Anda di halaman 1dari 10

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019

“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”


ISBN: 978-623-7496-14-4

Penguatan Gerakan Sosiokultural Sebagai Upaya


Pencegahan Destruktif Kebangsaan
Abdul Rahman1, Nurlela2, Rifal3
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar
Email: abdul.rahman8304@unm.ac.id1

Abstrak. Artikel ini menguraikan tentang pentingnya gerakan sosiokultural dalam upaya meneguhkan semangat
keindonesiaan di tengah pergaulan antar bangsa yang semakin mengglobal. Diakui, ada semacam kegundahan
mencermati Indonesia saat ini yang plural dan multikultural diambang perseteruan sesama anak bangsa karena
ketidaksepahaman dalam hal pengelolaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pendiri bangsa ini telah bersusah
payah untuk membingkai Indonesia dalam satu rajutan kebersamaan dengan mengesampingkan perbedaan. Makanya,
ketika cita-cita para pendiri bangsa ini harus terkubur dengan adanya ide-ide yang menegasikan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila, maka segenap daya dan upaya harus dikerahkan untuk
membendungnya. Masyarakat Islam yang mayoritas di negara ini harus mengambil peran untuk menjaga kedaulatan
negara Indonesia dengan tetap berjuang mengedepankan nuansa-nuansa kemanusiaan dan menghindari jalan
kekerasan agar Islam dapat menunjukkan eksistensinya sebagai rahmat bagi seluruh kehidupan.

Abstract. This article describes the importance of the socio-cultural movement in an effort to strengthen the
Indonesian spirit in the midst of increasingly globalized relations between nations. Admittedly, there is a kind of
anxiety over Indonesia that is plural and multicultural in the verge of fighting among fellow children of the nation
because of disagreements in the management of national and state life. The founders of this nation have taken pains
to frame Indonesia in one knit together by setting aside differences. Therefore, when the ideals of the founders of this
nation must be buried with ideas that negate the Unitary State of the Republic of Indonesia based on Pancasila, all
efforts and efforts must be mobilized to contain it. The majority Muslim community in this country must take the role
of maintaining the sovereignty of the Indonesian state while still striving to advance the nuances of humanity and
avoid the path of violence so that Islam can show its existence as a blessing for all life.

PENDAHULUAN masyarakat Indonesia, yang keberadaannya masih


Indonesia merupakan negara majemuk. dapat dijumpai hingga saat ini.
Dalam pandangan J.S Furnivall, masyarakat Kemajemukan Bangsa Indonesia itu juga
majemuk adalah suatu masyarakat yang terdiri dua ditandai dengan keanekaragaman Suku, Agama,
atau lebih elemen yang yang hidup sendidri-sendiri Ras, dan Adat Istiadat yang hidup, tumbuh,
tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam satu berkembang dan berupaya dilestarikan dan
kesatuan politik (Boty, 2017). Pandangan ini dipertahankan oleh masyarakat pendukungnya.
mengindikasikan bahwa kemajemukan suatu Keanekaragaman tersebut diharapkan dapat
masyarakat akan menjadi faktor penghalang untuk menjadi kekuatan Bangsa Indonesia baik secara
mewujudkan sebuah integrasi karena masing- internal maupun eksternal. Secara internal,
masing anggota masyarakat memiliki kesadaran keanekaragaman tersebut dapat dijadikan sebagai
bahwa mereka berbeda dengan yang lain. Akan modal dasar dalam melaksanakan kegiatan
tetapi, untuk konteks masyarakat Indonesia, pembangunan secara berkelanjutan dalam berbagai
nampaknya pandangan tersebut terbantahkan sektor kehidupan, dengan satu tujuan yaitu
adanya. Kemajemukan tersebut justru menjadikan mencapai masyarakat adil dan makmur
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki sebagaimana yang dituangkan oleh para pendiri
kekayaan dalam hal sejarah dan kebudayaan. bangsa ini dalam mukaddimah (pembukaan)
Kemajemukan tersebut merupakan konsekuensi Undang-Undang Dasar Negara Republik
logis dari letak wilayah Indonesia yang menjadi Indonesia. Sedangkan secara eksternal,
jalur penghubung dua negara adidaya peradaban keanekaragaman tersebut dapat dijadikan sebagai
masa silam, yakni India dan Tiongkok. Posisi kekuatan Bangsa Indonesia dalam pergaulan antara
tersebut membuat wilayah Indonesia pada masa bangsa, sebagai media dalam menangkal anasir-
silam ramai dikunjungi oleh berbagai bangsa yang anasir asing yang tidak berkesesuaian dengan
membawa masing-masing kebudayaannya yakni kepribadian Bangsa Indonesia.
Bangsa Arab, Persia, Tiongkok, India, Portugis, Secara umum dipahami bahwa teori
Belanda, Spanyol, Inggris, dan Jepang. Masing- mengenai eksistensi sebuah negara ialah adanya
masing kebudayaan dari bangsa-bangsa tersebut wilayah, penduduk, dan pemerintahan yang diakui
mengalami proses pembauran dengan kebudayaan kedaulatannya oleh negara lain. Berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia dinyatakan dengan

277
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 mencoba untuk melepaskan diri dari bingkai
setelah melalui perjuangan panjang dan penuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa
tantangan untuk membebaskan diri dari belenggu Pemerintahan Soekarno yang lebih familiar
kekuatan asing (Zuhdi, 2017). Terbentuknya dikenal dengan istilah Orde Lama, muncul gerakan
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan yang dianggap sebagai gerakan separatis misalnya
perwujudan cita-cita bangsa Indonesia untuk hidup gerakan Pemerintahan Revolusioner Republik
yang lebih baik tanpa campur tangan pihak asing. Indonesia (PRRI), Perjuangan Rakyat Semesta
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ernest (Permesta), Darul Islam/Tentara Islam Indonesia
Renan bahwa unsur yang membentuk negara (DI/TII), Angkatan Perang Ratu Adil (APRA),
bangsa ialah: (1). Jiwa atau asas kerohanian yang Republik Maluku Selatan (RMS), Gerakan Andi
sama, berupa pandangan hidup dan sistem nilai; Azis, Pemberontakan PKI Madiun, dan Gerakan
(2). Memiliki solidaritas besar, misalnya 30 September PKI. Memasuki pemerintahan
disebabkan persamaan nasib dalam sejarah; dan Soeharto (Orde Baru), gejolak keamanan pun
(3). Munculnya suatu bangsa merupakan hasil dari masih terus menghangat. Yang paling menyita
sejarah. Di sini, menurut teori Ernest Renan, perhatian adalah Gerakan Aceh Merdeka yang
munculnya negara bangsa karena adanya melahirkan kebijakan Orde Baru untuk
pandangan hidup dan sistem nilai yang sama (Jaya, mengadakan operasi militer dan menetapkan Aceh
2019). sebagai Daerah Operasi Militer (DOM).
Kelahiran Indonesia sebagai sebuah Memasuki era reformasi, Indonesia masih
bangsa merupakan perwujudan cita-cita dilanda kemelut. Berbagai macam peristiwa yang
masyarakat Indonesia yang mencapai titik dikhawatirkan akan mengarah pada tindakan
kulminasinya pada tanggal 28 Oktober 1928. destruktif kebangsaan. Peristiwa yang paling
Dikatakan sebagai titik kulminasi, karena pada banyak menyita perhatian publik di negara ini
tempo tersebut merupakan arena berkumpulnya ialah gonjang-ganjing mejelang pemilihan
segenap elemen anak bangsa yang beraneka ragam Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta
Suku, Agama, Ras dan Adat Istiadat menyatakan yang diikuti oleh tiga pasangan kontestan. Ada
sebuah ikrar untuk bertanah air dan berbangsa salah satu pasangan yaitu Basuki Tjahaya Purnama
Indonesia serta menjunjung tinggi Bahasa (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat yang cukup menyita
Indonesia sebagai bahasa persatuan. Ikrar tersebut perhatian publik, bukan hanya di DKI, tetapi
juga tidak serta merta terjadi, tetapi telah melalui masyarakat di luar DKI banyak yang menolaknya.
proses yang panjang, di mana pemuda yang Alasannya karena Ahok menyandang status
tergabung sebagai pelopor pergerakan telah minoritas ganda. Dia merupakan Warga Negara
merintis dan membentuk organisasi sebagai bagian Indonesia keturunan Tiongkok sekaligus menganut
dari kesadarana nasional untuk menjadi bangsa Agama Kristen. Penolakan tersebut mengalami
yang merdeka dan berdaulat. puncaknya ketika Ahok mengeluarkan pernyataan
Kesadaran nasional tumbuh dan yang terkait dengan Surah al-Maidah di Pulau
berkembang di kalangan masyarakat Indonesia, Pramuka, yang dinilai sebagai penistaan terhadap
khususnya mereka dari golongan cerdik cendekia Agama Islam. Peristiwa tersebut sontak membuat
sebagai pengejawantahan akan kerinduan mereka sekelompok orang yang membingkai dirinya
pada masa silam. Mereka menyadari bahwa jauh sebagai pembela alQuran melancarkan aksi yang
sebelum gagasan Indonesia hadir sebagai bangsa, berjilid-jilid. Pristiwa inilah yang menjadi titik
wilayah ini yang masyhur dengan istilah Nusantara tolak menguatnya gerakan politik identitas.
di masa lalu telah berdiri berbagai macam kerajaan Banyak kalangan yang menilai bahwa gerakan
yang memiliki kedaulatan penuh dalam mengatur politik yang mengusung identitas keagamaan akan
dan mengelola tanah airnya sendiri, lepas dan membahayakan posisi Negara Kesatuan Republik
bebas dari cengkeraman bangsa asing. Akan tetapi Indonesia yang berbhinneka tunggal ika. Ada
kemasyhuran tersebut perlahan-lahan surut dengan kekhawatiran jika Indonesia akan dilanda
masuknya bangsa asing yang membawa doktrin pertikaian sesama anak bangsa, sebagaimana yang
gold, gospel, dan glory, khususnya Bangsa terjadi di Kawasan Timur Tengah. Menghadapi
Belanda yang berhasil merusak kualitas tatanan kekhawatiran tersebut maka diperlukan sebuah
masyarakat Nusantara melalui politik devide et gerakan kultural, yakni gerakan yang
impera. menempatkan agama dan nilai-nilai luhur bangsa
Memasuki alam kemerdekaan, Indonesia sebagai basis dalam melakukan aktivitas sebagai
tetap mampu mempertahankan eksistensinya anak bangsa dalam berbagai sektor kehidupan.
sebagai bangsa dan negara yang berdaulat.
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensi
negara ini pernah mengalami dan menghadapi
berbagai macam gejolak dan gerakan yang

278
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

METODE PENELITIAN berlomba untuk menanamkan pengaruhnya


terhadap negara lain, termasuk di Indonesia.
Dalam penulisan artikel ini, penelitian Dalam pergaulan antar bangsa, Indonesia
dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif menjadi sebuah arena ekonomi yang potensial
karena gejala (fenomena) yang menjdai fokus dalam memasarkan produk. Realitas menunjukkan
perhatian merupakan gejala sosial politik yang bahwa saat ini Indonesia telah dibanjiri produk-
berkembang secara kontinu. Cara untuk produk impor berupa produk otomotif, obat-
mengumpulkan data dilakukan dengan obatan, alat telekomunikasi, mainan anak, alat-alat
menggunakan sumber utama yaitu telaah pustaka. perlengkapan rumah tangga, sistem pendidikan,
Penelitian pustaka dlakukan dengan menelaah ideologi, dan bahkan agama. Hal tersebut memang
sejumlah buku, artikel, laporan penelitian, jurnal, wajar, karena secara kuantitas Indonesia
tesis, disertasi. Selain itu penelitian pustaka juga menempati urutan 4 duni dalam hal jumlah
dilakukan dengan menelusuri intenet dan media penduduk setelah Tiongkok, India, dan Amerika
cetak yang berhubungan dengan subjek penelitian. Serikat. Penduduk yang demikian padat itu, sekitar
269.000.000 jiwa memang sangat potensial untuk
PEMBAHASAN dijadikan tempat untuk memasarkan barang-
Posisi Indonesia: Arena Multikepentingan barang. Aktor-aktor utama globalisasi pun
Aktor Globalisasi mengetahui bahwa secara umum masyarakat
Ada sebuah realitas faktual bahwa salah satu Indonesia ramah terhadap orang asing dan suka
megatrend yang tengah dihadapi dunia pasa perang meniru. Mental yang suka meniru itulah yang
dingin adalah kian meningkatnya globalisasi dimanfaatkan sehingga produk-produk impor
berkat kemajuan teknologi informasi. Globalisasi, semakin mendominasi kehidupan masyarakat
sebagaimana yang diulas oleh Victor Segesvary, Indonesia.
tidak menghasilkan homogenitas peradaban, tetapi Globalisasi dan segala fitur didalamnya
justru melahirkan penemuan budaya-budaya lokal seperti deteritorialisasi, interconnectedness, dan
yang begitu luas. Pluralisme peradaban dengan interdependensi kemudian membawa masyarakat
demikian merupakan akibat saling pengaruh antara dunia kedalam sebuah era baru yang seakan-akan
yang global dan yang lokal, yang universal dan tanpa batasan. Kemajuan teknologi informasi dan
yang partikular (Zubaedi, 2007). komunikasi pada akhirnya dianggap semakin
Pada pihak lain, globalisasi menciptakan melemahkan peran dan pengaruh negara terhadap
diferensiasi yang semakin terperinci dan rumit aspek-aspek kehidupan masyarakat dunia. Hal
sehingga klaim kebenaran yang partikular dan tersebut kemudian mendorong peningkatan peran
yang lokal itu menjadi semakin mungkin. Dengan aktor-aktor non-negara seperti TNC, MNC, hingga
demikian, globalisasi memiliki efek ganda yakni di kelompok teroris yang pada akhirnya saling
satu sisi globalisasi akan menciptakan kesadaran berjuang untuk mencapai kepentingannya masing-
akan kehidupan yang majemuk, tetapi di lain sisi masing. Akan tetapi, agresifitas dan peranan aktor
akan memunculkan ekslusivisme partikular. Pada non-negara yang semakin meningkat tersebut juga
sisi yang kedua inilah, perbedaan akan mudah memunculkan sebuah potensi konflik lain yang
mengalami perubahan menjadi perseteruan yang lebih besar. Mengapa demikian? Karena jika pada
akan berujung pada aksi-aksi kekerasan, termasuk awalnya aktor negara sajalah yang dianggap
kekerasan yang mengatasnamakan agama tertentu. sebagai aktor uniter dalam konflik internasional, di
era globalisasi dewasa ini, konflik dapat
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan disebabkan oleh benturan kepentingan antar aktor
Teknologi yang merupakan salah satu penciri non-negara yang berupaya untuk mencapai
globalisasi kian berkembang secara melesat dan tujuannya. Selain itu, patut dicatat pula bahwa
seolah-olah tidak dapat dibendung. Globalisasi pasca Perang Dingin aspek-aspek kultural
melanda semua negara yang ada di belahan bumi kemudian memainkan peranan yang cukup vital
ini tanpa memperhatikan latar ekonomi, identitas dalam interaksi antar aktor internasional. Oleh
sosial kultural, garis pandangan pemikiran politik, karenanya, berbagai macam aspek kultural dan
maupun identitas keagamaan. Globalisasi telah prestise sebagai salah satu fitur utamanya akan
membuka lebar pintu pergaulan antar bangsa menjadi salah satu unsur mendasar bagi
dalam berbagai sektor. Namun, pada sisi lain ada kepentingan yang hendak dicapai oleh para aktor
saja pihak-pihak baik yang mengatasnamakan internasional di era globalisasi dewasa ini (Suhito,
negara maupun atas nama kelompok perusahaan 2016).
yang menjadikan globalisasi sebagai media untuk Memasuki abad XXI, kondisi dunia
memperluas dan memperbesar pengaruh mereka semakin kompleks. Benturan peradaban
dalam pergaulan antar bangsa. Mereka semua sebagaimana yang telah diprediksi oleh Samuel P
Huntington perlahan-lahan tapi pasti mulai

279
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

terbukti. Huntington begitu apik menjelaskan kaum muslimin merasa senasib sepenanggungan
bahwa sumber konflik dalam dunia yang baru dan memiliki kedekatan emosional dalam
(dunia masa depan) ialah identitas dan agama. persaudaraan dengan mengabaikan perbedaan suku
Huntington membagi dunia ke dalam beberapa bangsa dan keturunan. Bagi kaum muslimin,
peradaban besar yakni (1) Peradaban Barat yang kehadiran paham nasionalisme ini bersentuhan
meliputi Australia, Oceania, Eropa Barat dan langsung dengan nilai-nilai Islam yang telah lebih
Tengah, Amerika Serikat, dan Kanada (2) lama berada di tengah-tengah mereka. Umat Islam
Peradaban Amerika Latin (3) Peradaban Orthodox senyikapi nasionalisme ini beragam, ada yang
yang menempatkan Rusia dan negara-negara bekas menerima,ada yang apriori, danada yang menolak
Uni Soviet sebagai pendukung utamanya (4) (Mugiyono, 1983).
Peradaban Timur yang didukung oleh Tiongkok, Nasionalisme dalam sejarah perjuangan
Jepang dan Korea (5) Peradaban Timur Tengah kemerdekaan Indonesia dikenal sebagai sebuah
Raya dan Muslim (6) Peradaban Sub Sahara di kata sakti yang mampu membangkitkan kekuatan
Afrika (6) Peradaban India (7) peradaban lone berjuang melawan penindasan yang dilakukan
country’ semisal Israel, Etiophia dan Haiti kaum kolonialis selama beratus-ratus tahun
(Huntington, 1996). lamanya. Perasaan senasib dan sepenanggungan
Lantas, bagaimana dengan posisi yang dialami mampu mengalahkan perbedaan
Indonesia? Jika melakukan penelaahan secara etnik, budaya dan agama sehingga lahirlah sejarah
cermat, maka Indonesia dikelompokkan sebagai pembentukan kebangsaan Indonesia
Peradaban Timur Tengah Raya dan Muslim. Hal (Kusumawardani, 2004). Menurut Geroge Mc
ini cukup beralasan karena Indonesia merupakan Turnan Kahin Nasionalisme merupakan suatu
negara yang mayoritas penduduknya beragama paham yang menciptakan dan mempertahankan
Islam, Muslim terbanyak di dunia. Dari segi kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan
ekonomi, Indonesia menempati urutan kedua satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
dalam lingkungan negara-negara yang tergabung manusia (Anwar, 2017). Pada dasarnya, semangat
dalam kelompok G-20. Kondisi demikian nasionalisme tentu saja bukan hanya melulu milik
menempatkan Indonesia ibarat juggernaut, sebuah kaum sekuler, sebab dalam sejarah panjang
truk besar yang sedang melaju cepat karena perjuangan bangsa ini, justru banyak ditandai oleh
dukungan penduduk yang banyak, pertumbuhan kepeloporan organisasi-organisasi yang berasaskan
ekonomi yang signifikan, serta keanekaragaman keislaman seperti Sarikat Dagang Islam (SDI)
budaya yang khas. Namun suka atau tidak suka, di yang kemudian berubah menjadi Sarikat islam
balik panggung Indonesia, ada tiga kekuatan aktor (SI), yang di bawah pimpinan HOS
yang saling berebut untuk mengendalikan para Tjokroaminoto, pada gilrannya berkembang
pemain yakni kekuatan Peradaban Barat, menjadi sebuah gerakan nasionalis, yang anti
Peradaban Tiongkok, dan Peradaban Timur kolonial, sngat tangguh, dan melampaui batas-
Tengah Muslim. batas etnis, geografis, dan selalu mempertautkan
arti wawasan kebangsaan yang mereka miliki
Peran Islam Dalam Membangun Nasionalisme sebaga manifestasi dari Persaudaraan Islam dan
Paham nasionalisme dikembangkan untuk Persaudaraan Sebangsa (Sage, 1996).
mempersatukan semua elemen yang ada pada Merekatkan Islam dan keindonesiaan
suatu bangsa yang didasarkan pada rasa cinta adalah sebuah proyek besar cendekiawan Muslim
terhadap tanah air, bangsa, negara, idiologi dan Indonesia sejak tahun 1970-an. Salah satu
politik. Ia merupakan suatu sikap politik dan sosial usahanya dengan mencoba membuka kembali
dari masyarakat yang mempunyai kesamaan akar-akar nasionalisme awal Indonesia dalam
budaya, bahasa, wilayah, serta kesamaan cita-cita mengusir penjajah di bumi Nusantara ini. Islam
dan tujuan. Paham nasionalisme lahir di Eropa dan keindonesiaan merupakan suatu formula untuk
sekitar abad ke-15 M., kemudian berkembang ke menjadikan Islam sebagai bagian dari bangsa yang
Timur (Asia dan Afrika) pada abad ke-20 M. memiliki rasa cinta tanah air dan keinginan yang
Berkembangnya paham nasionalisme ini dapat sama untuk memajukan bangsa ini, tanpa ada
mempengaruhi wajah dunia dari sisi politik stigma atas perjuangan umat Islam di tanah air ini
kekuasaan, dan memiliki dampak yang luas bagi (Setiawan, 2018).
negara-negara bangsa, baik di dunia Barat maupun Dalam konteks keindonesiaan yang
di dunia Timur. Jauh sebelum paham nasionalisme mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi,
masuk dan mempengaruhi dunia Timur, di sana membawa agama ke dalam ruang-ruang demokrasi
sudah ada nilai-nilai Islam yang universal, yang bukan sekadar mencari pembenaran transendental
berlaku dan dianut oleh masyarakat muslim serta tentang keabsahan demokrasi sebagai the only
menjadi unsur pemersatu di antara mereka. Nilai- game in town, bukan pula sebatas mengeksploitasi
nilai Islam telah mempengaruhi dan membentuk simbolisme agama untuk mendongkrak perolehan

280
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

suara dalam pemilu. Atau membawa agama hanya Islam juga berbenturan dengan masalah
sekadar untuk menutupi kelemahan, kekuarangan, kepentingan duniawai, misalnya kepentingan
dan ketidakmampuan melakukan hal yang politik. Carut marut ajaran agama di dalam
semestinya. Lebih dari itu, agama secara subtil kehidupan manusia terjadi ketika wilayah agama
melandasi setiap gerak demokrasi sehingga diintervensi oleh politik (Syam, 2009).
keduanya bersenayawa ke dalam sebuah adonan Adalah hal yang sulit untuk dipungkiri
kebudayaan dan peradaban profetik, liberatif, dan bahwa masyarakat Indonesia di tengah era
transformatif untuk seluruh elemen bangsa (Hilmy, globalisasi telah tergiring secara sukarela maupun
2017). Akan tetapi, bagi kelompok garis keras atau terpaksa untuk mempergunakan produk-produk
yang lebih familiar dengan istilah kelompok Islam dari negara lain baik yang sifatnya materi maupun
Radikal, sistem negara hukum demokratis yang pemikiran. Kedatangan berbagai macam anasir-
ada saat ini dianggap berciri sekuler dan tidak anasir kebudayaan asing bukan berarti masyarakat
sesuai atau bertentangan dengan syariah Indonesia harus pasif, tapi perlu perlu
berdasarkan pemahaman keagamaan mereka pertimbangan yang kompleks dan matang dari segi
(Hardiman, 2018). Dalam situasi seperti ini, umat beban ekonomi, sosial, dan politik dalam hal
Islam secara internal menghadapi pergeseran pola pemindahan atau peniruan kebudayaan itu. Agar
konflik, dalam hal ini bkan lagi Islam berhadapan tidak terbawa arus era globalisasi yang
dengan negara seperti yang terjadi pada masa Orde menghantarkan bangsa ini ke arah ketercerabutan
Baru, tetapi Islam berhadapan dengan sesamanya akar budaya, maka perlu ada sikap untuk
(Maliki, 2010). Sebagai misal, bagaimana melakukan proses negosiasi yang kompleks dan
perdebatan-perdebatan tentang sistem menyaring produk-produk negara lain dengan cara
ketatanegaraan yang melibatkan Nahdlatul Ulama melakukan pertimbangan dari segi kemanfaatan
(NU) dan Muhammadiyah berhadapan dengan dan kemudharatan.
Hizbut Tahrir Indonesia. Sebagai agama yang mayoritas di negara ini,
Berbagai macam kelompok bermunculan sudah sepatutnyalah Islam tampil sebagai pelopor
dengan tawaran alternatif mereka dalam mengelola utama dalam memecahkan berbagai persoalan
kenegaraan. Akan tetapi menurut Abdurrahman bangsa dan negara. Hal ini dapat terwujud ketika
Wahid, selama kelompok tawaran-tawaran masyarakat Islam sudah memiliki konsep yang
alternatif itu belum berhasil membuktikan matang mengenai keterkaitan antara keindonesiaan
penerimaan luas oleh masyarakat muslim sendiri, dan keislaman di tengah masyarakat yang
sudah selayaknya jika pandangan bahwa Islam multikultural. Islam meti dipahami sebagai ajaran
merupakan faktor komplementer bagi ideologi yang bukan bermaksud untuk menegasikan
Pancasila dianggap sebagai representasi dominan kebudayaan lokal yang memiliki ajaran dan nilai-
di kalangan massa Islam. Dengan demikian, nilai kemanusiaan yang luhur. Islam justru tampil
pemgertian kata umat Islam lalu mejadi umum, sebagai intipati yang berusaha untuk
meliputi semua kaum muslimin di Indonesia. membersihkan dan memurnikan kebudayaan dari
Demikian pula, format perjuangannya adalah unsur-unsur yang menodai keagungan peradaban
partisipasi penuh dalam upaya membentuk dan memberikan tuntunan kepada manusia dalam
Indonesia yang kuat, demokratis dan penuh menjalani kehidupan berdasarkan ketetapan-
keadilan di masa depan. Dan akhirnya, tujuan ketetapan dari sang Pencipta. Umat Islam tidak
perjuangannya adalah memfungsikan Islam mesti tertutup dengan kebudayaan dari luar, tetapi
sebagai kekuatan integratif dalam kehiduoan mesti menjadikan ajaran Islam sebagai penyaring
berbangsa dan bernegara dari masyarakat agar identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa
Indonesia. Ke sanalah hendaknya kesadaran massa yang beradab dan religius tetap terpelihara. Umat
Islam diarahkan dan dikembangkan oleh gerakan Islam Indonesia harus membebaskan diri dari sikap
Islam di Indonesia (Wahid, 2000). ekslusive karena menjadi sebuah ancaman bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara yang multi-
Urgensi Gerakan Sosiokultural Pada etnis seperti Indonesia. Hal seperti itu disebabkan
Masyarakat Indonesia karena bagi kaum eksklusif memandang hanya
Agama merupakan aspek transenden yang pendapatnya yang paling benar dan yang lain salah
mengajarkan tentang nilai moralitas yang tinggi dan harus ditiadakan bila perlu dimusnahkan
untuk mengatur kehidupan umat manusia. Agama dengan kekerasan karena bagi mereka
mengatur kehidupan antar-manusia dalam pigura bertentangan dengan ajaran agamanya. Model atau
humanitas. Mementingkan manusia merupakan inti pola keberagamaaan seperti ini biasanya bersifat
dari ajaran Islam. Oleh karena itu, di dalam teks puritan dan militan sehingga yang akhirnya
Islam secara ontologis mengajarkan tentang menghasilkan gesekan pemahaman teks-teks
humanitas yang rahmatan lil alamin. Namun keagamaan dan berujung pada konflik etnis-
demikian, secara historis aplikatif, perjalanan religious (Basyir, 2017).

281
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

Dalam konteks Indonesia, Islam telah diperebutkan secara bebas bahkan ia sendiri
menempatkan dirinya sebagai salah satu kekuatan sedang tidak terhalang untuk memperolehnya
politik (Herlyana, 2008) yang memiliki semangat (Huda, 2015).
dalam perjuangan. Perjuangan yang dilakukan oleh Islam sebagai agama dan peradaban harus
umat Islam untuk menegakkan masyarakat yang mampu tampil untuk mengambil peran aktif dalam
baik, makmur, tertib, dan bermoral adalah memperkuat tatanan kebangsaan. Dipahami
perjuangan yang ada prinsipnya untuk bersama bahwa tempat dan kedudukan agama,
menciptakan sebuah kehidupan yang lebih teratur. termasuk agama Islam dalam kerangka Negara
Menurut Abdurrahman Wahid, umat Islam Kesatuan Republik Indonesia. Agama ditempatkan
menempuh dua cara dalam memperjuangkan sebagai salah satu wadah pembinaan dan
sistem kehidupan sosial yang demokratis yakni: pembentukan karakter bangsa, yang senantiasa
pertama, perjuangan yang mengidealisir Islam ditempatkan untuk memandu warga negara
sebagai satu-satunya sistem sosial yang mampu Indonesia sebagai warga bangsa yang
memelihara demokrasi sejati, kesetiaan pada berketuhanan dan berkeadaban (religius). Dalam
hukum, dan keadilan ekonomi. Konsep yang kehidupan berbangsa dan bernegara, agama harus
populer dikenal dengan istilah proses islamisasi ditempatkan pada beberapa posisi, antara lain.
yang terjadi dalam kehidupan seluruh bangsa harus Pertama, agama memiliki fungsi motivatif. Agama
dipergunakan untuk mengangkat gagasan tentang harus dipahami bukan hanya sebagai penuntun
suatu masyarakat Islam di Indonesia. Kedua, untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
perjuangan Islam garis lunak, Islam memainkan melainkan agama harus menjadi sumber inspirasi
peranan yang penting dalam kehidupan bangsa, ya dalam menata dan memperbaiki kualitas
digunakan bukan satu-satunya idealisasi Islam, kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan
tetapi hal itu hanya dasar inspirasi bagi suatu pembangunan harus dimulai dengan pola hidup
kerangka nasional suatu masyarakat demokratis. rukun agar potensi konflik atas nama agama dapat
Perwujudan masyarakat yang baik berdasarkan dihindari. Dari fungsi motivatif ini, Islam harus
Islam menurut Abdurrahman Wahid harus mampu tampil sebagai kekuatan dalam
ditempuh tidak hanya dengan menggunakan menumbuhkan dimensi-dimensu kultural seperti
idealisasi dalam Islam, hal itu hanya sebagai pendidikan, transformasi nilai-nilai substansial,
inspirasi saja, tetapi dapat ditempuh dengan penyadaran kolektif, rasionalisasi tindak- an,
berbagi alternatif situasi objektif yang ada dalam kontekstualisasi ajaran Islam, dan berakhir pada
masyarakat (Jurdi, 2008). pencerdasan bangsa secara holistik dan liberatif-
Harus diakui bahwa masyarakat Islam saat ini transformatif (Jamil, 2013).
masih berada dalam buritan peradaban. Akan Kedua, agama sebagai sumber kreatifitas.
tetapi proses pencerahan untuk mencapai posisi Dalam hal ini agama pada titik sentralnya berada
pemeran utama dalam kancah antar bangsa terus pada ruang kebebasan untuk membangun
berlangsung secara kreatif dan kritis. Untuk masyarakat yang lebih manusiawi atau yang lebih
mempercepat proses itu maka masyarakat Islam sesuai dengan posisi manusia yang luhur dalam
harus melepaskan diri dari kejumudan dengan bingkai peradaban. Salah satu unsur yang paling
memacu diri untuk memperoleh akses pendidikan penting dalam kebudayaan adalah norma sosial
yang berkualitas. Hal ini penting, karena sebagian yang bersumber dari ajaran agama. Agama
masyarakat Islam di Indonesia tengah beranjak merupakan semesta simbolik yang memberi makna
dari masyarakat yang bercorak agraris dengan pada kehidupan manusia dan memberikan
segala macam permasalahannya menuju penjelasan yang paling sempurna dan
masyarakat industrial yang tantangannya juga komprehensif tentang seluruh realitas, yaitu
semakin ruwet dan kompleks. Secara politik, realitas fisikal dan metafisikal, realitas rasional dan
masyarakat Islam telah mampu berpartisipasi suprarasional, realitas imanental dan transendental.
dalam panggung politik kekuasaan dan Agama merupakan naungan sakral yang
menunjukkan kondisi yang menggembirakan, melindungi manusia dari keputusasaan, kekacauan
tetapi belum terlalu meyakinkan karena masih dan situasi tana makna. Agama merupakan
banyak elite politik dan kekuasaan yang terjebak tumpuan dan harapan sosial yang dapat dijadikan
pada tindakan korupsi (Maarif, 2018). Pada sisi sebagai pemecah masalah terhadap berbagai situasi
lain kekuatan Islam yang tampil dalam kekuasaan yang diakibatkan oleh manusia sendiri. Beban
menghadapi dilema karena berada pada posisi berat bagi agama adalah beban berat bagi
yang terhimpit antara mempertahankan eksistensi penganutnya, institusinya, dan semua agamawan
sebagai salah satu kekuatan sosial politik yang karena pemecahan masalah dilakukan bukan oleh
selama ini dapat menjadi payung dari sekian agama, melainkan oleh berbagai metode dan
kelompok elite ataupunsebagai Islam yang di pendekatan yang dianut oleh setiap penganut
depannya dihadapkan pada kekuasaan negara yang

282
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

agama dengan latar belakang pemahaman yang dorongan hati individu. Denagn demikian
berbeda-beda. agama berfungsi untuk membantu
Ketiga, agama sebagai sarana integratif. pengendalian sosial, melegitimasi alokasi
Dalam konteks ini Islam memiliki cita-cita agar pola-pola masyarakat sehingga membantu
semua warga negara yang ada dalam Negara ketertiban dan stabilitas.
Indonesia harus saling bahu membahu dalam d. Agama juga melakukan fungsi yang
mewujudkan masyarakat yang madani. Dalam cita- bertentangan dengan fungsi sebaliknya,
cita besar Islam yang sesungguhnya, masyarakat yaitu memberikan standar nilai dalam arti
muslim yang diidamkan bukanlah masyarakat dimana norma-norma yang sudah
yang dimana hanya orang-orang muslim diberikan terlembaga bisa dikaji kembali secara
hak-haknya dan dianggap penduduk, melainkan kritis sesuai dengan kebutuhan
semua individu juga diberi hak-haknya dalam masyarakat, terutama agama yang
kerangka hukum (Ninsiana, 2016). Peranan sosial menitikberatkan pada transendensi Tuhan
agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat dan pada masyarakat yang mapan.
berarti peran agama dalam menciptakan suatu e. Agama melakukan fungsi-fungsi identitas
ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota yang penting. Melalui peranserta manusia
beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban- dalam ritual agama dan do’a, mereka juga
kewajiban sosial yang membantu mempersatukan melakukan unsur-unsur signifikan yang
mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang ada dalam identitasnya. Dalam periode
mendasari sistem-sistem kewajiban sosial perubahan dan mobilitas sosial yang
didukung bersama oleh kelompok-kelompok berlangsung cepat, sumbangan agama
keagamaan sehingga agama menjamin adanya terhadap identitas menjadi semakin
konsensus dalam masyarakat. Hal ini semakin tinggi. Salah satu contoh tentang hal ini
diperkuat dengan adanya konsep sakral yang dikemukakan oleh Will Herberg melalui
melingkupi nilai-nilai keagamaan sehingga hal studinya tentang sosiologi agama
tersebut tidak mudah untuk dirubah dan memiliki Amerika di tahun 1950-an, dimana salah
otoritas yang kuat di masyarakat. Dengan satu cara penting dimana orang Amerika
mendasarkan pada perspektif fungsionalis, Thomas membentuk identitasnya adalah dengan
F. O’Dea mengungkapkan bahwa agama memiliki menjadi salah satu anggota dari “tiga
fungsi dalam menyediakan dua hal. Pertama, suatu agama demokrasi”, yaitu: Protestan,
cakrawala pandangan tentang dunia luar yang tidak katholik, dan Yahudi.
terjangkau oleh manusia (beyond). Kedua, sarana f. Agama juga berperan dalam memacu
ritual yang memungkinkan hubungan manusia pertumbuhan dan kedewasaan individu,
dengan hal diluar jangkauannya, yang memberikan serta perjalanan hidup melalui tingkat
jaminan dan keselamatan bagi manusia. Lebih usia yang ditentukan oleh masyarakat.
jauh, dengan mendasarkan pada dua hal diatas, ia Dari keenam fungsi yang dijalankan oleh
mengungkapkan enam fungsi agama sebagai agama diatas, nampak bahwa agama
berikut: memiliki peran yang urgen tidak hanya
a. Agama mendasarkan perhatiannya pada bagi individu tetapi sekaligus bagi
sesuatu yang berada di luar jangkauan masyarakat. Bagi individu, agama
manusia yang melibatkan takdir dan berperan dalam mengidentifikasikan
kesejahteraan, agama menyediakan sarana individu dengan kelompok, menghibur
emosional penting yang membantu ketika dilanda kecewa, memperkuat
manusia dalam menghadapi moral, dan menyediakan unsur-unsur
ketidakpastian. identitas. Sedangkan bagi kehidupan
b. Agama menawarkan suatu hubungan bermasyarakat, agama berfungsi
transendental melalui pemujaan dan menguatkan kesatuan dan stabilitas
upacara peribadatan, karenanya agama masyarakat dengan mendukung
memberikan dasar emosional bagi rasa pengendalian sosial, menopang nilai-nilai
aman baru dan identitas yang lebih kuat dan tujuan yang mapan, dan menyediakan
ditengah kondisi ketidakpastian dan sarana untuk mengatasi kesalahan dan
ketidakmungkinan yang dihadapi keterasingan (Arfin, n.d.).
manusia. Dengan demikian, pemikiran keagamaan
c. Agama mensucikan norma-norma dan khususnya masalah etika dan esensi nilai-nilai
nilai-nilai masyarakat yang telah keislaman akan mewarnai sistem penyelenggaraan
terbentuk, mempertahankan dominasi dan perpolitikan negara Indonesia. Harapannya,
tujuan kelompok diatas kepentingan Islam yang mengedepankan gerakan sosiokultural
individu dan disiplin kelompok diatas dapat mempengaruhi masa depan bangsa, dan

283
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

dapat dijadikan sebagai sumber dalam menetapkan dikembangkan ke depan dalam rangka pembinaan
standar wawasan kebangsaan. Negara Kesatuan toleransi dan kerukunan antarumat beragama.
Republik Indonesia yang memiliki latar Pertama, pengembangan ketahanan masyarakat
kebudayaan yang beranekaragam membutuhkan lokal yang meliputi (1) fungsionalisasi pranata
pelaksanaan nilai-nilai keagamaan yang universal, lokal, seperti menghidupkan kembali lembaga-
yang menghargai harkat dan martabat lembaga adat dan tradisi setempat yang
kemanusiaan dan menjauhi nuansa kekerasan. mendukung upaya kerukunan (2) menggali nilai-
Menurut Ahmad Fuad Fanani, Islam tetap terbuka nilai dan norma-norma, kearifan-kearifan lokal
terhadap agama atau paham lain yang juga pasti yang kondusif yang menunjang kerukunan (3)
mengandung kebenaran. Islam harus mengakui mengembangkan lembaga-lembaga baru yang
kebenaran agama lain, namun juga tetap menjaga moderen seperti pembentukan forum-forum
komitmen nilai-nilai luhur yang ada pada dirinya. kerukunan sampai ke masyarakat bawah (4)
Penghargaan dan sikap terbuka terhadap kebenaran memperluas partisipasi segenap kelompok dan
yang lain, justru akan menjadikan Islam dan agama lapisan masyarakat dengan lebih mengembangkan
lainnya bisa saling mengkritik, mengetahui pendekatan dari bawah ke atas melalui kegiatan-
kelemahan, dan mengevaluasi untuk mencipta kegiatan, seperti: dialog, tatap muka, sarasehan,
langkah yang lebih bagus di masa depan. Maka, pendataan, monitoring, dan kerja sama sosial.
dialog antara Islam dengan umat dan paham Kedua, kebijakan strategis selanjutnya ialah
lainnya, harus digalakkan dan dilanjutkan dengan dengan cara mengembangkan wawasan
kerjasama konkret untuk mengatasi persoalan multikultural. Kebijakan strategis ini bisa
sosial yang ada di sekitar kita (Fanani, 2004). dijabarkan ke dalam berbagai program kegiatan
Sekarang ini saat yang tepat bagi para bersama sebagai berikut: (1) memberikan
pemimpin Muslim Asia Tenggara secara umum, pembekalan kepada tokoh dan pemimpin
khususnya lagi Indonesia, untuk menyadari bahwa masyarakat lokal tentang wawasan dan
ada masalah radikalisme yang serius di antara pengetahuan yang bermuatan pendidikan
individu dan kelompok Muslim tertentu. Masalah multikultural dan pengetahuan dasar tentang ajaran
ini haruslah ditanggapi secara bijaksana oleh para agama lain, serta kemampuan mengelola setiap
pemimpin moderat secara bersama-sama dengan konflikyang muncul di tengah masyarakat mereka
para penegak hokum. Inilah upaya yang tepat sendiri agar tidak menimbulkan konflik terbuka (2)
mempertahankan wajah Islam sebagai agama menyebarkan publikasi dan sosialisasi peraturan
damai dan demi kepentingan Muslim Indonesia perundang-undangan tentang kehidupan dan
dan Asia Tenggara sebagai ‚masyarakat Islam hubungan antarumat beragama (3) mencegah
yang damai‛. Jelas, radikalisme ini dapat dilihat jangan sampai agama diguanakan untuk
padadua level; pertama, kekerasan dan manipulasi kepentingan-kepentingan merugikan yang
untuk membenarkan radikalisme dan terorisme merugikan persatuan dan kesatuan bangsa (Ismail,
dengan mengutip doktrin-doktrin Islam tertentu. 2019).
Tidak ragu lagi, kekerasan dapat muncul karena
interpretasi secara literal terhadap Islam. Kedua, KESIMPULAN
penggunaan kekerasandan terorisme jelas bertolak Dalam menghadapi berbagai gejolak dan
belakang dengan nilai-nilai Islam. Karena itu, pemikiran yang hendak mengingkari keberadaan
sekarang saat yang tepat bagi para pemimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka
Muslim moderat untuk berbicara lebih jelas dan sebagai golongan mayoritas di negara ini, Islam
lantang bahwa interpretasi secara literal terhadap harus mampu memberikan jawaban atas
Islam hanya menghasilkan ekstrimisme, dan itu permasalahan itu. Disadari bahwa nasionalisme
tidak dapat diterima dan ditoleransi nilai-nilai atau kebangsaan tentu memiliki pelabgai musuh
Islam. Tidak ada alasan apapun bagi setiap Muslim atau ancaman. Karena itu tidak dapat dipungkiri,
untuk melakukan tindakan pengrusakan atau pada dasarnya bangsa ini memiliki keragaman
pembunuhan pihak lain, baik dari kalangan etnis, bahasa, sub kultur, agama yang berkeinginan
Muslim atau non-Muslim. Berbagai macam untuk membentuk satu kesatuan di bawah naungan
kebencian dan kemarahanyang dirasakan individu Pancasila. Bahwa kebangsaan Indonesia yang
dan kelompok Islam manapun tidak seharusnya dibangun dari bermacam-macam sub kultur,
dibalas dengan keputusasaan dan berbagai bentuk agaknya memang diperlukan evaluasi secara
sikap tidak manusiawi (Azra, 2012). berkelanjutan dengan pemikiran yang
Untuk mewujudkan kehidupan masyarakat komprehensif. Islam, Negara dan budaya tidak
Indonesia yang harmonis maka dibutuhkan dapat dipandang secara dikotomis, melainkan
pengembangan, pembinaan dan peningkatan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam
kerukunan antarumat beragama. Ada dua mewujudkan negara kebangsaan yang berorientasi
kebijakan strategis yang masih relevan untuk terus

284
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

pada penciptaan masyarakat yang mengedepankan Huntington, S. P. (1996). Benturan Antar


emansipasi kemanusiaan dan keadaban. Peradaban Dan Masa Depan Politik Dunia.
Yogyakarta: Qalam.

DAFTAR PUSTAKA Ismail, F. (2019). Islam, Konstituonalisme, Dan


Anwar, C. (2017). INTERNALISASI Pluralitas. Yogyakarta: Ircisod.
SEMANGAT NASIONALISME Jamil, M. M. (2013). Revitalisasi Islam Kultural.
MELALUI PENDEKATAN HABITUASI Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial
(Perspektif Filsafat Pendidikan). Analisis : Keagamaan, 21(2), 271.
Jurnal Studi Keislaman, 14(1), 159–172. https://doi.org/10.21580/ws.2013.21.2.245
https://doi.org/10.42042/ANALISIS.V14I
1.653 Jaya, A. C. (2019). KONSEP NATION-STATE
DALAM PEMIKIRAN IDEOLOGI
Arfin, A. Z. (n.d.). Fungsi Sosial Agama. POLITIK MELAYU ISLAM PADA
Retrieved November 12, 2019, from ABAD KE-19 M (Studi Pemikiran
https://arifinzain.wordpress.com/2008/01/ Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1787-
31/fungsi-sosial-agama/ 1854)). Jurnal Tapis: Jurnal Teropong
Azra, A. (2012). Revisitasi Islam Politik dan Islam Aspirasi Politik Islam, 15(1), 1–25.
Kultural di Indonesia. Indo-Islamika, 1(2), https://doi.org/10.24042/tps.v15i1.3684
233–244. Jurdi, S. (2008). Pemikiran Politik Islam
https://doi.org/10.1371/journal.pone.01126 Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
58
Kusumawardani, A. (2004). Nasionalisme.
Basyir, K. (2017). Perjumpaan Agama dan Archives de m??Decine Sociale, 7(1), 38–
Budaya : Melacak Konsep dan Ideologi 48.
Gerakan Keagamaan di Indonesia A .
Pendahuluan Abad 21 M sebagai Maarif, A. S. (2018). Islam dan Politik.
milenium ketiga merupakan era Yogyakarta: Ircisod.
kebangkitan agamayang dibarengi dengan
meningkatnya dinamika kebudayaan Maliki, Z. (2010). Sosiologi Politik: Makna
manusia yang dinamis sehingga , 11, 299– Kekuasaan dan Transformasi Politik.
328. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Boty, M. (2017). Masyarakat Multikultural : Studi
Interaksi Sosial Masyarakat Islam Melayu Mugiyono. (1983). Relasi Nasionalisme Dan Islam
dengan Non Melayu pada Masyarakat Serta Pengaruhnya Terhadap Kebangkitan
Sukabangun Palembang. Jsa, 1(2), 1–17. Dunia Islam Global. Jurnal Ilmu Agama,
15(2), 1–11. Retrieved from
Fanani, A. F. (2004). Islam Mashab Kritis. Jakarta: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/JI
Kompas. A/article/view/492
Hardiman, F. B. (2018). Demokrasi dan Ninsiana, W. (2016). Islam dan Integrasi Sosial
Sentimentalis. Yogyakarta: Kanisius. dalam Cerminan Masyarakat Nusantara.
Akademika, Vol. 21, N(Juli-Desember
Herlyana, E. (2008). Gerakan Islam Politik : 2016), 357–376.
Angan-Angan Persatuan Dalam
Keterpecahan. Sosio-Religia, Vol. 7(No. Sage, L. A. (1996). Sebuah Catatan Sudut Pandang
3). Siswono Tentang Nasionalisme Dan
Islam. Jakarta: Jakarta Citra Media.
Hilmy, M. (2017). Jalan Demokrasi Kita. Malang:
Intrans Publishing. Setiawan, I. S. (2018). Islam dan Nasionalisme:
Pandangan Pembaharu Pendidikan Islam
Huda, M. Q. (2015). Relasi Budaya dan Kuasa Ahmad Dahlan dan Abdulwahab
dalam Konstruksi Islam Kultural Pasca- Khasbullah. Hayula: Indonesian Journal of
Reformasi. Teosofi: Jurnal Tasawuf Dan Multidisciplinary Islamic Studies, 2(1), 1–
Pemikiran Islam, 3(1), 146. 16.
https://doi.org/10.15642/teosofi.2013.3.1.1 https://doi.org/10.21009/hayula.002.1.01
46-180
Suhito, Y. P. (2016). Kontestasi Kultural : dari
Clash of Civilizations hingga Aksi

285
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LP2M UNM - 2019
“Peran Penelitian dalam Menunjang Percepatan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”
ISBN: 978-623-7496-14-4

Terorisme Global. Retrieved November Wahid, A. (2000). Prisma Pemikiran Gus Dur.
10, 2019, from http://yohanesputrasuhito- Yogyakarta: Lkis.
fisip14.web.unair.ac.id/artikel_detail-
159043-Studi Hubungan Kultural Dunia- Zubaedi. (2007). Islam Dan Benturan
Kontestasi Kultural : dari Clash of Antarperadaban. Yogyakarta: Arruz
Civilizations hingga Aksi Terorisme Media.
Global.html Zuhdi, S. (2017). Integrasi Bangsa Dalam Bingkai
Syam, N. (2009). Tantangan Multikulturalisme di Keindonesiaan. Jakarta: Wedatama Widya
Indonesia (5th ed.). Yogyakarta: Impulse. Sastra.

286

Anda mungkin juga menyukai