Anda di halaman 1dari 33

HRA,

REGULASI DAN
PENERAPANNYA
Muhammad Fertiaz
Direktorat Bina Riksa Norma Ketenagakerjaan
Kementerian Ketengakerjaan RI
MUHAMMAD FERTIAZ, SKM,
MKKK
MUHAMMAD.FERTIAZ@GMAIL.COM
081317930325 JAKARTA, 15 FEBRUARI 1978

MAGISTER K3, UNIVERSITAS INDONESIA, 2010

• SUBKOORD RIKSA NORMA ERGONOMI, LINGKUNGA


KERJA, BAHAN BERBAHAYA DAN KESEHATAN
KERJA, DIT BINA RIKSA NORMA KK (2021 –
SEKARANG)
• KEPALA SEKSI PENGAWASAN NORMA ERGONOMI
DAN LINGKUNGAN KERJA, DIREKTORAT
PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA, DITJEN BINWASNAKER DAN K3,
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI (2015 –
2021);
• ANGGOTA KOMITE TEKNIS SNI 13-01
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, BADAN
STANDARDISASI NASIONAL (2017 – SEKARANG);
• ANGGOTA PERKUMPULAN HIGIENE INDUSTRI
INDONESIA (2017-SEKARANG)

2
Risk Assessment adalah metode yang sistematis untuk
menentukan apakah suatu kegiatan/aset mempunyai resiko
yang dapat diterima atau tidak.

Identifikasi Penentuan Penghitungan


Identifikasi Evaluasi nilai opsi rencana nilai risiko
risko risiko penanganan pengendalian yang
risiko risiko diharapkan
HSE UK
APA ITU PENILAIAN RISIKO
KESEHATAN / HEALTH RISK
ASSESSMENT (HRA)
Definisi
Identifikasi dan analisis sistematis faktor bahaya di tempat kerja untuk menilai potensi risiko
terhadap kesehatan dan menentukan tindakan pengendalian yang tepat untuk melindungi
kesehatan dan kesejahteraan pekerja

Tujuan
 Menilai potensi risiko pekerjaan terhadap kesehatan
 Identifikasi bahaya Kesehatan
 Untuk menentukan tindakan pengendalian yang tepak untuk melindungi kesehatan dan pekerja
UU No. 1 tahun 1970

tentang
Keselamatan Kerja
UU NO. 1 TAHUN 1970
TUJUAN
Memberikan perlindungan atas keselamatan
 Tenaga kerja
 Orang lain
 Sumber-sumber produksi
agar dapat dipakai secara aman dan efisien

Undang - Undang No. 1 tahun 1970 pei


UU NO 1 TAHUN 1970 (2)
BAB I - ISTILAH
Pasal 1
Unsur tempat kerja, ada :
(1) Tempat kerja (1) Tenaga Kerja
1. Ruangan/ lapangan (2) Sumber bahaya
2. Tertutup/ terbuka (3) usaha
3. Bergerak/ tetap
(2) Pengurus  pucuk pimpinan (bertanggung jawab/ kewajiban)
(3) Pengusaha
orang/ badan hukum yg menjalankan usaha atau tempat kerja
(4) Direktur
pelaksana UU No. 1/1970 (Kepmen No. 79/Men/1977)
(5) Pegawai pengawas
- peg. Pengawas ketenagakerjaan dan spesialis
(6) Ahli Keselamatan Kerja
tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Depnaker
UU NO 1 TAHUN 1970 (3)
Bab II – Ruang Lingkup
: di darat, dalam tanah, di permukaan air,
 Tempat Kerja
dalam air, di udara wil. Hukum RI
 18 Jenis tempat kerja
 5 Sumber Bahaya yg berkaitan dengan :
- Keadaan mesin,pesawat,alat kerja, peralatan dan bahan
- Sifat pekerjaan
- Cara bekerja
- lingkungan kerja
- Proses produksi

pei
UU NO 1 TAHUN 1970 (4)
Psl. 3
SYARAT-SYARAT K3
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat keselamatan kerja untuk :
Arah dan sasaran Kongkrit :
 suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
 Mencegah penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis,
peracunan, insfeksi dan penularan;
 Penerangan ( pencahayaan );
 penyegaran udara;
 kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
 keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan
proses kerjanya;

(18 butir bentuk sumber bahaya yang dirumuskan harus dikendalikan)

Undang - Undang No. 1 tahun 1970 pei


UU No 13 tahun 2003
tentang
Ketenagakerjaan
Pasal 86 UU No 13 Tahun 2003
1) (1) Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
 a. keselamatan dan kesehatan kerja
 b. Moral dan kesusilaan
 c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
 manusia serta nilai-nilai agama.
 (2) Untuk melindungi keselamatan pekerja / buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya K3.
 (3) Perlindungan sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan dengan peraturan perundangan yang berlaku.

pei
B. DASAR HUKUM (3)
Ps. 87 (1) UU No 13 Tahun 2003
Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan
Ps. 87 (2) UU No 13 Tahun 2003
 PP No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen K3

pei
PP No 50 Tahun 2012
Tentang
Penerapan Sistem Manajemen K3
LATAR BELAKANG
 Pasal 87 UU No 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan
SMK3;
 meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana,
terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
 mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
 menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.
PRINSIP SMK3
1. PENETAPAN KEBIJAKAN K3

Pasal 7 ayat (2): Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), pengusaha paling sedikit harus: a. melakukan tinjauan awal kondisi
K3 yang meliputi:
1. identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
PRINSIP SMK3
2. PERENCANAAN K3;
Pasal 9 ayat (3) Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) pengusaha harus mempertimbangkan:
a. Hasil penelaahan awal
b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
PRINSIP SMK3
3. PELAKSANAAN RENCANA K3;
Pasal 11
(1) Dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam
pemenuhan persyaratan K3.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
meliputi: …
(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai
dengan huruf f, dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya,
penilaian, dan pengendalian risiko
PRINSIP SMK3
4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA K3; DAN
5. PENINJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA SMK3.
KRITERIA
Penjelasan untuk Penerapan SMK3 pada elemen 7.2 Pemantauan /Pengukuran Lingkungan
Kerja adalah :
 7.2.1 . Pemantauan /pengukuran lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan hasil nya
didokumentasikan, dipelihara dan digunakan untuk penilaian dan pengendalian risiko.
 7.2.2. Pemantauan /pengukuran lingkungan kerja meliputi faktor fisika, kimia, biologi,
ergonomi dan psikologi.
 7.2.3. Pemantauan / Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan oleh petugas atau pihak yang
berkompeten dan berwenang dari dalam dan/ atau luar perusahaan.
PP NO 88 TAHUN 2019
TENTANG KESEHATAN KERJA
 Pasal 4:

Standar Kesehatan Kerja daiam upaya pencegahan penyakit meliputi:


a. identifikasi, penilaian, dan pengendalian potensi bahaya kesehatan;
b. pemenuhan persyaratan kesehatan lingkungan kerja;
c. pelindungan kesehatan reproduksi; d.
d. pemeriksaan kesehatan; e. penilaian kelaikan bekerja; f.
e. pemberian imunisasi dan/atau profilaksis bagi Pekerja berisiko tinggi;
f. pelaksanaan kewaspadaan standar; dan
g. surveilans Kesehatan Kerja.
"identifikasi potensi bahaya kesehatan" adalah proses secara sistematik dan
berkesinambungan berdasarkan informasi yang tersedia untuk mengidentifikasi
bahaya kesehatan dan menganalisis risiko kesehatan terhadap Pekerja.

"penilaian potensi bahaya kesehatan" adalah proses menentukan prioritas


pengendalian clan tindak lanjut terhadap tingkat risiko kesehatan dan kecelakaan
kerja karena tidak semua a.spek bahaya potensial dapat ditindaklanjuti.
PP NO 88 TAHUN 2019
TENTANG KESEHATAN KERJA
 Pasal 8:

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 sampai dengan Pasal 7 diatur dengan:
b. Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan,
untuk penerapan standar Kesehatan Kerja bagi Pekerja di perusahaan

PERMENAKER NO 5 TAHUN 2018 TENTANG SYARAT K3 LINGKUNGAN KERJA


(2) Penerapan standar Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan
Pasal 7 dapat dikembangkan oleh kementerian/lembaga terkait sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik bidang masing-masing
PP No 5 Tahun 2021
Tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko
PASAL 7
 (1) Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dilakukan berdasarkan penetapan tingkat Risiko dan peringkat
skala kegiatan usaha meliputi UMK-M dan/atau usaha besar.
 (2) Penetapan tingkat Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan hasil analisis
Risiko.
 (3) Analisis Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dilakukan secara transparan, akuntabel,
dan mengedepankan prinsip kehati-hatian berdasarkan data dan/atau penilaian profesional.
 (4) Tingkat Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menentukan jenis Perizinan Berusaha.

Pelaksanaan
PASAL 8 analisis Risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan oleh Pemerintah Pusat
melalui:
a. pengidentifikasian kegiatan usaha;
b. penilaian tingkat bahaya;
c. penilaian potensi terjadinya bahaya;
d. penetapan tingkat Risiko dan peringkat skala usaha; dan
e. penetapan jenis Perizinan Berusaha.
PASAL 9
(1) Penilaian tingkat bahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dilakukan terhadap aspek:

a. kesehatan;
b. keselamatan;
c. lingkungan; dan/atau
d. pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya.

Aspek Keselamatan mencakup bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pekerja, karyawan, dan atau pegawai yang
terlibat dalam pelaksanaan kegiatan usaha.
Nilai bahaya keselamatan terdiri dari skala penilaian 1 (satu) sampai dengan 4 (empat) dengan rincian sebagai berikut:
1) Bahaya keselamatan dengan nilai 1 apabila menimbulkan masalah kesehatan ringan pada karyawan dan dapat ditangani melalui
perawatan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
2) Bahaya keselamatan dengan nilai 2 apabila menimbulkan masalah kesehatan atau cidera pada karyawan yang membutuhkan
perawatan medis rawat inap minimal 1 (satu) malam.
3) Bahaya keselamatan dengan nilai 3 apabila menimbulkan cacat minimal I (satu) orang karyawan.
4) Bahaya keselamatan dengan nilai 4 apabila menimbulkan cacat sebagian secara permanen atau kematian minimal 1 (satu) orang
karyawan.
Permenaker No 5 Tahun 2018
Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja
Ruang Lingkup dan Tujuan
Pengusaha/
Tempat Kerja Pengurus WAJIB Tujuan (Ps. 4)
(Ps 2)
Syarat K3 Lingkungan
Terdapat Kerja (Ps.3) Lingkungan
Sumber Bahaya • Pengendalian Faktor Kerja yang
Fisika dan Faktor Kimia
Lingkungan agar berada di bawah aman, sehat,
Kerja Berupa, NAB;
• Pengendalian Faktor
dan nyaman
FAKTOR: Biologi, Faktor dalam rangka
•FISIKA; Ergonomi, dan Faktor
Psikologi Kerja agar
mencegah
•KIMIA; memenuhi standar; kecelakaan
• Penyediaan fasilitas
•BIOLOGI; Kebersihan dan sarana
kerja dan
Higiene di Tempat Kerja penyakit akibat
•ERGONOMI yang bersih dan sehat; dan
kerja.
; • Penyediaan personil K3
yang memiliki
•PSIKOLOGI kompetensi dan
kewenangan K3 di
bidang Lingkungan Kerja 29
Pemeriksaan Dan Pengujian (Ps.58-68)

 Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya


Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan
dan/atau Pengujian.
 Pemeriksaan merupakan kegiatan mengamati,
menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi
kondisi Lingkungan Kerja untuk memastikan
terpenuhinya persyaratan
 Pengujian merupakan kegiatan pengetesan dan
pengukuran kondisi Lingkungan Kerja yang
bersumber dari alat, bahan, dan proses kerja untuk
mengetahui tingkat konsentrasi dan pajanan terhadap
30
Tenaga Kerja untuk memastikan terpenuhinya
Dilakukan secara:
 internal untuk mengukur besaran pajanan sesuai dengan risiko
Lingkungan Kerja dan tidak menggugurkan kewajiban Tempat Kerja
untuk melakukan pengukuran dengan pihak eksternal
dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
 eksternal :
1. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan (Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja)
2. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit
Pelaksana Teknis Bidang K3 (Penguji K3)
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan
Pengujian K3(Penguji K3)
4. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri (Ahli K3
Lingkungan Kerja)

31
Jenis Pemeriksaan dan/atau Pengujian :
1. Pertama untuk mengidentifikasi potensi bahaya Lingkungan Kerja di
Tempat Kerja
meliputi:
 area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi,
Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi;
 KUDR; dan

 Sarana dan fasilitas Sanitasi.

2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali


atau sesuai dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-
undangan, meliputi sda.
3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya
baik secara internal maupun eksternal terdapat keraguan.
4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat
pajanan di atas NAB
32
Mekanisme

Laporan Riksa SURKE Riksa


Uji T Uji
YA memenu Berkala
Pelaksana Riksa Uji:
hi Syarat
Pengawas
Ketenagakerjaan Sp K3:
≤ NAB
K3 LK pada UPT UPT L1, u/ Perusahaan;
atau
Wasnaker; Wasnaker L2, u/ UPT Wasnaker;
memenu L3, u/ Ditjen PPK dan K3
Penguji K3 pada hi
Direktorat Bina K3 standar
beserta UPT K3 dan
TIDAK SURKET Riksa Uji
UPTD Bidang K3;
TIDAK Ulang
AK3 Lingkungan Memenuh dan/atau
Kerja pada PJK3 i Syarat STIKER
Riksa Uji LK K3:
Perusahaan yang
meminta 33

Anda mungkin juga menyukai