Anda di halaman 1dari 1

Kasus Penolakan Sidang online pada Habib rizieq syihab

Pada kasus ini yang terjadi sekarang bahwa habib rizieq syihab atau biasa gemar
dipanggil HRS, Mempunyai permasalahan serius tentang Melanggar protocol Kesehatan pada
suatu kegiatan Pernihakan Putri HRS sekaligus juga Peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW, Sehingga Habib Rizieq didakwa dengan pasal berlapis. Dan yang terjadi saat ini
permasalahan Penolakan HRS tentang Sidang online, Adapun beberapa alasan HRS yaitu :
- Sidang online rawan suara tidak jelas dan jaringan kurang stabil sehingga
Menganggap Perlakuan yang tidak adil sebagai terdakwa
Pada Saat yang terjadi ini di masa pandemic Kita masing masing harus menjaga
Segala hal bentuk tentang Kesehatan dan kebersihan demi menyelamatkan diri dari wabah
yang menjelema, Kasus persidangan beberapa saat terakhir dilakukan secara online, bahkan
hingga pembelajaran di semua sekolahan dan perguruan tinggi masih melakukan secara
daring. Hal ini Tindakan tegas dari Pihak pemerintah agar tidak menumbuhkan wabah yang
terus berantai, Ada beberapa alasan Hakim Melakukan sidang online ini yaitu dengan dasar
hukumnya adalah perjanjian Kerjasama MoU antara tiga intitusi penegak hukum yaitu
Menteri hukum dan HAM,kejagung dan MA. Dimana dalam MoU itu mengatur tentang
pelaksanaan teleconference. Serta Surat Edaran Mahkamah Agung. Itu pedomanya, sehingga
tetap persidangan dilaksanakan secara teleference atau secara online.
Akan tetapi kendala terbesar ialah Permasalahan jaringan yang minim sehingga
membuat hasil yang mengecewakan bagi terdakwa, dan sangat membatasi hak hak bersuara
dalam sidang tsb. Seperti yang telah dilakukan Jernix yang walk out karena keberatan dengan
sidang yang digerlar secara teleconference online di Pengadilan Negeri Denpasar waktu lalu.
Menurut saya pribadi Persidangan yang dilakukan secara daring atau onlie sangatlah
tidak efektif untuk menyampaikan hak pembelaan yang dilakukan terdakwa , yang dimana
Indonesia sebagai suau negara hukum yang demokratis, Berbentuk repunlik, dan
berkedaulatan rakyat, Serta menjunjung tinggi hak asasi manusia sebagaimana telah
ditentukan dalam UUD 1945, tidak relevan lagi jika dalam KHUP masih membuat pasal-pasal
tersebut yang mana mengurangi kebebasan mengekspresikan pikiran dan pendapat, kebebasan
akan informasi, dan prinsip kepastian hukum, Sebagai suatu negara, Indonesia memiliki
kewajiban untuk melindungi, memajukan, menegakkan, dan memenuhi atas kebebasan
berpendapat dan berkespresi tersebut, sebagai salah satu bagian dari hak asasi manusia,
sebagaimana yang diamantkan dalam pasal 28 ayat (4) UUD 1945. Namun demikian,
meskipun bersifat fundamental, hak atas kebebasan berpendapat dan perekspresi tersebut
bukanlah hak yang bersifat mutlak. Bahkan di Amerika serikat, sebagai salah satu negara
yang memiliki perlindungan konstitusional terkuat untuk kebebasan berpendapat atau
berbicara di negara maupun di dunia, tetap terdapat Batasan-batasan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai