Anda di halaman 1dari 11

Mini Review Article

131

Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 6(3), 2019, 131 - 141

Model Hewan Coba pada Penelitian Diabetes

Animal Model in Diabetes Research


Fauzul Husna1*, Franciscus D. Suyatna2, Wawaimuli Arozal2, Erni H. Purwaningsih3
1
Department of Pharmacology, Faculty of Medicine, Universitas Syiah Kuala, Aceh, Indonesia
2
Department of Pharmacology, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
3
Department of Pharmacy, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Model hewan coba telah banyak memberi kontribusi terhadap penemuan ilmiah selama
bertahun-tahun. Model hewan berfungsi sebagai pengganti dan belum tentu semua model identik
dengan subjek yang dimodelkan. Oleh karena itu, pemilihan model hewan yang tepat untuk
ARTICLE HISTORY mempelajari dan memahami pengaruh lingkungan dan gen terhadap patogenesis suatu penyakit
sangat penting. Model hewan yang ideal adalah hewan yang memiliki kesamaan dalam proses
Received: February 2019 yang ditiru, mudah dipelihara, mampu memproduksi keturunan yang banyak, biaya perawatan
Revised: July 2019 murah, satu ekor dapat memberi sampel darah dan jaringan, komposisi genetiknya diketahui dan
Accepted: October 2019 status penyakitnya diketahui dan dapat dijelaskan.

Penelitian mengenai diabetes mellitus (DM) dan resistensi insulin terus dilakukan untuk
menemukan strategi pengobatan yang tepat dalam mencegah dan mengatasi diabetes dan
komplikasinya. Penelitian untuk menemukan strategi pengobatan harus dimulai dari uji
in vitro awal sampai uji klinik. Serangkaian penelitian in vivo menggunakan hewan coba,
sehinga diperlukan model hewan yang sesuai dengan keadaan atau penyakit pada manusia
untuk mendapatkan gambaran pola yang mirip dengan manusia. Pada artikel ini akan dibahas
mengenai berbagai jenis model hewan coba yang biasa digunakan pada penelitian DM.

Kata kunci : model hewan; diabetes; streptozotocin

ABSTRACT

The animal model has been widely used and contributed vastly to the scientific research over
the years. While it can be used as an alternate subject in a study, the selection of the animal is
crucial to assess and investigate the influence of the environment and genes on the pathogenesis
of a disease. Many factors contribute to the choosing of the animal. They can be ranged from
the similarities with the modelled object, easily looked after with less expensive cost, good
reproductive performance, ability to produce blood and tissue samples, well-known genetic
composition, and the status of the disease can be explained.

Research has been taking place to investigate and find the best approach to prevent and deal
with diabetes mellitus (DM) and insulin resistance and its complications. It starts with an initial
in vitro method and finished with a clinical trial. Similarly, a series of in vivo studies using the
animal model has been done aiming at figuring out its conditions or diseases that are identical
to that of humans. This article discusses a variety of animal models frequently used in DM
research.

Keywords: animal model; diabetes; streptozotocin


Corresponding author
*

Email: fauzul.husna@unsyiah.ac.id

PENDAHULUAN yang abnormal yang disebabkan oleh mutasi spontan.


Model hewan induksi atau non genetik adalah hewan
Secara umum, model hewan coba diklasifikasikan yang diubah status fisiologis normalnya melalui
menjadi dua yaitu model hewan yang diinduksi spontan pembedahan, modifikasi genetik dan pemberian zat
atau genetik dan model hewan yang diinduksi secara kimia (Dorothy, 2012). Model non genetik lebih sering
eksperimental atau non genetik. Model hewan spontan digunakan dibandingkan model genetik karena biaya
atau genetik adalah hewan normal yang memiliki lebih murah, ketersediaannya lebih banyak, metode
persamaan fenotip dengan manusia atau spesies hewan induksi dan pemeliharaan lebih mudah. Kekurangan

E-ISSN 2477-0612
132 Pharm Sci Res, Vol 6 No 3, 2019 Husna, et al.

model hewan spontan adalah perkembangannya sering bulu pada tikus muda bersiklus dan pada tikus dewasa
tidak dapat diprediksi (Maurer & Quimby, 2015). terjadi setiap 17 hari. Tikus betina biasanya memiliki
12 puting susu. Berat badan dan laju pertumbuhan
Tikus merupakan hewan yang paling sering digunakan tergantung strain dan sumber tikus. Sprague-Dawley
sebagai model hewan pada penelitian biomedik dan lebih besar dari Wistar dan Fisher344 adalah tikus
tingkah laku karena tikus memiliki sifat seperti masa terkecil dibanding strain tikus lainnya (Otto et al., 2015).
gestasi singkat, masa hidup relatif singkat, jinak dan Parameter nilai fisiologis normal pada tikus dapat
memiliki latar belakang kesehatan dan genetik yang dilihat dari Tabel 1. Nilai ini hanya akurat pada tikus
sudah diketahui. Selain itu, ukuran tikus juga cukup besar yang berasal dari sumber dan strain yang sama. Faktor-
untuk dilakukan pembedahan atau transplantasi organ. faktor seperti usia, status patogen, metode pengumpulan
Genom tikus memiliki kedekatan homologi dengan sampel dan kondisi kandang merupakan variabel
genom manusia sehingga manipulasi pada genom tikus penting pada nilai normal ini (Pérez et al., 1997). Tikus
dapat menghasilkan model hewan yang fenotipnya mirip adalah omnivora dan diet yang adekuat telah tersedia
dengan penyakit pada manusia. Tikus Laboratorium secara komersil. Aklimatisasi dan penyapihan sangat
yang lazim digunakan adalah Rattus norvegicus yang mempengaruhi tingkah laku dan stres pada tikus (Shalev
merupakan ordo Rodentia dan famili Muridae. Genus et al., 1998). Tikus lebih aktif pada malam hari tapi
Rattus terdiri atas 56 spesies namun dua spesies yang tetap makan dan bergerak sepanjang hari. Lebih aktif
digunakan untuk penelitian adalah Norway rat (Rattus pada pagi hari dibanding sore hari. Ritme sirkadian
norvegicus) dan Black rat (Rattus rattus). Saat ini juga perlu dipertimbangkan dalam pemeriksaan tingkah
Norway rat sudah secara umum digunakan (Otto et al., laku (Saibaba et al., 1996). Frekuensi gentle handling
2015). akan mempengaruhi kejinakan tikus. Semakin sering
tikus dipegang maka tikus akan semakin jinak sehingga
Sejarah penggunaan tikus sebagai subjek penelitian, mengurangi kecelakaan dan stres pada tikus. Handling
pertama kali tercatat pada tahun 1828 dan penelitian yang kasar dan jarang akan mencetus ketakutan dari
yang memelihara tikus terjadi pada akhir abad ke tikus dan menyebabkan stres pada tikus (Hirsjarvi et al.,
18. Wistar Institute, Philadelphia adalah institusi 1990).
penelitian independen tertua di US yang melakukan
penelitian menggunakan hewan coba pada tahun 1894 Model Hewan Coba Diabetes
(Lindsey & Baker, 2006; Otto et al., 2015). Saat ini
untuk mendapatkan ijin penggunaan obat baru pada Model hewan untuk penelitian diabetes idealnya
penelitian hewan atau manusia harus sudah melakukan mempunyai fenotip yang dapat menggambarkan semua
uji toksisitas pada spesies hewan yang kecil (seperti patogenesis DM yang sama dengan yang terjadi pada
rodensia) dan satu pada kelompok hewan yang lebih manusia, namun saat ini belum ada satu model tunggal
besar (seperti anjing atau non primata). Tikus telah yang dapat menjelaskan patofisiologi DM secara
digunakan sebagai hewan standar pada uji toksikologi, lengkap seperti yang terjadi pada manusia. Model non
teratologi dan karsinogenesis bahkan saat ini tikus genetik menunjukkan kemiripan patogenesis dengan
juga sudah digunakan untuk penelitian tingkah laku, keadaan pada manusia. Model hewan diabetes non
neurologi, nutrisi, genetik, imunologi, penyakit infeksi genetik adalah hewan yang dalam keadaan normal
dan metabolik (Suckow et al., 2017). tidak mengalami DM dan perlakuan tertentu pada
hewan tersebut menyebabkan hewan mengalami DM.
Penggunaan tikus sebagai hewan coba perlu Induksi DM dilakukan dengan cara membuang sebagian
memperhatikan beberapa standar yang telah dikeluarkan pankreas (pankreatektomi), manipulasi genetik,
oleh National Research Council tahun 2011 yaitu memberi zat kimia tertentu atau memanipulasi diet atau
Guide for the Care and Use of Laboratory Animal penggabungannya (Rees & Alcolado, 2005). Berbagai
(National Research Council, 2011). Standar yang harus modifikasi pada model hewan telah dilakukan untuk
diperhatikan meliputi manajemen rumah pemeliharaan mendapatkan gambaran klinis dan patogenesis DM
tikus dan sifat biologi tikus. Standar manajemen rumah yaitu defisiensi insulin (disfungsi sel β-pankreas) dan
pemeliharaan tikus meliputi lingkungan makro seperti resistensi insulin (Dorothy, 2012; Kaplan & Wagner,
dinding, atap dan lantai pada rumah pemeliharaan tikus, 2006). Beberapa model tersebut dibahas berikut ini.
suhu ruangan, penerangan dan kandang tikus. Standar
lainnya yang harus diperhatikan adalah sifat biologi A. Model hewan coba spontan atau genetik
tikus. Penelitian sebaiknya telah mengetahui gambaran Salah satu cara untuk membuat model hewan DM
umum, organ sensorik, nilai parameter fisiologis normal, adalah dengan meminimalisir efek leptin dengan
nutrisi dan tingkah laku tikus (Otto et al., 2015). Tikus cara menurunkan reseptor leptin atau produksi leptin.
putih (tikus Norway) memiliki telinga yang kecil dan Leptin berperan dalam pengaturan berbagai efek yang
tebal, ekornya 85% dari panjang tubuhnya. Pertumbuhan menyebabkan sindrom metabolik. Reseptor leptin
E-ISSN 2477-0612
Model Hewan Coba Pharm Sci Res, Vol 6 No 3, 2019 133

Tabel 1. Data fisiologis normal tikus (Otto et al., 2015)

Tikus Dewasa
Berat
Jantan 300-500 g
Betina 250-300 g
Masa Hidup 2,5 – 3 tahun
Suhu Tubuh 37,5°C
Tingkat Metabolisme Dasar (400g tikus) 35 kcal/24 jam
Jumlah Kromosom (diploid) 42
Masa Pubertas 50 ± 10 hari
Kehamilan 21 – 23 hari
Jumlah Anak 8 - 14
Berat Lahir 5–6g
Penyapihan 21 hari
Konsumsi Makanan /24 jam 5 g/100 g BB
Konsumsi Air /24 jam 8–11 ml/100 g BB

Kardiovaskular
Tekanan darah
Sistolik 116 mmHg
Diastolik 90 mmHg
Denyut Jantung 300–500 kali /menit
Curah Jantung 50 ml/menit
Volume Darah 6 ml/100 g BB

Pernafasan
Pernafasan/menit 85 kali
Volume Tidal 1,5 mL
Luas Permukaan Alveolar (400 g tikus) 7,5 m2

Ginjal
Volume Urin /24 jam 5.5 ml/100 g BB
Ekskresi Na+ /24 jam 1,63 mEq/100 g BB
Eksresi K+ /24 jam 0,83 mEq/100 g BB
Osmolaritas Urin 1659 mOsm/kgH2O
pH Urin 7,3–8,5

Analit serum
Glukosa 115 ± 16,9 mg/dL (jantan)
Kreatinin 0,70 ± 0,11 mg/dL(jantan)

E-ISSN 2477-0612
134 Pharm Sci Res, Vol 6 No 3, 2019 Husna, et al.

disebut fa. Mutasi buatan pada reseptor leptin (fa) SDT juga mengalami komplikasi retinopati, nefropati
menurunkan fungsi reseptor dan memberi gambaran dan neuropati.(Sasase et al., 2013) Insiden terjadi DM
hiperglikemia. Secara umum, pada manusia tidak terjadi pada tikus jantan adalah 100% pada usia 40 minggu,
defisit reseptor leptin, sehingga model hewan DM yang sedangkan pada tikus betina hanya 33%. Beberapa
menunjukkan penurunan peran leptin kurang ideal peneliti mencoba memperpendek durasi onset DM
sebagai model untuk menunjukkkan komplikasi pada dengan memodifikasi mutasi fa pada tikus ZFD ke tikus
manusia (Medical, 1991). SDT sehingga memperoleh gambaran klinis obesitas,
hiperglikemia dan hiperlipidemia lebih awal (Kemmochi
Contoh model hewan DM yang diinduksi secara spontan et al., 2013).
atau genetik adalah:
3. Tikus Goto-Kakizaki (GK)
1. Tikus Zucker
Tikus Goto-Kakizaki termasuk model hewan terbaik
Tikus Zucker atau Zucker fatty rat (ZFR) dikembangkan untuk DM tipe 2 non obesitas karena memberikan
pertama kali pada tahun 1961 oleh Zucker. Nama lainnya gambaran klinis yang biasa terjadi pada pasien
adalah (fa/fa) fatty atau obese rat (Leprfa). Model tikus DM. Tikus GK secara spontan menjadi DM melalui
ini sangat dikenal dan digunakan secara luas sebagai berbagai mekanisme yang memodifikasi gen, merusak
tikus yang obesitas secara genetik. Fenotipnya terjadi metabolisme gestasional, sehingga memicu gangguan
melalui mutasi resesif autosomal (fa) pada kromosom berbagai organ seperti pankreas dan jaringan yang
5 sehingga menyebabkan disfungsi sinyal reseptor menjadi target utama insulin pada keturunannya.
leptin di hipotalamus. Mutasi tersebut memperlihatkan
fenotip obesitas pada usia 3-5 minggu dan pada usia 14 B. Model hewan coba yang diinduksi atau non
minggu komposisi tubuhnya mengandung 40% lipid. genetik
Tikus Zucker obesitas tidak menunjukkan hiperglikemia
tapi menunjukkan hiperlipidemia, hiperkolesterolemia, Model hewan non genetik yang berkembang untuk
hiperinsulinemia serta hipertropi dan hiperplasia penelitian diabetes saat ini adalah:
adiposit. Model tikus ini digunakan pada penelitian yang
menghubungkan antara obesitas dengan DM non insulin 1. Model aloksan atau streptozotosin pada tikus dewasa
dependent, penemuan obat antiobesitas dan insulin
secretagogue (Srinivasan & Ramarao, 2007). Streptozotosin (STZ) dan aloksan merupakan zat kimia
yang sering digunakan untuk menginduksi hewan coba
Modifikasi tikus Zucker adalah tikus Zucker diabetic menjadi DM. Goldner dan Gomori adalah peneliti yang
fatty (ZDF). Tikus ini dikembangkan khusus untuk pertama kali menggunakan aloksan untuk menginduksi
hiperglikemia. Baik ZFR maupun ZDF digunakan DM pada hewan pada tahun 1943 (Goldner & Gomori,
dalam penelitian sindrom metabolik dan DM tipe 2 tapi 1943). STZ atau 2-deoksi-2-(3-metil-nitrosourea)-1-D-
Tikus ZDF dianggap sebagai model standar dan banyak glukopiranosa adalah senyawa yang alami terdapat pada
digunakan sebagai model sindrom metabolik dan DM bakteri Streptomyces achromogenes dan memiliki efek
tipe 2. Tikus ZDF didapatkan dengan melakukan mutasi antibakteri spektrum luas. Berat molekul STZ adalah
lanjutan pada tikus Zucker obesitas dan menunjukkan 265 g/mol dan strukturnya terdiri atas gugus nitrosourea
defisiensi reseptor leptin sehingga tikus ZDF berkembang dengan gugus metil terikat pada ujung yang satu dan
menjadi obesitas dan hiperglikemia pada usia 8-10 molekul glukosa terikat pada ujung lainya (Eleazu et al.,
minggu. Tikus jantan lebih rentan untuk mengalami 2013). Awalnya STZ digunakan sebagai obat kemoterapi
DM pada model ini. Tikus ZDF juga memberi tanda untuk mengobati kanker pankreas yang bermetastasis
lipotoksisitas dan down regulation pada transporter dan keganasan lainnya (Lenzen, 2008). Pada tahun 1963,
GLUT2 dan GLUT4, sehingga model ini dapat Rakieten dan temannya melaporkan bahwa STZ bersifat
digunakan untuk meneliti mekanisme resistensi insulin diabetogenik. Sejak saat itu, STZ digunakan sebagai
dan disfungsi sel β (Srinivasan & Ramarao, 2007). salah satu obat untuk menginduksi DM pada hewan coba
(Rakieten et al., 1963).
2. Tikus spontaneously diabetic Torii (SDT)
STZ dapat menginduksi DM pada tikus, mencit, monyet,
Tikus SDT adalah strain inbreed Spraque-Dawley yang hamster, kelinci dan guinea pig. STZ bersifat sitotoksik
digunakan untuk model DM tipe 2 non obesitas. Tikus terhadap sel β pankreas dan efeknya dapat terlihat 72
SDT jantan mengalami peningkatan KGD pada usia jam setelah pemberian STZ dan tergantung pada dosis
20 minggu disertai gangguan histopatologi pankreas. pemberian. Efek toksik STZ diawali dengan ambilan
Sebelum mengalami diabetes, tikus SDT menunjukkan STZ ke dalam sel melalui transporter glukosa-2 (GLUT2)
intoleransi glukosa disertai hipoinsulinemia. Tikus afinitas rendah yang terdapat di membran plasma sel β,

E-ISSN 2477-0612
Model Hewan Coba Pharm Sci Res, Vol 6 No 3, 2019 135

sel hepatosit dan sel tubulus ginjal. Hal ini dibuktikan aktivitas enzim antioksidan seperti katalase, glutation
dengan penelitian pada sel yang memproduksi insulin peroksidase dan superoksida dismutase. Selain itu,
dan tidak mengekspresikan GLUT2 bersifat resisten sel β pankreas tidak memiliki katalase dan glutation
terhadap induksi dengan STZ (Elsner et al., 2000). peroksidase sehingga semakin rentan terhadap radikal
Efek toksiknya bersifat lebih selektif terhadap sel β bebas (Vergani et al., 2004). Mekanisme sitotoksisitas
pankreas karena berdasarkan struktur kimia STZ yang STZ juga melibatkan jalur sinyal yang melibatkan NF-
memiliki gugus glukosa sehingga mempermudah κB (Hunt et al., 1990; Matsuoka et al., 1997).
masuknya STZ ke sel β karena sel β pankreas lebih
aktif mengambil glukosa dibanding sel lainnya. Sel lain Senyawa lain yang sering digunakan untuk induksi
yang mengekspresikan GLUT2 seperti hepatosit dan sel DM pada hewan coba adalah aloksan. Aloksan adalah
tubulus ginjal juga rentan terhadap induksi dengan STZ. turunan asam urat, dapat merusak sel pankreas secara
Hal ini yang menjelaskan tentang efek nefrotoksik dan selektif melalui mekanisme stres oksidatif. Aloksan
hepatotoksik STZ. STZ juga menyebabkan kerusakan menyebabkan penurunan glikogen hepatik dalam 24-
jantung dan jaringan lemak dan meningkatkan stres 72 jam dan efek sitotoksisitasnya terutama disebabkan
oksidatif, inflamasi dan disfungsi endotel (Valentovic et oleh karena konversi anion radikal yang menyebabkan
al., 2006). kerusakan pankreas yang akhirnya menurunan kadar
insulin (Lee et al., 2010).
Kematian sel yang disebabkan oleh pemberian STZ
adalah karena gugus metilnitrosourea STZ menyebabkan Saat ini penggunaan aloksan untuk induksi DM
metilasi DNA, terutama pada posisi O6 guanin. Hal lebih jarang dibanding streptozotosin karena tingkat
ini mencetuskan kerusakan DNA yang pada akhirnya keberhasilan aloksan kurang memuaskan dan adanya
menyebabkan nekrosis sel β pankreas melalui deplesi efek nefrotoksik dan hepatotoksik pada hewan coba.
simpanan energi seluler. Selain itu, adanya usaha untuk STZ diyakini lebih baik sebagai agen diabetogenik
memperbaiki DNA yang rusak melalui aktivasi poli ADP dibanding aloksan karena lebih efektif dan lebih
ribosa polimerase (PARP) akan semakin mengurangi reproducible. STZ juga stabil dalam larutan sebelum
NAD+ selular (Eleazu et al., 2013). dan sesudah penyuntikan pada hewan coba. Selain
itu, model hewan STZ lebih mirip dengan beberapa
Kematian sel yang disebabkan oleh STZ melibatkan tiga komplikasi akut dan kronis yang sering dijumpai pada
jalur yaitu (Eleazu et al., 2013): penyandang DM. Model ini menunjukkan kesamaan
a. Metilasi DNA melalui pembentukan ion carbonium pada beberapa abnormalitas struktural, fungsional dan
(CH3+) sehingga menyebabkan aktivasi enzim biokimia penyakit DM sehingga lebih cocok sebagai
nuklear poli ADP-ribosa sintetase yang berperan model untuk memeriksa mekanisme DM (Eleazu et al.,
pada mekanisme perbaikan sel 2013; Lee et al., 2010).
b. Produksi nitrit oksida
c. Pembentukan radikal bebas seperti hidrogen Streptozotosin diinjeksi intraperioneal dengan dosis 35-
peroksida 65 mg/kg BB pada tikus dan 100-200 mg/kg BB pada
mencit. Sedangkan dosis aloksan yang digunakan adalah
Pemberian STZ menyebabkan peningkatan 40-200 mg/kg.BB tikus atau mencit (Islam&Loots,
malondialdehid secara signifikan menurunkan 2009). Terdapat beberapa tingkatan dosis streptozotosin

Gambar 1. Mekanisme kematian sel oleh STZ (Eleazu et al., 2013)

E-ISSN 2477-0612
136 Pharm Sci Res, Vol 6 No 3, 2019 Husna, et al.

yang digunakan seperti injeksi tunggal streptozotosin 2. Model nikotinamid-streptozotosin (STZ-NA)


dosis tinggi (>65 mg/kg.BB), injeksi berulang dosis
rendah (<35 mg/kg.BB) atau kombinasi streptozotosin Nikotinamid (NA) adalah inhibitor poli ADP ribosa
dengan diet tinggi lemak. Injeksi streptozotosin dosis polimerase (PARP) sehingga dapat menghambat metilasi
tinggi (>60 mg/kg.BB) menyebabkan kerusakan sel DNA. Pemberian nikotinamid sebelum induksi dengan
pankreas secara masif sehingga lebih mengarah kepada STZ dapat melindungi sel pankreas dari efek toksik
model hewan DM tipe 1 dan streptozotosin dosis STZ sehingga dapat mencegah perkembangan keadaan
menengah (antara 40-55 mg/kg.BB) menyebabkan diabetes (Stauffacher et al., 1970). Model ini awalnya
gangguan sekresi insulin parsial seperti DM tipe dikembangkan oleh Masiello dkk. Kemudian Nakamura
2 dan dosis tunggal streptozotosin <35 mg/kg.BB dkk menggunakan model ini untuk mengembangkannya
pada tikus diet normal tidak menunjukkan gambaran menjadi model DM tipe 2 non obesitas dan non genetik.
hiperglikemia (Srinivasan et al., 2005). Dasar pengembangan model ini adalah teori bahwa
streptozotosin menyebabkan kerusakan DNA, kerusakan
Karakteristik model hewan dengan metode ini DNA akan memicu mekanisme perbaikan DNA
adalah peningkatan kadar glukosa darah puasa atau yang membutuhkan nikotinamid adenin dinukleotida
sewaktu, penurunan kadar insulin dan hiperglikemia. (NAD) dalam jumlah besar. Pemberian nikotinamid
Resistensi insulin tidak terjadi pada model ini. Karena akan memproteksi sel pankreas sehingga tidak terjadi
keterbatasan ini, model ini dianggap model yang tidak kerusakan masif. Derajat perubahan patologis pada
cocok untuk DM tipe 2 tetapi masih bisa digunakan hewan coba yang diinduksi dengan STZ-NA dan
untuk skrining obat-obat antihiperglikemia atau nikotinamid berbeda-beda tergantung kondisi penelitian.
insulinotropik (Dorothy, 2012). Kerusakan sel β pankreas pada model hewan ini hanya
sebagian, sedangkan pada model hewan yang diinduksi
Model induksi STZ atau aloksan juga dilakukan dengan streptozotosin saja menunjukkan nekrosis sel β
pada neonatus tikus. Model ini dikembangkan sejak (Szkudelski, 2012).
pertengahan tahun 1970-an. STZ 25-90 mg/kg.BB
diinjeksikan intraperitoneal pada tikus neonatus yang Masiello dkk melakukan dengan menginjeksi tikus
berusia 2 hari. Gambaran klinis DM mulai tampak pada Wistar jantan berusia 3 bulan dengan nikotinamid 230
minggu keempat dimana KGD sewaktu tikus sedikit mg/kg.BB 15 menit sebelum injeksi streptozotosin (65
meningkat. Pada saat tikus berusia 8-12 minggu KGD mg/kg.BB). Model ini menunjukkan gejala peningkatan
semakin meningkat dan gambaran klinis DM tipe 2 KGD sewaktu dan gangguan toleransi glukosa
semakin jelas (Portha et al., 1974; Portha et al., 1979). (Masiello, 2006). Nakamura dkk (Nakamura et al.,
Perbedaan gambaran klinis DM terjadi bila strain tikus 2006) menggunakan mencit C57BL/6 jantan, berusia 5-6
yang digunakan berbeda. Optimasi dosis STZ sangat minggu, diberikan streptozotosin dosis 100 mg/kg.BB
dibutuhkan (Shinde & Goyal, 2003). Dosis aloksan dua kali dan diberikan nikotinamid (230 mg/kg.BB) 15
yang digunakan adalah 200 mg/kg.BB (i.p) pada tikus menit sebelum injeksi streptozotosin. Szkudelski dkk
Spraque-Dawley jantan yang berusia 2, 4 atau 6 hari. melakukan penelitian yang komprehensif mengenai
Dalam hal mempertahankan keadaan diabetik yang gangguan metabolik dan sekresi insulin pada tikus yang
lebih stabil, pemberian aloksan pada neonatus lebih diinduksi dengan streptozotosin-nikotinamid, mereka
efektif dibanding pemberian streptozotosin (Kodama membuktikan bahwa induksi streptozotosin-NA hanya
et al., 1993). sedikit mempengaruhi insulin, glukagon parameter
metabolik, kadar sitokin proinflamasi di darah juga tidak
Karakteristik model hewan ini adalah hiperglikemia berbeda dibanding kelompok kontrol. Selain itu, pada uji
ringan-sedang, peningkatan HbA1C, glukosuria, in vitro didapatkan bahwa model hewan ini, ketika sel
peningkatan asupan makanan (polifagia). Sebuah distimulasi dengan glukosa fisiologis dan suprafisiologis,
penelitian menunjukkan bahwa model ini dapat sekresi insulin pada sel islet menurun sekitar 20%
mempertahankan keadaan diabetik dalam periode dibanding kelompok normal. Penurunan sekresi ini
waktu yang lama (52 minggu) sehingga model ini lebih rendah dibanding pada sel yang diinduksi hanya
dapat mempelajari patogenesis beberapa komplikasi dengan streptozotosin (Masiello et al., 1998; Szkudelski
DM (Iwase, 1991). Kekurangan metode ini adalah, et al., 2013). Model ini telah diujikan dengan obat anti
memerlukan waktu yang lama, sekurangnya 12 diabetes sehingga dapat digunakan untuk skrining obat
minggu, untuk menginduksi DM sehingga model ini anti diabetes baru.
tidak cocok untuk skrining rutin obat antidiabetes
(Dorothy, 2012).

E-ISSN 2477-0612
Model Hewan Coba Pharm Sci Res, Vol 6 No 3, 2019 137

3. Model diet tinggi lemak Reed dkk menginduksi tikus Spraque-Dawley dengan
memberikan diet diet tinggi lemak (40% kalori) selama
Model ini dikembangkan pada akhir tahun 1980-an 2 minggu lalu dilanjutkan dengn injeksi streptozotosin
(Surwit et al., 1988). Model ini didasarkan pada fakta (50 mg/kg BB). Model tersebut menunjukkan
bahwa obesitas merupakan salah satu faktor risiko resistensi insulin, hiperglikemia, penurunan kadar
berkembangnya DM tipe 2. Rodensia dapat diinduksi insulin plasma dan sensitif terhadap terapi metformin
menjadi obesitas dengan meningkatkan asupan lemak dan triglitazon (Reed et al., 2000). Beberapa peneliti
(40-60% dari total kalori). Kebutuhan kalori harian lain juga menunjukkan bahwa model ini cocok untuk
tikus adalah 10-15 kcal/hari dan pakan standarnya menguji bahan atau obat untuk terapi DM. Zhang
telah tersedia dengan komposisi 65-70% karbohidrat, dkk memodifikasi jumlah diet (30% kalori) dan dosis
20-25% protein dan 5-12% lemak dan total kalorinya streptozotosin (15 mg/kg BB) sehingga gangguan
adalah 2900 kcal/kg. Peningkatan proporsi lemak (< toleransi glukosa baru terjadi setelah 2 bulan kemudian
85% total kalori), karbohidrat, garam dan kolesterol dan hiperglikemia, hiperinsulinemia dan hiperlipidemia
dapat menginduksi model hewan untuk penelitian baru terjadi 2 bulan berikutnya (Zhang et al., 2008).
obesitas, resistensi insulin, hipertensi, aterosklerosis dan Srinivasan dkk, memberikan diet 58% kalori selama 2
dislipidemia (Brito-Casillas et al., 2016). minggu sebelum menginjeksi streptozotosin dengan
dosis yang berbeda (25–55 mg/kg BB) dan tetap
Karakteristik model hewan diet tinggi lemak adalah diberikan diet tinggi lemak ad libitum. Berdasarkan
obesitas, toleransi glukosa terganggu dan resistensi penelitian ini didapatkan bahwa streptozotosin 35 mg/kg
insulin. Beberapa penelitian yang mengembangkan BB menunjukkan hiperglikemia, hiperkolesterolemia,
model ini pada mencit C57BL/6 menemukan tanda hipertrigliserida dan penurunan kadar insulin. Hal ini
resitensi insulin tapi sel pankreas tidak rusak bahkan menunjukkan bahwa jumlah diet dan dosis streptozotosin
ditemukan proliferasi sel pankreas (Surwit et al., 1988; dapat mempengaruhi manifestasi diabetik hewan coba
Winzell & Ahrén, 2004). Tikus strain Spraque-Dawley (Dorothy, 2012).
lebih efektif untuk model hewan diet tinggi lemak
dibanding strain tikus lainnya. Pada durasi diet yang lebih Perlu digarisbawahi bahwa beberapa literatur
panjang dijumpai hiperinsulinemia dan hiperlipidemia menunjukkan variasi pada gambaran klinis model
(Dorothy, 2012). hewan ini. Penelitian oleh Wang dkk dengan model diet
tinggi lemak, streptozotosin dosis rendah membuktikan
Salah satu pertimbangan yang penting diperhitungkan bahwa durasi diet tinggi lemak, dosis streptozotosin
adalah usia memulai diet tinggi lemak. Diet tinggi lemak dan usia tikus adalah faktor-faktor penting dalam
sebaiknya dimulai pada usia tikus muda (6-8 minggu) membuat model ini. Secara umum, diet tinggi lemak
karena usia ini adalah usia efektif tikus berkembang yang digunakan mengandung 40-50% kalori dalam
menjadi obesitas (Reuter, 2007). Derajat hiperglikemia bentuk lemak diberikan selama 4-8 minggu dan dosis
sangat tergantung pada jumlah lemak, tipe lemak streptozotosin yang digunakan adalah 20-50 mg/kg.BB.
dan durasi diet. Meskipun manifestasi diabetik sudah Pada salah satu penelitian dengan menggunakan tikus
muncul setelah 4 minggu pemberian diet tinggi lemak Spraque-Dawley usia 12 minggu, diberikan diet tinggi
tetapi keadaan DM akan lebih stabil apabila durasi lemak selama 8 minggu lalu diberikan streptozotosin
diet tinggi lemaknya diperpanjang (Dorothy, 2012; 20 mg/kg.BB menunjukkan tingkat keberhasilan yang
Winzell & Ahrén, 2004). Kekurangan metode ini adalah sangat rendah dalam menginduksi DM. Kelompok
memerlukan waktu yang relatif panjang (> 10 minggu) yang diberikan streptozotosin dosis 40 mg/kg.BB
untuk menginduksi model ini (Reuter, 2007). menunjukkan tingkat kematian yang sangat tinggi
setelah pemberian streptozotosin 2-4 minggu. Pada
4. Model diet lemak – streptozotosin kelompok yang diberikan dosis streptozotosin 30
Model hewan ini termasuk model hewan yang sangat mg/kg.BB menunjukkan tingkat keberhasilan 90%
berguna dan mudah untuk dilakukan. Pada mulanya, dan tingkat kematian dibawah 5% dan tikus tidak
tikus diberikan diet tinggi lemak selama periode memerlukan terapi insulin untuk mempertahankan berat
waktu tertentu dan ketika usia dewasa tikus diberikan badan (Yorek, 2016).
streptozotosin. Model ini sangat mirip dengan untuk
menggambarkan patogenesis DM pada manusia. Dasar Model ini juga sensitif dengan dua obat antidiabetes
pemikiran model ini adalah pemberian diet tinggi lemak yang digunakan untuk terapi DM tipe 2 sehingga model
akan menyebabkan resistensi insulin dan streptozotosin ini sangat cocok untuk skrining obat antihiperglikemik
dosis rendah akan merusak sebagian sel β pankreas baru. Tingkat keberhasilan induksi diabetes dengan
sehingga akan menghasilkan keadaan hiperglikemia metode ini lebih tinggi dibanding model lainnya dan
yang stabil. Model ini akan memberikan manifestasi merupakan pendekatan terbaik untuk menginduksi DM
klinis defisiensi insulin dan resistensi insulin (Chen & tipe 2.
Wang, 2005).
E-ISSN 2477-0612
138 Pharm Sci Res, Vol 6 No 3, 2019 Husna, et al.

5. Model diet fruktosa glukosa sehingga mencetuskan DM tipe 2 (Barker et al.,


1993).
Berbagai studi menunjukkan keunikan metabolisme
fruktosa menyebabkan fruktosa lebih hiperlipidemik Pada tahun 2001, Simmons dkk mengembangkan model
dibanding glukosa. Berdasarkan hal ini, para peneliti IUGR dengan meligasi arteri uterina bilateral sehingga
mengembangkan model diet fruktosa. Terdapat beberapa meniru keadaan pada manusia dimana asupan nutrisi
cara untuk menginduksi dengan diet fruktosa. Tikus fetus tidak terpenuhi sempurna. Ligasi dilakukan pada
diberikan diet yang mengandung 35-72 % fruktosa usia kehamilan 19 hari (Simmons et al., 2001). Ketika
atau diberikan 10-15% larutan fruktosa di dalam air dilahirkan, tikus memiliki berat badan yang sangat
minum selama 2-12 minggu. Dai dkk membuktikan kurang disertai penurunan insulin. Pada usia 26 minggu
bahwa pemberian larutan fruktosa 5-10% menimbulkan tikus IUGR terlihat obesitas disertai peningkatan
gejala polidipsia dan dalam 14 minggu tikus mengalami lemak sentral dan peningkatan KGD. Keuntungan
kelebihan berat badan. Selain itu diet fruktosa selama 1 model ini adalah model ini menunjukkan resistensi
minggu atau lebih menyebabkan kenaikan tekanan sistol insulin, hiperglikemia, hiperinsulinemia, obesitas dan
20-25 mmHg pada tikus (Dai et al., 1994). Kekurangan penurunan massa sel β pankreas. Kekurangannya adalah
model ini adalah waktu induksi yang panjang. teknik ligasi arteri uterina harus dilakukan oleh tenaga
profesional, waktu induksi panjang (3 bulan) dan belum
6. Model pankreatektomi sebagian terbukti efek obat anti diabetes konvensional pada model
ini (Hales CN, 1991).
Model ini dikembangkan pertama sekali oleh Paul dan
Bancroft. Pada tahun 1983 Bonner-Weir dkk meneliti KESIMPULAN
tentang efek pengurangan massa sel pankreas dengan
pembuangan 85-90% pankreas (Trent et al., 1983). Penelitian in vivo untuk membuktikan patogenesis dan
Gambaran hiperglikemia ringan-sedang diperoleh penatalaksanaan DM memerlukan model hewan coba
setelah 4 hari operasi dan bertahan sampai 6 minggu. yang sesuai. Saat ini belum ada model hewan coba
Selama 6 minggu tersebut, tidak terdapat perbedaan tunggal yang dapat menjelaskan secara keseluruhan
signifikan kadar insulin dan berat badan dibandingkan patogenesis DM. Pemilihan model hewan coba harus
dengan kelompok normal, tetapi setelah 7 minggu KGD disesuaikan dengan desain dan tujuan penelitian.
puasa dan kadar insulin kembali normal dan hanya Setiap model hewan coba memiliki kelebihan dan
mengalami hiperglikemia post prandial atau setelah kekurangan. Optimasi dan penyesuaian terhadap teknik
pembebanan glukosa. Modifikasi dilakukan oleh Kurup untuk melakukan induksi sangat perlu dilakukan untuk
dan Bhonde dengan mengkombinasi pankreatektomi mengurangi variasi antar hewan sehingga memudahkan
50% ditambah pemberian nikotinamid 350 mg/kg dalam mengambil kesimpulan pada penelitian DM.
BB dan streptozotosin 200 mg/kg BB pada mencit
BALB/c. Walaupun keadaan diabetiknya lebih stabil DAFTAR ACUAN
tapi gambaran klinis yang lebih dominan terlihat adalah
gejala DM tipe 1 (Kurup & Bhonde, 2000). Keuntungan Barker DJP., & Al E (1993). Type 2 (non-
metode ini adalah tidak menyebabkan efek samping insulindependent) diabetes mellitus, hypertension and
pada organ lainnya dan model ini mirip dengan keadaan hyperlipidemia (syndrome X): relation to reduced fetal
defisiensi insulin. Kekurangan utama metode ini adalah growth. Diabetologia, 36, 62–67.
regenerasi dari sisa pankreas, teknik operasi dan
gangguan pencernaan pada tikus. Brito-Casillas, Y., Melián, C., & Wägner, A.M. (2016).
Study of the pathogenesis and treatment of diabetes
7. Model Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) mellitus through animal models. Endocrinología y
Nutrición, 63(7), 345–353. https://doi.org/10.1016/j.
IUGR adalah berat badan bayi rendah karena terbatasnya endonu.2016.03.011
sumber nutrisi fetus selama masa masa kehamilan dan
merupakan ganguan kehamilan yang sering terjadi. Chen, D., & Wang, M.W. (2005). Development and
Barker dkk adalah peneliti yang pertama memprediksikan application of rodent models for type 2 diabetes.
bahwa IUGR berkaitan dengan perkembangan penyakit Diabetes, Obesity and Metabolism, 7(4), 307–317.
pada usia tua seperti obesitas, hipertensi dan DM tipe https://doi.org/10.1111/j.1463-1326.2004.00392.x
2. Defisiensi nutrisi pada fetus menyebabkan modifikasi
ekspresi gen dan fungsi sel di pankreas, hati dan otot. Cui, Z. J., Zhou, Y. D., Satoh, Y., & Habara, Y. (2003). A
IUGR menyebabkan penurunan yang signifikan pada physiological role for protoporphyrin IX photodynamic
massa sel β pankreas neonatus yang tidak dapat diperbaiki action in the rat Harderian gland?. Acta Physiology
pada usia tua sehingga menyebabkan gangguan toleransi Scandinavian,179, 149–154.

E-ISSN 2477-0612
Model Hewan Coba Pharm Sci Res, Vol 6 No 3, 2019 139

Dai, S., Todd, M. E., Lee, S., & McNeill, J. H. (1994). Institute of Laboratory Animal Resources, 47(3), 181–
Fructose loading induces cardiovascular and metabolic 185. https://doi.org/10.1093/ILAR.47.3.181
changes in nondiabetic and diabetic rats. Canadian
Journal of Physiology and Pharmacology, 72(7), 771– Kemmochi, Y., Fukui, K., Maki, M., Kimura, S., Ishii,
781. Y., Sasase, T., Ohta, T. (2013). Metabolic disorders
and diabetic complications in spontaneously diabetic
Dorothy, I. S. and W. R. (2012). Animal Models Torii Lepr fa rat: A new obese type 2 diabetic model.
in Diabetes Research. Animal Models in Diabetes Journal of Diabetes Research, 2013, 1–9. https://doi.
Research, 933, 219–228. https://doi.org/10.1007/978-1- org/10.1155/2013/948257
62703-068-7
Kodama, T., Iwase, M., Nunoi, K., Maki, Y., Yoshinari,
Eleazu, C. O., Eleazu, K. C., Chukwuma, S., & Essien, M., & Fujishima, M. (1993). A new diabetes model
U. N. (2013). Review of the mechanism of cell death induced by neonatal alloxan treatment in rats. Diabetes
resulting from streptozotocin challenge in experimental Research and Clinical Practice, 20(3), 183–189.
animals, its practical use and potential risk to humans.
Journal of Diabetes and Metabolic Disorders, 12(1), 60. Kurup, S., & Bhonde, R. R. (2000). Combined Effect
https://doi.org/10.1186/2251-6581-12-60 of Nicotinamide and Streptozotocin on Diabetic Status
in Partially Pancreatectomized Adult BALBc Mice.
Elsner, M., Guldbakke, B., Tiedge, M., Munday, R., Hormone and Metabolic Research, 32, 330-334.
& Lenzen, S. (2000). Relative importance of transport
and alkylation for pancreatic beta-cell toxicity of Lee, J. H., Yang, S. H., Oh, J. M., & Lee, M. G. (2010).
streptozotocin. Diabetologia, 43(12), 1528–1533. Pharmacokinetics of drugs in rats with diabetes mellitus
https://doi.org/10.1007/s001250051564 induced by alloxan or streptozocin: comparison with
those in patients with type I diabetes mellitus. The
Goldner, M. G., & Gomori, g. (1943). Alloxan diabetes Journal of Pharmacy and Pharmacology, 62(1), 1–23.
in the dog1. Endocrinology, 33(5), 297–308. https://doi. https://doi.org/10.1211/jpp.62.01.0001
org/10.1210/endo-33-5-297
Lenzen, S. (2008). The mechanisms of alloxan- and
Hales CN. (1991). Fetal and infant growth and impaired streptozotocin-induced diabetes. Diabetologia, 51(2),
glucose tolerance at age 64. The British Medical Journal, 216–226. https://doi.org/10.1007/s00125-007-0886-7
303, 1019–1022.
Lindsey, J., & Baker, H. (2006). Historical perspectives.
Hirsjarvi, P., Junnila, M., & Valiaho, T. (1990). Gentled In: Suckow, M.A., Weisbroth, S.H., Franklin, C.L. (Eds.)
and non-handled rats in a stressful open-field situation; The Laboratory Rat (2nd ed.). Elsevier Boston.
differences in performance. Scandinavian Journal of
Psychology, 31, 259–265. Masiello, P. (2006). Animal models of type 2 diabetes
with reduced pancreatic β-cell mass. International
Hunt, J. V, Smith, C. C., & Wolff, S. P. (1990). Journal of Biochemistry and Cell Biology, 38(5–6),
Autoxidative glycosylation and possible involvement 873–893. https://doi.org/10.1016/j.biocel.2005.09.007
of peroxides and free radicals in LDL modification by
glucose. Diabetes, 39(11), 1420–1424. Masiello, P., Broca, C., Gross, R., Roye, M., Manteghetti,
M., Hillarire-Buys, D., Ribes, G. (1998). Development
Islam, M. S., & Loots, D. T. (2009). Experimental rodent of a new model in adult rats administered streptozotocin
models of type 2 diabetes: a review. Methods and Findings and nicotinamide. Diabetes, 47(February), 224–229.
in Experimental and Clinical Pharmacology, 31(4),
249–261. https://doi.org/10.1358/mf.2009.31.4.1362513 Matsuoka, T., Kajimoto, Y., Watada, H., Kaneto, H.,
Kishimoto, M., Umayahara, Y., Yamasaki, Y. (1997).
Iwase, M. (1991). A new animal model of non-insulin- Glycation-dependent, reactive oxygen species-mediated
dependent diabetes mellitus with hypertension: neonatal suppression of the insulin gene promoter activity in HIT
streptozotocin treatment in spontaneously hypertensive cells. Journal of Clinical Investigation, 99(1), 144–150.
rats. Fukuoka Igaku Zasshi = Hukuoka Acta Medica, https://doi.org/10.1172/JCI119126
82(7), 415–427.
Maurer, K. J., & Quimby, F. W. (2015). chapter 34 -
Kaplan, J. R., & Wagner, J. D. (2006). Type 2 diabetes- Animal Models in Biomedical Research. Laboratory
an introduction to the development and use of animal Animal Medicine: Third Edition (Third Edit). Elsevier
models. ILAR Journal / National Research Council, Inc.https://doi.org/10.1016/B978-0-12-409527-
4.00034-1
E-ISSN 2477-0612
140 Pharm Sci Res, Vol 6 No 3, 2019 Husna, et al.

Medical, H. (1991). Molecular Mapping of the Mouse ob and effects of routine husbandry procedures analysed by
Mutation, 1062, 1054–1062. time sampling techniques. Laboratory Animals, 30(1),
13–21. https://doi.org/10.1258/002367796780744875
Nakamura, T., Terajima, T., Ogata, T., Ueno, K.,
Hashimoto, N., Ono, K., & Yano, S. (2006). Establishment Sasase, T., Ohta, T., Masuyama, T., Yokoi, N., Kakehashi,
and pathophysiological characterization of type 2 A., & Shinohara, M. (2013). The Spontaneously
diabetic mouse model produced by streptozotocin and Diabetic Torii Rat: An Animal Model of Nonobese
nicotinamide. Biological & Pharmaceutical Bulletin, Type 2 Diabetes with Severe Diabetic Complications.
29(6), 1167–1174. https://doi.org/10.1248/bpb.29.1167 Journal of Diabetes Research, 2013, 1–12. https://doi.
org/10.1155/2013/976209
National Research Council. (2011). Guide for the Care
and Use of Laboratory Animal (8th ed.). Washington, Shalev, U., Feldon, J., & Weiner, I. (1998). Gender-
DC: The National Academic Press. and age-dependent differences in latent inhibition
following pre-weaning non-handling: implications for
Otto, G. M., Franklin, C. L., & Clifford, C. B. (2015). a neurodevelopmental animal model of schizophrenia.
Chapter 4 - Biology and Diseases of Rats. Laboratory International Journal of Developmental Neuroscience :
Animal Medicine: Third Edition. https://doi.org/10.1016/ The Official Journal of the International Society for
B978-0-12-409527-4.00004-3. Developmental Neuroscience, 16(3–4), 279–288.

Pérez, C., Canal, J. R., Domínguez, E., Campillo, J. Shinde, U. A., & Goyal, R. K. (2003). Effect of
E., Guillén, M., & Torres, M. D. (1997). Individual chromium picolinate on histopathological alterations in
housing influences certain biochemical parameters in STZ and neonatal STZ diabetic rats. Journal of Cellular
the rat. Laboratory Animals, 31(4), 357–361. https://doi. and Molecular Medicine, 7(3), 322–329.
org/10.1258/002367797780596158
Simmons, R. A., Templeton, L. J., & Gertz, S. J.
Portha, B., Levacher, C., Picon, L., & Rosselin, G. (2001). Intrauterine Growth Retardation Leads to the
(1974). Diabetogenic effect of streptozotocin in the rat Development of Type 2 Diabetes in the Rat. Diabetes,
during the perinatal period. Diabetes, 23(11), 889–895. 50, 2279-2286.

Portha, B., Picon, L., & Rosselin, G. (1979). Chemical Srinivasan, K., & Ramarao, P. (2007). Animal models
diabetes in the adult rat as the spontaneous evolution of in type 2 diabetes research: an overview. The Indian
neonatal diabetes. Diabetologia, 17(6), 371–377. Journal of Medical Research, 125(3), 451–472.

Rakieten, N., Rakieten, M. L., & Nadkarni, M. V. (1963). Srinivasan, K., Viswanad, B., Asrat, L., Kaul, C. L.,
Studies on the diabetogenic action of streptozotocin & Ramarao, P. (2005). Combination of high-fat diet-
(NSC-37917). Cancer Chemotherapy Reports, 29, 91– fed and low-dose streptozotocin-treated rat: A model
98. for type 2 diabetes and pharmacological screening.
Pharmacological Research, 52(4), 313–320. https://doi.
Reed, M. J., Meszaros, K., Entes, L. J., Claypool, M. org/10.1016/j.phrs.2005.05.004
D., Pinkett, J. G., Gadbois, T. M., & Reaven, G. M.
(2000). A new rat model of type 2 diabetes: The fat- Stauffacher, W., Burr, I., Gutzeit, A., Beaven, D.,
fed, streptozotocin-treated rat. Metabolism: Clinical Veleminsky, J., & Renold, A. E. (1970). Streptozotocin
and Experimental, 49(11), 1390–1394. https://doi. diabetes: time course of irreversible B-cell damage;
org/10.1053/meta.2000.17721 further observations on prevention by nicotinamide.
Experimental Biology and Medicine, 133(1), 194–200.
Rees, D. A., & Alcolado, J. C. (2005). Animal models https://doi.org/10.3181/00379727-133-34439
of diabetes mellitus. Diabetic Medicine : A Journal of
the British Diabetic Association, 22(4), 359–370. https:// Suckow, M. A., Stewart, K. L., Hickman, D. L., Johnson,
doi.org/10.1111/j.1464-5491.2005.01499.x J., Vemulapalli, T. H., Crisler, J. R., & Shepherd, R.
(2017). Chapter 7 – Commonly Used Animal Models.
Reuter, T. Y. (2007). Diet-induced models for obesity and Principles of Animal Research. Elsevier Inc. https://doi.
type 2 diabetes. Drug Discovery Today: Disease Models, org/10.1016/B978-0-12-802151-4.00007-4
4(1), 3–8. https://doi.org/10.1016/j.ddmod.2007.09.004
Surwit, R. S., Kuhn, C. M., Cochrane, C., McCubbin,
Saibaba, P., Sales, G. D., Stodulski, G., & Hau, J. (1996). J. A., & Feinglos, M. N. (1988). Diet-induced type II
Behaviour of rats in their home cages: daytime variations diabetes in C57BL/6J mice. Diabetes, 37(9), 1163–1167.

E-ISSN 2477-0612
Model Hewan Coba Pharm Sci Res, Vol 6 No 3, 2019 141

Szkudelski, T. (2012). Streptozotocin-nicotinamide- Vergani, L., Floreani, M., Russell, A., Ceccon, M.,
induced diabetes in the rat. Characteristics of the Napoli, E., Cabrelle, A., Dabbeni-Sala, F. (2004).
experimental model. Experimental Biology and Antioxidant defences and homeostasis of reactive
Medicine, 237(5), 481–490. https://doi.org/10.1258/ oxygen species in different human mitochondrial DNA-
ebm.2012.011372 depleted cell lines. European Journal of Biochemistry,
271(18), 3646–3656. https://doi.org/10.1111/j.1432-
Szkudelski, T., Zywert, A., & Szkudelska, K. (2013). 1033.2004.04298.x
Metabolic disturbances and defects in insulin secretion in
rats with streptozotocin-nicotinamide-induced diabetes. Winzell, M. S., & Ahrén, B. (2004). The high-fat diet-fed
Physiological Research, 62(6), 663–670. mouse: a model for studying mechanisms and treatment
of impaired glucose tolerance and type 2 diabetes.
Trent, D. F., Weir, G. C., & Division, E. (1983). Partial Diabetes, 53 Suppl 3, S215-9.
pancreatectomy in the rat and subsequent defect in
glucose-induced insulin release. Journal of Clinical Yorek, M. A. (2016). Alternatives to the Streptozotocin-
Investigation, 71, 1544-1553. Diabetic Rodent. International Review of Neurobiology
(1st ed., Vol. 127). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/
Valentovic, M. A., Alejandro, N., Betts Carpenter, A., bs.irn.2016.03.002
Brown, P. I., & Ramos, K. (2006). Streptozotocin (STZ)
diabetes enhances benzo(alpha)pyrene induced renal Zhang, M., Lv, X.-Y., Li, J., Xu, Z.-G., & Chen, L.
injury in Sprague Dawley rats. Toxicology Letters, 164(3), (2008). The Characterization of High-Fat Diet and
214–220. https://doi.org/10.1016/j.toxlet.2005.12.009 Multiple Low-Dose Streptozotocin Induced Type 2
Diabetes Rat Model. Experimental Diabetes Research,
2008, 1–9. https://doi.org/10.1155/2008/704045

E-ISSN 2477-0612

Anda mungkin juga menyukai