Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH ILMU AQIDAH


Arti Penting Aqidah untuk Anak
Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aqidah Akhlak
Dosen Pengampu: Suprapti, M.Pd. I.

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Lisa Ferisa Yudaningrum 193141098

Velania Pramusti 193141099

6G

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Sejarah Ilmu Aqidah (Arti Penting Aqidah untuk Anak)”. Shalawat serta salam tak
lupa kita panjatkan kepada junjungan dan uswatun hasanah kita Nabi Muhammad SAW yang
sangat kita nantikan syafaatnya kelak di yaumul akhir.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Tentu masih banyak kesalahan-kesalahan didalamnya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca makalah ini, supaya makalah ini akan menjadi lebih
baik lagi. Apabila dalam pembuatan ini terjadi banyak kesalahan, penulis mohon maaf. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Aamiin.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

A. Sejarah Aqidah dan perkembangannya.........................................................................2


B Penjelasan tentang Aqidah...........................................................................................3
C. Penjelasan tentang Tauhid...........................................................................................5
D. Penjelasan tentang Ushuluddin....................................................................................7
E. Penjelasan tentang Kalam............................................................................................9
F. Pentingnya Aqidah bagi Anak....................................................................................10

BAB III PENUTUP.................................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................................11
B. Saran ..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan saat terpenting untuk menanamkan dasar aqidah. Aqidah
merupakan salah satu bentuk disiplin dari agama yang berkaitan dengan keyakinan dan
keimanan. Kurangnya pengetahuan tentang aqidah dapat mengakibatkan pengaruh yang
kurang baik. Anak-anak usia dini yang tidak memahami aqidah akan terseret ke hal-hal
yang tidak baik. Menanamkan ke dalam jiwa anak tentang ke Esaan Allah SWT dengan
menjauhkan segala larangan-Nya, menjauhkan dari perbuatan syirik, ini ditunjukkan agar
mengajarkan kepada anak tentang keberadaan Allah SWT.
Aqidah disebut kuncu kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Para
nabi dan rasul juga menyeru bahwa aqidah harus ditanamkan kepada anak-anak sejak
dini. Jadi aqidah Islam adalah persoalan yang wajib diajarkan terlebih dahulu. Jika anak
memiliki aqidah yang baik, nantinya ia akan terbiasa dengan pengaruh baik seperti
rendah hati, selalu meminta pertolongan kepada Allah saat ia mengalami kesulitan, dan
mampu menerima segala keadaan yang dialaminya.
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana sejarah aqidah dan perkembangannya?
B. Apa penjelasan tentang aqidah?
C. Apa penjelasan tentang tauhid?
D. Apa penjelasan tentang ushuluddin?
E. Apa penjelasan tentang kalam?
F. Apa pentingnya aqidah untuk anak?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan aqidah.
b. Untuk mengetahui apa itu aqidah.
c. Untuk mengetahui apa itu tauhid.
d. Untuk mengetahui apa itu ushuluddin.
e. Untuk mengetahui apa itu kalam.
f. Untuk mengetahui pentingnya aqidah untuk anak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Aqidah dan Pekembangannya

Sejarah Aqidah Islam bermula pada saat turunnya wahyu kepada Rasulullah
saw. Sejarah ilmu ini sejak mula menjadi sebuah ilmu yang dikenali kini sebagai ilmu
tauhid atau aqidah, terbagi kedalam lima bagian yaitu :

1. Aqidah di zaman Rasulullah saw. (622-632 Masehi- permulaan agama Islam)


Umat Islam zaman Rasulullah selalu menerima segala ajaran yang dibawa
Rasulullah tanpa banyak persoalan. Pada masa ini tidak timbul permasalahan aqidah
karena ketika wahyu sedang diturunkan, para sahabat hidup dizaman Rasulullah.
Semua para sahabat beriman dan menerima sepenuhnya persoalan yang berkaitan
dengan sifat-sifat Allah. Sahabat tidak mengemukakan persoalan berkaitan Qada’ dan
qadar, sifat Allah dan zat-Nya atau ayat-ayat mutasyabihat.

2. Aqidah di zaman Khulafa’Ar-Rasyidin (632-661 Masehi)


b. Zaman Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab, tidak ada perselisihan faham
dalam aqidah karena mereka sibuk menghadapi peperangan dalam usaha
mempertahankan kesatuan Islam. Sahabat tidak gemar membahaskan perkara
aqidah, karena persoalan aqidah dapat menimbulkan perselisihan dan perpecahan
dikalangan umat Islam. Untuk itu para sahabat lebih mengutamakan dan memberi
penekanan dalam perkara yang berkaitan dengan hukum amali.
c. Zaman Khalifah Usman bin Affan, pada saat ini telah berlaku pertengkaran dan
kekacauan politik yang berakhir terbunuhnya Usman. Maka umat Islam menjadi
terpecah dan mempertahankan golongan masing-masing dan timbullah periwayatan
hadits palsu.
d. Zaman bin Abi Thalib, zaman ini merupakan zaman dimana terjadi goncangan yang
kuat dalam aqidah Islam karena zaman ini timbul dua kumpulan yang sesat dari
ajaran dan fahaman agama Islam yang benar.

1. Aqidah zaman Bani Umayyah


Zaman ini telah terbuka luas untuk umat Islam memikirkan perkara yang
berkaitan dengan aqidah, pada zaman inilah mulanya bermula untuk menyusun kitab
2
berkaitan dengan ilmu Kalam dan Tauhid, namun kitab itu tidak ada yang sampai di
tangan kita.

2. Aqidah di zaman kerajaan Abbasiyah


Masa ini merupakan masa keemasan Islam, ketika terjadi hubungan pergaulan
dengan suku-suku diluar Arab yang mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan.
Dengan kedatangan kebudayaan asing lahirlah perbedaan-perbedaan pendapat dalam
ilmu aqidah. Mulai dari masa ini telah terwujud gerakan mempergunakan falsafah
untuk menetapkan aqidah-aqidah islamiahdan ilmu kalamyang tidak ada dimasa
Rasulullah saw.

3. Aqidah selepas kerajaan Abbasiyah


Sesudah berlalu zaman kerajaan Abbasiyah datanglah pengikut asy’ari yang
terlalu jauh menceburkan dirinya kedalam falsafah dan mencampurkan itu dengan
kalam.
Pada awal abad 8 hijriah di Damaskus seorang ulama besar menentang urusan
berlebih-lebihan dari pihak-pihak yang menyampurbaurkan falsafah dengan kalam
atau menentang usaha-usaha yang memasukkan prinsip-prinsip falsafah kedalam
aqidah islamiyah.1

B. Aqidah

1. Pengertian Aqidah
Aqidah berasal dari kata (‫ )ﺪﻘﻋ‬yang artinya ikatan, bisa dijabarkan dengan “ma
‘uqida ‘alaihi al-qalb wa al-dhamir”, yaitu sesuatu yang ditetapkan atau yang diyakini
oleh hati dan perasaan. Dan juga berarti “ma tadayyana bihi al-insan wa I’tiqadahu,
yaitu sesuatu yang dipercaya serta diyakini kebenarannya oleh manusia. A. Hasan
menyatakan bahwa aqidah bermakna simpulan, yaitu kepercayaan yang tersimpul di
hati. Aqidah secara bahasa ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terpancang kuat di
dalam lubik jiwa dan tidak dapat beralih.
Menurut istilah, aqidah merupakan konsep dasar tentang sesuatu yang harus
diyakini, ‘aqada atau mengikat dan menentukan ungkapan lain dalam penghayatan

1
Mohamad Bakri Hishamudin, Sejarah Perkembangan Ilmu Akidah. 2015, hlm 3-5

3
agama. Dengan demikian, aqidah berarti kepercayaan atau keyakinan yang benar-
benar menetap dan melekat dalam hati manusia. Dalam ajaran Islam, aqidah
kedudukan yang sangat penting. Seperti suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya.
Rumah tanpa pondasi tidak akan kokoh. Jadi, aqidah yang benar ialah landasan bagi
tegaknya agama dan diterimanya suatu amal. 2
Definisi aqidah menurut para ahli, seperti :
b. Machnun Husein, aqidah merupakan kepercayaan yang muncul dari
pengetahuan dan keyakinan. Dan orang yang mengetahui dan menempatkan
kembali kepercayaan kuat akan ke Esaan Allah, petunjuk wahyu dan aturan-
aturan hukum Ilahi mengenai pahala dan siksa.3
c. Hasan al-Banna, mendefinisikan bahwa aqidah ialah sesuatu yang
mengahruskan hati untuk membenarkannya, yang membuat jiwa kita tenang,
tentram kepada-Nya dan yang menjadikan kita bersih dari kegelisahan. 4

Aqidah merupakan suatu pusaka yang ditinggalkan oleh Rasulullah Saw yang
tidak mungkin berubah atau berbeda di tempan dan di masa manapun kapanpun.
Aqidah juga suatu kepercayaan yang tidak memaksa, mudah diterima oleh akal tetapi
aqidah dapat menunjukkan manusia menuju ke arah kemuliaan dalam hidup.5
1. Ilmu-ilmu tentang Aqidah
a. Iman, iman menyangkut aspek dalam (keyakinan) dan aspek luar (pengakuan lisan
dan pembuktian dengan amal).
b. Tauhid, atau peng Esaan kepada Allah didalam Uluhiyyah, Rububiyyah dan Asma’
wa al-shifat. Tauhid merupakan kajian ilmu aqidah yang paling mulia dan
merupakan tujuan utamanya.
d. Ushuluddin, pokok-pokok agama. Aqidah, Iman dan Tauhid disebut juga
Ushuluddin karena ajaran aqidah merupakan pokok ajaran agama Islam.

2
Galuh Nashrullah Kartika Mayangsari R. Pendidikan Aqidah dalam Perspektif Hadits, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm 50-
52.
3
Machnun Husein. Mengenal Islam Selayang Pandang, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, hlm 17.
4
Hasan al-Banna. Aqidah Islam, terj H. Hasan Baidlowi, Bandung: al-Ma’arif, 1983, hlm 9
5
Sayyid Sabiq. Aqidah Islam, Bandung: Diponegoro, 1989, hlm 10.
4
e. Ilmu Kalam, Kalam sebutan ini dikenal di semua kalangan ahli kalam, seperti
Muktazilah, Asy’ariyah, dan sebagainya. Sebutan ini keliru, karena ilmu kalam
bersumber pada akal manusia, dan ia dibangun di atas filsafat Hindu dan Yahudi.6
1. Fungsi Aqidah Islam
a. Sebagai pemeliharaan kesucian hati nurani
b. Menimbulkan perasaan aman
c. Menimbulkan pengharapan
d. Sebagai tempat berpijak
e. Membebaskan manusia dari yang penghambaan kepada sesama makhluk.7

C. Tauhid

1. Pengertian Tauhid
Tauhid menurut kamus besar bahasa indonesia dapat diartikan mengesakan Allah.
SWT dan meyakini akan adanya Allah sebagai Tuhan. Tauhid berasal dari bahasa arab
“wahhada, yuwahhidu” yang artinya keesaan Allah SWT dan mengakui adanya keesaan
Allah. Menurut Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri (2002) tauhid berarti menjadikannya satu dan
menghilangkan atau meniadakan bilangan diantaranya. Dalam istilah tauhid juga dapat
diartikan meyakini bahwa tiada yang menandingi atau menyetarai dzat maupun kekuasaa-
Nya, perbuatan-Nya dan menolak adanya sekutu maupun dzat yang patut disembah
selain-Nya.
Menjurut Shaleh Bin Fauzan tauhid merupakan keyakinan akan keesaan Allah,
ikhlas dalam menjalankan ibadah dan senantiasa menetapkan nama-nama dan sifat-sifat
yang baik bagi-Nya. Ilmu tauhid merupakan ilmu yang membahas mengenai sifat wajib
dan sifat mustahil bagi Allah, rasul Allah, dan semua yang berhubungan dengan hal
demikian.
Beberapa nama lain dari tauhid yaitu:
a. Iman
Iman menurut bahasa berarti sebuah pembenaran hati, dan menurut istilah
membenarkan dalam hati, mengikrarkan dalam lisan dan mengamalkan dengan anggota

6
Elce Yohana, dkk. Hakikat Materi Akidah Perspektif Pendidikan Agama Islam
Dalam Kurikulum Sekolah Dasar Kelas V. Vol. 4, No. 3, 2016, hlm 529
7
Yusuf al-Qardhawy. Iman dan Kehidupan, PT. Bulan Bintang, 1993, hlm.133
5
badan. Jumhur ulama’ berpendapat bahwa “membenarkan dalam hati” maksudnya
menerima, meyakini, dan membenarkan adanya Allah dan Rasulnya.”menhikrarkan
dalam lisan” berarti sebuah janji yang dilantunkan melalui syahadat (la ilaha illallahu wa
asyhadu anla la ilaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasulullah).
“mengamalkannya denga anggota badan” yaitu dengan sholat, puasa, haji, dan ibadah-
ibadah lainnya. Iman merupakan sebuah kemantapan bukan hanya bayangan atau pikiran
semata. Iman dan amal sholeh merupakan satuan yang tidak dapat dipisahkan. Iman
merupakan suatu keyakinan dan amal sholeh merupakan suatu kebajikan.
b. Aqidah
Aqidah berasal dari kata ‘aqd artinya pengikatan sesuatu terhadap suatu hal.
Aqidah merupakan sebuah keyakinan hati dan pembenaran akan sesuatu melalui hati
sehingga tidak ada keraguan diantaranya. Hasan al-banna juga berpendapat bahwa aqidah
merupakan beberapa keyakinan mengenai sesuatu yang dibenarkan dalamhati sehingga
terdapat tentram dan kesejukan serta tidak ada keraguan didalamnya.
2. Macam-macam Tauhid
Tauhid merupakan keyakinan akan keesaan Allah SWT, Tauhid disini dibedakan
menjadi tiga macam yaitu:
a. Tauhid Rubbubiyah
Rubbubiyah berasal dari “rabb” yang digunakan untuk kebenaran dan sebenarnya
dan tidak untuk yang lainnya. Allah SWT merupakan tuhan satu-satunya yang wajib
di rabbkan dan yang haq bagi semesta alam, tidak ada yang dapat menyekutui-Nya.
b. Tahuid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah merupakan hasil dari kemantapan tauhid rubbubiyah, yaitu bentuk
ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT dengan melakukan ibadah kepada-Nya
tanpa menyekutukannya-Nya. Tahuid rubbubiyah dan asma’wa sifat tidak dapat
terealisasikan tanpa adanya tauhid uluhiyah. Jadi, setiap tauhid saling berkaitan satu
degan yang lainnya.
c. Tauhid asma’ Wa Sifat
Tauhid ini mengimani adanya sifat dan nama wajib bagi Allah SWT.
sesungguhnya Allah telah menyebutkan dalam al-qur-an dan melalui rasulnya untuk
menyeru kepada orang mukmin untuk meyakini adanya sifat-sifat Allah dan kemudian

6
bertawasul dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan menyerukan nama-nama baik bagi-
Nya (Asmaul husna). Dan tidak ada seorangpun makhluk yang dapat menggunakan
nama-nama-Nya karena tidak ada yang setara dengan-Nya. Orang yang menyetarakan
Allah dengan makhluk adalah orang yang kufur dan berdusta kepada Allah SWT.
3. Ruang Lingkup Tauhid
Ruang lingkup tauhid ada empat yaitu:
a. Ilahiyah, pembahasan mengenai ketuhanan mencakup sifat, wujud, dan nama-nama
Allah.
b. Nabuwat, pembahasan mengenai rasul, nabi, kita-kitab Allah dan mukjizat lain-Nya.
c. Ruhaniyat, pembahasan mengenai alam mencakup jin, setan, malikat, dan iblis.
d. Sami’yat, pembahasan mengenai pendengaran atau pengetahuan dari dalil naqli
seperti alam barzah, akhirat, alam kubur, surga maupun neraka.
Konteks ketauhidan ini semua amal ibadah dan apa yang kita lakukan akan
kembali pada kuasa Allah. Tidak ada yang bisa berkehendak melainkan Allah sendiri
yang mengkhendakinya. Konsekuensi dari tauhid yaitu sikap patuh, tundu, dan taat akan
aturan-aturan serta larangan yang dikehendaki oleh Allah. 8

D. Ushuluddin

1. Pengertian Ushuluddin
Ilmu tauhid juga disebut dengan ilmu ushuluhuddin karena pembahasan keduanya
meliputi dasar-dasar agama, ajaran Islam, dan berdasarkan dalil Alqu’an maupun hadist
yang mutawattir. Ilmu ushuluddin atau ilmu kalam, ilmu tauhid, ilmu aqidah, ilmu teologi
mempelajari dasar-dasar ajaran agama yaitu mengenai Keesaan Allah SWT, sifat wajib,
jaiz, maupun mustahil dan lain sebagainya. Ushuluddin berasal dari kata “ashl” yang
berarti dasar, asas-asas atau pondasi. Artinya sesuatu yang menegakkan sesuatu diatasnya
(agama Allah SWT). keyakinan-keyakinan ini sebagai pndasi atau dasar bagi ajaran
Islam. Keyakinan tersebut melingkupi keyakinan atau keimanan kita akan keesaan Allah
dan semua yang diciptakan oleh Allah, tanpa menyembah maupun menyekutukan-Nya.
orang yang sudah memiliki keyakinan dan diungkapkan melalui lisan dan perbuatan
maka orang tersebut dapat diakatan orang islam. Sebaliknya, apabila seseorang
8
Saidul Amin, ”EKSISTENSI KAJIAN TAUHID DALAM KEILMUAN USHULUDDIN”, Majalah Ilmu Pengetahuan
dan Pendidikan Keagamaan Tajdid 22 (1), vol. 78-83 , 2019 , halaman 84-90
7
mengingkari, menghianatim, dan tidak taat kepada Allah SWT maka ia dapat menuju
suatu kekafiran (menutup diri dengan sesuatu yang benar).9
1. Manfaat mempelajari Ilmu Ushuluddin
Ilmu yang dipelajari akan membawa suatu kemudhorotan bagi yang mempelajari.
Sama halnya dengan mempelajari ilmu ushuluddin terdapat manfaat yang dapat kita
ambil yaitu,
a. Menghasilkan kepercayaan yang kuat terhadaap keesaan Allah SWT sehingga kita
tidak terbelenggu oleh hal-hal yang melalaikan misalnya, kekuasaan, uang, harta
benda, maupun penyembahan kepada selain Allah
b. Membuat kita semakin semangat dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT
seperti menjauhi segala larangan dan menjalankan perintah-Nya karena sudah
meyakini adanya hari pembelasan.

Ada beberapa keharusan yang harus diperhatikan dalam ilmu keusluddinan :


a. Mensucikan niat ibadah hanya untuk Allah semata, artinya memberikan sebuah
kemutlakan ketaatan pada semua perintah Allah. Berikut hal-hal yang dapat
mendorong pencapaiannya:
1) Untuk tidak mencari tuhan lain selain Allah (Q.S. al-An’am: 164 dan Ali-Imron:
64)
2) Tidak menjadian selain Allah kekasih yang dicintainya (Q.S. al-An’am: 14, Al-
Baqarah: 165 dan 167)
3) Tidak mencari hakim selain Allah dalam menjalankan ketaatan (Q.S. al-An’am:
114 dan Al-Mulk: 14)
b. Kufur kepada segala thaghut dan terlepas dari orang yang menyembah maupun
memberikan wala’ kepadanya.
c. Melepaskan diri dari orang-orang yang menyembah atau memberian hak kepada
thaghut itu.
d. Menghindari segala kesyirikan dengan segala upaya untuk membersihkan keimanan
kepada Allah.10

9
Wikishia, “Ushuluddin, https://id.wikishia.net/view/Usuluddin ,7 maret 2021, 20.19.
10
Farid Wajdi Ibrahim, “Ilmu-ilmu Ushuluddin Menjawab Problematika Umat Islam Dewasa ini”, Ar-Raniry,
International Journal of Islamic Studies 1(1), Vol. 41-58, 2020, hlm 44-48.
8
E. Kalam

1. Pengertian Kalam
Ahli tata bahasa Arab mengatakan kalam adalah kata atau lafadz dengan
bentuk majemuk. Secara teknis, kalam ialah argumen rasional untuk memperkuat
perkataan. Secara tata bahasa, kalam merupakan kata umum tentang perkataan, sedikit
ata banyak, likulli ma yatakallamu bihi atau dapat digunakan untuk setiap bentuk
pembicaraan, maksudnya ekspresi suara berturut-turut hingga pesan-pesan suara itu
jelas.11 Dalam surat al-Fath, “kalama Allah” diartikan sebagai janji atau ketentuan
Allah SWT yang harus diikuti oleh seluruh umat manusia.
Dalam kitab Matn al-Jurumiyah disebutkan bahwa al-kalam adalah lafadz yang
tersusun dan berfaidah atau mempunyai pengertian sempurna dengan disengaja.
Sebagai kata benda dari kata taklim, kalam mengandung dua pengertian, yaitu
berbicara dan hukum (undang-undang). Ahmad Hanafi menyatakan bahwa ilmu kalam
ialah ilmu yang membicarakan tentang wujudnya Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti
ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat yang mungkin ada
pada-Nya dan membicarakan tentang Rasul-rasul Tuhan, untuk menetapkan
kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak
mungkin ada padanya dan sifat- sifat yang mungkin terdapat padanya.
2. Nilai Moral Ilmu Kalam
Ilmu harus mempunyai nilai guna bagi orang yang mempelajarinya, antara lain:
b. Untuk mempertahankan kebenaran keyakinan ajaran agama Islam
c. Menolak segala pemikiran yang sengaja merusak atau menolak keyakinan Islam
yang popular dengan terminologi bid’ah.

F. Pentingnya Aqidah untuk Anak


Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang disengaja atas dasar sadar yang
menghasilkan suatu ilmu pengetahuan untuk memeperbaiki pola pikir. Pendidikan juga
merupakan sesuatu yang kompleks yang mencakup peserta didik, pembimbing atau guru, isi
atau materi yang disampaikan serta tujuan dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan
bermacam-macam jenisnya, terdapat pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Ada
pula pendidikan yang berbasis Islam yang mana pendidikan tersebut dibuat untuk
11
Ensiklopedi Islam 2, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, hlm 345.
9
menciptakan generasi Islam yang terdidik dan sesuai dengan syariat Islam itu sendiri
sehingga peserta didik mampu mempraktikkan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan islam juga meletakkan dasar-dasar ajaran kepada Al-Qur’an dan hadist yang
dapat mengatur bidang sosial, budaya, ekonomi, maupun dunia akhirat. Ilmu pendidikan
Islam juga tidak terlepas dari aqidah. Anak usia dini adalah anak yang masih memerlukan
peran orang tua dan sekitar untuk membantunya dalam mengembangkan pola pikirnya.
Anak akan mudah mengingat segala sesuatu yang didengar maupun yang dilihat olehnya.
Oleh sebab itu, anak harus diajarkan kebaikan sejak kecil agar ia terbiasa melakukannya dan
mencegah generasi yang tidak berkualitas demi tercapainya kualitas anak yang islami.
Aqidah merupakan suatu kepercayaan pembenaran keyakinan dihati akan keesaan Aallah
SWT beserta keyakinan akan ciptaan maupun kehendak-Nya. ilmu aqidah dapat diterapkan
kepada anak-anak tanpa menunggu ia dewasa sehingga ia akan terhindar dari tahayul,
kepercayaan yang salah, maupun kebiasaan yang salah. 12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Aqidah memiliki nama lain tauhid, ushuluddin, kalam dan lain-lain. Pada intinya
aqidah mapupun tauhid merupakan ilmu yang membahas mengenai kepercayaan akan
keesaan Allah SWT sebagai satu-satunya tuhan dan dzat yang maha kuasa. Tidak ada
yang bisa bersanding ataupun menjadi sekutu-Nya. sebagai umat islam kita wajib
mengimani adanya Allah berserta ciptaan-ciptaan-Nya, mengimani adanya hari akhir dan
hari pembalasan, mengimani adanya ketentuan dan takdir dari Allah SWT, serta
12
Khaerudin, “Penanaman Pendidikan Aqidah pada Anak Usia Dini”. Madaniyah 4(1), vol.45-47. 2014, Hlm 83-
91.
10
mengetahui sifat-sifat wajib bagi Allah dan sifat yang mustahil dimiliki oleh Allah.
Aqidah lebih baik diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini. Anak- anak merupakan
kertas kosong yang belum memiliki goresan apa-apa, sehingga goresan yang diberikan
akan menjadikan siapakah anak tersebut, bgaimana sifatnya, dan bagaimana perilakunya.
Kesalahan-kesalahan anak di masa depan dapat dicegah melalui pembelajaran dan
pengenalan aqidah sejak dini.

B. Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah di atas masih terdapat banyak kesalahan,
dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan guna membuat makalah ini lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Banna, Hasan. 1983. Aqidah Islam, terj H. Hasan Baidlowi, Bandung: al-Ma’arif.

Al-Qardhawy, Yusuf. 1993. Iman dan Kehidupan, PT. Bulan Bintang.

Amin, Saidul, 2019. ”EKSISTENSI KAJIAN TAUHID DALAM KEILMUAN USHULUDDIN”,


Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Keagamaan Tajdid 22 (1), vol. 78-83.

Hishamudin, Mohammad Bakri. 2015. Sejarah Perkembangan Ilmu Akidah.

Husein, Machnun. 1994. Mengenal Islam Selayang Pandang, Jakarta: Bumi Aksara,.

Ibrahim, Farid Wajdi. 2020. “Ilmu-ilmu Ushuluddin Menjawab Problematika Umat Islam
Dewasa ini”, Ar-Raniry, International Journal of Islamic Studies 1(1), Vol. 41-58.

Islam 2, Ensiklopedi. 1994. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Khaerudin. 2014. “Penanaman Pendidikan Aqidah pada Anak Usia Dini”. Madaniyah 4(1),
vol.45-47.
Mayangsari, Galuh Nashrullah Kartika. 2017. Pendidikan Aqidah dalam Perspektif Hadits.
Jurnal Transformatif. Vol. 1, No. 1.

Sabiq, Sayyid. 1989. Aqidah Islam, Bandung: Diponegoro,.

Wikishia, 2021. Ushuluddin, https://id.wikishia.net/view/Usuluddin ,7.

Yohana, Elce, dkk. 2016. Hakikat Materi Akidah Perspektif Pendidikan Agama Islam Dalam
Kurikulum Sekolah Dasar Kelas V. Jurnal Diskursus Islam. Vol. 4, No. 3.

12

Anda mungkin juga menyukai