKM
Menurut UUD 1945 kemudian dikuatkan melalui TAP MPR NO. XVI/MPR-
RI/1998 tentang politik ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, Usaha
Mikro Kecil, dan Menengah perlu diberdayakan sebagai bagian integral
ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untu

1
Yuli Rahmini Suci, “Perkembangan UMKM di Indonesia”. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos. Vol. 6 No. 1.
2017, hal 51

4
mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang,
berkembang, dan berkeadilan. Selanjutnya dibuatlah pengertian UMKM melalui
UU No. 9 Tahun 1999 dan karena keadaan perkembangan yang semakin
dinamis dirubah ke Undang-Undang No. 20 Pasal 1 Tahun 2008 tentang usaha
makro, kecil, dan menengah maka pengertian UMKM adalah sebagai berikut:
a) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini
b) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang.
c) Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, ya ng
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang.
d) Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih
besar dari Usaha Menengah yang meliputi usaha nasional milik negara atau
swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi
di Indonesia.
5. Kriteria UMKM
Menurut pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 tentang kriteria UMKM dalam
bentuk permodalan adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

5
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 sampai dengan Rp
500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 sampai dengan
Rp 2.500.000.000
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 sampai dengan paling
banyak Rp 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 sampai
dengan paling banyak Rp 50.000.000.000. 2
B. BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
1. Konsepsi BUMN
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahum 2003 Tentang Badan Usaha Milik
Negara, definisi Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN adalah
Badan usaha yang selurunya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan. 3
Berdasarkan Pasal 1 angka Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 740/KMK.00/1989 tentang Peningkatan Efisiensi dan Produktifitas Badan
Usaha Milik Negara mengartikan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
adalah :
a. Badan Usaha yang seluruh modalnya dimiliki negara.
b. Badan Usaha yang tidak seluruh sahamnya dimiliki negara tetapi statusnya
disamakan dengan BUMN yaitu :
1) BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan Pemerintah
Daerah.
2) BUMN yang merupakan patungan antara Pemerintah dengna BUMN
lainnya.
3) BUMN yang merupakan Badan Usaha Patungan dengan Swasta
Nasional/Asing dimana negara memiliki saham mayoritas minimal 51%.
Dari ketentuan di atas, BUMN harus memenuhi unsur dibawah ini:

2
Ibid, 55
3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara yang disahkan pada
tanggal 19 Jun i 2003 di Jakarta oleh Megawati Soekarnoputri.

6
1) Badan usaha
2) Modal badan usaha tersebut seluruhnya /sebagian (51%) besar dimiliki oleh
negara.
3) Negara melakukan penyertaan modal secara langsung .
4) Modal penyertaan tersebut berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 4
a) Ciri-ciri BUMN
Adapun ciri-ciri BUMN yaitu :
1. Penguasaan badan usaha dimiliki oleh pemerintah.
2. Pengawasan dilakukan baik secara hierarki maupunsecara fungsiona l
dilakukan oleh pemerintah.
3. Kekuasaan penuh dalam menjalankan kegiatan usaha berada di tangan
pemerintah.
4. Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan
kegiatan usaha.
5. Semua risiko yang terjadi sepenuhnya merupakan tanggung jawab
pemerintah.
6. Untuk mengisi kas negara, karena merupakan salahsa tu sumber penghasilan
negara
7. Agar pengusaha swasta tidak memonopoli usaha yangmenguasai hajat
hidup orang banyak.
8. Melayani kepentingan umum atau pelayanan kepada masyarakat.
9. Merupakan lembaga ekonomi yang tidak memiliki tujuan utama mencari
keuntungan, namun dibenarkan untuk memupuk keuntungan.
10. Merupakan salah satu stabilisator perekonomian negara.
11. Dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi serta
terjaminnya prinsip-prinsip ekonomi.
12. Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
13. Peranan pemerintah sebagai pemegang saham. Jika sahamnya dimiliki oleh
masyarakat, besarnya tidak boleh melebihi dari 49% (empat puluh
Sembilan persen), sedangkan minimal 51% (lima puluh satupersen)
sahamnya dimiliki oleh negara.

4
Muhammad Teguh Pangestu, badan usaha miik negara dan status hukum kekayaan negara, (Makasar :
CV.Sosial Politic Genius, 2020) hal.43

7
14. Pinjaman pemerintah dalam bentuk obligasi.
15. Modal juga diperoleh dari bantuan luar negeri.
16. Apabila memperoleh keuntungan (dividen), makadimanfaatkan untuk
kesejahteraan rakyat.
17. Pinjaman kepada bank atau lembaga keuangan bukan bank. 5
b) Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU BUMN mengatur bahwa maksud dan tujuan
pendirian BUMN adalah :
1. Memberikan sumbangan bagi pengembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
2. Mengejar keuntungan.
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang
banyak.
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta dan koperasi.
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. 6
2. Sejarah BUMN
BUMN Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima
puluhsatu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan
utamanya mengejar keuntungan. 7
Secara historis, keberadaan BUMN di Indonesia telah berlangsung sangat
lama. Bentuk BUMN pertama kali yang pernah ada di Indonesia, walaupun bukan
milik pemerintah Indonesia, adalah Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)
yang dibentuk dan dimiliki oleh Pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1602.
Pada masa era tahun 1940 - 1950 sektor korporasi masih belum berkembang,
kegiatan usaha lebih didominasi oleh perusahaan asing dan sekelompok kecil
pengusaha sehingga sektor-sektor usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak
belum terkelola sesuai tujuannya. Upaya meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat

5
.Ibid.,hal 48-49
6
Ibid.,hal 49-50
7
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
Pasal 1 angka 2.

8
Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar
1945 merupakan tugas konstitusional bagi seluruh komponen bangsa. Penjabaran
lebih lanjut dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa:
1. Perekonomian disusun sebagai suatu usaha bersama berdasarkan atas azas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara
3. Bumi dan air serta kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah Republik Indonesia menganggap
perlu untuk meningkatkan penguasaan seluruh kekuatan ekonomi nasional baik
melalui regulasi sektoral, maupun melalui kepemilikan negara terhadap unit-unit
usaha tertentu dengan maksud untuk memberikan manfaat yang sebesar-besamya
bagi kemakmuran rakyat. Pemerintah Indonesia menyadari kebutuhan adanya sektor
korporasi yang dapat diandalkan untuk membangun perekonomian nasional,
sehingga selanjutnya membentuk badan usaha/korporasi yang dikuasai
negara/perusahaan negara yang berasal dari hasil nasionalisas i perusahaan-
perusahaan eks Belanda.
BUMN mempunyai keistimewaan karakteristik yang tidak dipunyai oleh
badan usaha lain yang dirumuskan sebagai: “A corporation clothed with the power
ofgovernment but possessed the flexibility an initiative of a private enterprise”(Suatu
badan yang berbaju pemerintah tetapi mempunyai fleksibilitas dan inisiatif sebagai
perusahaan swasta). Disinilah letak keampuhan lembaga BUMN. 8
Sejak tahun 1969, peranan BUMN dalam menunjang pembangunan nasional
semakin meningkat sejalan dengan pelaksanaan pembangunan. Namun pada
masaorde baru kinerja BUMN sangat memprihatinkan. Kinerja perusahaan dinilai

8
Panji Anaraga, BUMN, Swasta dan Koperasi, (Jakarta: Pusataka Jaya, 2002), hal. 2.

9
belum memadai, seperti tampak pada rendahnya laba yang diperoleh dibandingkan
dengan modal yang ditanamkan. 9
Dalam rangka menetapkan dan meningkatkan peranan perusahaan negara pada
saat itu, pemerintah merasa bahwa peraturan yang ada pada saat itu yang mengatur
mengenai perusahaan negara sudah tidak memadai lagi, sehingga kemudian
pemerintah melakukan langkah-langkah perubahan yang bersifat fundamental untuk
memperbaiki kinerja perusahaan negara yang sebelumnya terdapat kekaburan dalam
struktur organisasi dengan menerbitkan Undang-undang No. 9 Tahun 1969 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1969
tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1969 No. 40, Tambahan Lembaran Negara No. 2904).
Seiring dengan perkembangan yang ada, Pemerintah selanjutnya menerbitkan
Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-
undang BUMN dirancang untuk menciptakan pengelolaan dan pengawasan
berlandaskan pada prinsip-prinsip efisiensi dan produktivitas guna meningkatkan
kinerja dan nilai BUMN, serta menghindarkan BUMN dari tindakan-tindakan
pengeksploitasian di luar asas tata kelola perusahaan yang baik. Undang-undang ini
juga dirancang untuk menata dan mempertegas peran lembaga dan posisi wakil
Pemerintah sebagai pemegang saham/pemilik modal BUMN serta mempertegas dan
memperjelas hubungan BUMN selaku operator usaha dengan lembaga pemerintah
sebagai regulator.
Pasal 1 angka (1) pada Undang-undang BUMN menyatakan bahwa: “BUMN
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.”
Selanjutnya, Pasal 2 ayat (1) Undang- undang BUMN menyatakan maksud dan
tujuan pendirian BUMN adalah:
a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya
b. Mengejar keuntungan
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.

9
Penjelasan, Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara.

10
d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
olehsektor swasta dan koperasi
e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
BUMN adalah public enterprise yakni sebagai unsur pemerintah (public) dan
sebagai unsur bisnis (enterprise). Sebagai public enterprise ada 3 (tiga) makna
terkandung di dalamnya, yakni: public purpose, public ownership dan public control.
Dari ketiga makna, public purpose lah yang menjadi inti dari konsep BUMN. Public
purpose ini dijabarkan sebagai hasrat pemerintah untuk mencapai cita-cita
pembangunan (sosial, politik dan ekonomi) bagi kesejahteraan bangsa dan Negara.
Dalam hubungan inilah BUMN sering dilukiskan sebagai alat untuk pencapaian
tujuan nasional. 10
Jenis-jenis BUMN sebagaimana berdasarkan Undang- undang BUMN terbagi
atas 2 (dua) bentuk, yaitu:
a. Perusahaan Perseroan (Persero)
Persero adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya
terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu
persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dengan tujuan
utamanya mengejar keuntungan. 11
Maksud dan tujuan pendirian Persero adalah:12
1. Menyediakan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.
2. Mengejar keuntungan semaksimal mungkin guna meningkatkan nilai
perusahaan.
b. Perusahaan Umum (Perum)
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak
terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi sekaligus mengejar
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. 13

10
Panji Anaraga, Op.cit., hal. 2 - 3.
11
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
Pasal 1 angka 2.
12
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
Pasal 12.
13
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
Pasal 1 angka 4.

11
Maksud dan tujuan pendirian Perum adalah menyelenggarakan usaha yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa yang
berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip-
prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. 14
Tugas, kewajiban dan wewenang masing- masing organ BUMN 15 diatur
sedemikian rupa sehingga peran dan fungsi dari masing- masing organ tersebut
jelas, termasuk larangan atas tindakan yang bisa menyebabkan terjadinya
benturan kepentingan (conflict of interest), penyalahgunaan wewenang dan
berkurangnya independensi salah satu pihak. Dalam rangka menjalankan salah
satu kewajiban Pemerintah untuk memberikan pelayanan umum kepada
masyarakat, maka Pemerintah dengan melalui persetujuan RUPS dapat
memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi
kemanfaatan umum.
3. Penanganan BUMN (Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN)
a. RESTRUKTURISASI
Restrukturisasi perusahaan (corporate restructuring) adalah upaya
peningkatan kesehatan perusahaan dan pengembangan kinerja usaha melalui
sistem baku yang biasa berlaku dalam dunia korporasi. Restrukturisasi BUMN
perlu dilakukan dengan tujuan antara lain :
1. Mengubah kontrol pemerintah terhadap BUMN yang semula secara
langsung (control by process) menjadi kontrol berdasarkan hasil (control by
result). Pengontrolan atas BUMN tidak perlu lagi melalui berbagai
formalitas aturan, petunjuk, perijinan dan lain- lain, akan tetapi melalui
penentuan target-target kualitatif dan kuantitatif yang harus dicapai oleh
manajemen BUMN, seperti ROE (Return On Asset), ROI (Return On
Investment) tertentu dan lain- lain.
2. Memberdayakan manajemen BUMN (empowerment) melalui peningkatan
profesionalisme pada jajaran Direksi dan Dewan Komisaris.
3. Melakukan reorganisasi untuk menata kembali kedudukan dan fungsi
BUMN dalam rangka menghadapi era globalisasi (AFTA, NAFTA, WTO)

14
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
Pasal 36 ayat 1.
15
Organ BUMN untuk Pesero sesuai pasal 13 UU No.19 Tahun 2003 terdiri dari Rapat Umu m
Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Ko misaris. Sedangkan untuk Peru m sesuai pasal 37 terd iri dari Menteri
selaku Pemilik Modal, Direksi dan Dewan Pengawas.

12
melalui proses penyehatan, konsolidasi, penggabungan (merger),
pemisahan, likuidasi dan pembentukan holding company secara selektif.
4. Mengkaji berbagai aspek yang terkait dengan kinerja BUMN, antara lain
penerapan sistem manajemen korporasi yang seragam (tetap
memperhatikan ciri-ciri spesifik masing- masing BUMN), pengkajian ulang
atas sistem penggajian (remunerasi), penghargaan dan sanksi (reward &
punishment).

Langkah- langkah yang dapat dilakukan dalam restrukturisasi organisaasi,


antara lain :

a) Mencari metode perubahan dalam bisnis yang sedang dijalankan.


b) Memperbaiki komunikasi internal.
c) Menciptakan pertanggungjawaban dan akuntabilitas untuk semua posisi
jabatan.
d) Streamline labor cost / optimize efficience

Langkah- langkah yang dapat dilakukan dalam restrukturisasi operasional:

a. Melakukan diagnosa terhadap kapabilitas internal.


b. Mengimplementasikan perubahan dalam operasional perusahaan, termasuk
dalam product mix, distribution, production process, quality control,
management information system.
c. Apapun yang dilaksanakan dalam operasional harus sejalan dengan strategi
perusahaan.
Langkah- langkah yang dapat dilakukan dalam restrukturisasi keuangan:
a. Melakukan efisiensi dalam pengelolaan cash flow perusahaan.
b. Mengeluarkan (disposal) non core & inefficient asset.
c. Retrukturisasi, repay dan refinance hutang.
d. Identifikasi investor potensial.
Selain itu, salah satu program yang cukup penting dalam rangka meningkatkan
kinerja BUMN adalah profitability development (profitisasi). Sebaiknya dalam
pelaksanaan program restrukturisasi, BUMN hendaknya diarahkan pula kepada
profitisasi, sebelum akhirnya dilakukan proses privatisasi.
b. PRIVATISASI

13
Pada hakekatnya privatisasi adalah melepas kontrol monopolistik Pemerintah
atas BUMN. Akibat kontrol monopolistik Pemerintah atas BUMN
menimbulkan distorsi antara lain, pola pengelolaan BUMN menjadi sama
seperti birokrasi Pemerintah, terdapat conflict of interest antara fungsi
Pemerintah sebagai regulator dan penyelenggara bisnis serta BUMN menjadi
lahan subur tumbuhnya berbagai praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan
cenderung tidak transparan. Fakta membuktikan bahwa praktek KKN tidak ada
(jarang ditemukan) pada BUMN yang telah menjadi perusahaan terbuka (go
public).
Manfaat Privatisasi:
a. BUMN akan menjadi lebih transparan, sehingga dapat mengurangi praktek
KKN.
b. Manajemen BUMN menjadi lebih independen, termasuk bebas dari
intervensi birokrasi.
c. BUMN akan memperoleh akses pemasaran ke pasar global, selain pasar
domestik.
d. BUMN akan memperoleh modal ekuitas baru berupa fresh money sehingga
pengembangan usaha menjadi lebih cepat.
e. BUMN akan memperoleh transfer of technology, terutama teknologi proses
produksi.
f. Terjadi transformasi corporate culture dari budaya birokratis yang lamban,
menjadi budaya korporasi yang lincah.
g. Mengurangi defisit APBN, karena dana yang masuk sebagian untuk
menambah kas APBN.
h. BUMN akan mengalami peningkatan kinerja operasional / keuangan,
karena pengelolaan perusahaan lebih efisien.

Metode Privatisasi:

a. Initial Public Offering (IPO) atau Share Flotation


Penjualan saham suatu perusahaan melalui pasar modal, apabila hal
tersebut dilakukan untuk pertama kali maka disebut penawaran umum
perdana (IPO) tau go publik. Metode IPO akan memberikan tambahan
manfaat, antara lain mendukung kepemilikan saham BUMN kepada
masyarakat luas, meningkatkan kapitalisasi pasar di Bursa Efek dan

14
memungkinkan profesi pendukung pasar modal untuk berkembang, seperti
profesi akuntan, notaris, appraisal company, penjamin emisi, pialang dan
lain- lain.
b. Direct / Trade Sale /Strategic Sale (Penjualan Langsung).
Penjualan saham perusahaan kepada mitra strategis atau investor
finansial dengan cara tender dan negosiasi.
c. Management & Employee By OUT (M/EBO)
MBO merupakan pembelian saham mayoritas oleh suatu konsorsium
yang diorganisasi dan dipimpin oleh manajemen yang ada. EBO adalah
skema yang memungkinkan karyawan perusahaan untuk ikut memiliki
saham perusahaan tempat mereka bekerj atau biasa disebut Employee
Share Ownership Plan (ESOP).
d. Management Contract (Joint Operation)
Menyerahkan pengelolaan asset dalam waktu tertentu dengan fee yang
ditetapkan berdasarkan kinerja.
e. Liquidation
Likuidasi adalah menutup perusahaan dengan menjual perusahaan
sebagai usaha yang going concern atau menjual asset-assetnya.
Pemilihan metode privatisasi untuk masing- masing BUMN memerlukan
kajian secara mendalam dengan memperhatikan kebijakan dan sasaran
privatisasi secara nasional, strategi, kinerja dan kebutuhan perusahaan yang
diprivatisasi serta kelayakan pasar modal dan tingkat ketertarikan investor
terhadap perusahaan yang diprivatisasi.
World Institute for Development Economics Research (WIDER) telah
melakukan kajian terhadap proses privatisasi perusahaan di kawasan Eropa
Tengah, Eropa Timur dan negara Eks Uni Sovyet. Hasil kajian WIDER tersebut
menunjukkan bahwa privatisasi melalui penjualan saham kepada pihak luar
dibandingkan dengan metode-metode lain, dapat memberikan dampak positif
yang signifikan terhadap pengelolaan korporasi yang lebih baik, akses yang
lebih baik terhadap modal dan penguasaan teknologi dan memberikan
penerimaan kepada Pemerintah. Berbagai kajian dan pengalaman privatisasi di
berbagai negara juga menunjukkan bahwa IPO adalah metode yang terbaik
untuk privatisasi apabila kondisi pasar modal memungkinkan.
Kunci keberhasilan (Key Success Factor) Privatisasi:

15
a. Aspek makro, berupa kondisi internasional dan regional (ASEAN) dan
kondisi Indonesia yang berkaitan dengan indikator ekonomi, politik,
kepastian hukum dan moneter.
b. Aspek fundamental perusahaan, berupa status usaha, struktur dan
pertumbuhan pasar, struktur pendapatan dan historis perusahaan.
c. Market expectation yang meliputi Capital Gain dan Earning per Share yang
akan diperoleh.
Kendala yang Muncul dalam Proses Privatisasi:
a. Kekurangjelasan struktur pasar dan regulasi.
Investor potensial biasanya menginginkan kejelasan tentang
deregulasi tarif, formulasi tarif yang transparan serta tingkat kompetisi di
masa mendatang.
b. Kekurangtransparan dalam Proses tender.
Metode penentuan pemenang tender pada umumnya lebih
menitikberatkan pada bobot yang bersifat non kuantitatif, misalnya rencana
bisnis dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu,
penentuan pemenang tender dengan komponen non kuantitatif yang lebih
besar tersebut menjadi relatif lebih sulit untuk dapat dipertanggung
jawabkan dibandingkan penentuan yang hanya mempertimbangkan faktor
harga semata- mata.
c. Keterlibatan BUMN yang berlebihan dalam proses privatisasi
Hal tersebut akan menimbulkan berbagai benturan kepentingan
(conflict of interest), sebab BUMN yang bersangkutan pada umumnya
cenderung untuk mencegah persaingan yang lebih kompetitif di pasar atau
mencegah penurunan kepemilikan silang pada perusahaan pesaing di pasar.
C. Kope rasi
1. Sejarah Koperasi
Seperti telah dikatakan sebelumnya, selama sejarahnya, koperasi sebenarnya
bukanlah organisasi usaha yang khas berasal dari Indonesia. Kegiatan berkoperasi
dan organisasi koperasi pada mulanya diperkenalkan di Inggris sekitar abad
pertengahan. Pada waktu itu misi utama berkoperasi adalah untuk menolong kaum
buruh dan petani yang menghadapi masalah- masalah ekonomi dengan menggalang
kekuatan mereka sendiri. Kemudian di Prancis, yang didorong oleh gerakan kaum
buruh yang tertindas oleh kekuatan kapitalis sepanjang abad ke-19 dengan tujuan

16
utamanya membangun suatu ekonomi alternative dari asosiasi-asosiasi koperasi
menggantikan perusahaan-perusahaan milik kapitalis dan (Moeno dan Wallerstein,
1993). Ide koperasi ini kemudian menjalar ke AS dan Negara-negara lainnya di
dunia. Di Indonesia, koperasi baru diperkenalkan pada awal abad 20. 16
Sejak munculnya ide tersebut hingga saat ini, banyak koperasi di negara maju
(NM) seperti di Uni Eropa UE dan AS sudah menjadi perusahaan-perusahaan besar
termasuk di sektor pertanian, industri manufaktur, dan perbankan yang mampu
bersaing deng korporat-korporat kapitalis. Bahkan menurut laporan dari Asosiasi
Koperasi Dunia (International Gooperatine Alliance/ ICA), yang masuk di dalam 10
besar koperasi dunia berdasarkan total nilai omset dan total nilai aset adalah
koperasi-koperasi dari (NM) bukan dari negara berkenmbang (NB).
Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di NM dan NB memang
sangar diametral. Di NM, koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan
ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana
persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu, koperasi meraih posisi tawar dan
kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi, termasuk dalam
perundingan internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi, tumbuh
kemudian sebagai tuntutan masyarakat operasi dalam rangka melindungi dirinya.
Sedangkan di NB, koperasi dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang
dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat Oleh karena itu, kesadaran antara kesamaan dan
kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan peningkatan
kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di NE, baik oleh pemerintah kolonial maupun
pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan (Soetristo, 2001). Dalam kasus
Indonesia, hal ini ditegaskan di dalam UUD 1945 Pasal 35 mengenai sistem
perekonomian nasional. Berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi
dilahirkan dan juga dibentuk departemen atau kementerian khusus yakni Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dengan maksud mendukung
perkembangan koperasi di dalam negeri.
Soetrisno (2001) mencatat baliwa pada akhir dekade 80-an, koperasi dunia
mulai gelisah dengan proses globalisasi dan liberalisasi ekonomi dan perdagangan
yang semakin pesat, sehingga berbagai langkah pengkajian ulang kekuatan koperasi

16
Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2016), hal. 204

17
dilakukan, Hingga tahun 1992, Kongres Internasional ICA di Tokyo melalui pidato
(Presiden ICA Lan Marcus) masih melihat perlunya koperasi melihat pengalaman
swasta, khususnya NM yang mampu membangun koperasi menjadi unit-unit usaha
yang besar yang mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan non-koperasi,
termasuk perusahaan perusahaan multinasional, dan pentingnya koperasi di NSB,
terutama sebagai salah satu cara untuk mengurangi kemiskinan.
Pada tahun 1995, gerakan koperasi menyelenggarakan kongres koperasi di
Manchester, Inggris dan melahirkan suatu landasan baru yang dinamakan ternationa
Cooperative Identity Statement (ICIS), yang menjadi dasar tentang pengertian
prinsip dan nilai dasar koperasi untuk menjawab tantangan globalisasi dan
liberalisasi ekonomi dan perdagangan. Di dalam pertemuan tersebut, disepakati
bahwa untuk bisa menghadapi globalisasi dan liberalisasi ekonomi dan perdagangan
koperasi harus bersikap seperti layaknya "perusahaan swasta." De ngan demikian,
mengakhiri perdebatan apakah koperasi sebagai lembaga bisnis atau lembaga "quasi-
sosial", Sejak itu, sermangat untuk mengembangkan koperasi terus menggelora di
berbagai sistem ekonomi yang semula tertutup, kini terbuka. Dengan kata lain,
seperti yang diungkapkan oleh Soetrisno (2001), koperasi harus berkembang dengan
keterbukaan sehingga liberalisasi ekonomi dan perdagangan bukan musuh
koperasi. 17
2. Perekembangan di Indonesia
Ide dan pembentukan koperasi sering dikaitkan dengan pasal 33 UUD 1945,
khusunya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa "Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama bentar atas asas kekeluargaan". Dalam Penjelasan UUD 1945 itu dikatakan
bahwa bargum usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah
koperasi. Tafsiran sering disebut sebagai perumus pasal tersebut.
Kata asas kekeluargaan ini, walau dapat diperdebatkan sering dikaitkan
dengan koperasi sebab asas pelaksanaan usaha koperasi adalah juga kekeluargaan.
Untuk lebih menata organisasi koperasi pada tahun 1967, pemerinta h Indonesia
Presiden dan DPR mengeluarkan UU No. 12 dan pada tahun 1992 UU tersebut
direvisi menjadi UUN 25, di banding UU No. 12, UU No. 25 lebih komprehensif,
tetapi juga lebih bercinta ke pemahaman "kapitalis". Hal ini disebabkan UU baru itu

17
Ibid. 205

18
sesungguhnya tebe peluang koperasi untuk bertindak sebagai sebuah perusahaan
yang mereka keuntungan (Widiyanto, 1998).
Berdasarkan data resmi dari Departemen Koperasi dan UKM, sampai dengan
bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 1 unit
lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang. Corak koperasi
Indonesia adalah koperasi dengan skala kecil ini sangat berbeda dengan kopeta
koperasi di negara maju yang pada umumnya skala besar dengan nilai aset dan
omset sangat besar. Di Indonesia, tidak semua koperasi yang ada adalah koperasi.
Misalnya hingga tahun 2004 tercatat 130.730, tetapi yang aktif hanya mencapai 113
persen, sedangkan yang menjalan rapat tahunan anggota (RAT) hanya 35,42 persen
koperasisaja Mengenai jumlah koperasi yang meningkat cukup krisis keuangan Asia
1997-1998, menurut Sutrisno (2003a,c), pada dasarnya tanggapan terhadap
dibukanya secara luas pendirian koperasi dengan pen Inpres 4/1984 dan lahirnya
Inpres 18/1998, sehingga orang bebas mendirikan koperasi.Pada basis
pengembangan dan hingga 2001 sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian
koperasi. 18
Seperti telah dibahas sebelumnya, sebagai soko guru perekonomian, ide dan
pembentukan koperasi sering dikaitkan dengan pasal 33 UUD 1945, khusunya Ayat
1 yang menyebutkan bahwa "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama bentar
atas asas kekeluargaan". Dalam Penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bargum
usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah koperasi. Tafsiran
sering disebut sebagai perumus pasal tersebut.
Salah satu indikator yang umum digunakan untuk mengukur kinerja koperasi
adalah perkembangan volume usaha dan sisa hasil usaha (SHU Data yang
dipresentasikan di Tabel 7.15 menunjukkan bahwa kedua indikator tersebut
mengalami peningkatan celana periode yang diteliti. Untuk volume usaha, nilainya
untuk periode 2012-2013 tercatat mencapai Rp 119.182,7 miliar, sedangkan SHU
untuk periode yang sama tercatat mencapai Rp 6.661,9 miliar.
Memasuki tahun 2000, koperasi Indonesia didominasi oleh koperasi kredit
yang mengunsai antara 55 hingga 60 persen dari keseluruhan aset koperasi.
Sementara itu, dilihat dari populasi koperasi yang terkait dengan program
pemerintah, hanya sekitar 5 persen dari populasi koperasi atau sekitar 35 persen dari

18
Ibid. 206

19
populasi koperasi aktif. Hingga akhir 2002. posisi koperasi dalam pasar perkreditan
mikro menempati tempat kedua setelah Bank Rakyat Indonesia (BRI-unit desa
sebesar 16 persen dari KSP/USP dengan pangsa sekitar 31 persen. Dengan
demikian, walaupun program pemerintah cukup gencar dan menimbulkan distorsi
pada pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi hanya menyentuh sebagian dari
populasi koperasi yang ada. Sehingga pada dasarnya, masih besar elemen untuk
tumbuhnya kemandirian koperasi Soetrisno, 2003c).
Berdasarkan data provinsi 2006, jumlah koperasi dan jumlah koperasi aktif
sebagai persentase dari jumlah koperasi bervariasi antarprovinsi. Sekarang yang
menjadi pertanyaan adalah mengapa jumlah koperasi atau proporsi koperasi aktif
berbeda menurut provinsi? Apakah mungkin ada hubungan erat dengan kondisi
ekonomi yang jika diukur dengan pendapatan atau produk domestic regional bruto
(PDRB) per kapita memanang berbeda antar provinsi? Secara teori, hubungan antara
koperasi aktif dan kondi omi atau pendapatan per kapita bisa positif atau negatif.
Dari sisi permintaan pasar D pendapatan perkapita yang tinggi yang membuat
prospek pasar mput baik, atau pasar mutprut dalam kondisi booming, memberi suatu
insentif bag perkembangan aktivitas koperasi karena pelaku-pelaku koperasi melihat
besarnya peluang pasar ceteris paribu, fenomena yang bisa disebut efek demand-
pull. Dari sisi penawaran pasar iupur, dalam hal ini petani atau produsen),
pendapatan per kapita yang tinggi yang menciptakan peluang pacar atau peningkatan
penghasilan bagi individu petani atau produsen bisa menjadi satu faktor disinsentif
bagi kebutuhan para petani atau produsen untuk membentuk koperasi. 19
Fenomena yang dapat disebut 'dorongan-suplai" Sebagian besar dari jumlah
provinsi di Indonesia memiliki jumlah koperasi aktif di atas 50 persen dan provinsi-
provinsi tersebut berada di dalam kelompok pendapatan rempah. Hanya ada tiga titik
yang memberi kesan adanya suatu korelasi posatif antara jumlah koperasi aktif da n
tingkat pendapatan. Dengan kata lain, gambar tersetat memberi kesan bahwa elik
dorongan-suplai karena terpaksa) lebih besar dar efek tarikan permintaan karena ada
peluang pasar).
Fenomenal 'dorong suplai dapat dikatakan bahwa sekelompok petani atan prod
terpaksa membentuk koperasi karera kondisi pasar yang tidak menguntungkan mere
jika beroperasi secara individu. Misalnya, adanya monopoli alamiah di pasar oleh

19
Ibid.207

20
wh perusahaan besar yang mempunyai keunggulan harga sehingga dengan
berkompeten petani/produsen lebih mampu meningkatkan efisiensi harganya
sehingga bisa berang dengan perusahaan tersebut daya tawar lebih kuat). Pada
tingkat lebih agregat atan mab fenomena ini bisa diukur oleh tingkat pendapatan per
kapita atau tingkat kemisklina atan tingkat pengangguran. Hipotesisnya menyatakan
bahwa semakin rendah tingkat pendapatan per kapita atau semakin tinggi tingkat
kemiskinan atau tingkat pengar semakin banyak jumlah koperasi (atau koperasi
aktif), terutama koperasi kredit. 20
3. Apakah Koperasi Indonesia Mempunyai Prospek Baik?
Menurut Rahardjo (2002b), gagasan tentang koperasi telah dikenal di
Indonesia sejak akhir abad 19, dengan dibentuknya organisasi swadaya (self help
argauzaion) untuk menanggulangi kemiskinan di kalangan pegawai dan petani, oleh
Patih Purwokerto dan Tirto Adisuryo, yang kemudian dibantu pengembangannya
oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi pemerintah. Jadi, dapat
dikatakan baliwa pengembangan koperasi selanjutnya yang meluas ke seluruh
pelosok tanah air lebih karena dorongan atau kebijakan pengembangan koperasi dari
pemerintah, bukan sepenuhnya inisiatif swasta seperti di NM; walaupun di banyak
daerah di Indonesia, koperasi lahir oleh inisiatif sekelompok masyarakat.
Gerakan koperasi sendiri mendeldarasikan sebagai suatu gerakan yang sudah
dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres Koperasi di Tasikmalaya.
Pengalamatı di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telalt
tumbuh secara alami di zaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan
diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-
undang dasar, dan atas dassar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran
bagaimana harus mengembangkan koperasi Paling tidak dengan dasar yang kuat
tersebut sejarah perkembangan koperasi di Indonesia telah mencatat tiga pola
pengembangan koperasi. Secara khusus, pemerintah memerankan fungsi sebagai
pengatur dan pengembang sekaligus Series, 2003.
Menurut Rahardjo (2002), Bung Hatta mulai tertarik kepada sistem koperasi
karena pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya Denmark,
pada akhir tahun 1930-an. Walaupun ia sering mengaitkan koperasi dengan nilai dan
lembaga tradisional gotong-royong, namun persepsinya tentang koperasi akalah

20
Ibid.208

21
sebuah organisasi ekonomi modern yang berkembang di Eropa Barat. Ia juga pernah
membedakan antara "koperasi sosial yang berdasarkan asas gotong royong dengan
koperasi ekonomi" yang berdasarkan asas-asas ekonomi pasar yang rasional dan
kompetitif. Bagi Bung Hatta, koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar how
pasar dalam masyarakat tradisional, koperasi baginya adalah sebuah lembaga self-
help (mandiri) lapisan masyarakat yang lemah atau rakaat kreil untuk bisa
mengendalikan pasar. Oleh karena itu, koperasi harus bisa bekerja dalam sistem
pasar, dengan cara menerapkan prinsip efisiensi.
Menurut Widiyanto (1998), sejak diperkenalkan koperasi di Indonesia pada
abad 20 dan dalam perkembangannya hingga saat ini, koperasi di Indonesia menipm
makna ganda yang sebenarnya bersifat ambivalent, yakti koperasi sebagai badan dan
sekaligus juga sebagai jiwa dan semangat berusaha. Untuk pengertian pertama,
koperasi sering dilihat sebagai salah satu bentuk usaha yang hisa be seperti bent uk
usaha lainnya yang dikenal di Indonesia, seperti PT, CV, Firma, dan NV
Menurutnya, dalam kerangka seperti inilah, koperasi sepertinya diperkenankan um
meraih keuntungan sebesar-besarnya. Karena pengertian inilah, pusat-pusat kepe dan
induk koperasi dibentuk dengan tujuan agar dapat memperkuat eksistensi koper
primer, contohnya adalah dibentuknya PUSKUD Pusat Koperasi Unit Desa de
INKUD Induk Koperasi Unit Desa). Sedangkan dalam konteks makna kedua tenchel
usaha yang dilakukan koperasi disusun berdasarkan atas azas kebersamaan Kami
kebersamaannya ini, bentuk kepemilikan properti pada koperasi yang "kanavait
sering tidak diwujudkan dalam bentuk kepemilikan saham, melainkan dalam wujud
simpanan baik wajib maupun pokok dan sukarela, iuran, sumbangan, dan betis
Lainnya Konsekuensi dari bentuk kepemilikan seperti itu adalah sebutan
keperullikattuna bukan sebagai pemegang saham, melainkan sebagai anggota. Oleh
karenanya, koperasi sering dijadikan alat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
para anggotanya untuk kesejahteraan anggota. 21
Masih menurut Widiyanto (1998), secara bisnis, sebenarnya makna ganda
koperasi ini cukup merepotkan. Karena koperasi diakui seba gai badan usaha, maka
kiprah koperasi mestinya harus seperti badan usaha lainnya. Dalam artian ini sebagai
sebuah badan usaha, koperasi mestinya mengejar profit sebesar-besarnya dengan
langkul langkah dan perhitungan bisnis seperti yang biasa dilakukan oleh perusahaan

21
Ibid. 209

22
lamm Namun, langkah bisnis ini sering "bertabrakan" dengan keinginan anggotanya,
yak menyejahterakan anggota. Sehingga dalam konteks ini, penghitungan kelayakan
wale koperasi, jika hanya mengandalkan aspek likuiditas, solvabilitas dan renta bila
menjadi tidak tepat.
Mungkin perbedaan yang paling besar antara koperasi di negara-negara lain
khususnya NM dengan di Indonesia adalah keberadaan dan peran dari koperasi d
Indonesia tidak lepas dari ideologi Pancasila dan UUD 45, yakni merupakan dem
kehidupan rakyat Indonesia untuk menjamin hak hidupnya memperoleh pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sehingga mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana dimaksud
oleh Pasal 2 (2) UUD 1945 yang sepenuhnya merupakan hak setiap warga negara. 22
Konsekuensinya, koperasi di Indonesia memiliki tanggung jawab soal jauh
lebih besar nada tanggung jawab "bisnis" yang menekankan pada episiotomi,
pnduktivitan, Keuntungan dan daya saing, dan sangat dipengaruhi oleh politik
negara atau imervmi pemerintah dibandingkan koperasi di NM. Sementara itu,
Soetrisno (2001) berpendapat bahwa ciri utama perkembangan Loperasi di Indonesia
adalah dengan pola penitipan kepada program yaitu: program pembangunan secara
sektoral seperti koperasi pertanian, koperasi desa, KUD berbunga-lembaga
pemerintah dalam koperasi pegawai negeri dan kope rasi funginal Luitteya, dan
perusahaan baik BUMN maupun BUMS dalam koperasi karyawan, Schagai
akilbatnya, prakarsa masyarakat luas kurang berkembang dan kalau ada, tidak
diberikan tempat semestinya.
Menurutnya, intervensi dari pemerintah yang terlalu besar sebagai salah satu
penyebab utama lambatnya perkembangan koperasi di Indonesia Selama ini,
koperasi dikembangkan dengan dukungan pemerintah dengan bas sektor sektor
primer dan distribusi yang memberikan lapangan kerja terbesar bagi penduduk
Indonesia. Sebagai contoh, sebagian besar KUD sebagai koperasi program di sektor
pertanian didukung dengan program pembangunan untuk membangun KUD Dis
lain, pemerintah memanfaatkan KUD untuk mend ukung program pembangunan
pertanian untuk swasembada beras, seperti yang dilakukan selama pembangunan
jangka panjang pertama (PJP ) pada era orde baru menjadi cin yang menonjol dalam
politik pembangunan koperasi. Bahkan, koperasi secara eksplisit ditugaska n untuk

22
Ibid. 210

23
melanjutkan program yang kurang berhasil ditangani langsung oleh pemerintah,
bahkan tank pemerintah, seperti penyaluran kredit ke petani lewat BIMAS menjadi
koperasi unit and KUT), pola pengadaan beras pemerintah, sampai pada penciptaan
monopoli baru, Cengkeh, sehingga nasib koperasi harus memikul beban kegagalan
program, sementara perasi yang berswadaya praktis tersisihkan dari perhatian
berbagai kalangan termasuk para peneliti dan media masa.
Dilihat dari strukturnya, organisasi koperasi di Indonesia mirip organisasi
pemerintah/lembaga kemasyarakatan yang terstruktur dari primer sampai tingkat
nanal. Hal ini telah menunjukkan kurang efektifnya peran organisasi sekunder dalan
membantu koperasi primer, tidak jarang menjadi instrumen eksplo itas sumber daya
dari daerah pengumpulan. Menurut Sutrisno (2001), fenomena ini sekarang harus
ukhuwah karena adanya perubahan orientasi bisnis yang berkembang sejalan dengan
proses globalisasi dan liberalisasi perdagangan dan ekonomi. Untuk mengubah arab
WA, hanya mampu dilakukan bila penataan mulai diletakkan pada daerah otonom. 23
Pendangan dan Soetrisno (2001) tersebut juga didukung oleh Widiyanto (198
mengatakan bahwa keberhasilan usaha koperasi di Indonesia biasanya bergantung p
dua hal. Pertama, program pemerintah karena koperasi sering dijadikan "kepanjate
tangan pemerintah dalam mengatur send perekonomian. Kedua, keinginan permen
kebutuhan anggota jadi koperasi koperasi seringkali dipakai sebagai alat pement
kebutuhan anggota yang biasanya juga berkaitan dengan pro gram yang telah
dicanangkan pemerintah. Misalnya KUD, dalam praktiknya, sering kali merupakan
institusi yang menyediakan faktor produksi bagi petani yang kuantitas dan kualitas
faktor produksinya sangat bergantung pada program pemerintah. 24

23
Ibid. 211
24
Ibid. 212

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian BUMS atau Badan Usaha Milik Swasta adalah suatu badan usaha
dimana seluruh modalnya berasal dari pihak swasta. Pihak swasta di sini
maksudnya adalah pihak swasta dalam negeri dan juga pihak swasta asing. Tujuan
didirikannya suatu BUMS adalah untuk memperoleh keuntungan dan
pengembangan modal. BUMS bertanggungjawab dalam penyediaan barang dan
atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat melalui usaha komersial. Usaha Mikro
adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan
yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini
2. Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahum 2003 Tentang Badan Usaha Milik
Negara, definisi Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN
adalah Badan usaha yang selurunya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan.BUMN Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas
yangmodalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima
puluhsatu persen) sahamnya dimiliki oleh Nega ra Republik Indonesia yang
tujuanutamanya mengejar keuntungan.
3. Kegiatan berkoperasi dan organisasi koperasi pada mulanya diperkenalkan di
Inggris sekitar abad pertengahan. Pada waktu itu misi utama berkoperasi adalah
untuk menolong kaum buruh dan petani yang menghadapi masalah- masalah
ekonomi dengan menggalang kekuatan mereka sendiri.Ide dan pembentukan
koperasi sering dikaitkan dengan pasal 33 UUD 1945, khusunya Ayat 1 yang
menyebutkan bahwa "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama bentar atas
asas kekeluargaan". Dalam Penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bargum
usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah koperasi. Tafsiran
sering disebut sebagai perumus pasal tersebut.

25
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara yang
Disahkan pada tanggal 19 Juni 2003 di Jakarta oleh Megawati Soekarnoputri.
Pangestu, Muhammad Teguh. Badan Usaha Miik Negara dan Status Hukum
Kekayaan Negara,2002. CV.Sosial Politic Genius :Makasar.
Anagara, Panji. BUMN, Swasta dan Koperasi.2002.Pusataka Jaya: Jakarta.

Tambunan,Tulus T.H.Perekonomian Indonesia, 2016. Ghalia Indonesia:Pusataka


Jaya.

Rahmini Suci, 2017. “Perkembangan UMKM di Indonesia”. Jurnal Ilmiah Cano


Ekonomos. Vol. 6 No. 1.

26

Anda mungkin juga menyukai