Anda di halaman 1dari 15

Kelas : 3E

Nama :
Ardiana Dwi Purnama (1911050267)
Nanda Kurniawati (1911050366)

Hakekat Pendidikan Islam

A. Pengertian Hakekat Pendidikan Islam


Kata hakikat (Haqiqat) merupakan kata benda yang berasal dari bahasa Arab
yaitu dari kata “Al-Haqq”, dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok yaitu kata
“hak“ yang berarti milik (kepunyaan), kebenaran, atau yang benar-benar ada,
sedangkan secara etimologi Hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber dari
segala sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa Hakikat adalah kalimat atau ungkapan
yang digunakan untuk menunjukkan makna yang yang sebenarnya atau makna
yang paling dasar dari sesuatu seperti benda, kondisi atau pemikiran, Akan tetapi
ada beberapa yang menjadi ungkapan yang sudah sering digunakan dalam kondisi
tertentu, sehingga menjadi semacam konvensi, hakikat seperti disebut sebagai
hakikat secara adat kebiasaan.
Hakekat pendidikan Islam adalah “usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan
fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya.” Al-Qur'an dan Sunnah Rasul merupakan
sumber ajaran Islam, maka pendidikan Islam pada hakekatnya tidak boleh lepas
dari kedua sumber tersebut.
Secara umum konsep pendidikan Islam mengacu pada makna asal kata yang
membentuk kata pendidikan itu sendiri dalam hubungannya dengan ajaran Islam.
Dalam hal ini akan dirunut hakikat pendidikan Islam yang sekaligus menggambarkan
apa yang dimaksud dengan pendidikan menurut pengertian secara umum. Pendidikan
Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah
menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam
adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi. Ada tiga istilah
yang lazim digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu:
1. Tarbiyah
Pendidikan berasal dari padanan bahasa arab ‫” التربية‬tarbiyah”. Abdurrahman
Nahlawy menyebutkan bahwasannya kata ”tarbiyah” secara etimologi berasal dari
tiga asal kata, Yaitu ‫ ربا‬rabaa ‫ يربو‬yarbuu yang berarti bertambah dan berkembang,
Yang kedua dari kata ‫ ربي يربي‬rabiya yarbiy yang berarti tumbuh. Dan yang ketiga ‫رب‬
‫ يربي‬rabba yurabbi yang berarti memperbaiki atau membenahi. Manusia perlu di
bantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan menjadi manusia,
bila telah memiliki (sifat) kemanusiaan. Ini menunjukkan bahwa tidaklah mudah
menjadi manusia, apalagi yang Allah Swt. memberikan amanah besar yang harus ia
jaga, yang mana makhluk-makhluk lain ciptaannya merasa berat untuk
menanggungnya, namun manusia sebaliknya berani menanggungnya. Dan hal ini
membuat makhluk lainnya menjadi sanksi akankemampuan manusia bahkan bisa di
dikatakan iri. Secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah
bersumber pada pendidikan yang diberikan Islam adalah bersumber pada pendidikan
yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia.
Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term
al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu:
a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh)
b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan
c. Mengarahkan seluruh fitrfah menuju kesempurnaan
d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
Dari penjelasan tersebut dapat diringkas bahwa prinsip-prinsip dasar pengertian
tarbiyah dalam Islam adalah pertama, bahwa murabbi (pendidik) yang sebenarnya
hanyalah Allah, karena Dia Pencipta fitrah, potensi kekuatan dan kelemahan, dan
paling tahu tentang hakikat manusia itu sendiri, karenanya perlu dipelajari terus
menerus siapa sebenarnya manusia itu sesuai dengan perintah Tuhan. Kedua,
penumbuhan dan pengembangan secara sempurna semua dimensi manusia baik
materi, seperti fisiknya, maupun immateri seperti akal, hati, kehendak, kemauan
adalah tanggung jawab manusia sebagai konsekwensi menjalankan fungsinya sebagai
hamba Tuhan dan sebagai fungsi khalifah. Ketiga, dalam proses tarbiyah seharusnya
mengambil nilai dan dasarnya dari Al-Qur’an dan Sunnah dan berjalan sesuai dengan
sunnatullah yang digariskan-Nya. Keempat, setiap aktivitas tarbiyah mengarah
kepada penumbuhan, perbaikan, kepemimpinan, atau penjagaan setiap dimensi dalam
diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa atau secara nattural. Kelima, tarbiyah yang
direkayasa mengharuskan adanya rencana yang teratur, sistematis, bertahap,
berkelanjutan dan fleksibel. Keenam, bahwa yang menjadi subjek sekaligus objek
dalam aktivitas tarbiyah adalah manusia. Ketujuh, bahwa kata tarbiyah tida terbatas
pengetiannya sebagai sekedar transfer ilmu, budaya, tradisi, dan nilai tetapi juga
pembentukan kepribadian (transformatif) yang dilakukan secara bertahap.
2. Ta’dib
Berasal dari istilah Ta’dib ( ‫ ) تاءديب‬berasal dari kata adaba ya’dubu yang berarti
melatih, mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun. Secara
terminologi Ta’dib merupakan usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi
sedemikian rupa sehingga mendorong dan memotivasi setiap individu untuk
berperilaku dan berperadaban yang baik sesuai yang diharapkan. Sebagai pengenalan
dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang
tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian
rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan
yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
Makna al-ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.
3. Ta’lim
Istilah al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan islam.
Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan al-Tarbiyah
maupun al-Ta’dib. Rasyid Ridha mengartikan al-Ta’lim sebagai proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu. Jalal memberikan alasan bahwa proses taklim lebih umum dibandingkan
dengan proses tarbiyah. Pertama, ketika mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada
kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat
membaca, melainkan membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman,
pengertian, tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri
(tazkiyah al-nufus) dari segala kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap
menerima hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya dan
yang tidak diketahuinya serta berguna bagi dirinya. Kedua, kata taklim tidak berhenti
hanya kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari
taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan hayalan dan
syahwat atau cerita-cerita dusta. Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta
pedoman perilaku yang baik. Dengan demikian kata taklim menurut Jalal mencakup
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang hayat serta tidak
terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa. Sementara itu
Abrasyi, menjelaskan kata taklim hanya merupakan bagian dari tarbiyah karena
hanya menyangkut domain kognitif. Al-Attas menganggap kata taklim lebih dekat
kepada pengajaran atau pengalihan ilmu dari guru kepada pembelajaran, bahkan
jangkauan aspek kognitif tidak memberikan porsi pengenalan secara mendasar.
B. Konsep Hakekat Pendidikan Islam
Berdasarkan konsep tarbiyah dalam Alqur’an maka hakikat pendidikan islam dapat
dijabarkan sebagai berikut
1. Pendidikan bersifat humanis – teosentris
Pendidikan bersifat humanis teosentris artinya bahwa pendidikan dan segala seuatu
yang diajarkan kepada manusia adalah berdasarkan fitrah atau kodrat manusia
sebagai makhluk dan tentunya dilandasi oleh segala syariat dan ketentuan Tuhan atau
Allah SWT. Hakikat pendidikan yang bersifat humanis teosentris pada dasarnya
menitik beratkan hubungan manusia dengan Tuhannya atau Allah SWT dan
menjabarkan iman dan taqwa itu sendiri. Dengan kata lain, hakikat pendidikan islam
adalah penghubung Allah SWT dengan makhluknya terutama manusia melalui
keimanan.
2. Pendidikan bernilai ibadah
Salah satu tugas dan peran pendidikan islam adalah menuntun dan mengajarkan umat
manusia dalam menjalankan ibadah dan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Pendidikan islam mengajarkan kepada manusia bagaimana cara menjalankan ibadah
seperti shalat baik shalat wajib maupun shalat sunnah, puasa, zakat, haji dan lain
sebagainya. Dilihat dari hakikat pendidikan ini, maka Allah SWT bertindak sebagai
pendidik yang kekal dan hakiki. Tanpa adanya pendidikan islam maka manusia dapat
kehilangan arah dan ia akan tersesat tatkala mencari makna dari hidupnya.
3. Pendidikan menanamkan tanggung jawab
Hakikat pendidikan islam yang lainnya adalah menanamkan rasa tanggungjawab
kepada seluruh umat manusia dan mengajarkan manusia bagaimana cara memenuhi
tanggung jawab serta kewajiban yang dimilikinya. Pendidikan yang dimiliki
selayaknya membuat umat manusia mengerti tentang tugasnya dan kewajibabnya
serta menyadari pentingnya meneruskan pendidikan islam itu sendiri.
4. Pendidikan seumur hidup
Hukum menuntut ilmu adalah wajib atau fardlu ain baik bagi pria maupun wanita.
Seorang muslim hendaknya tidak berhenti menuntut ilmu dan mendalami pendidikan
islam karena pada hakikatnya pendidikan islam adalah dasar hidup seseorang semasa
ia hidup di dunia dan berlaku seumur hidup. Dengan katalain seorang manusia wajib
belajar dan menuntut ilmu sejak ia dilahirkan ke dunia hingga menjelang ajalnya.
5. Pendidikan tidak terbatas ruang dan waktu
Pendidikan islam diajarkan kepada umat manusia dan tidak terbatas ruang dan waktu.
Pendidikan islam tidak terbatas ruang maksudnya bahwa pendidikan islam tidak
hanya diajarkan pada manusia di suatu daerah saja seperti halnya seorang nabi
mengajarkan ilmu pada suatu kaum, pendidikan islam bersifat luas dan mencakup
seluruh umat manusia yang hidup di dunia. Pendidikan islam juga tidak terbatas
waktu karena pendidikan islam harus tetap diajarkan dan diteruskan oleh setiap
generasi manusia yang hidup dalam kurun waktu yang berbeda. (baca cara mendidik
anak dalam islam dan pendidikan anak dalam islam)
6. Pendidikan kemaslahatan umat
Pendidikan islam juga memiliki hakikat yang penting dalam masyarakat. Dalam
Alqur’an dijelaskan bahwa Allah SWT tidak menciptakan manusia untuk hidup
sendiri melainkan untuk bersosialisasi dengan sesamanya atau bermasyarakat.
Pendidikan islam tidak hanya mengajarkan umat manusia untuk beribadah dan
menyembah Allah SWT saja akan tetapi juga mengajarkan bagaimana berperilaku
dengan akhlak yang mulia dan menjaga kerukunan serta perlakuan kepada manusia
lainnya (baca keutamaan menyambung tali silaturahmi). Ilmu dalam pendidikan islam
selayaknya menjadi pedoman bagi manusia untuk mewujudkan hidup yang lebih baik
bagi dunia maupun kehidupan akhirat.
C. Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan islam secara mikro sudah jelas yaitu memelihara dan
mengembangkan fitrah dan sumber daya insan yang ada pada subyek didik menuju
terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma islam. Atau dengan istilah
lazim digunakan yaitu menuju kepribadian muslim. Lebih lanjut secara makro, fungsi
pendidikan islam dapat ditinjau dari feomena yang muncul dalam perkambangan
peradaban manusia, dengan asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan
berkembang melalui pendidikan.
Fenomena tersebut dapat kita telusuri melalui kajian antropologi budaya dan
sosiologi yang menunjukan bahwa peradaban masyarakat manusia dari masa ke masa
semakin berkembang maju; dan kemajuan itu diperoleh melalui interaksi komunikasi
sosialnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari segi antropologi
budaya dan sosiologi, fungsi pendidikan ialah menumbuhkan wawasan yang tepat
mengenai manusisa di alam sekitarnya, sehingga dengan demikian dimungkinkan
tumbuhnya kreatifitas yang dapat membangun dirinya dan lingkungannya. Dalam
buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh Abdul Halim, fungsi pendidikan
dilihat secara operasional adalah:
1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungan tingkat-tingkat
kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat nasioanal
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada garis
besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang
dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam
menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis.
Menurut pandangan pendidikan islam, fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar
mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga
menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam
dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan,
dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan terhindar
dari al-fithratu ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan
yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehinggamati
dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi
ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.
Betapa pentingnya fungsi pendidikan dan pengajaran di dalam menyelamatkan dan
mengembangkan fitrah ini. Di pihak lain, pendidikan dan pengaajaran juga berfungsi
untuk mengembangkan potensi-potensi/ kekuatan-kekuatan yang ada pada diri anak
agar ia bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi pergaulan
hidup di sekelilingnya, sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dan
sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.

D. Tujuan Hakekat pendidikan Islam


Dalam Islam, hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedangkan menurut
tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi
menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang
menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah
kepada Allah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT, pada hakekatnya tujuan
pendidikan Islam adalah :
1. Membentuk manusia beraqidah (Tarbiyah ‘Aqidiyah)
2. Membentuk manusia beraklak mulia (Tarbiyah Khuluqiyah)
3. Membentuk manusia berfikir (Tarbiyah Fikriyah)
4. Membentuk manusia sehat dan kuat (Tarbiyah Jismiyah)
5. Membentuk manusia kreatif, inisiatif, antisipatif, dan responsive (Tarbiyah
Amaliyah).
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu
untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya,
dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. Al-
Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik
dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang
dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui
pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya
tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan
kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-
tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah
dicapai.

Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan
diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan
hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu
menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat adzariyat ayat 56 :“
Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-
Ku”. Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada
menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji,
serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal,
pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek
ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat
mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang
dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang
disangkutkan dengan Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa
pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat,
tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat,
memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai
ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi


1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.

Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.

Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :


1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
E. Hakikat pendidikan Islam menurut para ahli
Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia
supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya,
sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus,
profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya.
Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Sedangkan menurut Syed Muhammad Naqib Al-Attas, pendidikan adalah suatu
proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem
penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan
pendidikan tersebut.
Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk pendidikan yaitu
adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian disimpulkan lebih lanjut yaitu ”
sesuatu yang secara bertahap ditanamkan ke dalam diri manusia”.Jadi definisi
pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi
pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.
Kembali kepada definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas diperuntutukan
untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-ta’dib,
karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian
pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah
ini mancakup juga pendidikan kepada hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti
pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat
teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat mereka
dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta
dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang.
Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam, arti dari
pengertian itu adalah, “pengenalan” adalah menemukan tempat yang tepat
sehubungan denagn apa yang dikenali, sedangkan “pengakuan” merupakan tindakan
yang bertalian dengan pengenalan tadi. Pengenalan tanpa pengakuan adalah
kecongkakan, dan pengakuan tanpa pengenalan adalah kejahilan belaka. Dengan kata
lain ilmu dengan amal haruslah seiring. Ilmu tanpa amal maupun amal tanpa ilmu
adalah kesia-siaan. Kemudian tempat yang tepat adalah kedudukan dan kondisinya
dalam kehidupan sehubungan dengan dirinya, keluarga, kelompok, komunitas dan
masyarakatnya, maksudnya dalam mengaktualisasikan dirinya harus berdasarkan
kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan) yang selanjutnya mesti
bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan secara positif, dipujikan serta terpuji.

F. Langkah- langkah Menanamkan Pendidikan Islam


Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi pengetahuan
menjadi tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan menengah, dan
pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah
pengetahuan mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika, sedangkan
pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam
keterampilan kerja. Ini artinya bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan.
Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan.
Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan
yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan menghasilkan
lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya
bagi kehidupan bersama. Ia dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi kehidupan
pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa mendatang.Oleh karena itu,
mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi generasi muda, semua elemen
bangsa, terutama guru pendidikan Islam, perlu membumikan kembali pendidikan
Islam di sekolah-sekolah baik formal maupun informal.
Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada anak didik.
Pertama, Pendidikan akidah/keimanan.Ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mencetak generasi muda masa depan yang tangguh dalam imtaq (iman dan taqwa)
dan terhindar dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan kaum remaja seperti
gerakan Islam radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas
(freesex) yang akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan.
Kedua, Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan
kepada anak-anak kita untuk membangun generasi muda yang punya komitmen dan
terbiasa melaksanakan ibadah.
Seperti shalat, puasa, membaca al-Quran yang saat ini hanya dilakukan oleh minoritas
generasi muda kita. Bahkan, tidak sedikit anak remaja yang sudah berani
meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di sini peran orang tua dalam
memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya sangat diperlukan
selain guru juga harus menanamkan secara mantab kepada anak-anak didiknya.
Ketiga, Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat perhatian besar
dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah (keluarga). Dengan pendidikan akhlakul-karimah akan melahirkan generasi
rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.Penanaman
pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal
dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh karena itu,
semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan
sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan untuk melakukan ini. Harapannya,
generasi masa depan bangsa ini adalah generasi yang berintelektual tinggi dan
berakhlak mulia.
Kesimpulan

Dengan pemaparan definisi pendidikan islam di atas dapat disimpulkan bahwa


hakikat adalah kalimat atau ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan makna
yang sebenarnya atau makna yang paling dasar dari sesuatu seperti benda , kondisi
atau pemikiran , akan tetapi ada beberapa yang menjadi ungkapan yang sudah sering
digunakan dalam kondisi tertentu, sehingga menjadi semacam konvensi.
Hakekat pendidikan islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara
sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah
(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya.
Definisi pendidikan islam adalah proses pembentukan kepribadian manusia
kepribadian islam yang luhur. Bahwa pendidikan islam bertujuan untuk
menjadikannya selaras dengan tujuan utama manusia menurut islam, yakni beribadah
kepada Allah swt.
Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan islam ini. Member motivasi agar
manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir hayat, dalam rangka
merealisasikan tujuan yang telah disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 dapat
diaplikasikan secara berkelanjutan.
Daftar pustaka

https://mcdens13-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakikat-
pendidikan-islam/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa
https://dalamislam-com.cdn.ampproject.org/v/s/dalamislam.com/dasar-islam/hakikat-
pendidikan-islam/amp
http://tripariyatun.blogspot.com/2015/01/hakihat-tujuan-dan-fungsi-
pendidikan_21.html?m=1

https://zulfiara.blogspot.com/2018/01/makalah-hakikat-dan-tujuan-pendidikan.html?
m=1

http://piuii17.blogspot.com/2018/09/hakikat-pendidikan-islam.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai