Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

HIPERTENSI

Oleh :

AVERIANI BENEDITA ODILIA

11306C117003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

BANJARMASIN

2020
I. KONSEP TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI
1. Jantung

Jantung manusia memiliki berongga dengan 2 atrium dan 2


ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu
mendorong darah ke berbagai  bagian tubuh. Jantung manusia
berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan,
terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu
selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab
untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep
yang melengkapinya. Untuk menjamin kelangsungan sirkulasi,
jantung berkontraksi secara periodik.
a. Bentuk serta ukuran jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem
kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ
muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri
serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya
kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.
Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram

1
dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya
jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu
jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan
7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada
ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma
thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas  processus
xiphoideus.Pada tepi kanan cranial berada pada tepi
cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi
lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi
cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi
lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi
caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral
sternum, tepi kiri caudal berada  pada ruang intercostalis
5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis. Selaput
yang membungkus jantung disebut perikardium dimana
terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum
pericardii berisi 50 cc yang  berfungsi sebagai pelumas
agar tidak ada gesekan antara perikardium dan
epikardium. Epikardium adalah lapisan paling luar dari
jantung, lapisan  berikutnya adalah lapisan miokardium
dimana lapisan ini adalah lapisan yang  paling tebal.
Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium.
b. Ruang dalam jantung
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu
disebut atrium dan sisanya adalah ventrikel. Pada orang
awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel
dikenal dengan bilik. Kedua atrium merupakan ruang
dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan
yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel
mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel
kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari

2
ventrikel kanan. Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar
atrium (septum interatriorum), sementara kedua ventrikel
dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-
ventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada masingmasing
sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu
penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler.
Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup
atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri
disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup
AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.
c. Katup – katup jantung
1) Katup Trikuspidalis Katup trikuspidalis berada
diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila
katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari
atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup
trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran
darah menuju atrium kanan dengan cara menutup
pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan
namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
2) Katup pulmonal Setelah katup trikuspid tertutup,
darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan
melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis
bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan
kiri yang akan  berhubungan dengan jaringan paru
kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus  pulmonalis
terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun
katup yang terbuka bila ventrikel kanan
berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan
relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir
dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3) Katup bikuspidalis Katup bikuspid atau katup
mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri

3
menuju ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid,
katup bikuspid menutup pada saat kontraksi
ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun
katup.
4) Katup Aorta Katup aorta terdiri dari 3 daun katup
yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan
membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi
sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh.
Sebaliknya katup akan menutup pada saat
ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah
masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
d. Komponen system induksi jantung
1) Sinoatrial
2) Atrioventrikular
3) RA, LA, RV, LV
e. Peace Meker ( Pusat pacu jantung )
Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh
tubuh dimana  pada saat memompa jantung otot-otot
jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi
tersebut, otot jantung mempunyai kemampuan untuk
menimmbulkan rangsangan listrik. Aktifitas kontraksi
jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu
didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik inidimulai
pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak  pada
celah antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada
nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara
spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi
yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus
atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje
dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel.
2. Pembuluh Darah

4
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi dan
berfungsi mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Jenis-jenis yang paling
penting, arteri dan vena, juga disebut demikian karena mereka
membawa darah keluar atau masuk ke  jantung. Kerja pembuluh darah
membantu jantung tuk mengedarkan sel darah merah atau eritrosit ke
seluruh tubuh.dan mengedarkan sarimakanan, oksigen dan membawa
keluar karbon dioksida
a. Pembulu darah nadi (arteri)
1) Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri
pulmonalis
2) Mempunyai dinding yang tebal
3) Mempunyai jaringan yang elastic
4) Katup hanya pada pemulaan keluar dari jantung 5
5) Menunjukkan adanya tempat untuk mendengarkan
denyut jantung
6) Pembuluh darah arteri yang terbesar adalah Aorta ( yang
keluar dari ventrikel sinistra) dan arteri pulmonalis (yang
keluar dari ventrikel dekstra).
7) Cabang dari arteri disebut Arteriola yang selanjutnya
menjadi kapiler.
8) Arteri membawa darah dari jantung menuju ke seluruh
tubuh.
9) Arteri terbesar: aorta.
10) Aorta berasal dari ventrikel kiri jantung, pangkal aorta :
aorta asenden —  arcus aorta — aorta desendens (aorta
torakalis di rongga dada dan aorta abdominalis di rongga
perut) lalu berakhir sebagai a. iliaca komunis kiri dan
kanan di rongga panggul.
b. Pembuluh balik (vena)
1) Mengembalikan darah ke jantung dilengkapi
dengan katup

5
2) Membawa darah kotor (sisa metabolisme dan CO2),
kecuali vena  pulmonalis.
3) Mempunyai dinding yang tipis
4) Jaringannya kurang elastic
5) Mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang
mengarah ke jantung
6) Tidak menunjukkan adanya tempat mendengar
denyut jantung.
7) Pembuluh darah vena yang ukurannya besar adalah
vena kava dan vena  pulmonalis.
8) Cabang dari vena disebut venolus/ venula yang
selanjutnya menjadi kapiler.
c. Kapiler
1) Disebut juga pembuluh rambut
2) Terdiri dari sel-sel endotel
3) Diameter kira-kira 0,008 mm
4) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan
vena
5) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah
dan cairan jaringan
6) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar
7) Menyerap zat makanan yang terdapat di usus
8) Menyaring darah yang terdapat di ginjal Semua
pembuluh darah kecuali kapiler terdiri atas tiga
lapisan yaitu :
a. Tunika intima/ interna, lapisan dalam yang
mempunyai lapisan endotel dan  berhubungan
dgn darah.
b. Tunika media, lapisan tengah, terdiri dari
jaringan otot, sifatnya elastis dan termasuk otot
polos. c.

6
c. Tunika adventisia/ eksterna, lapisan luar, terdiri
dari jaringan ikat yang  berguna menguatkan
dinding arteri (Syaifuddin, 2014).

B. Defenisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan
darah diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection
(JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara
95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105
dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg
atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik.
C. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output
atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:

7
a) Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi
atau transport Na.
b) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c) Stress Lingkungan.
d) Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah. Berdasarkan etiologinya
Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1) Hipertensi Esensial (Primer) Penyebab tidak diketahui
namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system
rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok
dan stress.
2) Hipertensi Sekunder Dapat diakibatkan karena penyakit
parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a) Faktor Keturunan

8
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi Ciri perseorangan
1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
5) Kebiasaan hidup
6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
7) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
8) Kegemukan atau makan berlebihan
9) Stress
10) Merokok
11) Minum alcohol
12) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
b) Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM

9
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid
D. MANINFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan
tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa
pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala,
pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah,
Epistaksis, Kesadaran menurun Manifestasi klinis pada klien
dengan hipertensi adalah :
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
2) Sakit kepala
3) Pusing / migraine
4) Rasa berat ditengkuk
5) Penyempitan pembuluh darah
6) Sukar tidur
7) Lemah dan lelah

10
8) Nokturia
9) Azotemia
10) Sulit bernafas saat beraktivitas
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95mmHg. Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the
Detection and Treatment of Hipertension
1) Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan d. 105 – 114 : Hipertensi
sedang
d. >115 : Hipertensi berat
2) Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi c.
> 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi Krisis hipertensi
adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah
yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau
diastole ≥120 mmHg),
pada penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera
yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan
timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal,
jantung, dan pembuluh darah). Tingginya tekanan darah bervariasi, yang
terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:

11
1. Hipertensi Emergensi Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan
darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya
kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif.
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif
dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu
menit/jam.
2. Hipertensi urgensi Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah
yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa
jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).
F. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

12
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi
oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen.
Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan
tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron
yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan

13
menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono,
Slamet. 1996 ).

G. PAHTWAY

14
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :

15
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji
hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah
pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan
adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek
samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum
dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar
dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat
menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji
aldosteronisme primer (penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan
disfungsi ginjal dan ada DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi
faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat
adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan
koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana

16
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu
setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan
destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan
hasil pemeriksaan yang pertama) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi
seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral,
encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi
seperti: Batu ginjal, perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah
neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan
sesuai kondisi klinis pasien
I. Komplikasi Efek pada organ :
a. Otak
1. Pemekaran pembuluh darah
2. Perdarahan
3. Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
1. Malam banyak kencing
2. Kerusakan sel ginjal
3. Gagal ginjal c.
c. Jantung
1. Membesar
2. Sesak nafas (dyspnoe)
3. Cepat lelah

17
4. Gagal jantung
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan
untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok f
6) Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan
terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah
raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga
yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara
60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu g. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi
psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik
yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-
tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

18
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain,
juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
b) Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau
tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan). Tujuan pendidikan
kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya
menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter
Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH
BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat
diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 Alternatif yang bisa diberikan :
1. Dosis obat pertama dinaikkan
2. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3. Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator

19
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1. Obat ke-2 diganti
2. Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1. Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2. Re-evaluasi dan konsultasi
3. Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk
mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan
petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah
sebagai berikut :
a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu
hasil pengukuran tekanan darahnya
b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak
dicapai mengenai tekanan darahnya
c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak
dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat
menurunkan morbiditas dan mortilitas
d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat
mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa
yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat
diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa
didiskusikan lebih dahulu Sedapat mungkin tindakan
terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
e) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan
bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan
darahnya di rumah

20
f) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti
hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
g) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti
hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang
mungkin terjadi
h) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya
memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
i) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan
kunjungan lebih sering
k) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada
waktu yang ditentukan.
l) Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam
pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman
dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
I. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat Gejala :
1. Kelemahan
2. Letih
3. Napas pendek
4. Gaya hidup monoton Tanda :
a) Frekuensi jantung meningkat
b) Perubahan irama jantung Takipnea
c) Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler Tanda :
1) Kenaikan TD
2) Nadi : denyutan jelas
3) Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
4) Bunyi jantung : murmur

21
5) Distensi vena jugularis
6) Ekstermitas Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi
perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat
d. Integritas Ego Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan,
pekerjaan ) Tanda :
1. Letupan suasana hati
2. Gelisah
3. Penyempitan kontinue perhatian
4. Tangisan yang meledak
5. otot muka tegang ( khususnya sekitar mata ) Peningkatan pola
bicara
e. Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
f. Makanan / Cairan Gejala :
1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
1. Mual
2. Muntah
3. Riwayat penggunaan diuretik Tanda :
a. BB normal atau obesitas
b. Edema
c. Kongesti vena
d. Peningkatan JVP
e. glikosuria
f. Neurosensori Gejala :
1. Keluhan pusing / pening, sakit kepala
2. Episode kebas
3. Kelemahan pada satu sisi tubuh
4. Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia)
5. Episode epistaksis Tanda :

22
a) Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori (ingatan)
b) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
c) Perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala :
1. nyeri hilang timbul pada tungkai
2. sakit kepala oksipital berat
3. nyeri abdomen
h. Pernapasan Gejala :
1. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
2. Takipnea
3. Ortopnea
4. Dispnea nocturnal proksimal
5. Batuk dengan atau tanpa sputum
6. Riwayat merokok Tanda :
a) Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
b) Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
c) Sianosis
i. Keamanan Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan Tanda : Episode
parestesia unilateral transien j. Pembelajaran / Penyuluhan Gejala :
a. Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
b. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
c. Penggunaan obat / alkohol

J. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard

23
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya
hipertensi yang diderita klien
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit
K. Rencana Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
No DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
DAN KOLABORASI
1. Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah 1. Cardiac Pump 1. Cardiac Care
jantung berhubungan effectiveness a. Evaluasi
dengan peningkatan 2. Circulation Status adanya nyeri
afterload, 3. Vital Sign Status dada
vasokonstriksi, Kriteria Hasil: ( intensitas,lo
hipertrofi/rigiditas a. Tanda Vital kasi, durasi)
ventrikuler, iskemia dalam rentang b. Catat adanya
miokard normal (Tekanan disritmia
darah, Nadi, jantung
respirasi) c. Catat adanya
b. Dapat tanda dan
mentoleransi gejala
aktivitas, tidak penurunan
ada kelelahan cardiac putput
c. Tidak ada edema d. Monitor status
paru, perifer, dan kardiovaskule
tidak ada asites r

24
d. Tidak ada e. Monitor status
penurunan pernafasan
kesadaran yang
menandakan
gagal jantung
f. Monitor
abdomen
sebagai
indicator
penurunan
perfusi
g. Monitor
balance cairan
h. Monitor
adanya
perubahan
tekanan darah
i. Monitor
respon pasien
terhadap efek
pengobatan
antiaritmia
j. Atur periode
latihan dan
istirahat untuk
menghindari
kelelahan
k. Monitor
toleransi
aktivitas
pasien
l. Monitor

25
adanya
dyspneu,
fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
m. Anjurkan
untuk
menurunkan
stress
Vital Sign Monitoring
a. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
b. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
c. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau
berdiri
d. Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas
f. Monitor kualitas
dari nadi
g. Monitor adanya
pulsus paradoksus

26
h. Monitor adanya
pulsus alterans
i. Monitor jumlah
dan irama jantung
j. Monitor bunyi
jantung
k. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
l. Monitor suara
paru
m. Monitor pola
pernapasan
abnormal
n. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
o. Monitor sianosis
perifer
p. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
q. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

27
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen
No DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN DAN
KOLABORASI
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan 1. Energy conservation Energy Managemena.
kelemahan, 2. Self Care : ADLs a. Observasi adanya
ketidakseimbangan suplai Kriteria Hasil : pembatasan klien
dan kebutuhan oksigen. a. Berpartisipasi dalam melakukan
dalam aktivitas aktivitas
fisik tanpa b. Dorong anal
disertai untuk
peningkatan mengungkapkan
tekanan darah, perasaan terhadap
nadi dan RR keterbatasan
b. Mampu c. Kaji adanya
melakukan factor yang
aktivitas sehari menyebabkan
hari (ADLs) kelelahan
secara mandiri d. Monitor nutrisi
dan sumber
energi
tangadekuat
e. Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
f. Monitor respon
kardivaskuler
terhadap aktivitas
g. Monitor pola

28
tidur dan lamanya
tidur/istirahat
pasien Activity
Therapy
h. Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi
Medik
dalammerencanak
an progran terapi
yang tepat.
i. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
j. Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten
yangsesuai
dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan
social
k. Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
l. Bantu untuk
mendpatkan alat

29
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
m. Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
n. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
o. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
p. Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
q. Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
r. Monitor respon
fisik, emoi, social
dan spiritual

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral


No DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN DAN

30
KOLABORASI
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan peningkatan Pain Level,  Pain control, Pain Management
tekanan vaskuler serebral  Comfort level Kriteria a. Lakukan pengkajian
Hasil : nyeri secara
a. Mampu mengontrol komprehensif
nyeri (tahu termasuk lokasi,
penyebab nyeri, karakteristik, durasi,
mampu frekuensi, kualitas
menggunakan tehnik dan faktor presipitasi
nonfarmakologi b. Observasi reaksi
untuk mengurangi nonverbal dari
nyeri, mencari ketidaknyamanan
bantuan) c. Gunakan teknik
b. Melaporkan bahwa komunikasi
nyeri berkurang terapeutik untuk
dengan mengetahui
menggunakan pengalaman nyeri
manajemen nyeri pasien
c. Mampu mengenali d. Kaji kultur yang
nyeri (skala, mempengaruhi
intensitas, frekuensi respon nyeri
dan tanda nyeri) e. Evaluasi
d. Menyatakan rasa pengalaman nyeri
nyaman setelah masa lampau
nyeri berkurang f. Evaluasi bersama
e. Tanda vital dalam pasien dan tim
rentang normal kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
g. Bantu pasien dan

31
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
h. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
i. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
k. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
l. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
m. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan

32
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
q. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
c. Cek riwayat
alergi
d. Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu
e. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
f. Tentukan

33
analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
g. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital
sign sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
i. Berikan
analgesik tepat
waktu terutama
saat nyeri hebat
j. Evaluasi
efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala (efek
samping)

4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi


yang diderita klien
No DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
DAN

34
KOLABORASI
Cemas Setelah dilakukan Anxiety Reduction
berhubungan tindakan keperawatan a. Gunakan
dengan krisis selama 3 x 24 jam, cemas pendekatan yang
situasional pasien berkurang dengan menenangkan
sekunder adanya kriteria hasil: b. Nyatakan
hipertensi yang 1. Anxiety Control dengan jelas
diderita klien 2. Coping harapan terhadap
3. Vital Sign Status pelaku pasien
a. Menunjukan c. Jelaskan semua
teknik untuk prosedur dan apa
mengontrol yang dirasakan
cemas teknik selama prosedur
nafas dalam d. Temani pasien
b. Postur tubuh untuk
pasien rileks memberikan
dan ekspresi keamanan dan
wajah tidak mengurangi takut
tegang e. Berikan
c. Mengungkapk informasi faktual
an cemas mengenai
berkurang diagnosis,
d. TTV dbn TD tindakan
= 110-130/ 70- prognosis
80 mmHg RR f. Dorong keluarga
= 14 – 24 x/ untuk menemani
menit N = 60 anak
-100 x/ menit g. Lakukan back /
S = 365 – 375 neck rub
0C h. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
i. Identifikasi

35
tingkat
kecemasan
j. Bantu pasien
mengenal situasi
yang
menimbulkan
kecemasan
k. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
l. Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
m. Barikan obat
untuk
mengurangi
kecemasan

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakit
No DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
DAN
KOLABORASI
Kurang NOC : NIC :
pengetahuan 1. Kowlwdge : disease Teaching :
berhubungan process disease Process
dengan kurangnya 2. Kowledge : health a. Berikan
informasi Behavior penilaian tentang

36
Kriteria Hasil : tingkat
a. Pasien dan pengetahuan
keluarga pasien
menyatakan tentangproses
pemahaman penyakit yang
tentang penyakit, spesifik
kondisi, b. Jelaskan
prognosis dan patofisiologi dari
program penyakit dan
pengobatan bagaimana hal ini
b. Pasien dan berhubungan
keluarga mampu dengan anatomi
melaksanakan dan fisiologi,
prosedur yang dengan cara yang
dijelaskan secara tepat.
benar c. Gambarkan tanda
c. Pasien dan dan gejala yang
keluarga mampu biasa muncul
menjelaskan pada penyakit,
kembali apa dengan cara yang
yang dijelaskan tepat
perawat/tim d. Gambarkan
kesehatan proses penyakit,
lainnya. dengan cara yang
tepat
e. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna
cara yang tepat
f. Sediakan
informasi pada
pasien tentang

37
kondisi, dengan
cara yang tepat
g. Hindari harapan
yang kosong
h. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
i. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi di
masa yang akan
datang dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
j. Diskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
k. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau

38
diindikasikan
l. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan,
dengan cara yang
tepat
m. Rujuk pasien
pada grup atau
agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
n. Instruksikan
pasien mengenai
tanda dan gejala
untuk melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara yang
tepat

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol
2, Jakarta,EGC,

39
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In:
Webb NJA, Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric
Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing
Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle
River Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA
2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

40

Anda mungkin juga menyukai