NOMOR TAHUN 19
TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
Catatan: judul disesuaikan dengan ruang lingkup pengaturan dalam batang
tubuh, yaitu pelayanan kesehatan terhadap PAK yang berkaitan dengan
diagnostik dan tata laksananya. Sehingga rancangan permenkes ini tidak
dimaknai sebagai pengaturan mengenai standar teknis kesehatan secara luas
terhadap PAK, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 PP Kesja.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.
Pasal 2
(1) Pelayanan penyakit akibat kerja diberikan pada pekerja
yang menderita atau diduga menderita penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja.
(2) Pelayanan penyakit akibat kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berlaku untuk semua pekerja baik sektor
formal maupun informal, termasuk Aparatur Sipil
Negara, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Pasal 3
Pelayanan penyakit akibat kerja meliputi:
a. diagnosis penyakit akibat kerja; dan
b. tata laksana penyakit akibat kerja.
Pasal 4
(1) Diagnosis penyakit akibat kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf a dilaksanakan melalui kegiatan
dengan pendekatan 7 (tujuh) langkah yang meliputi:
a. penegakan diagnosis klinis;
b. penentuan pajanan yang dialami pekerja di tempat
kerja;
c. penentuan hubungan antara pajanan dengan
diagnosis klinis;
d. penentuan besarnya pajanan;
e. penentuan faktor individu yang berperan;
f. penentuan faktor lain di luar tempat kerja; dan
g. penentuan diagnosis okupasi.
(2) Pendekatan 7 (tujuh) langkah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk memastikan seorang
-5-
Pasal 5
Dalam proses penegakan diagnosis penyakit akibat kerja
dengan pendekatan 7 (tujuh) langkah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, ditetapkan 2 (dua) kategori yang meliputi:
a. penyakit akibat kerja yang spesifik pada jenis pekerjaan
tertentu; dan
b. dugaan penyakit akibat kerja.
Pasal 6
(1) Penyakit akibat kerja yang spesifik pada jenis pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
dapat ditegakkan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan.
Catatan: ayat (1) dipindah setelah ayat (3)
(2) Penyakit akibat kerja yang spesifik pada jenis pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi kriteria, meliputi:
a. penyakit memiliki penyebab yang jelas dan spesifik;
b. memiliki hubungan waktu antara pajanan dan
timbulnya penyakit yang jelas;
c. besar pajanan dapat diketahui/diakui secara umum;
dan
d. pengaruh faktor individu dan faktor lain di luar
tempat kerja dapat disingkirkan dengan sederhana.
(3) Penyakit akibat kerja yang spesifik pada jenis pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) termasuk gangguan atau penyakit yang disebabkan
oleh kecelakaan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Penegakan diagnosis penyakit akibat kerja yang spesifik
dilakukan oleh dokter atau dokter spesialis yang
berkompeten di bidang kesehatan kerja sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
-6-
Pasal 7
(1) Dugaan penyakit akibat kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b merupakan penyakit yang diduga
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
(2) Dugaan penyakit akibat kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memiliki kriteria sebagai berikut:
a. penyakit memiliki satu atau lebih agen penyebab;
b. terdapat beberapa pajanan tempat kerja yang
kompleks sebagai penyebab penyakit;
c. membutuhkan keahlian khusus untuk
menginterpretasikan hubungan waktu dan besarnya
pajanan tempat kerja yang dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja;
d. membutuhkan keahlian khusus untuk
menginterpretasikan pengaruh faktor individu dan
faktor lain di luar tempat kerja yang dapat menjadi
perancu;
e. penyakit baru yang diduga penyakit akibat kerja
(penyakit baru dan/atau disebabkan pajanan baru);
f. membutuhkan peran lintas profesi dalam
menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja;
dan/atau
g. adanya keraguan dan atau ketidakpuasan pihak
tertentu tentang diagnosis penyakit akibat kerja.
-7-
Catt:
Kemenkeu: Kriteria tidak kumulatif?
(3) Penegakan diagnosis pada dugaan penyakit akibat kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
dokter spesialis yang berkompeten di bidang penyakit
akibat kerja sesuai dengan kewenangan masing-masing.
(4) Daftar contoh penyakit yang dapat menjadi dugaan
penyakit akibat kerja tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Catt:
Kemenkeu: dugaan penegakkannya dimana? Di FKRTL?
Pasal 8
(1) Tata laksana penyakit akibat kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dilakukan sesuai
dengan kebutuhan medis yang meliputi:
a. tata laksana medis; dan
b. tata laksana okupasi.
(2) Tata laksana medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilakukan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, dan standar operasional prosedur.
(3) Tata laksana okupasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b terdiri atas tata laksana okupasi pada
individu dan tata laksana okupasi pada komunitas.
(4) Tata laksana okupasi pada individu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) meliputi:
a. edukasi dan konseling;
b. tindakan untuk mencegah komplikasi atau
keparahan;
c. pelayanan penilaian kelaikan kerja;
d. pelayanan penilaian kembali bekerja; dan
e. pelayanan penilaian kecacatan.
(5) Tata laksana okupasi pada komunitas sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) meliputi:
a. pelayanan pencegahan penyakit akibat kerja; dan
b. pelayanan penemuan dini penyakit akibat kerja.
-8-
Pasal 9
(1) Sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pelayanan
penyakit akibat kerja sesuai dengan kebutuhan
pelayanan masing-masing penyakit akibat kerja.
(2) Dalam hal di fasilitas pelayanan kesehatan tidak tersedia
sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan
pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
dilakukan rujukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan.
Pasal 10
Pembiayaan pelayanan penyakit akibat kerja dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
(1) Setiap fasilitas pelayanan kesehatan penyelenggara
pelayanan penyakit akibat kerja wajib melakukan
pencatatan terhadap pekerja yang menderita atau diduga
menderita penyakit akibat kerja.
Catt:
Kemenkeu klarifikasi kata “wajib”, apa implikasinya
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaporkan secara berjenjang kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan
Kementerian Kesehatan.
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bagian dari surveilans kesehatan pekerja.
-9-
Pasal 12
(1) Selain pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan penyakit akibat kerja
wajib melapor ke badan penyelenggara jaminan
pelayanan penyakit akibat kerja sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Catt:
Kemenkeu klarifikasi kata “wajib”, apa implikasinya
Pasal 13
Ketentuan mengenai diagnosis dan tata laksana penyakit
akibat kerja dan penyelenggaraan pelayanan penyakit akibat
kerja tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 14
(1) Menteri Kesehatan, menteri terkait, kepala dinas
kesehatan provinsi, dan kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota, dan instansi daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan pelayanan penyakit akibat
kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
- 10 -
Pasal 15
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1750), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 16
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 11 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
LAMPIRAN
- 12 -
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah usia kerja yang besar merupakan tantangan sekaligus
peluang dalam terwujudnya keberhasilan pembangunan bangsa. Pekerja
yang sehat merupakan aset bangsa. Dalam melakukan pekerjaannya,
pekerja memiliki risiko terhadap gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh proses kerja, lingkungan kerja serta perilaku kesehatan pekerja.
Sehingga pekerja tidak hanya berisiko menderita penyakit yang terjadi
secara umum pada masyarakat, tetapi juga dapat menderita penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja. Untuk itu pekerja perlu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang komprehensif baik sebagai anggota masyarakat
dan sebagai pekerja. Setiap pengelola tempat kerja harus mengupayakan
tempat kerja yang aman dan sehat agar pekerjanya sehat dan produktif.
B. Sasaran
1. Dokter;
2. Dokter spesialis;
3. Tenaga kesehatan lain;
4. Tenaga lain di bidang kesehatan kerja
5. Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama;
6. Fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan;
7. Dinas Kesehatan;
8. Dinas Ketenagakerjaan;
9. Pemberi kerja;
10. Pekerja/asosiasi pekerja;
11. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan;
12. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan;
13. PT. ASABRI;
14. PT. TASPEN; dan
15. Pemangku kepentingan terkait lainnya.
- 14 -
BAB II
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Berbeda dengan kecelakaan kerja yang terjadi secara akut dan mudah
diketahui penyebabnya, perjalanan penyakit akibat kerja umumnya
berlangsung cukup lama dan kurang/tidak adanya dokumentasi data
lingkungan kerja menyebabkan kesulitan dokter dalam mengkorelasikan klinis
penyakitnya dengan penyebab penyakit yang berasal dari tempat kerja. Namun
demikian dengan perkembangan profesi ilmu kedokteran saat ini telah
meningkatkan kemampuan dokter dalam melakukan diagnosis penyakit akibat
kerja untuk memastikan penyebab penyakit berasal dari pekerjaan baik dari
proses, bahan, alat, perilaku maupun lingkungan kerja.
1. Aspek medik: dasar tata laksana medis dan tata laksana okupasi serta
membatasi kecacatan dan keparahan penyakit.
2. Aspek komunitas: upaya untuk pencegahan dan perlindungan pekerja
lain, sehingga penegakkan diagnosa akibat kerja merupakan Public Health
Concern.
3. Aspek legal: pemenuhan hak pekerja.
BAB III
DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
Tenaga kesehatan
1 Tuberkulosis Penyakit yang Tuberkulosis Mycobacterium Tidak ada Minimal 1 Tidak ada Tidak ada Tuberkulosis Paru Akibat
yang melayani
Paru Akibat disebabkan oleh Paru Tuberculosis bulan kontak Kerja
pasien TB
Kerja faktor biologi dari manusia dengan
Petugas
dan penyakit yang terinfeksi penderita TB
ICD : laboratorium
infeksi atau di luar
memeriksa
parasit : tempat kerja.
specimen pasien
A15,- + Y96 tuberkulosis
TB
A16,- + Y96 Tenaga non
A17,- + Y96 kesehatan di
A18,- + Y96 fasilitas kesehatan
A19,- + Y96 yang kontak
dengan pasien/
spesimen TB
L24.2 + Y96
(karena pelarut)
L24.3 + Y96
(karena
kosmetik)
L24.4 + Y96
(karena obat
kontak dengan
kulit)
L24.5 + Y96
(karena produk
kimia lain)
L24.6 + Y96
(karena
makanan kena
kulit)
L24.7 + Y96
(karena
tanaman)
L24.8 + Y96
(karena agen
- 25 -
Diagnosis Kriteria 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
Akibat Kerja Jenis Penyakit Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7
No yang Spesifik Akibat Kerja
Pada Jenis (Perpres Nomor Faktor Lain
Diagnosis Tanda Faktor Diagnosis Okupasi
Pekerjaan 9 Tahun 2019) Pekerjaan Agen / Pajanan Lama Pajanan Di Luar
Klinis Patognomonik Individu (Penyakit Akibat Kerja)
Tertentu Pekerjaan
lain)
L23.3 + Y96
(karena obat
kontak dengan
kulit)
L23.4 + Y96
(karena
pewarna)
L23.5 + Y96
(karena produk
kimia lainnya)
L23.6 + Y96
(karena
makanan kena
kulit)
L23.7 + Y96
(karena
- 26 -
Diagnosis Kriteria 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
Akibat Kerja Jenis Penyakit Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7
No yang Spesifik Akibat Kerja
Pada Jenis (Perpres Nomor Faktor Lain
Diagnosis Tanda Faktor Diagnosis Okupasi
Pekerjaan 9 Tahun 2019) Pekerjaan Agen / Pajanan Lama Pajanan Di Luar
Klinis Patognomonik Individu (Penyakit Akibat Kerja)
Tertentu Pekerjaan
tanaman)
L23.8 + Y96
(karena agen
lain)
5 Varicella Akibat Penyakit yang Varicella Tenaga kesehatan Virus varicella Tidak ada Minimal 14 Tidak ada Tidak kontak Varicella Akibat Kerja
Kerja disebabkan oleh zoster virus yang melayani zoster hari setelah dengan
faktor biologi dari manusia pasien varicella kontak penderita
ICD :
lain di tempat varicella di
B01.8 + Y96 kerja luar tempat
kerja.
B01.9 + Y96
Infrared, Minimal 6 Tidak ada
6 Katarak Akibat Penyakit yang Katarak Pekerja dengan Usia pekerja di Tidak ada Katarak Akibat Kerja
Microwave bulan setelah riwayat
Kerja disebabkan oleh pajanan radiasi bawah 40 aktivitas
Radiasi kontak. trauma
radiasi optik, pengion dari tahun terpajan di
ICD : pengion (rata-rata mata
meliputi mesin x-ray luar
terpajan sebelumn
H26.8 + Y96 ultraviolet, Teknisi radar dan pekerjaan.
setiap hari ya,
radiasi microwave
kerja > 4 jam) Tidak ada
elektromagnetik Pekerja di reaktor
riwayat
(visible light), nuklir,
DM
infra merah, Pandai besi,
sebelumn
termasuk laser. Pekerja blower ya,
kaca
Pekerja lain
terpajan infrared
7 Keratitis Akibat Penyakit yang Photokeratiti Welders (pekerja Ultra Violet Gejala timbul Timbul < 24 Tidak ada Tidak ada Keratitis Akibat Kerja
Kerja disebabkan oleh s pengelasan) segera setelah jam setelah
radiasi optik, Pekerja peleburan terpajan terpajan
ICD : meliputi logam, exposure las
ultraviolet, Pekerja glass
H16.1 + Y96 radiasi blower,
elektromagnetik Pekerja yang
(visible light), terpajan laser
infra merah, grade 3-4 (panjang
termasuk laser gelombang 532 -
- 27 -
Diagnosis Kriteria 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
Akibat Kerja Jenis Penyakit Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7
No yang Spesifik Akibat Kerja
Pada Jenis (Perpres Nomor Faktor Lain
Diagnosis Tanda Faktor Diagnosis Okupasi
Pekerjaan 9 Tahun 2019) Pekerjaan Agen / Pajanan Lama Pajanan Di Luar
Klinis Patognomonik Individu (Penyakit Akibat Kerja)
Tertentu Pekerjaan
1064 nm)
Pekerja terpajan
UV lainnya
8 Carpal Tunnel Carpal tunnel Carpal Dokter gigi, Gerakan Tidak ada Minimal 8 Tidak ada Tidak ada Carpal Tunnel Syndrom
Syndrom Akibat syndrome Tunnel Pekerja dengan berulang-ulang bulan. obesitas, aktifitas lain Akibat Kerja
Kerja karena periode Syndrom alat Jack (gerak repetitif), (rata-rata Tidak ada di luar
berkepanjangan Hammer, pekerjaan yang terpajan kehamilan pekerjaan
ICD : dengan gerak Pekerja mengetik, melibatkan setiap hari Tidak ada yang dapat
repetitif yang Pekerja pemotong getaran, Posisi kerja > 4 jam) riwayat menyebabkan
G56.0 + Y96 mengerahkan daging (butcher), ekstrim pada dislipidem CTS seperti
tenaga, Pekerja pergelangan ia, gerakan
pekerjaan yang menggunakan tangan terutama hipertensi repetitif,
melibatkan gergaji (sawmill), kombinasi dari , DM, pekerjaan
getaran, posisi Pekerja perakitan risiko tersebut Rheumath yang
ekstrim pada (manufacture) oid, melibatkan
pergelangan Pekerja pelinting Arthritis getaran,
tangan rokok dengan Tidak ada posisi ekstrim
tangan, riwayat pada
Pekerja pemain cidera pergelangan
musik drum pada tangan.
Pekerja lainnya pergelang
yang terpajan an
gerakan berulang tangan.
(gerak repetitif),
getaran, posisi
ekstrim pada
pergelangan
tangan.
- 28 -
Diagnosis Kriteria 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
Akibat Kerja Jenis Penyakit Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7
No yang Spesifik Akibat Kerja
Pada Jenis (Perpres Nomor Faktor Lain
Diagnosis Tanda Faktor Diagnosis Okupasi
Pekerjaan 9 Tahun 2019) Pekerjaan Agen / Pajanan Lama Pajanan Di Luar
Klinis Patognomonik Individu (Penyakit Akibat Kerja)
Tertentu Pekerjaan
9 Rhinitis Akibat Kelainan Rhinitis Pekerja di pabrik isosianat Gejala timbul Segera setelah Tidak ada Tidak ada Rhinitis Akibat Kerja
Kerja saluran Alergi semen, tepung dan setelah terpajan terpajan riwayat pajanan debu
pernafasan atas Pekerja pabrik debu biji bijian dan berkurang alergi lain di luar
ICD : yang textile, detergen apabila sebelumnya pekerjaan.
disebabkan oleh Pekerja bubuk yang menghindari
J30.3 + Y96 sensitisasi atau pertambangan mengandung pajanan .
iritasi zat yang batubara, enzym,
ada dalam serbuk sari,
proses
pekerjaan
10 Laringitis Akut Penyakit Laringitis Penyanyi, Penggunaan pita Suara serak Segera setelah Tidak ada Tidak ada Laringitis Akut Akibat Kerja
Akibat Kerja saluran Akut Presenter, suara setelah penggunaan riwayat
pernafasan lain (overuse of Pembaca berita, berlebihan penggunakan suara infeksi
ICD : di mana ada voice Guru, dosen, suara berlebihan saluran
hubungan laryngitis) Pekerjaan lain berlebihan saat pernafasan
J04.0 + Y96 langsung antara yang bekerja atas
pajanan faktor menggunakan sebelumnya
risiko yang suara berlebihan.
muncul akibat
aktivitas
pekerjaan.
11 Tuli sensori Kerusakan Efek Pekerja drilling, Bising berlebih Pemeriksaan Terpajang Tidak Tidak ada Tuli sensori neural akibat
neural akibat pendengaran kebisingan Pekerja bengkel, audiometri bising ditemuka hobi bising di tempat kerja.
bising di tempat yang pada telinga Pengemudi alat nada murni berlebihan n riwayat mendengarka
kerja disebabkan oleh bagian dalam berat, didapatkan tuli minimal 6 genetik n musik
(Noise Induced kebisingan Pekerja kamar sensorineural tahun. pada keras,
Hearing Loss) mesin kapal, pada frekuensi telinga menembak,
Pekerja ruang antara 3000 – Tidak ada dan lain lain
ICD : mesin kompresor 6000 Hz. riwayat
hiperbarik, minum
H90.3 + Y96 Teknisi pesawat, obat
Penerbang (ototoksik)
helicopter Tidak ada
Pekerja di riwayat
landasan pesawat, infeksi
Tenaga kesehatan telinga
kronik
- 29 -
Diagnosis Kriteria 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
Akibat Kerja Jenis Penyakit Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7
No yang Spesifik Akibat Kerja
Pada Jenis (Perpres Nomor Faktor Lain
Diagnosis Tanda Faktor Diagnosis Okupasi
Pekerjaan 9 Tahun 2019) Pekerjaan Agen / Pajanan Lama Pajanan Di Luar
Klinis Patognomonik Individu (Penyakit Akibat Kerja)
Tertentu Pekerjaan
evakuasi medis Tidak ada
udara riwayat
Pandai besi, trauma
Personil militer kepala,
dan kepolisian trauma
yang telinga
menggunakan
senjata api
Pekerjaan lainnya
yang terpajan
bising tinggi.
12 Nyeri Punggung Penyakit otot Nyeri Perawat yang Mengangkat Keluhan terjadi Bersifat akut Tidak ada Tidak ada Nyeri Punggung Bawah
Bawah Akibat dan kerangka Punggung angkat angkut beban berat saat sedang segera setelah riwayat aktivitas Akibat Kerja
Kerja lain Bawah pasien bekerja atau terpajan (< 24 trauma manual
(Low Back Pain Sederhana Pekerja kuli segera setelah jam setelah tulang handling di
Akibat Kerja) (Low Back panggul angkat angkut terpajan). punggung luar
Pain) Pekerjaan dengan saat bekerja sebelumn pekerjaan.
ICD : mengangkat ya,
beban berat Tidak ada
M54.5 + Y96 lainnya riwayat
RA/OA
pada
tulang
punggung
sebelumn
ya.
13 HNP Akibat Penyakit otot HNP Perawat yang Manual Keluhan Bersifat akut Tidak ada Tidak ada HNP Akibat Kerja
Kerja dan kerangka angkat angkut handling. terjadi saat segera setelah riwayat aktivitas
lain pasien, sedang terpajan (< 24 trauma manual
ICD : Pekerja kuli bekerja atau jam setelah tulang handling di
panggul, segera setelah terpajan) punggung luar
M51.1 + Y96 Pekerjaan dengan angkat angkut sebelumn pekerjaan.
mengangkat saat bekerja ya,
beban berat Hasil rontgen Tidak ada
lainnya. Lesi di L3, L4, riwayat
L5 RA/OA
pada
tulang
- 30 -
Diagnosis Kriteria 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
Akibat Kerja Jenis Penyakit Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7
No yang Spesifik Akibat Kerja
Pada Jenis (Perpres Nomor Faktor Lain
Diagnosis Tanda Faktor Diagnosis Okupasi
Pekerjaan 9 Tahun 2019) Pekerjaan Agen / Pajanan Lama Pajanan Di Luar
Klinis Patognomonik Individu (Penyakit Akibat Kerja)
Tertentu Pekerjaan
punggung
sebelumn
ya.
14 Otitic Penyakit yang Aero otitic Penerbang Perubahan Tidak ada Bersifat akut Tidak ada Tidak ada Otitic barotrauma akibat
barotrauma disebabkan oleh barotrauma Awak kabin tekanan segera setelah kerja
akibat kerja udara Atlet dirgantara, terpajan
bertekanan atau Pekerja penyelam,
ICD : udara yang Tenaga kesehatan
didekompresi pendamping
T70.0 + Y96 ruang udara
Hypobarik dan
Hyperbarik
(TOHB),
Pekerja di bawah
tanah
(Compressed Air
Worker /CAW)
Tenaga kesehatan
evakuasi medis
udara
15 Sinus Penyakit yang Sinus Penerbang, Perubahan Tidak ada Bersifat akut Tidak ada Tidak ada Sinus barotrauma akibat
barotrauma disebabkan oleh barotrauma Awak kabin tekanan segera setelah kerja
akibat kerja udara Atlet dirgantara, terpajanan
bertekanan atau penyelam,
ICD : udara yang Tenaga kesehatan
didekompresi pendamping
T70.1 + Y96 ruang udara
Hypobarik dan
Hyperbarik
(TOHB),
Pekerja di bawah
tanah
(Compressed Air
Worker/CAW)
Tenaga kesehatan
evakuasi medis
udara
- 31 -
Diagnosis Kriteria 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
Akibat Kerja Jenis Penyakit Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7
No yang Spesifik Akibat Kerja
Pada Jenis (Perpres Nomor Faktor Lain
Diagnosis Tanda Faktor Diagnosis Okupasi
Pekerjaan 9 Tahun 2019) Pekerjaan Agen / Pajanan Lama Pajanan Di Luar
Klinis Patognomonik Individu (Penyakit Akibat Kerja)
Tertentu Pekerjaan
16 Barotrauma Penyakit yang Barotrauma Penerbang, Perubahan Tidak ada Bersifat akut Tidak ada Tidak ada Barotrauma Akibat Kerja
Akibat Kerja disebabkan oleh (Mata, Awak kabin tekanan segera setelah (Mata, Saluran Cerna
(Mata, Saluran udara Saluran Atlet dirgantara, terpajanan Saluran Napas, Kulit, Gigi)
Cerna Saluran bertekanan atau Cerna Penyelam,
Napas, Kulit, udara yang Saluran Tenaga kesehatan
Gigi) didekompresi Napas, Kulit, pendamping
Gigi) ruang udara
ICD : Hypobarik dan
Hyperbarik
T70.2 + Y96 (TOHB),
Pekerja di bawah
tanah
(Compressed Air
Worker/CAW),
Tenaga kesehatan
evakuasi medis
udara
17 Penyakit Penyakit yang Penyakit Penerbang, Perubahan Tidak ada Bersifat akut Tidak ada Tidak ada Penyakit Dekompresi Akibat
Dekompresi disebabkan oleh Dekompresi Awak kabin tekanan segera setelah Kerja (Caisson Disease
Akibat Kerja udara (Caisson Atlet dirgantara, terpajanan Akibat Kerja)
(Caisson bertekanan atau Disease) Penyelam,
Disease Akibat udara yang Tenaga kesehatan
Kerja) didekompresi pendamping
ruang udara
ICD : Hypobarik dan
Hyperbarik
T70.3 + Y96 (TOHB),
Pekerja di bawah
tanah
(Compressed Air
Worker/CAW),
Tenaga kesehatan
evakuasi medis
udara
- 32 -
Diagnosis Kriteria 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
Akibat Kerja Jenis Penyakit Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7
No yang Spesifik Akibat Kerja
Pada Jenis (Perpres Nomor Faktor Lain
Diagnosis Tanda Faktor Diagnosis Okupasi
Pekerjaan 9 Tahun 2019) Pekerjaan Agen / Pajanan Lama Pajanan Di Luar
Klinis Patognomonik Individu (Penyakit Akibat Kerja)
Tertentu Pekerjaan
18 Hepatitis B Penyakit yang Hepatitis B Tenaga kesehatan Virus Hepatitis Pernah Kurang dari 6 Tidak ada Tidak ada Hepatitis B Akibat kerja
Akibat kerja disebabkan oleh Akut yang merawat B dari darah mengalami bulan riwayat riwayat
faktor biologi pasien dan/ cairan needle stick Hepatitis B transfusi
ICD : dan penyakit Tenaga tubuh yang injury atau sebelumnya darah
infeksi atau laboratorium terinfeksi terkena benda (Pemeriksa
B16.9 + Y96 parasite, virus tajam an
hepatitis terkontaminasi sebelumnya
pasien Hepatitis negatif)
B
19 Hepatitis C Penyakit yang Hepatitis C Tenaga kesehatan Virus Hepatitis Kurang dari 6 Tidak ada Tidak ada Hepatitis C Akibat kerja
Akibat kerja disebabkan oleh Akut yang merawat C dari darah/ Pernah bulan riwayat riwayat
faktor biologi pasien cairan tubuh mengalami Hepatitis C transfusi
ICD : dan penyakit Tenaga yang terinfeksi needle stick sebelumny darah
infeksi atau laboratorium injury atau (Pemeriksa
B17.1 +Y96 parasit, virus terkena benda an
hepatitis tajam sebelumnya
terkontaminasi negatif)
pasien Hepatitis
C
20 Mesothelioma Penyakit kanker Mesotheliom Pekerja pada Asbes Tidak ada Masa laten > Tidak ada Tidak ada Mesothelioma pleura Akibat
Akibat Kerja akibat kerja a pleura industri asbes 15 tahun, riwayat Kerja
disebabkan oleh Pekerja konstruksi durasi menggunaka
ICD : asbestos Pekerja bengkel pajanan tidak n atap asbes
otomotif berpengaruh di luar
C45.0 + Y96 tempat kerja,
Tidak tinggal
di area
sekitar
industri
asbes
21 Asbestosis Pneumokoniosis Pneumoconio Pekerja pada Asbes Pleural plaque Masa laten > Tidak ada Tidak ada Asbestosis Akibat Kerja
Akibat Kerja yang sis karena industri asbes, 15 tahun, riwayat
disebabkan oleh asbes dan Pekerja durasi menggunaka
J61 + Y96 debu mineral serat mineral konstruksi, pajanan n atap asbes
pembentuk lainnya / Pekerja bengkel minimal 15 di luar
jaringan parut Asbestosis aotomotif, tahun tempat kerja,
asbestos Tidak tinggal
- 33 -
Diagnosis Kriteria 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
Akibat Kerja Jenis Penyakit Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7
No yang Spesifik Akibat Kerja
Pada Jenis (Perpres Nomor Faktor Lain
Diagnosis Tanda Faktor Diagnosis Okupasi
Pekerjaan 9 Tahun 2019) Pekerjaan Agen / Pajanan Lama Pajanan Di Luar
Klinis Patognomonik Individu (Penyakit Akibat Kerja)
Tertentu Pekerjaan
di area
sekitar
industri
asbes
22 COVID-19 Faktor biologi COVID-19 Tenaga kesehatan Coronavirus - Gejala muncul Tidak ada a. Dalam COVID-19 Akibat Kerja
Akibat Kerja lain di tempat a. Konfirmasi yang SARS-COV-2 dalam < 14 kurun
kerja dimana b. Probable melayani/merawat yang bersumber hari sejak waktu < 14
ada hubungan /kontak dengan dari pasien dan kontak hari
langsung antara pasien COVID-19 pengunjung dengan pasien sebelum
paparan faktor (konfirmasi/proba fasyankes yang COVID-19 sakit tidak
biologi yang ble/suspek) berstatus atau kontak ada
muncul akibat Tenaga COVID-19 dengan keluarga
aktivitas kesehatan/petuga spesimen satu
pekerjaan s laboratorium pasien rumah/ko
dengan penyakit yang memeriksa COVID-19 ntak
yang dialami spesimen (pada kasus dengan
oleh pekerja, pasien COVID-19 ekstrim dapat kerabat
yang dapat (konfirmasi terjadi lebih dekat di
dibuktikan /probable/ dari 14 hari). luar
secara ilmiah suspek) tempat
dengan Tenaga non kerja yang
menggunakan kesehatan di berstatus
metode yang fasilitas kesehatan COVID-19
tepat. yang kontak (konfirmasi
dengan /probale/s
pasien COVID-19 uspek),
(mengantar atau
pasien, b. Tidak ada
membersihkan riwayat
ruangan di tempat bepergian
perawatan pasien ke luar
COVID-19 negeri/dae
(konfirmasi rah
/probable/suspek) terjangkit
Tenaga dalam
kesehatan/tenaga waktu < 14
non kesehatan hari
yang melakukan sebelum
tugas di luar area sakit.
fasilitas kesehatan
- 34 -
Diagnosis Kriteria 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Penyakit
Akibat Kerja Jenis Penyakit Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7
No yang Spesifik Akibat Kerja
Pada Jenis (Perpres Nomor Faktor Lain
Diagnosis Tanda Faktor Diagnosis Okupasi
Pekerjaan 9 Tahun 2019) Pekerjaan Agen / Pajanan Lama Pajanan Di Luar
Klinis Patognomonik Individu (Penyakit Akibat Kerja)
Tertentu Pekerjaan
dalam rangka
penanganan
COVID-19
(petugas
penyelidikan
epidemiologi/traci
ng, petugas
ambulans, petugas
pemulasaran
jenazah dan lain-
lain).
E. Daftar Beberapa Contoh Penyakit yang Dapat Menjadi Dugaan Penyakit Akibat Kerja
JENIS PENYAKIT
AKIBAT KERJA PEKERJAAN /
PENYAKIT AGEN KETERANGAN
(PERPRES No.7 INDUSTRI
TAHUN 2019)
Hepatitis B akut Virus hepatitis B dari darah Perawatan Hepatitis B akut pada
yang terinfeksi kesehatan dan tenaga kesehatan, petugas
pekerjaan lab, namun belum
laboratorium. memenuhi kriteria 7
langkah diagnosa penyakit
akibat kerja yang spesifik
pada pekerjaan tertentu.
Hepatitis C akut Virus hepatitis C dari darah Perawatan Hepatitis virus C akut pada
yang terinfeksi kesehatan dan tenaga kesehatan, petugas
pekerjaan lab yang memerlukan
laboratorium. penentuan 7 langkah
diagnosis penyakit akibat
kerja.
Hepatitis E akut Virus hepatitis E dari darah Perawatan Hepatitis virus E akut pada
yangterinfeksi kesehatan dan tenaga kesehatan, petugas
pekerjaan lab yang memerlukan
laboratorium. penentuan 7 langkah
diagnosis penyakit akibat
kerja.
Penyakit Kanker Angiosarkoma hati Vinil klorida, monomer Pembuatan vinil Angiosarkoma hati pada
klorida, Industri pekerja pembuatan dan
polimerisasi vinil polimerisasi vinil klorida
klorida yang memerlukan
penentuan 7 langkah
diagnosis penyakit akibat
kerja.
-38-
JENIS PENYAKIT
AKIBAT KERJA AGEN PEKERJAAN /
PENYAKIT KETERANGAN
(PERPRES No.7 INDUSTRI
TAHUN 2019)
Karsinoma rongga hidung Debu kayu, Senyawa Pembuat furniture Karsinoma rongga hidung
Chromium (VI), Senyawa kayu, Industri pada pekerja pembuat
Nikel pelapisan logam, furniture kayu, industri
pembuatan pelapisan logam,
kromium, pembuatan kromium,
pigmen/pewarna, pembuatan
Industri peleburan pigmen/pewarna,
nikel, pemurnian peleburan nikel, pemurnian
baja, industri baja, industri pembuatan
pembuatan baterai. baterai yang memerlukan
penentuan 7 langkah
diagnosis penyakit akibat
kerja.
Karsinoma tulang dan Radiasi pengion Pekerjaan dengan Karsinoma tulang dan
tulang rawan artikular pajanan radiasi tulang rawan articular
pengion dari mesin pada pekerja dengan
x-ray, reaktor pajanan radiasi pengion
nuklir, pekerjaan yang memerlukan
yang melibatkan penentuan 7 langkah
isotop diagnosis penyakit akibat
kerja.
-39-
JENIS PENYAKIT
AKIBAT KERJA AGEN PEKERJAAN /
PENYAKIT KETERANGAN
(PERPRES No.7 INDUSTRI
TAHUN 2019)
Silica Penambangan
bawah tanah,
Pertambangan,
penggalian,
pengecoran,
peledakan pasir,
pekerjaan
konstruksi,
pekerjaan yang
melibatkan penggili
ngan, pengeboran
atau terputusnya
silika yang
mengandung batu,
keramik dan
pembuatan kaca
Penyakit yang Anemia hemolitik non- Arsenik hidrida (arsine) Proses elektrolisis, Anemia hemolitik non-
disebabkan oleh autoimun Naftalin pengolahan mineral autoimun pada pekerja
faktor kimia Tributyl timah arsen terpajan arsenik hidrida
Trinitrotoluena Industri kimia (arsine), naftalin, tributyl
Memproduksi dan timah, trinitrotoluene yang
menggunakan memerlukan penentuan 7
biosida langkah diagnosis penyakit
Industri bahan akibat kerja.
peledak.
Anemia aplastik karena Benzene Pekerjaan dengan Anemia aplastik karena
agen eksternal pajanan benzena agen eksternal pada
misalnya pekerja terpajan benzene
penggunaan pelarut dan radiasi pengion yang
mengandung memerlukan penentuan 7
benzene, industri langkah diagnosis penyakit
minyak bumi, coke akibat kerja.
oven.
Radiasi pengion pekerjaan dengan
pajanan radiasi
pengion dari mesin
x-ray, reaktor
nuklir, pekerjaan
yang melibatkan
isotop
Polineuropati karena Arsen dan yang Senyawa Pertambangan Polineuropati karena agen
agen beracun lainnya Acrylamide, karbon arsen, peleburan beracun lainnya pada
disulfida, etilen oksida, N- tembaga, produksi pekerja pertambangan
Hexane dan Metil n, butil dan penggunaan arsen, peleburan tembaga,
keton, Pb, merkuri, pestisida, herbisida produksi dan penggunaan
Organophosphorous. dan insektisida pestisida, herbisida dan
Radiasi yang mengandung insektisida yang
arsen, tanning mengandung arsen,
penyamakan, tanning penyamakan,
pembuatan kaca, pembuatan kaca, industri
industri plastic, plastic, Rayon
Rayon manufaktur, manufaktur, dan karet.
dan karet. Pekerjaan laboratorium,
Pekerjaan pekerjaan melibatkan
laboratorium, Etilena oksida,
pekerjaan Penggunaan n-heksana
melibatkan Etilena atau metil n, pelarut butil
oksida, keton yang memerlukan
Penggunaan n- penentuan 7 langkah
heksana atau metil diagnosis penyakit akibat
n, pelarut butil kerja.
keton
Ensefalopati toksik Pb, merkuri, pelarut seperti Pertambangan Ensefalopati toksik pada
toluene, xylene, styrene, timah dan seng, pekerja pertambangan
pentane, white spirit, 1,1,2, industri timah dan seng, industri
trichlorethane konstruksi, pipa, konstruksi, pipa,
pembuatan pembuatan amunisi,
amunisi, pembuatan keramik atau
pembuatan kristal, pembuatan baterai
keramik atau mengandung timbal,
kristal, pembuatan pengelasan dan
baterai pemotongan, produksi
mengandung elektrolit klorin, produksi
timbal, pengelasan baterai, pembuatan
dan pemotongan, fungisida, industri
produksi elektrolit merkuri, Pekerjaan dengan
klorin, produksi pajanan pelarut yang
baterai, pembuatan memerlukan penentuan 7
fungisida, industri langkah diagnosis penyakit
merkuri, Pekerjaan akibat kerja
dengan pajanan
pelarut.
Efek toksik dari Tembakau, nikotin Petani tembakau, Efek toksik dari tembakau
tembakau dan nikotin pekerja tepajan dan nikotin pada petani
(Green Tobacco Sickness) daun tembakau tembakau, pekerja
lainnya. terpajan daun tembakau
lainnya yang memerlukan
penentuan 7 langkah
diagnosis penyakit akibat
kerja.
Gangguan otot dan Polineuropati lainnya Getaran (misalnya tangan) Pekerja Polineuropati lainnya pada
kerangka menggunakan alat pekerja yang mengunakan
kerja yang bergetar alat kerja bergetar yang
memerlukan penentuan 7
langkah diagnosis penyakit
akibat kerja.
Carpal tunnel syndrome Pekerjaan berulang-ulang, Pekerjaan yang Carpal tunnel syndrome
getaran dan postur ekstrim melibatkan gerakan pada pekerja yang
pergelangan berulang dan melibatkan gerakan
tangan. terutama membutuhkan berulang dan
kombinasi dari risiko kekuatan, bekerja membutuhkan kekuatan,
tersebut dengan alat yang bekerja dengan alat yang
menimbulkan menimbulkan getaran,
getaran, pekerjaan pekerjaan melibatkan
melibatkan postur postur ekstrim
ekstrim pergelangan tangan,
pergelangan misalnya pengolah daging,
tangan, misalnya unggas dan ikan, pekerja
pengolah daging, penggergajian, pekerja
unggas dan ikan, konstruksi yang belum
pekerja memenuhi kriteria 7
penggergajian, langkah diagnosa penyakit
pekerja konstruksi akibat kerja yang spesifik
pada pekerjaan tertentu.
Asma Isosianat, tepung dan debu pekerjaan kimia, Asma pada pekerja yang
biji-bijian Epitel penyemprot menggunakan
dan ekskresi hewan, debu lukisan, polyurethane, pembuat
kayu, debu Tanaman, pembuatan busa roti, kue dan makanan
pewarna reaktif, poliuretan, lain yang mengandung
Persulfates, Lateks (karet penggunaan tepung, pekerja pada
alam), perekat pembuatan deterjen
polyurethane- , bubuk, pekerja laundry
pertanian, pekerja terpajan deterjen bubuk,
laboratorium, pekerja meubel, pedagang
tukang kayu, bunga namun belum
Pekerjaan dengan memenuhi kriteria 7
pajanan debu dari langkah diagnosa dalam
tanaman, pencelup penyakit akibat kerja yang
Tekstil, penata spesifik pada pekerjaan
rambut, pekerjaan tertentu.
perawatan
kesehatan
Bisinosis Kapas, rami, dan debu Pekerja industri Bisinosis pada pekerja
sintetis cotton- debu rami, kapas, bekerja industri kapas, pekerja
debu organik, seperti debu dengan pajanan dengan pajanan debu
gandum, debu yang berasal debu organik organik yang memerlukan
dari hewan, jamur atau (misalnya pekerja penentuan 7 langkah
debu mikroba lainnya. pertanian) diagnosis penyakit akibat
kerja.
Penyakit kulit Urtikaria kontak Lateks (karet alam) pekerja kesehatan, Urtikaria kontak pada
produk makanan (tepung, pembuatan produk pekerja kesehatan,
buah-buahan, sayuran, makanan, pekerja pembuatan produk
epitel hewan. laboratorium, makanan, pekerja
agriculture. laboratorium, agriculture
yang memerlukan
penetapan 7 langkah
diagnosis penyakit akibat
kerja.
-46-
JENIS PENYAKIT
AKIBAT KERJA AGEN PEKERJAAN /
PENYAKIT KETERANGAN
(PERPRES No.7 INDUSTRI
TAHUN 2019)
Radiodermatitis akut Radiasi pengion Pekerjaan dengan Radiodermatitis akut dan
dan kronis. pajanan radiasi kronis pada pekerja radiasi
pengion dari mesin pengion yang memerlukan
x-ray, reaktor penetapan 7 langkah
nuklir dll, diagnosis penyakit akibat
pekerjaan yang kerja.
melibatkan isotop
Dermatitis kontak alergi Antibiotik, Pengawet, Berbagai pekerjaan Dermatitis kontak alergi
kelompok agen penyebab Tanaman dan pohon, dalam pembuatan pada pekerja logam,
utama. Antiseptik, produk karet, dan penggunaan pembuat sepatu, penata
... karena logam pewarna, Perekat dan agen dari masing-masing rambut, tekstil di bagian
... karena perekat bonding, Logam agen penyebab pewarnaan, penyadap
... karena kosmetik karet, pekerja yang
... karena obat kontak menggunakan sarung
dengan kulit tangan karet, penyamak
... karena pewarna kulit, pekerja sektor
... karena produk kimia kesehatan namun belum
lainnya memenuhi kriteria 7
... karena makanan kena langkah diagnosa dalam
kulit penyakit akibat kerja yang
... karena tanaman, spesifik pada pekerjaan
kecuali makanan tertentu.
... karena agen lain
Penyakit yang Noise induced hearing kebisingan yang berlebihan Berbagai industri NIHL pada pekeja terpapar
disebabkan oleh loss (NIHL) dan pekerjaan bising namun belum
faktor fisika memenuhi kriteria 7
langkah diagnosa dalam
penyakit akibat kerja yang
spesifik pada pekerjaan
tertentu.
-47-
JENIS PENYAKIT
AKIBAT KERJA AGEN PEKERJAAN /
PENYAKIT KETERANGAN
(PERPRES No.7 INDUSTRI
TAHUN 2019)
Sindrom mata kering Kelembaban, suhu Penerbang, Sindrom mata kering pada
pemandu lalu penerbang. Pemandu lalu
lintas udara lintas udara yang
memerlukan penentuan 7
langkah diagnosis penyakit
akibat kerja.
Stressful work schedule Jadwal kerja yang ketat Penerbang, Stressful work schedule
pramugari/a, pada penerbang,
pengatur lalu lintas pramugari/a, pengatur
udara, pekerja di lalu lintas udara, pekerja
landasan pesawat di landasan pesawat
udara, anak buah udara, anak buah kapal
kapal. yang memerlukan
penentuan 7 langkah
diagnosis diagnosis
penyakit akibat kerja.
Toxic effect of carbon Udara tekanan tinggi Nelayan penyelam Toxic effect of carbon
monoxide tradisional monoxide pada nelayan
penyelam tradisional
Toxic effect of oxigen Oksigen tekanan tinggi Pekerja attendant Toxic effect of oxygen pada
terapi oksigen pekerja attendant terapi
hiperbarik, oksigen hiperbarik,
penyelam sirkuit penyelam sirkuit tertutup
tertutup.
Toxic effect of nitrogen Udara tekanan tinggi Penyelam, Toxic effect of nitrogen
compressed air pada penyelam,
worker, pekerja compressed air worker,
attendant terapi pekerja attendant terapi
oksigen hiperbarik oksigen hiperbarik
Akut mieloblastik Hidrocarbon aromatic Anak buah kapal, Akut mieloblastik leukemia
leukemia nelayan, pekerja pada anak buah kapal,
anjungan lepas nelayan, pekerja anjungan
kapal. lepas kapal yang
memerlukan penetapan 7
langkah diagnosis penyakit
akibat kerja.
-48-
JENIS PENYAKIT
AKIBAT KERJA AGEN PEKERJAAN /
PENYAKIT KETERANGAN
(PERPRES No.7 INDUSTRI
TAHUN 2019)
Keratitis superfisial tanpa Radiasi UV Pekerjaan dengan Keratitis superfisial tanpa
konjungtivitis pajanan radiasi UV, konjungtivitis
(photokeratitis) seperti pengelasan, (photokeratitis) pada
pekerja pengelasan namun
belum memenuhi kriteria 7
langkah diagnosa dalam
penyakit akibat kerja yang
spesifik pada pekerjaan
tertentu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai diagnosis dalam penentuan penyakit akibat kerja
mengacu pada standar pelayanan kedokteran yang berlaku sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
TATALAKSANA DAN ALUR RUJUKAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
risk).
d) terdapat ketidakpuasan pekerja atas penetapan
kelaikan kerja.
e) SDM dan sarana prasarana di fasilitas pelayanan
kesehatan tidak memadai.
4) Pelayanan Penilaian Kembali Bekerja
Suatu upaya terencana agar pekerja yang mengalami
cedera/sakit dapat segera kembali bekerja secara produktif,
aman dan berkelanjutan. Dalam upaya ini termasuk
pemulihan medis, pemulihan kerja, pelatihan keterampilan,
penyesuaian pekerjaan, penyediaan pekerjaan baru,
penatalaksanaan biaya asuransi dan kompensasi serta
partisipasi pemberi kerja.
5) Pelayanan Penilaian Kecacatan
Apabila penyakit akibat kerja yang telah ditatalaksana
secara tuntas masih terdapat sequele berupa gangguan
fungsi permanen (kecacatan), maka dokter dapat melakukan
perhitungan prosentase kecacatan atas permintaan pasien
atau pemberi kerja sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya.
Dalam hal diperlukan rekomendasi kepada instansi tempat kerja
sebagai tatalaksana okupasi individu, dapat menggunakan Form
C.
Penjelasan:
1. Pasien pekerja yang datang ke FKTP dilakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dan dilakukan
diagnosis klinis terhadap penyakitnya.
2. Apabila terindikasi penyakit disebabkan oleh pekerjaannya,
maka dilakukan diagnosis penyakit akibat kerja dengan
pendekatan tujuh langkah diagnosis okupasi.
3. Apabila sesuai dengan kriteria diagnosis untuk penyakit akibat
kerja yang spesifik pada pekerjaan tertentu, maka didiagnosis
penyakit akibat kerja.
4. Apabila diagnosis klinis belum dapat tegak karena keterbatasan
sumber daya di FKTP, maka dilakukan rujukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Apabila terindikasi penyakit disebabkan oleh pekerjaannya,
maka dilakukan diagnosis penyakit akibat kerja dengan
pendekatan tujuh langkah diagnosis okupasi.
6. Apabila sesuai dengan kriteria penyakit yang spesifik pada
pekerjaan tertentu, maka didiagnosis penyakit akibat kerja.
-54-
A. Pencatatan
Setiap dokter yang melayani kasus penyakit akibat kerja wajib
melakukan pencatatan status medis dalam rekam medis. Pencatatan
status medis pasien pekerja dengan dugaan atau konfirmasi penyakit
akibat kerja dilakukan dengan menggunakan Form A. Pencatatan dan
pelaporan penyakit akibat kerja wajib dilakukan sebagai bagian dari
surveilans nasional kesehatan pekerja.
B. Pelaporan
Pelaporan dilakukan secara berjenjang dari fasilitas pelayanan
kesehatan (dokter praktik mandiri, klinik, puskesmas dan fasyankes di
tempat kerja lainnya serta Rumah sakit) kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota, dilanjutkan ke dinas kesehatan provinsi, dan
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat menggunakan format Laporan Triwulan Kesehatan Pekerja
sesuai Form D, E, F (dapat melalui Sistem Informasi Terpadu Kesehatan
Kerja dan Olahraga/sitko.kemkes.go.id, SIRS). Sedangkan pelaporan
terkait pembiayaan kasus penyakit akibat kerja dilakukan melalui Surat
Keterangan Dokter dengan menggunakan Form B sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaporan terkait penyakit akibat kerja dapat ditembuskan oleh
dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota kepada instansi daerah yang
menangani bidang ketenagakerjaan dalam rangka melakukan
pembinaan terhadap program kesehatan kerja.
-56-
KEMENTERIAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT
PUSKESMAS
Pelaporan Pembiayaan
-57-
BAB VI
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Form A
FORMULIR
STATUS MEDIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
A. Anamnesis
Keluhan utama
(termasuk keluhan yang masih dirasakan pada kunjungan ulangan, harapan kekhawatiran,
persepsi pasien mengenai keluhan/penyakit )
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
Riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga (yang terkait)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
B. Temuan Klinis (pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan data obyektif lainnya)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
C. Diagnosis Klinis
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
D. Diagnosis Diferensial (jika ada)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
3.Pajanan / Hazard / Agen Yang Terkait dengan Diagnosis Klinis
(hazard fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang dialami saat bekerja)
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
B. Apakah Ada Hubungan Antara Pajanan Dengan Diagnosis Klinis –
Langkah 3
(evidence Based, termasuk ditanyakan apakah keluhan berkurang saat libur atau keluhan bertambah
setelah bekerja beberapa saat)
.................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
C. Apakah Besarnya Pajanan Cukup – Langkah 4
(lama terpajan perhari, masa kerja, pemakaian alat pelindung diri, data lingkungan jika ada).
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
D. Apakah Ada Faktor Individu Yang Berperan – Langkah 5
(singkirkan faktor individu yang menjadi faktor perancu)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
E. Apakah Ada Faktor Lain di Luar Tempat Kerja – Langkah 6
(singkirkan faktor lain di luar tempat kerja yang menjadi faktor perancu)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
F. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja – Langkah 7
(ICD Penyakit Akibat Kerja)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
I. TATALAKSANA
A. Tatalaksana Medis
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
B. Tatalaksana Okupasi
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
C. Keterangan Rujuk (Jika dirujuk)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
dr. _
No. SIP.
-60-
Form B
I. DIAGNOSIS KLINIS
(disertai hasil Lab/pemeriksaan penunjang mendukung diagnosis klinis)
........................................................................................................................
........................................................................................................................
II. PEKERJAAN
Uraian tugas/proses pekerjaan yang dianggap berisiko untuk terjadinya keluhan.
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
III. HUBUNGAN ANTARA PAJANAN/PEKERJAAN DENGAN DIAGNOSIS KLINIS
A. Agen/Pajanan Yang Terkait dengan Diagnosis
Klinis .........................................................................................................
..........
...................................................................................................................
B. Lama/Besarnya Pajanan
(lama terpajan perhari, masa kerja, data lingkungan kerja jika ada)
...................................................................................................................
...................................................................................................................
IV. FAKTOR LAIN DI LUAR TEMPAT KERJA
A. Faktor Individu
(Ada/tidak, faktor individu yang menjadi faktor perancu)
...................................................................................................................
B. Faktor Lain di Luar Tempat Kerja
(Ada/tidak, faktor lain di luar tempat kerja yang menjadi faktor perancu)
...................................................................................................................
V. TATALAKSANA
Tatalaksana Medis
...................................................................................................................
...................................................................................................................
Tatalaksana Okupasi
...................................................................................................................
...................................................................................................................
VI. TINDAK LANJUT
Rujuk/Tidak* (*pilih salah satu)
dr. _
No. SIP.
Form C
dr. _
No. SIP.
Form D
FORMULIR LAPORAN TRIWULAN KESEHATAN PEKERJA
(Maret, Juni, September, Desember)
Fasyankes :................................................
Kecamatan :................................................
Kabupaten/Kota :................................................
Provinsi :................................................
Bulan Pelaporan :................................................
Form E
FORMULIR LAPORAN TRIWULAN KESEHATAN PEKERJA
(Maret, Juni, September, Desember)
Tembusan :
1. Dinas Ketenagakerjaan Kab/Kota ...........................
-64-
Form F
Tembusan :
1. Dinas Ketenagakerjaan Provinsi ...........................