Anda di halaman 1dari 6

KAJIAN PUSTAKA

Tuhan Dalam Budaya Simalungun

1. Konsep Penciptaan dalam Budaya Simalungun

Masyarakat Nagur telah mempunyai kepercayaan bahwa langit dan bumi beserta
isinya diciptakan oleh Ompung Naibata (Dewata). Naibata adalah suatu pribadi
mahakuasa yang dipercaya sebagai sumber segalanya. Orang Simalungun meyakini
pribadi Naibata sebagai penguasa alam semesta raya. Naibata adalah suatu pribadi
tritunggal yaitu Naibata di atas (dilambangkan dengan warna Putih), Naibata di tengah
(dilambangkan dengan warna Merah), dan Naibata di bawah (dilambangkan dengan
warna Hitam), yang menguasai Nagori Atas, Nagori Tongah dan Nagori Toruh.[3] Tiga
warna yang mewakili Dewa-Dewa tersebut (Putih, Merah dan Hitam) mendominasi
berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya.

Naibata menciptakan alam raya dengan struktur yang terdiri dari tiga wilayah
(Nagori). Nagori bisa diartikan sebagai daerah (wilayah) tempat tinggal. Ketiga Nagori
itu yakni Nagori Atas (surga), Nagori Tongah (bumi), dan Nagori Toruh (alam baka).
Nagori Atas adalah tempat Naibata dan para dewa yang memberi berkat kepada umat
manusia. Ada pemahaman bahwa manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan
Naibata. Manusia hanya dapat menyembah Naibata melalui roh-roh atau dewa-dewa,
karena roh-roh ini yang bisa berhubungan langsung dengan Naibata. Dogma kepercayaan
seperti ini diduga diwarisi nenek moyangnya dari India. Namun siapa Naibata yang
dimaksud tidak sejelas dan tidak selengkap yang ada pada kepercayaan Hindu sekarang.

Nagori Tongah adalah tempat berdiam umat manusia dan Nagori Toruh adalah
tempat berdiam para arwah, roh keramat serta begu-begu (roh orang yang sudah
meninggal). Manusia yang berada di tengah (Nagori Tongah) sepanjang hayatnya akan
selalu dipengaruhi oleh kedua kekuatan baik dari Nagori Atas maupun dari Nagori Toruh.
Apabila seseorang manusia lebih banyak terpengaruh ke alam Nagori Atas, maka manusia
tersebut menjadi manusia baik dan hidup bahagia. Sementara apabila manusia lebih
banyak terpengaruh ke alam Nagori Toruh, maka manusia tersebut menjadi jahat dan
menderita.
Dengan kepercayaan bahwa Naibata adalah pencipta segala yang ada di bumi,
maka segala sesuatu yang ada di bumi adalah penjelmaan Naibata, dan karena itu juga
mereka memiliki roh. Ketundukan kepada Naibata diungkapkan dengan rasa hormat pada
makhluk atau benda di bumi. Mereka percaya semua benda (makhluk) memiliki kekuatan
tersendiri. Pada zamannya orang Simalungun banyak yang menyembah batu besar, pohon
besar, sungai besar dan lain-lain.

Jalan satu-satunya untuk dapat berhubungan langsung dengan Naibata adalah


melalui roh orang yang sudah meninggal (Simagod) dan roh keramat (Sinumbah). Suku
Simalungun memiliki berbagai kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian
mantera-mantera dari “Datu” (dukun) disertai persembahan kepada roh-roh nenek
moyang yang selalu didahului panggilan kepada Naibata. Ada pemahaman bahwa roh
orang yang sudah meninggal tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga mampu
mencapai alam Dewata (Nagori Atas).

Orang Simalungun percaya bahwa manusia dikirim ke dunia oleh Naibata dan
dilengkapi dengan Sinumbah yang dapat juga menetap di dalam berbagai benda, seperti
alat-alat dapur dan sebagainya, sehingga benda-benda tersebut harus disembah. Orang
Simalungun menyebut roh orang mati sebagai Simagot. Baik Sinumbah maupun Simagot
harus diberikan korban-korban pujaan sehingga mereka akan memperoleh berbagai
keuntungan dari kedua sesembahan tersebut.

2. Pandangan Individu Terhadap Tuhan

Menurut kepercayaan manusia, dunia ini di diami oleh berbagai makhluk dan
kekuatan yang tidak dapat dikuasai oleh manusia. Pada dasarnya hal-hal in i ditakuti
oleh manusia itu sendiri. Kekuatan yang tidak dapat dikuasai oleh manusia inilah
yang menyakinkan manusia akan adanya Tuhan. Keyakinan akan adanya Tuhan bagi
setiap bangsa ataupun suku bangsa di dunia ini, karena adanya kuasa-kuasa di luar
kuasa manusia itu adalah kuasa-kuasa yang nyata yang dapat dilihat dan dirasakan
keberadaannya.

Demikian juga masyarakat simalungun dalam kehidupannya sehari-hari


mereka mengakui adanya kekuatan di luar diri mereka. Mereka mengakui bahwa
segala sesuatu itu ada karena ada penciptanya, dimana kuasanya Maha Besar Maha
Agung, tidak dapat dibandingkan dan tidak dapat dijelaskan dengan alam pikir
manusia.

Mereka menyebutnya kuasa dewa dari segala dewa yaitu dewa tertinggi (High
God). Dewa tertinggi ini dikenal dengan nama Dewa Naibata. Dewa Naibata selalu di
samakan dengan falsafah Habonaron Do Bona, berarti pangkal dari segala sesuatu
adalah kebenaran. Dewa Naibata diidentikan dengan Tuhan Yang Maha Esa yang
tidak bermula dan tidak berujung.

Dalam kepercayaannya, masyarakat simalungun mengakui kosmos terdiri dari


tiga bagian yaitu nagori atas (dunia atas), nagori tongah (dunia tengah), dan nagori
bawah (dunia bawah). Dan Dewa Naibata merupakan kesatuan dari penguasan ketiga
dunia ini.Dalam praktiknya pemujaan kepada dewa tertinggi tadi yaitu Dewa Naibata
(Tuhan) tidak ada. Yang ada hanyalah merupakan perbuatan kebenaran (Habonaron
Do Bona) dari setiap individu-individu sehari-hari.

Menurut kepercayaan masyarakat Simalungun, apabila manusia meninggal,


maka tondi atau roh orang tersebut akan meninggalkan badannya. Tondi atau rohnya
akan berubah menjadi begu-begu (hantu) dan hantunya akan bertempat tinggal di
dunia. Menurut anggaopan mereka begu-begu ini ada yang baik dan ada yang buruk.
Yang buruk inilah yang sangat ditakuti dalam kepercayaan mereka.

Roh leluhur atau nenek moyang dari beberapa marga disebut Simagod, dan
begu-begu orang keramat disebut sinumba. Dalam kepercayaan anismisme jelas
terlihat pemujaan pada roh-roh. Umumnya simagod dan sibumba dipuja secara resmi.
Simagod dipuja oleh beberapa keluarga dan sinumba dipuja oleh seluruh masyarakat
desa. Sinumba dipuja untuk meminta keselamatan dan kesejahteraan bagai seluruh
warga desa sedangkan simagod dipuja untuk meminta keselamatan dan kesejahtraan
bagai keturunan keluarga tersebut saja.

Apabila ada individu-individu tidak memamtuhi untuk bebuat benar seperti


dalam penerapan pemujaan Dewa Naimbata maka simagod dan sinumba akan marah
dan menghukum orang tersebut. Untuk menghindari kemarahan sinumba dan simagod
kedua roh tadi dan berjanji dan tidak akan mengulangi perbuatan lagi. Disamping
sinumba dan simagod tadi, juga dikenal begu-begu seperti begu ganjang dan begu
sipitu sedaleman, umumnya ini dipelihara dan dijadikan pesuruh oleh dukun untuk
keperluan ilmu hitam.
3. Pandangan Individu Terhadap Hubungan Manusia Dengan Alam Dan Tuhan

Manusia mengakui kekuasaan Tuhan, penguasa tertiggi, sebagai pecipta alam


semesta beserta isinya. Manusia dapat memanfaatkan alam untukan kepentingannya.
Dalam memanfaatkan alam ini, manusia harus hidup selaras dengan alam (tidak
merusak alam). Apabila manusia ingin mengolah alam untuk keperluan hidupnya,
harus terlebih dulu meminta izin kepada penguasa alam, dalam hal ini Tuhan Yang
Maha Esa. Disamping itu, manusia harus rajin dan bekerja keras untuk memperoleh
hasil yang baik. Hasil kerja ditujukan khusus bagi kegiatan yang digunakan untuk
memuji nama Tuhan.
Sistem pengetahuan dalam semua kebudayaan mempunyai batas
kemampuan, pengetahuan satu lebihh atau kurang luas dari pengetahuan laiinya;
bahkan ilmu pengetahuan yang sering dikagumi mempunya batas-batas pula, karena
masih banyak rahasia alam, belum dapat dikuasai oleh manusia.
Apabila manusia dalam hidupnya tidak mencapai keinginannya atau maksud
dan tujuannya karena manusia itu sampai pada batas kemampuan sistem pengetahuan
atau ilmu pengetahuan tadi, maka manusia sering mencari usaha lain untuk mencapai
kehendaknya.
Manusia akan lari kepada religi atau agama. Manusia akan mendoa kepada
roh-roh, dewa-dewa atau keepada Tuhan untuk mendapat keinginannya. Dan manusia
yang sudah putus asa lebih banyak lagi yang lari kepada ilmu gaib. Masyarakan
Simalungun dalam hubungannya dengan Tuhan, dalam hal ini adalah Dewa Naibata,
dewa tertinggi, menyadari bahwa mereka adalah makhluk lemah dan tiada artinya
dibandingkan dengan kuasa yang agung, asal mula segalanya yaitu dewa Naibata itu
sendiri.
Mengingat atas keterbatasan dirinya yang merupakan ciptaan dari Tuhan,
mka manusia akan berusaha mendekatkan dirinya kepada Tuhan dengan menjalan
perintahNya, sehingga manusia itu akan mendapatkan ketentraman dalam hidupnya.
Manusia berusaha untuk berbuat baik karena takut akan kemurkaan dari yang maha
kuasa.
Manusia dalam hubungannya denga Allah, beranggapan bahwa apabila
terjadi bencana alam, mereka akan menderita. Dan mereka akan beranggapan bahwa
hal itu akan terjadi merupakan suatu perintah dari Tuhan Yang Maha Kuasa karena
telah melanggar perintahnya.
Kejadian-kejadian pada alam semesta oleh masyarakat Simalungun dianggap
sebagai petunjuk dari Dewa Naibata. Pentujuk itu diartikan dengan upacara-upacara
sebagai persembahan. Untuk mengetahui arti dari petunjuk-petunjuk itu, manusia
haruslah bersih dan suci. Sehingga dalam kehidupannya sehari-hari manusia akan
tetap memperhatiakan, menjaga, memelihara, alam itu sendiri, karena eratnya
kaitannya dengan kehudupan mereka, baik kehidupan rohani maupun kehidupan
dunia. Masyaraka Simalungun dalam hal ini selalu menjaga agar mereka tidak
menyimpang dari delapan butir kebenaran pada Habonaron Do Bona, yang hal ini
dapat menjaga agar mereka hidup bersih dan suci.

Anda mungkin juga menyukai