Anda di halaman 1dari 23

HUBUNGAN PERAN PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN

MINUM OBAT PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU DI


KLINIK PARU RSU ANUTAPURA PALU

JURNAL

DEYSI KEREBUNGU
201801202

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
HUBUNGAN PERAN PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN
MINUM OBAT PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU DI
KLINIK PARU RSU ANUTAPURA PALU

The Relationship between the Role of Nurses and the Adherence Level of Taking Medicines at the
Pulmonary Clinic of Anutapura Public Hospital in Palu

Deysi Kerebungu1, Katrina Feby Lestari2, Abdul Rahman 3


email: deysi Kerebungu01@gmail.com

1. Program Studi Ners STIKes Widya Nusantara Palu


2. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu
3. Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu

ABSTRAK
Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB paru di mana sebagian besar penderita TB paru adalah
usia produktif. Berdasarkan hasil wawancara pada 6 pasien tuberculosis paru menunjukkan terdapat 4 orang di
antaranya mengatakan mereka sering lupa minum obat. Hasil wawancara pada salah satu perawat di RSU
Anutapura menunjukkan sebagai pemberi asuhan keperawatan perawat memberikan obat langsung kepada
pasien, sebagai pendidik kesehatan dan advokasi perawat menjelaskan tentang cara minum OAT yang benar,
serta sebagai konselor di Unit DOTS perawat melakukan konseling kepada pasien dan keluarga tentang efek
samping OAT. Tujuan penelitian ini yaitu menunjukkan hubungan peran perawat dengan tingkat kepatuhan
minum obat pada pasien tuberculosis paru di Klinik Paru RSU Anutapura Palu. Jenis penelitian ini yaitu
penelitian kuantitatif, menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien TB paru di Klinik Paru RSU Anutapura Palu sebanyak 60 orang. Jumlah
sampel adalah 52 sampel, dengan teknik pengambilan sampel yaitu Accidental sampling. Analisis data
menggunakan uji chi-square, dengan variabel independen peran perawat dan variabel dependen tingkat
kepatuhan minum obat. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar menyatakan peran perawat sudah baik
(69,2%) dan sebagian besar responden patuh dalam minum obat (63,5%). Hasil analisis bivariat diperoleh ada
hubungan antara peran perawat dengan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien tuberculosis paru di Klinik
Paru RSU Anutapura Palu (p-value = 0,000). Simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan peran perawat
dengan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien tuberculosis paru di Klinik Paru RSU Anutapura Palu.
Kata kunci: peran perawat, kepatuhan minum obat, tuberculosis paru

ABSTRACT
One-third of the world's population has been infected with pulmonary TB where most of the pulmonary TB
sufferers are on productive age. Based on the results of the interviews of 6 pulmonary tuberculosis patients, 4 of
them said that they often forgot to take medicine. The results of an interview of a nurse at the Anutapura Public
Hospital show that as a nursing care provider, the nurses are supposed to give medicines directly to the patient,
as health educators and nurse advocates, they have to explain how to take OAT properly, and as a counselor in
the DOTS Unit, the nurse counseled patients and families about the OAT side effects. The purpose of this
research is to show the relationship between the role of nurses and the adherence level of taking medicine in
pulmonary tuberculosis patients at the Pulmonary Clinic of Anutapura Public Hospital in Palu. This research
was a quantitative study, using an analytic design and a cross-sectional approach. The population in this
research were all 60 pulmonary TB patients at the Anutapura Public Hospital in Palu. The number of samples
is 52 samples, and the sampling technique that is Accidental sampling. The data were analyzed through the chi-
square test, the independent variable is the nurse role, and the dependent variable is taking medicine adherence
level. The results show that most of the respondents stated that the role of nurses is good (69.2%) and most of
the respondents are obedient in taking medicine (63.5%). The results of the bivariate analysis show that there is
a relationship between the role of nurses and the adherence level of taking medicine in pulmonary tuberculosis
patients at the Pulmonary Clinic of Anutapura Public Hospital in Palu (p-value = 0.000). This research
concludes that there is a relationship between the role of nurses and the adherence level of taking medicine in
pulmonary tuberculosis patients at the Pulmonary Clinic of Anutapura Public Hospital, Palu.
Keywords: the role of nurses, adherence to taking medicine, pulmonary tuberculosis
PENDAHULUAN insidensi TB paru di Indonesia meningkat
Penyakit menular saat ini termasuk sekitar 842.000 kasus dengan angka
permasalahan kesehatan masyarakat yang kemtatian yaitu 107.000 kasus. Angka
berdampak pada morbiditas, mortalitas dan tersebut menjadikan Indonesia menempati
tingginya kecacatan sehingga diperlukan peringkat tertinggi ketiga pada kasus TB
untuk menanggulanginya dengan tahap paru sesudah India dan China3. Pada tahun
mencegah mengendalikan, dan memberantas 2019 Indonesia termasuk lima besar
secara tepat. Penyakit menular yang penyumbang kasus TB paru di dunia, dengan
membahayakan salah satunya yaitu kejadian sekitar 850.000 orang. Angka ini
Tuberculosis/TB paru. TB paru masih mengalami peningkatan dibanding tahun
menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sebelumnya. Diperkirakan 13 orang
salah satu penyebab kematian sehingga perlu meninggal akibat TB paru setiap jamnya.
dilaksanakan program penanggulangan TB Pada tahun 2019 Sulawesi Tengah berada di
paru secara berkesinambungan1. urutan ke-15 dengan penyumbang kejadian
Sepertiga dari populasi dunia sudah TB paru tertinggi dibanding provinsi lainnya
tertular dengan TB paru di mana sebagian yang ada di Indonesia4.
besar penderita TB paru adalah usia Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
produktif (15-55 tahun). Walaupun Tengah melaporkan bahwa jumlah kasus
mortalitas yang diakibatkan TB paru BTA positif di Provinsi Sulawesi Tengah
mengalami penurunan sebesar 22% dari pada tahun 2011 sebanyak 350 penderita dari
tahun 2000 sampai tahun 2015, tetapi pada 5.081 suspek TB paru dan angka
tahun 2016 TB paru berada pada urutan kesembuhan sebesar 207 penderita. Tahun
kesepuluh pencetus tingginya mortalitas di 2012 jumlah kasus BTA positif yang
dunia. Tahun 2017, terdapat 10 juta ditemukan meningkat menjadi 371 penderita
penduduk terserang penyakit TB paru2. dari 5.186 suspek TB paru dan angka
Pada tahun 2017 tercatat jumlah kasus kesembuhan sebesar 198 penderita. Pada
TB paru di Indonesia sebanyak 442.000 tahun 2017 angka penderita TB paru di
dimana pada kasus tersebut diprediksi Provinsi Sulawesi Tengah melambung jauh
terdapat 8.600-15.000 Multidrug Resistant dengan jumlah kasus 9.352 orang di mana
(MDR)/Rifampicin Resistant (RR) TB, terjadi peningkatan yang signifikan pada
(diduga 2,4% dari kasus baru dan 13% dari angka penemuan kasus TB paru dari tahun
pasien TB paru yang pernah berobat pada 2017 yaitu 40% menjadi 59% pada tahun
awalnya). Pada tahun 2018 diprediksikan 2018, sebanyak 19% peningkatan penemuan

2
kasus merupakan hasil dari penyisiran kasus menunjang kesembuhan pasien, meskipun
TB paru di Rumah Sakit Pemerintah, namun obat yang dipakai benar namun jika pasien
hal ini belum memenuhi target angka tidak menjalani pengobatan secara rutin
penemuan kasus yaitu 70%. Prevalensi TB maka akan didapatkan hasil yang
8
paru di Kota Palu pada tahun 2018 yaitu mengecewakan .
sebesar 60%, angka ini mengalami Motivasi merupakan salah satu fakto
peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang berpengaruh pada kepatuhan, tingkat
5
yang hanya 52% . kepuasan serta keterkaitannya dengan
9
Terdapat cara dalam menanggulangi pelakasana pelayanan kesehatan . Jika
TB paru salah satunya adalah melalui kepatuhan dan jadwal minum obat tidak
pengobatan. Parameter yang dipakai untuk lakukan secara teratur, bakteri-bakteri di
menilai pengobatan merupakan angka dalam tubuh akan kebal terhadap obat
berhasilnya pengobatan (success rate). tersebut10. Ketidakpatuhan berobat
Angka keberhasilan pengobatan tersebut disebabkan oleh lama menderita dan
berasal dari angka kesembuhan (cure rate) kurangnya pengetahuan tentang penyakit
6
dan angka pengobatan lengkap . Pengobatan tersebut. Dalam meminimalisir akibat dari
TB paru memerlukan waktu yang relatif ketidakpatuhan, salah satu cara yang dapat
panjang dengan dua tahap, yaitu tahap awal digunakan yaitu meningkatkan peran
(intensif) dan tahap lanjutan. Pada semua pelaksana kesehatan termasuk peran
11
tahap tersebut pasien harus meminum obat perawat .
dalam jangka waktu tertentu. Banyaknya Peran perawat bukan hanya sekedar
obat yang harusnya diminum dan toksisitas sebagai penilaian kepatuhan pasien dalam
serta efek samping obat dapat menjadi berobat tetapi juga harus mempunyai
penghambat dalam penyelesaian terapi kemampuan mengatasi ketidakpatuhan jika
pasien TB paru7. terjadi12. Peranan tersebut sangat penting dan
Penyembuhan serta berhasilnya diupayakan dapat meningkatkan kemampuan
pengobatan disebabkan oleh sejumlah faktor, pasien serta keluarga. Peran perawat terbagi
khususnya kepatuhan minum obat. Agar menajdi berbagai macam yaitu advokat
tercapai kesembuhan perlu untuk rutin/patuh pasien, sebagai pemberi asuhan
dalam menjalani pengobatan pada setiap keperawatan, pendidik, serta konselor13.
pasien. Kombinasi obat anti tuberculosis Hasil penelitian yang dilakukan di
jangka pendek dan melakukan pengawasan wilayah kerja UPT Puskesmas Martapura 1
minum obat termasuk upaya dalam Banjarmasin menunjukkan sikap atau

3
dukungan petugas kesehatan berpengaruh advokasi perawat menjelaskan tentang cara
terhadap kepatuhan pasien di mana pasien minum OAT yang benar, serta sebagai
memperoleh dukungan motivasi dari petugas konselor di Unit DOTS perawat melakukan
kesehatan agar selalu tepat waktu konseling kepada pasien dan keluarga
memperoleh obat dari Puskesmas dan selalu tentang efek samping OAT.
mengamati kemajuan kesehatan pasien, Tujuan penelitian ini adalah
sehingga pasien merasa dipedulikan oleh dianalisisnya hubungan peran perawat
petugas dan mengikuti semua saran petugas dengan tingkat kepatuhan minum obat pada
14
ketika beronat . pasien tuberculosis paru di Klinik Paru RSU
Menurut laporan RSU Anutapura Palu Anutapura Palu.
menunjukkan bahwa jumlah kunjungan TB METODE PENELITIAN
paru mengalami peningkatan dari tahun ke Jenis penelitian ini yaitu penelitian
tahun, di mana kasus TB paru pada tahun kuantitatif. Desain penelitian yang
2017 sebanyak 417 kasus, pada tahun 2018 digunakan bersifat analitik dengan
meningkat menjadi 489 kasus dan pada pendekatan cross sectional, yaitu penelitian
tahun 2019 meningkat lagi menjadi 521 yang dilakukan dalam satu waktu tertentu.
kasus. Sementara data kasus TB paru pada Penelitian ini telah dilakukan di Klinik
bulan Januari-April tahun 2020 sebanyak Paru RSU Anutapura Palu. Penelitian ini
239 kasus15. Berdasarkan hasil wawancara telah dilakukan pada tanggal 11-22 Agustus
yang peneliti lakukan pada 6 pasien tahun 2020.
tuberculosis paru menunjukkan bahwa Populasi dalam penelitian ini adalah
terdapat 4 orang di antaranya yang seluruh pasien TB paru di Klinik Paru RSU
mengatakan bahwa mereka sering lupa Anutapura Palu sebanyak 60 orang. Sampel
minum obat, terdapat 5 orang di antaranya dihitung menggunakan rumus Slovin dengan
yang mengatakan tidak tepat waktu minum hasil perhitungan adalah 52 orang. Teknik
obat dan terdapat 3 orang di antaranya yang penentuan sampel adalah Accidental
mengatakan pernah mengurangi jumlah butir sampling.
obat dari jumlah yang seharusnya. Hasil Analisis data menggunakan analisis
wawancara yang dilakukan pada salah satu univariat dan analisis bivariat. Uji hipotesis
perawat di RSU Anutapura menunjukkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bahwa sebagai pemberi asuhan keperawatan uji chi-square.
perawat memberikan obat langsung kepada
pasien, sebagai pendidik kesehatan dan

4
HASIL PENELITIAN sebagai petani sebanyak 14 orang (26,9%).
1. Karakteristik Responden Sebagian besar dengan lama TB paru > 6
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden bulan sebanyak 43 orang (82,7%).
berdasarkan jenis kelamin, usia, 2. Analisis Univariat
pendidikan, pekerjaan dan lama TB
Paru di Klinik Paru RSU Anutapura Tabel 2 Distribusi frekuensi responden
Palu peran perawan dan kepatuhan
minum obat di Klinik Paru RSU
Jenis Kelamin f % Anutapura Palu

Laki-laki 38 73,1 Peran Perawat f %


Perempuan 14 26,9 Baik 36 69,2
Total 52 100,0 Kurang baik 16 30,8
Usia f % Total 52 100,0
Kepatuhan Minum Obat f %
26-35 tahun 21 40,4
Patuh 33 63,5
36-45 tahun 26 50,0
46-55 tahun 5 9,6 Kurang patuh 19 36,5
Total 52 100,0 Total 52 100,0
Pendidikan f % Sumber: Data Primer 2020

SD 10 19,2 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 52


SMP 13 25,0 responden dalam penelitian ini sebagian
SMA 29 55,8
Total 52 100,0 besar menyatakan peran perawat sudah baik
Pekerjaan f %
sebanyak 36 orang (69,2%). Sebagian besar
URT 12 23,1 patuh dalam minum obat sebanyak 33 orang
Petani 14 26,9
Buruh 10 19,2 (63,5%).
Wiraswasta 8 15,4
3. Analisis Bivariat
Swasta 8 15,4
Total 52 100,0 Tabel 3 Hubungan peran perawat dengan
Lama TB Paru f % tingkat kepatuhan minum obat pada
pasien tuberculosis paru di Klinik
≤ 6 bulan 9 17,3 Paru RSU Anutapura Palu
> 6 bulan 43 82,7
Total 52 100,0 Kepatuhan
Sumber: Data Primer 2020 minum obat
P K
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 52 Per ur
a p-
responden dalam penelitian ini sebagian an t an
val
pera u g
ue
besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 38 wat h pa
tu
orang (73,1%). Sebagian besar berusia 36-45 h
tahun sebanyak 26 orang (50%). Sebagian % n %
Bai 83,3 16, 0,0
besar berpendidikan SMA sebanyak 29 k 7 00
Kur 18,8 81,
orang (55,8%). Sebagian besar bekerja

5
ang 2 dilihat dari pernyataan responden bahwa
baik
Tot 63,5 36, perawat menimbang BB setiap kontrol
al 5 kesehatan ke rumah sakit, perawat
Sumber: Data Primer 2020
memberikan pendidikan kesehatan cara
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 36 minum OAT yang benar, perawat
responden yang menyatakan peran perawat membantu mengatasi tentang efek
baik, terdapat 30 responden (83,3%) yang samping OAT yang dirasakan, perawat
patuh minum obat dan 6 responden (16,7%) menganjurkan untuk selalu menggunakan
yang kurang patuh minum obat, sedangkan masker, perawat mengajak untuk
dari 16 responden yang menyatakan peran mengungkapkan masalah berhubungan
perawat kurang baik, terdapat 3 responden dengan TB seperti efek samping yang
(18,8%) yang patuh minum obat dan 13 dirasakan setelah minum OAT, dan
responden (81,2%) yang kurang patuh melakukan konseling kepada responden
minum obat. dan keluarga tentang masalah kejiwaan
Hasil uji statistik menggunakan chi- yang disebabkan oleh efek samping OAT
square diperoleh p-value = 0,000 (p-value ≤ seperti: halusinasi, menarik diri, depresi,
0,05) yang artinya ada hubungan antara dll. Sedangkan responden yang
peran perawat dengan tingkat kepatuhan menyatakan peran perawat masih kurang
minum obat pada pasien tuberculosis paru di baik dilihat dari pernyataan responden
Klinik Paru RSU Anutapura Palu. bahwa perawat jarang menanyakan
PEMBAHASAN kepada responden tentang keluhan yang
1. Peran perawat pada pasien tidak biasa muncul selama menjalani
tuberculosis paru di Klinik Paru RSU
Anutapura Palu pengobatan TB, perawat jarang
membantu responden dalam penanganan
Hasil penelitian menunjukkan
masalah penyakit untuk keberhasilan
bahwa dari 52 responden dalam
menjalani pengobatan sampai sembuh,
penelitian ini, sebagian besar menyatakan
perawat jarang memberikan obat
peran perawat sudah baik yaitu 69,2%
langsung kepada responden, dan perawat
dan sebagian kecil menyatakan masih
tidak memfasilitasi responden apabila
kurang baik yaitu 30,8%.
mengalami reaksi efek samping pada saat
Berdasarkan data penelitian
pemberian OAT seperti pusing, mual, dan
menunjukkan bahwa responden yang
lain-lain.
menyatakan peran perawat sudah baik

6
Menurut asumsi peneliti bahwa Tingginya kesadaran dan rasa
pada penelitian ini lebih banyak perawat empati perawat terhadap kondisi pasien
sudah mempunyai peran yang baik dalam akan berpengaruh pada kinerja perawat
memberikan pelayanan keperawatan dalam memberikan pelayanan, dimana
kepada pasien TB paru, hal ini diduga hal ini perawat akan lebih termotivasi
karena perawat mempunyai kesadaran dalam meningkatkan kinerjanya demi
dan kepedulian yang tinggi terhadap menciptakan mutu pelayanan
16
pentingnya keterlibatan mereka dalam keperawatan lebih baik lagi .
keberhasilan pengobatan TB paru, karena 2. Tingkat kepatuhan minum obat pada
pasien tuberculosis paru di Klinik Paru
tanpa ditunjang oleh kontribusi mereka
RSU Anutapura Palu
kecil kemungkinan pasien akan patuh
Hasil penelitian menunjukkan
dalam menjalani pengobatannya. Selain
bahwa dari 52 responden dalam
itu perawat memahami jika pengobatan
penelitian ini, sebagian besar patuh dalam
TB paru ini sangatlah penting untuk
minum obat yaitu 63,5% dan sebagian
diperhatikan, bukan hanya pasien atau
kecil kurang patuh yaitu 36,5%.
keluarganya saja namun perawat sebagai
Berdasarkan data penelitian
tenaga kesehatan yang memberikan
menunjukkan bahwa responden sebagian
perawatan pada pasien secara langsung
besar patuh dalam minum obat dilihat
patut untuk memperhatikan pola
dari responden yang minum obat sesuai
pengobatan pasien TB paru agar
dengan dosis yang dianjurkan, tidak
diperoleh hasil yang dapat memutuskan
pernah mengganti obat TB paru dengan
penularan atau resisten terhadap obat TB.
obat tradisional, dan tidak pernah
Pada responden yang merasa peran
mengurangi jumlah butir obat dari jumlah
perawat masih kurang baik diduga karena
yang seharusnya. Sedangkan responden
mempunyai pengaruh dengan faktor lain,
yang kurang patuh dalam minum obat
seperti kesibukan perawat, rendahnya
dilihat dari responden yang pernah
kepedulian perawat terhadap kondisi
dengan sengaja memuntahkan kembali
pasien, serta faktor lingkungan sekitar
obat TB Paru yang diminum, tidak rutin
yang tidak mendukung dapat menjadi
minum obat, dan pernah tidak datang ke
pemicu masih kurang baiknya peran
puskesmas untuk mengambil obat TB
perawat dalam memberikan pelayanan
paru pada waktu yang telah ditentukan.
keperawatan kepada responden.

7
Menurut asumsi peneliti bahwa pengalaman yang ada terjadi proses
pada responden yang patuh dalam minum belajar sehingga dari pengalaman tersebut
obat diduga karena responden paham dan mengajarkan responden untuk bisa bijak
menyadari bahwa penyakitnya tidak akan dalam menghadapi penyakitnya, salah
sembuh jika ia kurang patuh dalam satunya dengan patuh minum obat
menjalani pengobatan, respondenpun Responden yang mempunyai pendidikan
paham bahwa TB paru merupakan hanya sebatas SD atau SMP saja,
penyakit yang berbahaya karena dapat cenderung mempunyai pengetahuan yang
menyebabkan kematian, sehingga kurang dibanding responden dengan
responden berusaha agar dirinya segera pendidikan SMA. Pengetahuan yang
pulih. Pemahaman responden ini kurang terhadap dampak dari penyakit
didukung oleh tingkat pendidikannya, yang dideritanya, akan menyebabkan
karena pada penelitian ini lebih bayak responden menjadi kurang patuh dalam
responden yang berpendidikan SMA pengobatannya.
patuh dalam minum obat, dengan kata Pendidikan dapat membawa
lain bahwa semakin tinggi tingkat wawasan atau pengetahuan seseorang.
pendidikan responden maka semakin Secara umum seseorang yang
bertambah pengetahuannnya, sehingga berpendidikan lebih tinggi akan
hal ini yang menyebabkan responden mempunyai pengetahuan yang luas
paham bahwa dirinya haruslah patuh dibandingkan dengan seseorang yang
dalam pengobatan agar ia bisa sembuh. tingkat pendidikannya lebih rendah. Dari
Selain tingkat pendidikan, kepatuhan pendidikan yang tinggi inilah seseorang
responden juga diduga karena faktor usia, dapat mengetahui akan pentingnya teratur
dimana pada penelitian ini lebih banyak dalam menjalani pengobatan. Selain itu
yang berusia > 36 tahun patuh dalam perilaku diturunkan dari pengetahuan
minum obat, dengan kata lain semakin seseorang, dengan demikian untuk
bertambah usia responden maka terjadi menentukan perilaku harus didasari oleh
perkembangan pada pola pikirnya, pengetahuan dari orang tersebut 17.
sehingga ia menyadari dibutuhkan Mubarak menjelaskan jika tingkat
perilaku yang baik agar bisa sembuh pendidikan seseorang rendah akan
salah satunya dengan patuh minum obat. menghambat penerimaan informasi dan
Bertambahnya usia juga berarti nilai-nilai yang baru dikenalkan18.
bertambah pula pengalaman, dari

8
Usia pula ikut berperan dalam pasien TB paru di Klinik Paru RSU
Anutapura Palu
keteraturan seseorang untuk menjalani
Hasil penelitian ini menunjukkan
pengobatan. Usia yang makin matang,
bahwa ada hubungan antara peran
akan membuat seseorang semakin dewasa
perawat dengan tingkat kepatuhan minum
dalam bertindak, sehingga orang tersebut
obat pada pasien TB paru di Klinik Paru
akan memilih teratur dalam menjalani
RSU Anutapura Palu, hal ini dibuktikan
pengobatan karena ia akan berpikir jika
dari p-value yang diperoleh sebesar 0,000
teratur melakukan pengobatan maka ia
≤ α (0,05).
akan segera pulih kembali19.
Menurut asumsi peneliti bahwa ada
Secara teori, apabila seseorang
hubungan antara peran perawat dengan
mengetahui tentang pentingnya penyakit
tingkat kepatuhan minum obat pada
yang dideritanya, maka seseorang
responden yang menderita TB paru di
tersebut akan mengerti tentang rencana
Klinik Paru RSU Anutapura Palu
tindakan dan pengobatan yang akan
dikarenakan adanya peran yang baik dari
diberikan padanya. Adanya pengetahuan
perawat dalam perawatan atau
merupakan tahap awal dalam proses
pengobatan pada responden akan
perubahan perilaku, sehingga
meningkatkan pengetahuan, semangat
pengetahuan merupakan faktor internal
dan motivasi responden untuk patuh
yang mempengaruhi perubahan
minum obat. Peran perawat sebagai
perilaku20.
pendidik kesehatan akan memberikan
Penelitian ini sejalan dengan hasil
pengetahuan baru pada responden dalam
penelitian21 di Puskesmas Kembang Sari
menjalani pengobatan, dan peran perawat
Kota Surabaya yang menyatakan bahwa
sebagai konselor dan advokat akan
tingkat kepatuhan pasien TB paru dalam
meningkatkan semangat dan motivasi
menjalani pengobatannya dipengaruhi
responden dalam menjalani
oleh pendidikan dan usianya, dimana
pengobatannya karena responden merasa
pendidikan yang tinggi dan usia yang
diperhatikan sehingga hal ini berdampak
lebih tua lebih patuh dalam menjalani
positif terhadap peningkatan kepatuhan
pengobatan TB paru dibanding pasien
responden dalam minum obat. Begitu
dengan tingkat pendidikan rendah dan
juga sebaliknya, responden yang merasa
usia yang lebih muda.
peran perawat masih kurang dapat
3. Hubungan peran perawat dengan
tingkat kepatuhan minum obat pada menyebabkan responden malas dalam

9
menjalani pengobatan. Ketidakpuasan dalam penyelesaian konflik terkait
terhadap pelayanan yang diberikan penyakit agar dapat meningkatkan
perawat dapat membuat responden kepatuhan pasien untuk menjalani
10
kurang mematuhi anjuran pengobatan pengobatan hingga tuntas . Peran tenaga
yang diberikan. kesehatan dalam hal ini merupakan salah
Berbeda halnya yang terjadi pada satu faktor yang sangat mempengaruhi
responden yang merasa peran perawat perubahan perilaku masyarakat17.
sudah baik namun kurang patuh minum Perawat dalam memberikan
obat, hal ini diduga karena faktor yang motivasi kepada penderita harus dapat
dapat menurunkan kepatuhan minum obat membangkitkan motivasi penderita untuk
bukan hanya dipengaruhi oleh peran sembuh, seperti motivasi yang tinggi dari
perawat saja, namun dukungan keluarga penderita untuk sembuh dan takut bila
merupakan faktor yang sangat penyakit berlanjut serta takut bila lupa
berkontribusi terhadap kesembuhan minum obat. Peran perawat yang dirasa
responden, sehingga walaupun perawat kurang baik akan meningkatkan
sudah berperan sebaik mungkin dalam ketidakpatuhan penderita TB paru dalam
memberikan pelayanan perawatan pada pengobatan22.
responden, tetapi jika tidak ditunjang Keluarga dapat menjadi faktor
dengan dukungan keluarga yang baik yang sangat berpengaruh dalam
maka dapat berdampak negatif terhadap menentukan keyakinan dan nilai
kepatuhan responden, di mana responden kesehatan individu serta dapat juga
menjadi kurang patuh untuk menjalani menentukan tentang program pengobatan
pengobatan. Sedangkan pada responden yang dapat mereka terima. Dukungan
yang merasa peran perawat masih kurang keluarga dalam bentuk dukungan dari
baik namun patuh minum obat, hal ini anggota keluarga merupakan faktor
diduga karena dukungan keluarga yang penting dalam kepatuhan terhadap
19
sudah baik sehingga meningkatkan program-program medis . Pengobatan
motivasi responden ingin sembuh melalui TB paru membutuhkan waktu yang lama,
patuh terhadap pengobatan. sehingga dimungkinkan penderita tidak
Dalam pelaksanaan TB paru, patuh dalam menelan obat, di samping
perawat harus berperan dan mendukung masih adanya stigma tentang TB paru dan
dengan memberi semangat, terbatasnya informasi pelayanan dan
mendengarkan keluhan pasien, membantu pengobatan TB dimasyanakat dengan

10
alsan tertentu. Oleh karena itu untuk obat penderita TB di Poliklinik MDR
menanggulangi masalah tersebut Rumah Sakit Umum Daerah Dr H. Abdul
dukungan keluarga pada penderita TB Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019,
paru sangat penting untuk menurunkan dengan nilai Odds Ratio 7,327 artinya
angka drop-out dan meningkatkan peran perawat yang baik memberi
kesembuhan penderita TB paru23. peluang 7,3 kali lebih besar pada pasien
Dukungan keluarga sangat untuk patuh minum obat jika
menunjang keberhasilan pengobatan dibandingkan dengan peran perawat yang
pasien TB Paru dengan cara selalu kurang baik.
mengingatkan penderita agar minum Implikasi dalam dunia keperawatan
obat, pengertian yang dalam terhadap yaitu pelayanan kesehatan yang baik akan
penderita yang sedang sakit dan memberi menentukan keberhasilan dalam program
semangat agar tetap rajin berobat. pengobatan pada pasien TB Paru, upaya
Dukungan keluarga yang diperlukan selanjutnya melakukan pengawasan
untuk mendorong pasien TB Paru dalam pengobatan dan menerapkan
dengan menunjukkan kepedulian dan strategi pendidikan kesehatan terhadap
simpati, dan merawat pasien. Dukungan pasien TB Paru.
keluarga, yang melibatkan keprihatinan SIMPULAN DAN SARAN
emosional, bantuan dan penegasan, akan Simpulan
membuat pasien TB Paru tidak kesepian Simpulan berdasarkan hasil penelitian
dalam menghadapi situasi serta dukungan dan pembahasan yaitu:
keluarga dapat memberdayakan pasien 1. Sebagian besar peran perawat di Klinik
TB Paru selama masa pengobatan dengan Paru RSU Anutapura Palu dalam
mendukung terus menerus, seperti memberikan pelayanan keperawatan pada
mengingatkan pasien untuk mengambil pasien tuberculosis paru adalah baik.
obat-obatan dan menjadi peka terhadap 2. Sebagian besar pasien tuberculosis paru
penderita TB Paru jika mereka di Klinik Paru RSU Anutapura Palu patuh
24
mengalami efek samping dari obat TB . minum obat.
Sejalan dengan penelitian yang Saran
dilakukan oleh25 bahwa hasil uji statistik 1. Bagi STIKes Widya Nusantara Palu
diperoleh p-value 0,002 ≤ α (0,05), maka Disarankan agar lebih memperkaya
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sumber terbaru tentang penyakit
peran perawat dengan kepatuhan minum tuberkulosis paru untuk dapat menambah

11
wawasan mahasiswa dan memudahkan 3. Kementerian Kesehatan Republik
dalam mencari referensi yang terkait, Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia.
selain itu disarankan untuk mahasiswa Jakarta: Kementrian Kesehatan
selanjutnya agar meneliti lebih lanjut Republik Indonesia; 2018.
tentang kepatuhan minum obat pasien 4. Kementerian Kesehatan Republik
tuberculosis paru dengan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia.
menghubungkan variabel lain seperti Jakarta: Kementrian Kesehatan
dukungan keluarga. Republik Indonesia; 2019.
5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
2. Bagi Pasien Tuberculosis Paru Tengah. Profil Kesehatan Provinsi
Disarankan kepada pasien Sulawesi Tengah. Palu: Dinkes Provinsi
tuberculosis paru agar melakukan Sulawesi Tengah; 2017.
pengobatan selama enam bulan dengan 6. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
patuh, serta memberikan masukan, kritik Tengah. Profil Kesehatan Provinsi
ataupun saran pada perawat jika dianggap Sulawesi Tengah. Palu: Dinkes Provinsi
pelayanan yang diberikan masih kurang Sulawesi Tengah; 2018.
memuaskan melalui kotak saran. 7. Departemen Kesehatan Republik
3. Bagi Klinik Paru RSU Anutapura Palu Indonesia. Modul Pengobatan Pasien
Disarankan kepada pihak RSU TB di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI;
Anutapura Palu khususnya Klinik Paru 2013.
agar menambah jumlah tenaga perawat 8. Aditama H. Tuberkulosis Paru: Masalah
pelaksana di Klinik Paru agar dan Penanggulangannya. Jakarta: UI
menyesuaikan dengan jumlah kunjungan Press; 2015.
pasien sehingga program penangulangan 9. Djitowiyono S. Pendekatan Strategi
Tuberculosis dapat terlaksana dengan DOTS dalam Kepatuhan Berobat Pasien
lebih efektif. TB. Yogyakarta: Surya Medika; 2013.
REFERENSI 10. Kozier B, ERB G, Berman A & Snyder
1. Anggraini D. Stop Tuberkulosis. Bogor: SJ. Buku Ajar Fundamental
Publishing; 2011. Keperawatan: Konseling pasien
2. World Health Organization. Global Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta:
Tuberculosis Report. Switzerland: EGC; 2013.
WHO Press; 2018. 11. Widjadja R. Penyakit Kronis. Jakarta:
Bee Media Indonesia; 2014.

12
12. Harrison. Buku Saku Harrison penderita TB Paru di Puskesmas
Pulmonologi. Tangerang: Karisma Kembang Sari Kota Surabaya [Skripsi].
Publishing Group; 2013. Surabaya: Ubaya; 2015.
13. Hopewell PC. Standard International 23. Arifin N. Penatalaksanaan TB MDR
Untuk Pelayanan Tuberkulosis. Jakarta: dan Strategi DOTS Plus. Jakarta:
Bakti Husada; 2012. Departemen Pulmonologi dan Ilmu
14. Hasyim M, Prasetyo J & Ghofar A. Kedokteran Respirasi FKUI-RSUP
Buku Pedoman Keperawatan. Persahabatan; 2015.
Yogyakarta: Penerbit Indoliterasi; 2014. 24. Friedman M. Keperawatan Keluarga
15. Netty. Hubungan Peran Petugas Teori dan Praktik. Jakarta: EGC; 2010.
Kesehatan dan Dukungan Keluarga 25. Suradi. Diagnosis dan Pengobatan TB
dengan Tingkat Kepatuhan Minum Paru. Surakarta: FK UNS: 2010.
Obat pada Pasien TB Paru BTA + di 26. Gunawan R. Hubungan peran perawat
Wilayah Kerja UPT Puskesmas dengan kepatuhan minum obat
Martapura 1 Banjarmasin. Jurnal An- penderita TB di Poliklinik Mdr Rumah
nadaa. 2018. Hal .45-50. Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul
16. Rumah Sakit Umum Anutapura. Moeloek Provinsi Lampung. Malahayati
Laporan RSU Anutapura. Palu: RSU Nursing Journal; 2020. Vol. 2: (1).
Anutapura; 2020.
17. Effendy F. Keperawatan Kesehatan
Komunitas. Jakarta: Salemba Medika;
2012.
18. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
19. Mubarak IW. Promosi Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika; 2012.
20. Suryanto E. Tuberkulosis dan HIV.
Jakarta: JRI; 2011
21. Mar’at. Sikap Manusia, Perubahan
Serta Pengukurannya. Bandung:
Ghalian; 2014.
22. Aprianus T. Hubungan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat

13
1
Anggraini D. Stop Tuberkulosis. Bogor (ID): Publishing; 2011.

2
World Health Organization. Global Tuberculosis Report. Switzerland (CH): WHO Press; 2018.

3
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta (ID):
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
4
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta (ID): Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2019.

5
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Palu (ID): Dinkes
Provinsi Sulawesi Tengah; 2018.

6
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Modul Pengobatan Pasien TB di Rumah Sakit. Jakarta (ID):
Depkes RI; 2013.

7
Aditama H. Tuberkulosis Paru: Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta (ID): UI Press; 2015.

8
Djitowiyono S. Pendekatan Strategi DOTS dalam Kepatuhan Berobat Pasien TB. Yogyakarta (ID): Surya
Medika; 2013.

9
Kozier B, ERB G, Berman A & Snyder SJ. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konseling pasien Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta (ID): EGC; 2013.

10
Widjadja R. Penyakit Kronis. Jakarta (ID): Bee Media Indonesia; 2014.

11
Harrison. Buku Saku Harrison Pulmonologi. Tangerang (ID): Karisma Publishing Group; 2013.

12
Hopewell PC. Standard International Untuk Pelayanan Tuberkulosis. Jakarta (ID): Bakti Husada; 2012.

13
Hasyim M, Prasetyo J & Ghofar A. Buku Pedoman Keperawatan. Yogyakarta (ID): Penerbit Indoliterasi;
2014.

14
Netty. Hubungan Peran Petugas Kesehatan dan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan
Minum Obat pada Pasien TB Paru BTA + di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Martapura 1
Banjarmasin. Jurnal An-nadaa. 2018. Hal .45-50.
15
Rumah Sakit Umum Anutapura. Laporan RSU Anutapura. Palu (ID): RSU Anutapura; 2020.

16
Effendy F. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta (ID): Salemba Medika; 2012.
17
Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.

18
Mubarak IW. Promosi Kesehatan. Jakarta (ID): Salemba Medika; 2012.

19
Suryanto E. Tuberkulosis dan HIV. Jakarta (ID): JRI; 2011

20
Mar’at. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Bandung (ID): Ghalian; 2014.
21
Aprianus T. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat penderita TB Paru di
Puskesmas Kembang Sari Kota Surabaya [Skripsi]. Surabaya (ID): Ubaya; 2015.
22
Arifin N. Penatalaksanaan TB MDR dan Strategi DOTS Plus. Jakarta (ID): Departemen Pulmonologi dan
Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RSUP Persahabatan; 2015.

23
Friedman M. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta (ID): EGC; 2010.

24
Suradi. Diagnosis dan Pengobatan TB Paru. Surakarta (ID): FK UNS: 2010.
25
Gunawan R. Hubungan peran perawat dengan kepatuhan minum obat penderita TB di
Poliklinik Mdr Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Malahayati
Nursing Journal; 2020. Vol. 2: (1).

Anda mungkin juga menyukai