Negara Turki mulai mengenal islam sejak akhir abad ke-7 M. Adanya hubungan perdagangan dengan bangsa Arab, dari situlah Turki mengenal islam. Masyarakat Turki merupakan masyarakat nomaden (bangsa pengembara). Orang-orang Turkib merasa lekat dengan agama yang mereka anut sejak lampau, mereka bahkan marah jika dikatakan bukan orang islam. Islam sudah sangat melekat dan berakar di Turki, maka dari itu sangat sulit untuk di pengaruhi oleh ide-ide barat, karena masyarakat turki memiliki ketertarikan yang sangat kuat dan kental terhadap islam. Penguasa pertama pada masyarakat ini adalah dinasti Saljuk. Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa pemerintahan Daulah Ustmani. Nama kerajaan ini di ambil dari nama pemimpinnya yang bernama Ustman. Pada saat itu dinasti Saljuk di kalahkan oleh pasukan Mongol dan berakhir dengan meninggalnya sultan Saljuk. Bekas wilayah Saljuk di jadikan basis kekuasaannya dan mengangkat para penguasa Saljuk yang selamat dari pembantaian Mongol tersebut menjadi pemimpin pada tahun 1300 M. Disinilah Ustman memerdekakan diri dari kekuasaan dinasti Saljuk. Dan berdirilah kerajaan Ustmaniyah yang di pimpin oleh Ustman yang bergelar Padisyah Alu Usman (raja dari keluarga Ustman). Di antara negara muslim, Turki Ustmani yang dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama berkuasa. Pada masa kepemimpinan Ustman, prang Turki bukan merebuk negara-negara Arab, tetapi juga seluruh daerah antara Kaukasus dan kota Wina. Dari Istanbul, ibu kota kerajaan itu, mereka menguasai daerah-daerah di sekitar laut tengah. Dan berabad-abad lamanya Turki merupakan faktor prnting dalam perhitungan ahli-ahli polotik di Eropa Barat. Dinasti Turki Ustmani mempunyai pengaruh besar dalam peradaban di dunia islam. Kaitan dinasti Ustmani dengan tradisi islam bisa dilihat dari beberapa aspek. Pertama, penggunaan gelar penguasa Ustmani yakni Padisyah atau Sultan. Gelar ini identik dengan tradisi kerajaan Persia. Dinasti Ustmaniyah biasanya juga menggunakan gelar khalifah, akan tetapi gelar tersebut tidak membawa klaim apapun bagi otoritas universal atau eksklusif. Gelar khalifah bagi penguasa Ustmani mengandung arti bahwa sang sultan lebih dari sekedar penguasa lokal, dan menggunakan kekuasaannya untuk tujuan yang di ridhai agama. Kedua, penjagaan wilayah islam. Dinasti Ustmani mempertahankan perbatasan dan sedapat mungkin memperluas wilayahnya. Mereka di hadapkan pada ancaman dari berbagai arah. Ketiga, pemeliharaat syariat. Tugas paling utama sebagai seorang penguasa muslim adalah memelihara syariat. Pada periode ustmani, lembaga-lembaga yang berfungsi memelihara syariat makin di tarik lebih dekat dengan penguasa dari pada sebelumnya. Bahkan para ulama diberikan jabatan yang strategis di pemerintahan. Keempat, penjagaan dan pengawalan kota-kota suci. Makkah dan Mdinah di Hijaz Jerusalem dab Hebron di Palestina. Sebagai penguasa Makkah dan Madinah, sang sultan memiliki gelar kebanggaan sebagai Pelayan Dua Kota Suci. Fungsi utamanya adalah mengorganisasi dan memimpin ibadah haji. Setelah Daulah Ustmani jatuh, Turki dipimpin oleh Mustofa Kemal Attaturk. Pada periode ini peran islam mulai tersingkir dari ranah publik. Bibit-bibit gerakan nasionalisme mulai muncul dikalangan generasi intelektual muda yang di awali dengan adanya gerakan Tanzimat. Mustofa Kemal memasukkan masaa ke dalam frame work ideologis dan kultural rezim Republik, merenggangkan keterikatan masyarakat umum terhadap islam. Rezim Kemalis menghapuskan beberapa lembaga organisasi islam. Kesultanan Ustmani dihapuskan pada tahun 1923, sedangkan khalifah dihapuskan pada tahun 1924,. Lembaga wakaf dan ulama di kuasakan kepada kantor urusan agama. Pada tahun 1925 beberapa thariqat sufi dinyatakan ilegal atau organisasi terlarang. Pada tahun 1927 pemakaian turbis dilarang. Pada tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggantikan tulisan Arab, dan mulai di lancarkan upaya memurnikan bahasa Turki dari muatan bahasa Arab dan Persia. Pada tahun 1935 seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana yang berlaku dengan pola nama barat. Demikianlah, islam telah dilepaskan dan diasingkan perannya dalam kehidupan masyarakat dan simbol-simbol ketergantungan bangsa Turki terhadap kultur tradisional digantikan dengan sistem hukum, kebahasaan, dan beberapa sistem identitas modern lainnya. Mustafa Kemal meninggal pada 10 November 1938, setelah tiga kali menjabat menjadipresiden Republik Turki. Mustafa Kemal diakui berhasil menciptakam sistem pemerintahan parlementer dan meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi kehidupan demokratisasi di Turki. Perkembangan masyarakat di Turki menemukan karakter sendiri yang unik sebagai suatu bentuk pertentangan yang rumit antara pemikiran Kemalisme yang fundamental dan radikal, pemikiran liberalis yang meskipun menentang kemalisme tetapi tidak ingin ideologi ini diganti, dan pemikiran islam, baik yang kpnservatif maupun moderat. Semangat masyarakat Turki modern untuk menjadi suatu bangsa yang modern dan demokratis selalu disertai dengan kesadaran yang mendalam tentang watak dan idealisme ke-Turki-an dan ke-islam-an. Batas-Batas Wilayah Negara Turki sekarang merupakan negara yang berada di dua benua, yaitu Eropa dan Asia. Dengan luas 780.580 km2 dan 95 %-nya berada di Asia. Sejak tahun 1923 M, batas-batas negara Turki sebelah utara sampai Laut Hitam, sebelah selatan sampai Syiria dan Laut Tengah, sebelah Barat Laut Aegea dan Iran serta Rusia di sebelah Timur. Ibukota pemerintahan bernama Ankara. Sebelum runtuhnya sistem kesultanan Utsmaniyah, geopolitik Turki mencakup dan meliputi area wilayah yang sangat luas. Sejak munculnya imperialisme Eropa seluruh wilayah Turki yang meliputi kawasan-kawasan Afrika Utara, Asia Barat termasuk sebagian Eropa Timur sedikit demi sedikit mulai dilepaskan. Kekuatan Eropa terutama Inggris dan Prancis, memaksa bagian-bagian kawasan Arab untuk dilepaskan oleh Turki, batas-batas wilayahnya hanya sebagian kecil dari Eropa dan Asia, seperti disebutkan di atas. Sosial-Budaya dan Potensi Wilayah Turki Sekarang Banyak suku Kurdi berada dikawasan ini, sehingga secara politis sering kali menjadikan konflik terutama kesalah-pahaman mengenai kebijakan-kebijakan publik. Apalagi etnik Kurdi termasuk lebih banyak memilih pemahaman Islam yang lebih konservatif sehingga upaya-upaya untuk menegakkan syariat Islam kembali senantiasa disikapi secara represif oleh pemerintahan sekuler Turki. Sekalipun demikian setengah dari 98% penduduk Turki yang beragama Islam terus melanjutkan upaya ini meskipun sebatas gerakan bawah tanah. Tokoh cendekiawan Harun Yahya yang muncul pada Tahun 2000 ini, salah satu di antara mereka merupakan fenomena nyata dalam bentuk-bentuk perlawanan bawah tanah ini, penentang sekulerisme sains. Lebih dari separuh wilayah Turki adalah pegunungan. Sungai Eufrat dan Tigris yang pernah menjadi pusat peradaban dunia juga melintasi wilayah ini. Sejumlah potensi sumber daya alam tersedia dalam deposit yang melimpah. Salah satu produksinya yang terbesar di dunia adalah kromit, lainnya adalah minyak dan gas bumi serta batu-bara. Dengan bantuan Barat, industri di Turki berkembang pesat, namun sektor pertaniannya tak ketinggalan dengan tingkat penyerapan tenaga kerja mencapai 60%.
Islam di Turki Modern
Bangkitnya Islam kembali di Turki dalam periode Pasca-Kemalis, merupakan suatu fenomena yang terjadi bersama-sama dengan pengendoran sekulerisme. Pengaruh umum dari Islam pada masyarakat Turki, setelah tertimpa pengaruh reformasi-reformasi sekular yang dilakukan di negeri itu. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai tradisi Islam masih ada dalam kehidupan nasional rakyat Turki, dan hubungan Turki dengan Negara-negara Muslim. Semua usaha untuk melakukan reformasi dalam bidang agama di Turki kurang lebih telah gagal. Setelah coup d’etat tentara pada tanggal 27 Mei 1960, tuntutan rakyat untuk terjemahan autentik Al-Qur’an ke dalam bahasa Turki disuarakan kembali. Kelompok agama tidak begitu menaruh perhatian pada tuntutan itu, sekalipun beberapa surat kabar Turki menerbitkan pertanyaan-pertanyaan tentang itu untuk menarik pandangan umum. Salah satu tuntutan jawaban terhadap pertanyaan itu adalah tentang shalat yang harus dilakukan dalam bahasa Turki. Mantan Direktur Urusan Agama, Omer Nasuhi Bilmen berkata dalam suatu statemen kepada pers, bahwa menurut prinsip-prinsip syari’ah, melakukan shalat dalam bahsa Turki tidak dibolehkan. Pemerintah mengambil sikap yang netral terhadap perbedaan pendapat ini, dan masalah itu berakhir dalam keadaan tidak menentu. Kebangkitan Islam kembali di Turki pada tahun-tahun akhir ini telah menarik perhatian beberapa pengamat Barat. Sementara dari mereka melahirkan ketakutan bahwa hal itu akan membawa kebangkitan fanatisme. Jika hal yang sedemikian itu berkembang, maka hal itu akan berakibat menghapus banyak kerja yang telah dilaksanakan oleh pembaru-pembaru Turki lebih dari satu Abad lalu. Pendapat-pendapat yang semacam ini didasarkan kepada pandangan dangkal terhadap situasi menyeluruh. Kebangkitan kembali Islam menunjukan perhatian yang murni diantara kelas yang terdidik dari rakyat Turki dalam mempelajari Islam. Harus diingat bahwa sentimen nasional ini, yang begitu kuat di Turki, sebagian besar juga bercampur dengan sentiment Islam. Sebagaimana disebutkan diatas. Rupanya hal itu merupakan tanggapan nasional dari rakyat Turki terhadap dorongan nasional yang kuat terhadap agama. Adalah merupakan bukti yang jelas, bahwa sekularisme telah gagal untuk memenuhi tuntutan-tuntutan sosial dan kultural. Secara politis negara Turki telah mempunyai pandangan bahwa Turki adalah anggota dari peradaban Barat. Dalam hal loyalitas kultural, rakyat Turki terus mempertahankan identifikasi mereka dengan Islam. Orang-orang Turki dari Anatolia adalah rakyat Turki yang paling mem-Barat. Karena lamanya hubungan dengan negeri-negeri Eropa Barat, kondisi kehidupan mereka adalah berbeda dari kondisi bangsa lain di Timur Tengah. Mereka adalah pioner di antara rakyat-rakyat dari wilayah ini, dalam menegakan institusi-institusi demokratis. Sekalipun adanya pengaruh- pengaruh dari Barat, namun mereka tetap memelihara sementara cirri-ciri lama yang berupa keberanian, disiplin, setia kepada keluarga dan tanah air. Kenyataan bahwa mereka merupakan bangsa terkemuka dalam dunia Islam berabad-abad lamanya menerangkan, sebagian besar, pengaruh Islam yang begitu kuat terhadap tradisi-tradisi kebudayaan mereka. Sistem keluarga Turki sebagian besar masih didasarkan kepada tipe-tipe ikatan lama dan otoritas paternal, terutama di desa-desa di mana hampir 75% dari semua penduduk Turki hidup. Diantara rakyat yang terdidik, yang hidup di kota-kota besar kecenderungan kearah keluarga kecil adalah cukup jelas. Karena adanya ongkos hidup yang tinggi di daerah-daerah kota, maka setiap anggota yang sudah dewasa dari keluarga Turki berusaha melakukan perdagangan atau bekerja sesuai keahliannya, supaya dapat membantu penghasilan keluarga. Sekalipun adanya perubahan-perubahan itu, otoritas orang tua terhadap anak-anaknya termasuk anak-anaknya yang sudah besar, baik pemuda maupun gadis tetap dirasakan. Wanita-wanita yang belum menikah hidup bersama orang tua mereka selagi mereka belajar dan bekerja, untuk menambah penghasilan keluarga. Mereka dengan ketat dibawah kekuasaan orang tua mereka. Dalam pertemuan mereka dengan kenalan laki-laki, sistem pendamping biasanya masih dilakukan. Perkembangan Islam di Turki Modern Pentingnya pendidikan Islam bagi anak-anak Turki ditekankan diantara segenap lapisan masyarakat pada tahun-tahun akhir ini. Surat kabar-surat kabar harian dan berkala Turki menerbitkan banyak artikel tentang keharusan pendidikan Islam bagi pemuda-pemudi. Semangat orang-orang Turki modern untuk menjadi suatu bangsa yang modern dan demokratis, selalu disertai dengan kesadarannya yang mendalam tentang watak dan ideal ke-Turkian dan keislaman. Pendidikan agama mulai diadakan atas dasar pilihan oleh rezim Republik di bawah tekanan opini rakyat. Pada waktu Partai Demokrat memegang kekuasaan pada bulai Mei 1950, rezim baru itu memperkenalkan pendidikan agama secara wajib, dan mengambil tindakan- tindakan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijaksanaan itu. Tuntutan untuk pendidikan Islam yang lebih tinggi makin meningkat sejak tahun 1950. Selain daripada 26 sekolah untuk mencetak imam dan khatib, Fakultas Ketuhanan di Universitas Ankara, Institut Riset Islam di Universitas di Istanbul, tiga buah Institut Studi Islam Tinggi telah bekerja di Istanbul, Konya, dan Izmir. Beberapa rencana untuk peningkatan jumlah imam dan khatib telah disiapkan oleh pemerintah Turki sejak tahun 1960. Sementara mahasiswa dari sekolah-sekolah imam dan khatib telah pergi ke luar untuk pendidikan yang lebih tinggi pada tahun-tahun akhir ini. Ini merupakan suatu arah yang sehat yang menujukan dorongan kuat dari rakyat dan pemerintah Turki untuk mempertahankan tingkatan yang tinggi dari studi Islam. Bersama-sama dengan sains dan seni modern. Ketaatan orang-orang Turki untuk melakukan shalat, berpuasa, dan membangun masjid- masjid yang indah adalah sangat terkenal. Orang Muslim dari luar negeri yang datang ke Turki akan sangat terkesan oleh disiplin dan tertib yang dilakukan oleh orang-orang Muslim Turki di dalam masjid-masjid mereka. Kedatangan orang-orang muslim ke masjid di kota-kota dan juga desa-desa adalah peristiwa biasa. Adzan dikumandangkan dalam bahasa Arab sejak tahun 1950, dan salat juga dilakukan dalam bahasa Arab seperti biasanya. Pembacaan Al-Qur’an oleh imam biasanya indah sekali, dan suaranya merdu.