Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PIDANA III

Dosen pengampu Setiawan Nurdayasakti S.H., M.Hum.

Disusun oleh:
SULTON AULIYA’
201910110311242
PIDANA III - C

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG
2021
Rumusan Masalah:
1. Bagaimana dengan kasus penolakan sidang secara daring yang dilakukan oleh Habib Rizieq
dari sudut pandang aspek hukum?
2. Tilang elektronik atau E-tilang bagaimana prosedurnya dan seperti apa? dikaji secara yuridis
apakah sesuai dengan pasal 211 dan 216 KUHAP?
3. Mengapa KPK melakukan pemberhentian penyidikan terhadap tersangka Syamsul Norsalim
pada kasus BLIB?

BAB I
Kasus penolakan sidang secara daring yang dilakukan Habib Rizieq dari sudut pandang
aspek hukum

Eks pentolan Front Pembela Islam atau FPI Habib Rizieq Shihab memilih menolak untuk
mengikuti persidangan lanjutan secara virtual terkait dengan berbagai kasus yang menjeratnya,
Jumat (19/3/2021). Rizieq menilai persidangan secara online dianggap tak adil. Rizieq menolak
untuk hadiri sidang secara online ketika dijemput para jaksa dari dalam tahanan Bareskrim Polri.
Sidang online ini saja sudah tidak adil, sidang online ini kan cuma berdasarkan Perma-Perma
(Peraturan MA) itu sendiri ada dua alternatif ada offline ada online. Lalu majelis hakim
mengambil online harus persetujuan terdakwa. Enggak bisa mengambil sepihak kita kembali
kepada KUHAP pasal 154 pasal 152," kata Rizieq ketika akhirnya mau keluar dari tahanan
berbicara dengan majelis hakim, Jumat (19/3/2021). "Izin majelis karena kita masih sesuai
dengan penetapan nomor 221 dimana persidangan dilakukan secara online kami mohon agenda
sidang ini tetap dilanjutkan untuk membaca dakwaan," tutur JPU.
Kemudian Rizieq kembali merespons, "Saya siap hadir duduk di ruang sidang sesuai amanat UU.
Gak bisa Perma ngalah-kan UU kecuali UU itu diubah oleh DPR atau bapak presiden Jokowi
hari ini juga membuat perppu yang mewajibkan saya hadir online saya siap mentaati UU atau
perppu yang ada," saut Rizieq.
Hasil analisa:

Menurut saya, pada kasus penolakan Habib Rizieq tersebut seharusnya sidang dilakukan secara
daring mengingat, karena pada saat ini dalam pandemi Covid-19 harus sesuai dengan protokol
kesehatan. Oleh karena itu sidang tersebut harus dilakukan secara online. Majelis hakim dapat
memutuskan suatu perkara bisa digelar secara online dan offline yang terdapat pasal 2 Perma
No.4 Tahun 2020. Di era pandemi ini persidangan dilakukan secara online sesuai Perma No.4
Tahun 2020. Tetapi KUHAP menyatakan persidangan digelar di ruang sidang. KUHAP memang
tidak mengatur sidang online. Pelaksanaan sidang dilakukan secara daring untuk perkara pidana
secara teknis yuridis mengalami kendala hukum. Pada pasal 230 ayat (1) KUHAP yang
berbunyi: “Sidang pengadilan dilangsungkan di gedung pengadilan dalam ruang sidang”.
Sebab, kedudukan UU lebih tinggi (lex superior derogate legis inferorior) dibandingkan Perma.
Pasal 152 dan 154 kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP) menyatakan terdakwa
berhak hadir di ruang persidangan. Di dalam UU No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak mengatur pranata persidangan yang seperti itu,
karena yang diatur KUHAP hanya mengatur tentang terdakwa, saksi serta ahli yang dinyatakan
dalam sidang untuk hadir secara langsung yakni dalam pasal 154 KUHAP.

Tetapi pemaksaan seorang terdakwa untuk menghadiri sidang secara online berpotensi terhadap
pelanggaran HAM. Habib Rizieq merasa terampas haknya karena sidang daring harusnya
berdasarkan persetujuan terdakwa dan tidak dapat diputuskan secara sepihak. Prinsip persamaan
perlakuan di depan hukum (equality before the law) juga perlu ditegakkan. Mengingat Indonesia
adalah negara hukum yang tercantum pada ketentuan pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi
bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum dan pada Bab X pasal 27 ayat (1) yang
menyatakan bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintah wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Habib
Rizieq ingin diperlakukan sebagai warga negara sebagaimana umumnya dalam pengadilan.
Kasus penolakan ini dikarenakan dari berbagai aspek lainnya yaitu terkendalanya sinyal atau
jaringan dan itu bisa saja terjadinya sabotase pada ssat sidang bisa merugikan terdakwa.
BAB II
Bagaimana dan seperti apa prosedur tilang elektronik atau E-tilang? apakah sesuai
apabila dikaji secara yuridis dengan pasal 211 sampai 216 KUHAP?

Sistem E-tilang ini merupakan pergantian dari sistem tilang manual yang menggunakan blanko
atau surat tilang. Penerapan E-tilang memiliki landasan hukum yang kuat yakni UU No.11
Tahun 2008 pasal 5 tentang transaksi elektronik dan UU No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas
dan angkutan jalan.
Alur prosesnya adalah
1. Dimana pengendara yang melanggar akan terekam bagaimana bentuk pelangggarannya di
lalu lintas menggunakan dengan sejumlah kamera beresolusi tinggi yang tersebar
kemudian dicatat melalui aplikasi yang dimiliki personel kepolisian.
2. Setelah terekam, pelanggar harus memberikan data yang benar berupa nomor KTP,
nomor polisi kendaraan dan terutama nomor ponsel, karena selanjutnya membutuhkan
nomor ponsel yang valid.
3. Pengendara dalam waktu singkat akan mendapat notifikasi berupa kode yang isinya
persis seperti surat tilang. Surat Tilang harus dilampiri dengan bukti rekaman alat
penegakan hukum elektronik dan disampaikan kepada pelanggar sebagai pemberitahuan
dan panggilan untuk hadir dalam sidang pengadilan.
4. Dalam hal pelanggar tidak dapat memenuhi panggilan untuk hadir dalam sidang
pengadilan, pelanggar dapat menitipkan uang denda melalui bank yang ditunjuk oleh
Pemerintah. Di dalam surat E-tilang disertai kode untuk melakukan pembayaran denda
melalui BRI.
5. Jika tidak ingin hadir pelanggar tidak perlu datang ke persidangan karena bisa diwakili
petugas. Konsekuensinya jika tidak hadir pelanggar tidak bisa membela diri dalam
persidangan apabila dirinya merasa tidak bersalah.
6. Sistem E-tilang memberikan suatu kesempatan kepada pelanggar untuk menitipkan denda
langsung ke bank dengan fasilitas yang dia miliki, mungkin dengan e-banking, ATM,
atau datang sendiri ke teller.
7. Selanjutnya pengendara diwajibkan untuk membayar denda maksimal sesuai pasal yang
dilanggar. Jika pelanggar sudah membayar denda tilang melalui Bank BRI, petugas yang
menilang akan menerima notifikasi di ponselnya.
8. Pelanggar dapat mengambil surat atau kendaraan yang disita oleh petugas dengan cukup
menyerahkan tanda bukti bayar dari Bank BRI, atau mengambilnya ditempat yang
disebut dalam notifikasi.
9. Untuk tilang yang saat ini kita kenal dengan slip merah yang pelanggarnya ingin
mengikuti sidang, prosesnya juga sama.
Mengingat proses tilang elektronik ini juga melibatkan pengadilan, Mahkamah Agung (MA)
menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No.12 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas. Dalam Perma ini diatur pula mekanisme acara
persidangan penindakan tilang secara elektronik oleh kepolisian. Pasal 1 angka 2 Perma 12/2016
disebutkan “Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Elektronik adalah proses peradilan
perkara pelanggaran lalu lintas yang diselenggarakan secara terpadu berbasis elektronik
melalui dukungan sistem informasi dan teknologi”. Beleid ini, pengadilan menyelenggarakan
sidang perkara pelanggaran lalu lintas paling sedikit satu kali dalam satu pekan. Perkara
pelanggaran lalu lintas yang diputus pengadilan dapat digelar tanpa kehadiran pelanggar.
Hasil analisa:
Menurut yuridis yang diatur dalam pasal 211-216 KUHAP kasus tilang elektronik ini termasuk
kedalam pelanggaran dan sesuai pada pasal tersebut. Yaitu mengubah proses penegakan hukum
lalu lintas dari tertangkap tangan dengan kasat mata beralih menjadi implementasi kamera
dengan perangkat lunak polisi atau penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) untuk menangkap
pelanggaran-pelanggaran lalu lintas. Apabila ada pelanggar lalu lintas terkena tilang elektronik
sesuai dengan penjelasan Pasal 211 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
dimaksudkan sebagai bukti bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran lalu lintas jalan
terekam oleh kamera. Asas peradilan peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan ini dalam
implementasinya salah satunya adalah acara cepat dalam penanganan perkara pelanggaran lalu
lintas sebagaimana diatur dalam pasal 211-216 KUHAP. Acara pemeriksaan perkara
pelanggaran lalu-lintas jalan atau tindak pidana tertentu. Pengaturannya terdapat dalam Pasal
211-216 KUHAP tersebut. Pelanggar atau terdakwa dapat hadir sendiri di persidangan atau dapat
menunjuk seorang dengan surat kuasa untuk mewakilinya dan jika setelah waktu sidang yang
ditentukan tidak hadir perkaranya tetap diperiksa dan diputuskan tanpa hadirnya pelanggar
dengan putusan verstek pada pasal 213 dan pasal 214 Ayat (1) KUHAP kemudian surat amar
putusan segera disampaikan oleh penyidik kepada terpidana Pasal 214 Ayat (2) KUHAP.
Dengan adanya E-tilang menjadi keterbukaan informasi antara masyarakat dengan pihak yang
berwenang, segala informasi dapat terjamin sehingga dapat mengurangi oknum polisi yang nakal
yaitu tilangan liar atau pungli dan kasus penyuapan ditempat karena terkadang denda tidak sesuai
yang diberikan. Prosedur penilangan ada sebagian pelanggar peraturan memilih untuk menyuap
polisi dengan uang berlipat-lipat dari denda yang akan dijatuhkan karena adanya anggapan
bahwa mengurus tilang itu sangatlah sulit. Ada pula kalanya polisilah yang meminta uang
kepada pelanggar agar pelanggar bisa segera pergi dari lokasi pelanggaran tanpa mengikuti
prosedur hukum. Bila penyuapan ini terbukti maka bisa membuat polisi dan penyuap dihukum
penjara karena menyuap polisi atau pegawai negeri adalah sebuah perbuatan melanggar hukum.
Sehingga E-tilang ini juga memberi dampak efektif memanfaatkan kemajuan tekonolgi dan dapat
mengurangi transaksi kecurangan oleh petugas dan tindakan KKN (Korupsi, Kolusi Nepotisme).
BAB III
KPK melakukan pemberhentian penyidikan terhadap tersangka Syamsul Norsalim pada
kasus BLIB

Penasihat hukum Sjamsul Nursalim dan Itjih Sjamsul Nursalim, Maqdir Ismail, memuji
keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menghentikan pengusutan terhadap
Sjamsul Nursalim dan istrinya, Itjih Nursalim, sebagai kebijakan yang tepat dan positif bagi
kepastian hukum di Indonesia.
“Langkah KPK itu baik dan tepat. Memang semestinya demikian karena kasus kedua tokoh
pengusaha itu dulu dikaitkan dengan perkara mantan Kepala BPPN Sjafruddin Arsyad
Temenggung. Sedangkan Sjafruddin sudah lama dibebaskan oleh Mahkamah Agung,” ujar
Maqdir Ismail saat dikonfirmasi, Jumat (2/4). Maqdir menilai, keputusan KPK tersebut telah
memenuhi rasa keadilan bagi Sjamsul Nursalim dan istrinya. Keputusan tersebut juga
memberikan kepastian hukum, aspek yang sangat penting dan dan dambakan oleh masyarakat,
terutama dunia usaha. Adanya jaminan kepastian hukum akan meningkatkan kepercayaan
investor luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia.
Maqdir berpendapat, peningkatan kepastian hukum sangat penting bagi Indonesia yang kini
sedang berjuang untuk memulihkan perekonomian nasional yang menurun karena terpukul
pandemi. “Mudah-mudahan ke depan situasi akan semakin baik, investor tidak ragu-ragu lagi
dan perekonomian nasional kembali bangkit,” kata Maqdir.
Seperti diketahui, KPK telah memutuskan untuk menghentikan pengusutan kasus tindak pidana
bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dengan tersangka Sjamsul Nursalim (SN) dan istrinya,
Itjih Samsul Nursalim (ISN). Keputusan itu dituangkan dalam surat perintah penghentian
penyidikan (SP3) yang diumumkan Wakil Ketua KPK Alexander Marwata di Jakarta, Kamis
(1/4) sore. "Penghentian penyidikan terkait kasus TPK yang dilakukan oleh Tersangka SN selaku
pemegang saham pengendali BankDagang Nasional Indonesia, dan ISN, bersama-sama dengan
SAT selaku ketua BPPN dalam proses pemenuhan kewajiban pemegang saham Bank Dagang
Nasional Indonesia selaku obligor BLBI kepada BPPN," ujar Alexander saat konferensi pers di
Gedung KPK. Dia mengatakan, alasan penerbitan SP3 atas perkara yang telah menahun itu
sesuai dengan Pasal 40 UU KPK. "Penghentian penyidikan sebagai bagian adanya kepastian
hukum sebagaimana Pasal 5 UU KPK," kata Alexander.
"Putusan MA atas kasasi Nomor: 1555 K/Pid.Sus/2019 tanggal 9 Juli 2019 dengan terdakwa
Syafruddin Arsyad Temenggung menyatakan bahwa perbuatan terdakwa bukan merupakan
tindak pidana, dan melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum (onslag van alle
rechtsvervolging)," ujar Alex di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Kamis (31/3).
Hasil analisa:
Akar muncul SP3 ini akibat revisi undang-undang No 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua
atas UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. Sementara apabila Undang-Undang No 30 Tahun
2002 itu tidak membenarkan SP3. Dalam Pasal 40 ayat (1) UU yang baru, KPK dapat
menghentikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi yang
penyidikan dan penuntutannya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama dua tahun.
Kemudian Pasal 40 ayat (2) menyatakan, penghentian penyidikan dan penuntutan harus
dilaporkan kepada Dewan Pengawas paling lambat satu minggu terhitung sejak dikeluarkannya
SP3. KPK juga wajib mengumumkan kepada publik.
Seharusnya KPK tidak diberikan kewenangan untuk menerbitkan SP3. Sebab perkara korupsi
merupakan kejahatan luar biasa. Sehingga penanganannya butuh kehati-hatian dan waktu.
Penanganan kasus korupsi membutuhkan waktu lama. Termasuk dalam proses pembuktian.
Dibutuhkan waktu hingga bertahun-tahun. Karena itu, batas waktu dua tahun sebagai syarat
diperbolehlannya terbitkan SP3 dinilai sangatlah tidaklah tepat menurut saya.
Pada 9 Juli 2019, MA mengabulkan kasasi terdakwa SAT sebagaimana putusan nomor putusan :
1555 K/Pid.Sus/2019 tanggal 09 Juli 2019, pada pokoknya sebagai berikut :
1. Mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi/terdakwa
2. Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi DKI
Jakarta Nomor : 29/PID.SUS-TPK/2018/PT.DKI tanggal 02 Januari 2019, yang
mengubah amar putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat Nomor 39/PID.SUS/TPK/2018/PN.JKT.PST tanggal 24 September 2018.
3. Menyatakan terdakwa Syafruddin Arsyad Temenggung terbukti melakukan perbuatan
sebagaimana didakwakan kepadanya, akan tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu
tindak pidana.
4. Melepaskan terdakwa tersebut oleh karena itu dari segala tuntutan hukum (onslag van
alle rechtsvervolging).
5. Memerintahkan agar terdakwa dikeluarkan dari tahanan.
Apabila status tersangka meninggal dunia atau pun kasusnya bukan pidana, tak perlu menunggu
2 tahun untuk dapat di-SP3. Sebab, bukan hal yang logis menunggu selama itu dan malah tak
memberikan kepastian hukum. Penghentian penyidikan ini sebagai bagian adanya kepastian
hukum dalam proses penegakan hukum sebagaimana amanat Pasal 5 UU KPK, yaitu dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya KPK berasaskan pada asas kepastian hukum. Sebagai
bagian dari penegak hukum, maka dalam setiap penanganan perkara KPK memastikan akan
selalu mematuhi aturan hukum yang berlaku. KPK sempat mengajukan upaya hukum peninjauan
kembali (PK) terhadap putusan Syafruddin. Namun ditolak. KPK tidak mempunyai upaya
hukum lain untuk menindaklanjuti perkara BLBI. Sehingga KPK meminta pendapat dari ahli
sebagai upaya menindaklanjuti kasus BLBI. Lantaran Syafruddin divonis lepas oleh MA, maka
unsur penyelenggara negara dalam perkara sudah tidak ada. Sjamsul dan Itjih merupakan pihak
swasta. Syafruddin Temenggung, Sjamsul Nursalim, dan Itjih Nursalim baik peristiwa dan
perbuatannya sama. Hanya yang berbeda adalah perannya dalam melakukan tindakan dalam
kasus BLBI ini. KPK melakukan peberhentian kasus ini dikarenakan untuk meningkatkan
perekonomian di Indonesia karena agar para investor tetap percaya kepada Indonesia dan dapat
memulihkan ekomoni Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai