Transpo
rtasi
Disusun oleh :
Bab IX Lalu Lintas dan Angkutan Bab IX Lalu Lintas bagi Penderita Cacat
Bab XI Penyerahan Urusan Bab XI Keamanan danKeselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Bab XIII Ketentuan Pidana Bab XIII Pengembangan Industri dan Teknologi Sarana dan Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Bab XIV Ketentuan Lain-Lain Bab XIV Kecelakaan Lalu Lintas
Bab XV Ketentuan Peralihan Bab XV Perlakuan Khusus bagi Penyandang Cacat, Manusia Usia
Lanjut, Anak-Anak, Wanita Hamil, dan Orang Sakit
Bab XVI Ketentuan Penutup Bab XVI Sistem Informasi danKomunikasi Lalu Lintas danAngkutan
Jalan
Dari sekian banyak ketentuan yang ada, beberapa pasal yang mendapatkan respon beragam
dan menjadi perdebatan di masyarakat, beberapa pasal tersebut adalah :
107 ayat (2) Pengemudi Sepeda Motor selain mematuhi Jika alasannya adalah untuk keselamatan,
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka harus diyakinkan hubungan
wajib menyalakan lampu utama pada siang hari langsung lampu dengan keselamatan
pengendara. Selain itu dukungan data-data
mengenai penyebab kecelakaan di jalan
raya
112 ayat (3) Pada persimpangan Jalan yang dilengkapi Alat Seberapa banyan sarana yang teah
Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Pengemudi disediakan
Kendaraan dilarang langsung berbelok kiri,
kecuali ditentukan lain oleh Rambu Lalu Lintas
atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.
273 ayat (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan Kementerian PU mempermasalahkan
segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak pasalpemidanaan penyelenggara jalan
yang mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas yang memang secara hukum tidak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) berdasarkan konsep yang kuat. Fungsi
sehingga menimbulkan korban luka ringan pemerintahan, termasuk penyelenggaraan
dan/atau kerusakan Kendaraan dan/atau barang jalan, pada prinsipnya adalah pelaksanaan
dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) undangundang.Wajarkah aturan
bulan atau denda paling banyak perundangan yang memidanakan
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). pelaksana undang-undang?
Bab XIII pengembangan industri dan teknologi sarana Hal ini cukup menarik untuk
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan digarisbawahi, karena tidak cukup jelas
mengapa harus adapengaturan tersendiri
dalam UU Lalu Lintas dan Jalan Raya
menyangkut sektor industri dan
pengembangan teknologi.
302 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Seberapa banyak sarana halte yang
Bermotor Umum angkutan orang yang tidak disediakan pada satu trayek angkutan
berhenti selain di tempat yang telah ditentukan, umum. Kita bisa bercermin pada wilayah-
mengetem, menurunkan penumpang selain di wilayah di daerah khususnya di luar Pulau
tempat pemberhentian, atau melewati jaringan Jawa
jalan selain yang ditentukan dalam izin trayek
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126
dipidana dengan pidana kurungan paling lama
1 (satu) bulan atau denda paling banyak
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah).
310 Terkait dengan kelalaian pengemudi hingga Sudah diatur dalam Pasal 359 KUHP
mengakibatkan korban jiwa
Banyak Pekerjaan Rumah
Untuk melihat UU ini bisa dilaksanakan atau tidak, kita bisa menggunakan satu indikator
yakni mengenai sejelas apakah ketentuan-ketentuan yang mengatur, hal ini bisa dilihat
seberapa banyak pasal yang harus diterjemahkan lagi dalam peraturan pelaksana dan teknis.
Jika diinventaris, maka dapat ditemukan ada 58 peraturan pelaksana dan teknis yang dapat
menunjang berlakunya UU Nomor 22 Tahun 2009 ini. Peraturan tersebut beraneka macam,
mulai dari Peraturan Desa, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia, peraturan Presiden hingga pada Peraturan Pemerintah. Lebih lengkapnya dapat di
lihat pada tabel dibawah
1 13 ayat (5) Peraturan Pemerintah forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
4 20 ayat (3) Peraturan Pemerintah pengelompokan kelas jalan dan tata cara penetapan
kelas jalan
11 43 ayat (4) Peraturan Pemerintah Pengguna Jasa fasilitas Parkir, perizinan, persyaratan,
dan tata cara penyelenggaraan fasilitas dan Parkir
untuk umum
15 51 ayat (6) Peraturan Pemerintah modifikasi dan uji tipe kendaraan bermotor
18 59 ayat (6) Peraturan Pemerintah persyaratan, prosedur, dan tata cara pemasangan
lampu isyarat dan sirene
19 59 ayat (7) peraturan Kepala Kepolisian tata cara penggunaan lampu isyarat dan sirene
Negara Republik Indonesia
20 60 ayat (6) Peraturan Pemerintah persyaratan dan tata cara penyelenggaraan bengkel
umum
22 63 ayat (2) Peraturan Daerah jenis dan penggunaan Kendaraan Tidak Bermotor
dan (3)
24 67 ayat (4) Peraturan Presiden persyaratan dan prosedur serta pelaksanaan Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap
25 68 ayat (6) Peraturan KepalaKepolisian Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda
Negara Republik Indonesia Nomor Kendaraan Bermotor
26 69 ayat (3) Peraturan KepalaKepolisian persyaratan dan tata cara pemberian dan penggunaan
Negara Republik Indonesia Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor dan Tanda
Coba Nomor KendaraanBermotor
28 76 ayat (5), Peraturan Pemerintah kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif
92 ayat (3)
31 91 ayat (2) Peraturan KepalaKepolisian tata cara dan prosedurpengenaan sanksi administratif
Negara Republik Indonesia bagi anggota kepolisian
32 95 ayat (1) Peraturan Menteri, Peraturan Penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan dan
Daerah, Peraturan Desa gerakan Lalu Lintas
34 102 ayat (3) Peraturan Pemerintah kekuatan hukum Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,
Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan
35 103 ayat (4) Peraturan Menteri Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, dan/atau Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas
36 130 Peraturan KepalaKepolisian penggunaan Jalan selain untuk kegiatan Lalu Lintas
Negara Republik Indonesia
38 137 ayat (5) Peraturan Pemerintah mobil barang yang digunakan untuk angkutan orang
41 165 ayat (4) Peraturan Pemerintah angkutan multimoda, persyaratan, dan tata cara
memperoleh izin
46 192 ayat (5) Peraturan Pemerintah Ganti kerugian yang diderita penumpang akibat
penyelenggaraan angkutan umum
47 198 ayat (3) Peraturan Pemerintah standar pelayanan dan persaingan yang sehat
penyelenggaraan angkutan umum
52 210 ayat (2) Peraturan Pemerintah tata cara, persyaratan, dan prosedur penanganan
ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan
yang diakibatkan oleh KendaraanBermotor
53 218 ayat (2) Peraturan Pemerintah tata cara dan kriteria pengenaan sanksi administratif
56 242 ayat (3 Peraturan Pemerintah pemberian perlakuan khusus di bidang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan kepada penyandang cacat,
manusia usia lanjut, anak-anak, wanita hamil, dan
orang sakit
57 252 Peraturan Pemerintah Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Pasal 320 : Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu)
tahun sejak Undang-Undang ini mulai berlaku.
Akan Tertatih-tatih pelaksanaannya
Norma-norma peraturan tanpa adanya sarana pendukung seperti struktur keorganisasian yang
memiliki kewenangan untuk melaksanakan pastinya akan berjalan tidak efektif dan efisien.
Selain itu, budaya dalam melakukan dan melaksanakan norma-norma peraturan juga harus
dinilai, apakah memang sudah tepat masyarakat dapat melaksanakan. Hal ini berkaitan
dengan bagaimana nantinya UU Nomor 22 Tahun 2009 diimplementasikan. Melihat hal ini
makan kita dapat menggunakan pendekatan substansi, sutruktural, dan kultural.
Secara substansi, UU Nomor 22 Tahun 2009 masih dapat diperdebatkan. Mulai dari
banyaknya amanat untuk membuat aturan pelaksana dan teknis; nilai keefektifan dari
penegakan hukum berupa sanksi administrasi, perdata hingga pada pidana; pengaturan
mengenai hak dan kewajiban dari penyelenggara negara dan masyarakat, dan sebagainya.
Pertanyaan-pertanyaan ini adalah untuk lebih mendalami apakah peraturan ini dapat
dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan. Selain itu, apakah norma peraturan tersebut
memang lahir dari masyarakat, hal ini guna menjawab kebutuhan siapa yang memang hars
dipenuhi. Dengan memperhatikan ini, maka kita dapat melihat apakah suatu peraturan ini
akan efektik dan efisien jika dilaksanakan.
Secara struktur, UU Nomor 22 Tahun 2009 telah menjelaskan mengenai pihak yang terkait.
Jika kita cermati maka kita dapat melihatnya sebagai berikut :
1. Pembinaan menjadi tanggung jawab negara. Pembinaan mencakup perencanaan,
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan.
2. Urusan di bidang Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang
Jalan;
3. Urusan di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, oleh
kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
4. Urusan di bidang pengembangan industri Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, oleh
kementerian negara yang bertanggung jawab dibidang industri;
5. Urusan di bidang pengembangan teknologi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, oleh
kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang pengembangan teknologi; dan
6. Urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan
Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas,
serta pendidikan berlalu lintas, oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.
7. Mengkoordinasi penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dilakukan oleh forum
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Tidak hanya cukup siapa yang akan menjalakan apa, tapi juga bagaimana ia harus melakukan
dan kapan harus dilaksanakan. Sebagai masyarakat tentunya adalah menjalankan hukum
posistif dalam hal ini UU Nomor 22 Tahun 2009, namun perlu diterjemahkan lagi bagaimana
situasi dan kondisi dilapangan dapat menunjang masyarakat dapat melaksanakannya