Anda di halaman 1dari 11

Hukum

Transpo
rtasi

Disusun oleh :

ZULVIAN EKO PUTRA


19700003

Program Studi Strata Satu


Universitas Borobudur
Fakultas Hukum
Jakarta
2020
A. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
1. Latar Belakang
Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem transportasi
nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan
tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan
potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun
internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Pengertian
Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan
sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan
transportasi kereta api. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik
berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan
ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. Jalan rel
adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi lain yang
terletak di permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau bergantung beserta perangkatnya
yang mengarahkan jalannya kereta api.
3. Bagian Perkeretaapian
Prasarana perkeretaapian umum dan perkeretaapian khusus meliputi :
a. jalur kereta api;
b. stasiun kereta api; dan
c. fasilitas operasi kereta api.
Awak Sarana Perkeretaapian adalah orang yang ditugaskan di dalam kereta api oleh
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian selama perjalanan kereta api. Pengoperasian sarana
perkeretaapian wajib dilakukan oleh awak yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi
kecakapan yang dibuktikan dengan sertifikat kecakapan. Yang dimaksud dengan “awak
kereta api” dalam ketentuan ini adalah masinis dan asisten masinis
4. Perjanjian Pengangkutan Kereta Api
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian bertanggung jawab kepada Penyelenggara
Sarana Perkeretaapian dan pihak ketiga atas kerugian sebagai akibat kecelakaan yang
disebabkan kesalahan pengoperasian prasarana perkeretaapian. Tanggung jawab
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian kepada Penyelenggara Sarana Perkeretaapian
berdasarkan perjanjian kerja sama antara Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian dan
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian.
Penyelenggara sarana perkeretaapian wajib mengangkut orang yang telah memiliki
karcis. Orang yang telah memiliki karcis berhak memperoleh pelayanan sesuai dengan
tingkat pelayanan yang dipilih. Karcis merupakan tanda bukti terjadinya perjanjian angkutan
orang.
Dalam penyelenggaraan pengangkutan orang dengan kereta api, Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian wajib:
a. mengutamakan keselamatan dan keamanan orang;
b. mengutamakan pelayanan kepentingan umum;
c. menjaga kelangsungan pelayanan pada lintas yang ditetapkan;
d. mengumumkan jadwal perjalanan kereta api dan tarif angkutan kepada masyarakat; dan
e. mematuhi jadwal keberangkatan kereta api.

B.    Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang


Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah
ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 26 Mei 2009 yang kemudian
disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni 2009. Undang-Undang ini adalah kelanjutan
dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, terlihat bahwa kelanjutannya adalah merupakan
pengembangan yang signifikan dilihat dari jumlah clausul yang diaturnya, yakni yang tadinya
16 bab dan 74 pasal, menjadi 22 bab dan 326 pasal.
Jika kita melihat UU sebelumnya yakni UU Nomor 14 Tahun 1992 menyebutkan Untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, transportasi memiliki
posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan
dan hal ini harus tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah.
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda
perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek
kehidupan bangsa dan negara.
Berbeda dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, UU ini melihat bahwa lalu lintas dan
angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi
nasional sebagai bagian dari
upaya memajukan kesejahteraan umum. Selanjutnya di dalam batang tubuh di jelaskan bahwa
tujuan yang hendak dicapai oleh Undang-Undang ini adalah :
1. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;
2. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
3. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Undang-Undang ini berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang
aman, selamat, tertib, dan lancar melalui:
1. kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang di Jalan;
2. kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan; dan
3. kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan
Pengemudi, pendidikan berlalu lintas, Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta
penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Mencermati lebih dalam dari semangat yang telah disebutkan di atas, maka kita harus lebih
dalam lagi melihat isi dari Pasal-Pasal yang ada di UU Nomor 22 Tahun 2009. Dari sini kita
akan tahu apakah semangat tersebut seirama dengan isi dari pengaturan-pengaturannya, atau
justru berbeda. Selanjutkan kita dapat melihat bagaimana UU ini akan berjalan dimasyarakat
serta bagaimana pemerintah sebagai penyelenggara negara dapat mengawasi serta melakukan
penegakannya
Perbandingan Pengaturan

UU Nomor 14 Tahun 1992 UU Nomor 22 Tahun 2009

Bab I Ketentuan Umum Bab I Ketentuan Umum

Bab II Asas dan Tujuan Bab II Asas dan Tujuan

Bab III Pembinaan Bab III Ruang Lingkup Keberlakuan Undang-Undang

Bab IV Prasarana Bab IV Pembinaan

Bab V Kendaraan Bab V Penyelenggaraan

Bab VI Pengemudi Bab VI Jaringan Lalu Lintas danAngkutan Jalan

Bab VII Lalu Lintas Bab VII Kendaraan

Bab VIII Angkutan Bab VIII Pengemudi

Bab IX Lalu Lintas dan Angkutan Bab IX Lalu Lintas bagi Penderita Cacat

Bab X Dampak Lingkungan Bab X Angkutan

Bab XI Penyerahan Urusan Bab XI Keamanan danKeselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Bab XII Penyidikan Bab XII Dampak Lingkungan

Bab XIII Ketentuan Pidana Bab XIII Pengembangan Industri dan Teknologi Sarana dan Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Bab XIV Ketentuan Lain-Lain Bab XIV Kecelakaan Lalu Lintas

Bab XV Ketentuan Peralihan Bab XV Perlakuan Khusus bagi Penyandang Cacat, Manusia Usia
Lanjut, Anak-Anak, Wanita Hamil, dan Orang Sakit

Bab XVI Ketentuan Penutup Bab XVI Sistem Informasi danKomunikasi Lalu Lintas danAngkutan
Jalan

Bab XVII Sumber Daya Manusia

Bab XVIII Peran Serta Masyarakat

Bab XIX Penyidikan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan

Bab XX Ketentuan Pidana

Bab XXI Ketentuan Peralihan

Bab XXII Ketentuan Penutup

Dari sekian banyak ketentuan yang ada, beberapa pasal yang mendapatkan respon beragam
dan menjadi perdebatan di masyarakat, beberapa pasal tersebut adalah :

Ketentuan Isi Catatan

107 ayat (2) Pengemudi Sepeda Motor selain mematuhi Jika alasannya adalah untuk keselamatan,
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka harus diyakinkan hubungan
wajib menyalakan lampu utama pada siang hari langsung lampu dengan keselamatan
pengendara. Selain itu dukungan data-data
mengenai penyebab kecelakaan di jalan
raya

112 ayat (3) Pada persimpangan Jalan yang dilengkapi Alat Seberapa banyan sarana yang teah
Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Pengemudi disediakan
Kendaraan dilarang langsung berbelok kiri,
kecuali ditentukan lain oleh Rambu Lalu Lintas
atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.

273 ayat (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan Kementerian PU mempermasalahkan
segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak pasalpemidanaan penyelenggara jalan
yang mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas yang memang secara hukum tidak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) berdasarkan konsep yang kuat. Fungsi
sehingga menimbulkan korban luka ringan pemerintahan, termasuk penyelenggaraan
dan/atau kerusakan Kendaraan dan/atau barang jalan, pada prinsipnya adalah pelaksanaan
dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) undangundang.Wajarkah aturan
bulan atau denda paling banyak perundangan yang memidanakan
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). pelaksana undang-undang?

Bab XIII pengembangan industri dan teknologi sarana Hal ini cukup menarik untuk
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan digarisbawahi, karena tidak cukup jelas
mengapa harus adapengaturan tersendiri
dalam UU Lalu Lintas dan Jalan Raya
menyangkut sektor industri dan
pengembangan teknologi.

302 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Seberapa banyak sarana halte yang
Bermotor Umum angkutan orang yang tidak disediakan pada satu trayek angkutan
berhenti selain di tempat yang telah ditentukan, umum. Kita bisa bercermin pada wilayah-
mengetem, menurunkan penumpang selain di wilayah di daerah khususnya di luar Pulau
tempat pemberhentian, atau melewati jaringan Jawa
jalan selain yang ditentukan dalam izin trayek
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126
dipidana dengan pidana kurungan paling lama
1 (satu) bulan atau denda paling banyak
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah).

310 Terkait dengan kelalaian pengemudi hingga Sudah diatur dalam Pasal 359 KUHP
mengakibatkan korban jiwa

 
Banyak Pekerjaan Rumah
Untuk melihat UU ini bisa dilaksanakan atau tidak, kita bisa menggunakan satu indikator
yakni mengenai sejelas apakah ketentuan-ketentuan yang mengatur, hal ini bisa dilihat
seberapa banyak pasal yang harus diterjemahkan lagi dalam peraturan pelaksana dan teknis.
Jika diinventaris, maka dapat ditemukan ada 58 peraturan pelaksana dan teknis yang dapat
menunjang berlakunya UU Nomor 22 Tahun 2009 ini. Peraturan tersebut beraneka macam,
mulai dari Peraturan Desa, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia, peraturan Presiden hingga pada Peraturan Pemerintah. Lebih lengkapnya dapat di
lihat pada tabel dibawah
 

No. Pasal Bentuk Tentang

1 13 ayat (5) Peraturan Pemerintah forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

2 18 Peraturan Pemerintah penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur dengan.

3 19 ayat (5) Peraturan Pemerintah mengenai jalan kelas khusus

4 20 ayat (3) Peraturan Pemerintah pengelompokan kelas jalan dan tata cara penetapan
kelas jalan

5 21 ayat (5) Peraturan Pemerintah batas kecepatan

6 25 ayat (2) Peraturan Pemerintah perlengkapan Jalan

7 27 ayat (2) Peraturan Daerah pemasangan perlengkapan Jalanpada jalan lingkungan


tertentu diatur

8 32 Peraturan Presiden organisasi dan tata kerja unit pengelolaDana


Preservasi Jalan

9 39 ayat (3) Peraturan Daerah Lingkungan kerja Terminal

10 42 Peraturan Pemerintah fungsi, klasifikasi, tipe, penetapan lokasi, fasilitas,


lingkungan kerja, pembangunan, dan pengoperasian
Terminal

11 43 ayat (4) Peraturan Pemerintah Pengguna Jasa fasilitas Parkir, perizinan, persyaratan,
dan tata cara penyelenggaraan fasilitas dan Parkir
untuk umum

12 46 ayat (2) Peraturan Pemerintah pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan, serta


spesifikasi teknis fasilitas pendukung Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan

13 48 ayat (4) Peraturan Pemerintah persyaratan teknis dan laik jalan

14 50 ayat (4) Peraturan Pemerintah Uji tipe kendaraan bermotor

15 51 ayat (6) Peraturan Pemerintah modifikasi dan uji tipe kendaraan bermotor

16 56 Peraturan Pemerintah uji berkala

17 57 ayat (4) Peraturan Pemerintah Perlengkapan Kendaraan Bermotor

18 59 ayat (6) Peraturan Pemerintah persyaratan, prosedur, dan tata cara pemasangan
lampu isyarat dan sirene

19 59 ayat (7) peraturan Kepala Kepolisian tata cara penggunaan lampu isyarat dan sirene
Negara Republik Indonesia

20 60 ayat (6) Peraturan Pemerintah persyaratan dan tata cara penyelenggaraan bengkel
umum

21 61 ayat (4) Peraturan Pemerintah Persyaratan keselamatan

22 63 ayat (2) Peraturan Daerah jenis dan penggunaan Kendaraan Tidak Bermotor
dan (3)

23 64 ayat (6) Peraturan KepalaKepolisian Registrasi kendaraan bermotor


Negara Republik Indonesia

24 67 ayat (4) Peraturan Presiden persyaratan dan prosedur serta pelaksanaan Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap

25 68 ayat (6) Peraturan KepalaKepolisian Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda
Negara Republik Indonesia Nomor Kendaraan Bermotor

26 69 ayat (3) Peraturan KepalaKepolisian persyaratan dan tata cara pemberian dan penggunaan
Negara Republik Indonesia Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor dan Tanda
Coba Nomor KendaraanBermotor

27 72 ayat (1) Peraturan Panglima Registrasi Kendaraan Bermotor Tentara


TentaraNasional Indonesia NasionalIndonesia

28 76 ayat (5), Peraturan Pemerintah kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif
92 ayat (3)

29 88 Peraturan KepalaKepolisian tata cara, persyaratan, pengujian, dan penerbitan Surat


Negara Republik Indonesia Izin Mengemudi

30 89 ayat (3) Peraturan KepalaKepolisian pemberian tanda atau data pelanggaran


Negara Republik Indonesia

31 91 ayat (2) Peraturan KepalaKepolisian tata cara dan prosedurpengenaan sanksi administratif
Negara Republik Indonesia bagi anggota kepolisian

32 95 ayat (1) Peraturan Menteri, Peraturan Penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan dan
Daerah, Peraturan Desa gerakan Lalu Lintas

33 101 Peraturan Pemerintah pelaksanaan analisis dampak Lalu Lintas

34 102 ayat (3) Peraturan Pemerintah kekuatan hukum Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,
Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan

35 103 ayat (4) Peraturan Menteri Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, dan/atau Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas

36 130 Peraturan KepalaKepolisian penggunaan Jalan selain untuk kegiatan Lalu Lintas
Negara Republik Indonesia

37 133 ayat (5) Peraturan Pemerintah Manajemen kebutuhan Lalu Lintas

38 137 ayat (5) Peraturan Pemerintah mobil barang yang digunakan untuk angkutan orang

39 141ayat (3) Peraturan Menteri Standar pelayanan minimal angkutan umum

40 164 Peraturan Menteri angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor Umum

41 165 ayat (4) Peraturan Pemerintah angkutan multimoda, persyaratan, dan tata cara
memperoleh izin

42 172 Peraturan Pemerintah pengawasan muatan angkutan barang

43 178 Peraturan Pemerintah izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek

44 182 ayat (4) Peraturan Menteri tarif penumpang

45 185 ayat (2) Peraturan Pemerintah Subsidi angkutan Penumpang umum

46 192 ayat (5) Peraturan Pemerintah Ganti kerugian yang diderita penumpang akibat
penyelenggaraan angkutan umum

47 198 ayat (3) Peraturan Pemerintah standar pelayanan dan persaingan yang sehat
penyelenggaraan angkutan umum

48 202 Peraturan KepalaKepolisian penetapan program nasional Keamanan Lalu Lintas


Negara Republik Indonesia dan Angkutan Jalan

49 205 Peraturan Pemerintah penetapan rencana umum nasional Keselamatan Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan serta dankewajiban
Perusahaan Angkutan Umum membuat,
melaksanakan, dan menyempurnakan sistem
manajemen keselamatan serta persyaratan alat
pemberi informasi Kecelakaan Lalu Lintas

50 207 Peraturan Pemerintah pengawasan Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan

51 209 ayat (2) Peraturan Pemerintah pencegahan dan penanggulangan pencemaran


lingkungan hidup di bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan

52 210 ayat (2) Peraturan Pemerintah tata cara, persyaratan, dan prosedur penanganan
ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan
yang diakibatkan oleh KendaraanBermotor

53 218 ayat (2) Peraturan Pemerintah tata cara dan kriteria pengenaan sanksi administratif

54 225 Peraturan Pemerintah pengembangan industri dan teknologi Prasarana Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan

55 228 Peraturan KepalaKepolisian tata cara penanganan Kecelakaan Lalu Lintas


Negara Republik Indonesia

56 242 ayat (3 Peraturan Pemerintah pemberian perlakuan khusus di bidang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan kepada penyandang cacat,
manusia usia lanjut, anak-anak, wanita hamil, dan
orang sakit

57 252 Peraturan Pemerintah Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan

58 255 Peraturan Pemerintah pengembangan sumber daya manusia di bidang Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan

Pasal 320 : Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu)
tahun sejak Undang-Undang ini mulai berlaku.

 
Akan Tertatih-tatih pelaksanaannya
Norma-norma peraturan tanpa adanya sarana pendukung seperti struktur keorganisasian yang
memiliki kewenangan untuk melaksanakan pastinya akan berjalan tidak efektif dan efisien.
Selain itu, budaya dalam melakukan dan melaksanakan norma-norma peraturan juga harus
dinilai, apakah memang sudah tepat masyarakat dapat melaksanakan. Hal ini berkaitan
dengan bagaimana nantinya UU Nomor 22 Tahun 2009 diimplementasikan. Melihat hal ini
makan kita dapat menggunakan pendekatan substansi, sutruktural, dan kultural.
Secara substansi, UU Nomor 22 Tahun 2009 masih dapat diperdebatkan. Mulai dari
banyaknya amanat untuk membuat aturan pelaksana dan teknis; nilai keefektifan dari
penegakan hukum berupa sanksi administrasi, perdata hingga pada pidana; pengaturan
mengenai hak dan kewajiban dari penyelenggara negara dan masyarakat, dan sebagainya.
Pertanyaan-pertanyaan ini adalah untuk lebih mendalami apakah peraturan ini dapat
dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan. Selain itu, apakah norma peraturan tersebut
memang lahir dari masyarakat, hal ini guna menjawab kebutuhan siapa yang memang hars
dipenuhi. Dengan memperhatikan ini, maka kita dapat melihat apakah suatu peraturan ini
akan efektik dan efisien jika dilaksanakan.
Secara struktur, UU Nomor 22 Tahun 2009 telah menjelaskan mengenai pihak yang terkait.
Jika kita cermati maka kita dapat melihatnya sebagai berikut :
1. Pembinaan menjadi tanggung jawab negara. Pembinaan mencakup perencanaan,
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan.
2. Urusan di bidang Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang
Jalan;
3. Urusan di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, oleh
kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
4. Urusan di bidang pengembangan industri Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, oleh
kementerian negara yang bertanggung jawab dibidang industri;
5. Urusan di bidang pengembangan teknologi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, oleh
kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang pengembangan teknologi; dan
6. Urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan
Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas,
serta pendidikan berlalu lintas, oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.
7. Mengkoordinasi penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dilakukan oleh forum
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Tidak hanya cukup siapa yang akan menjalakan apa, tapi juga bagaimana ia harus melakukan
dan kapan harus dilaksanakan. Sebagai masyarakat tentunya adalah menjalankan hukum
posistif dalam hal ini UU Nomor 22 Tahun 2009, namun perlu diterjemahkan lagi bagaimana
situasi dan kondisi dilapangan dapat menunjang masyarakat dapat melaksanakannya

Anda mungkin juga menyukai