Anda di halaman 1dari 11

1

PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP


USIA PERKAWINAN BERDASARKAN PASAL 7
UNDANG UNDANG NO. 1 TAHUN 1974
(Studi Kasus Pada Pengadilan Agama Kendal dan
Pengadilan Agama Semarang)

Oleh:
AGAM RIDHO ABRORI

1. PENDAHULUAN
Teknologi adalah ilmu pengetahuan dan seni yang ditransformasi kedalam
produk, proses, jasa, dan struktur terorganisasi yang pada dasarnya merupakan
seperangkat instrumen ekspansi kekuasaan manusia sehingga dapat menjadi sumber
daya cara baru untuk menciptakan kekayaan melalui peningkatan produktifitas 1.
Teknologi keberadaanya tidak bisa lepas dengan kehidupan remaja sekarang ini
yang membawa efek baik maupun buruk dan mempengaruhi moral sampai dengan
pola kehidupanya, dengan porsi kebutuhan teknologi dari remaja saat ini yang
sudah melewati batas wajar. Kebutuhan teknologi yang bertanggung jawab mutlak
diperlukan untuk melemahnya kontrol sosial dalam masyarakat..
Masyarakat di zaman virtual yang penuh dengan turbulensi, kekacauan dan
serbuan teknologi yang sulit dibendung sebagai dampak globalisasi, harus cerdas
untuk memilih penggunaan teknologi buat mereka sendiri begitu juga buat anak-
anak dan remaja kita (generasi penerus). Teknologi yang layak dipilih adalah
teknologi yang tidak merugikan, membahayakan dan menyesatkan dalam praktis
sosialnya2Penyalahgunaan teknologi yang dilakukan remaja pada saat ini
merupakan penggunaan teknologi yang merugikan dan menyesatkan, dengan
terbukanya jaringan teknologi secara universal semua orang dapat leluasa dalam
mengakses segala hal dan dalam konteks apapun dengan menggunakan internet.
Kehidupan remaja pun terpengaruh oleh budaya liberal yang membebaskan segala
bentuk pergaulan, dan hal tersebut tertanamkan pada pergaulan bebas dengan lawan
jenisnya, sehingga tidak sedikit ditemukan adanya fenomena menikah muda
Fenomena menikah muda merupakan akibat dari perkembangan teknologi
saat ini, pernikahan di usia muda ini dianggap sebagai jalan keluar untuk
menghindari seks bebas. Hal ini dikarenakan pengetahuan remaja tentang seks
masih sangat kurang, ditambah dengan informasi keliru yang diperoleh dari
sumber yang salah seperti mitos seputar seks, VCD porno, situs porno di internet,
dan lainya akan membuat pemahaman dan persepsi anak tentang seks menjadi

1
M. Besari Sahari, 2008, Teknologi di Nusantara: 40 Abad Hambatan Inovasi, Jakarta: Salemba
Teknika. Hlm. 110
2
Syifa Ameliola & Hanggara Dwiyudha, 2015, Perkembangan Media Informasi dan Teknologi
Terhadap Anak Dalam Era Globalisasi, Vol.5, Hlm. 19
2

salah. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi


mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan
dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan tidak cukupnya informasi
mengenai aktifitas seksual mereka sendiri. Imbasnya tentu pada penerapan pasal 7
Undang Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dimana keberadaan pasal
ini sudah tidak di indahkan adanya. Perilaku remaja dan doktrin orang tua sudah
menjadi satu kesatuan untuk melestarikan adanya budaya menikah muda tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun Koalisi Perempuan Indonesia (KPI),
selama 2016 ada 30.128 perempuan di bawah umur di Provinsi Jawa Tengah
mengajukan dispensasi agar bisa melangsungkan pernikahan. Dari jumlah itu
(yang mengajukan dispensasi), hanya sekitar 2.900 anak yang disetujui. Berarti
ada sekitar 30.000 anak yang melangsungkan pernikahannya dengan cara
menuakan umur atau di bawah tangan. Pada umumnya pasangan mengajukan
dispensasi ke Kantor Urusan Agama (KUA) karena usianya belum sesuai dengan
aturan yang tercantum pada UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pada UU
No. 1/1974, itu disebutkan usia pernikahan untuk perempuan minimal 16 tahun
dan 18 tahun untuk laki-laki. Dari jumlah itu (yang mengajukan dispensasi) hanya
10% di antaranya yang disebabkan faktor hamil di luar nikah, dan sisanya karena
ingin menikah muda3.
Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan di bawah usia
reproduktif yaitu kurang dari 19 tahun. Pernikahan yang dilangsungkan pada usia
remaja umumnya akan menimbulkan masalah baik secara fisiologis, psikologis
dan sosial ekonomi karena pernikahan muda banyak terjadi pada masa pubertas,
hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual 4. Sedangkan
pada pasal 7 (1) Undang-Undang Perkawinan menetapkan pria harus sudah
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan wanita harus mencapai umur 16
(enam belas) tahun, baru diizinkan untuk melangsungkan perkawinan. Apabila
belum mencapai umur tersebut, untuk melangsungkan perkawinan diperlukan
suatu dispensasi dari Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang
tua pihak pria maupun pihak wanita. Selain pembatasan umur tersebut, pasal 6
ayat 2 mencantumkan ketentuan yang mengharuskan setiap orang (pria dan
wanita) yang belum mencapai umur 21 tahun, mendapat izin kedua orang tua.
Apabila izin tersebut tidak didapat dari orang tua, maka Pengadilan dapat
memberikan izin tersebut berdasarkan permintaan orang yang akan
melangsungkan perkawinan.

Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh kemajuan teknologi terhadap usia perkawinan
berdasarkan Undang Undang No. 1 Tahun 1974 ?
2. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam memutuskan dispensasi usia
perkawinan di Pengadilan Agama Kendal dan Pengadilan Agama Semarang ?

Tujuan Penelitian
3
KPI, 2016
4
Sarwono, 2001, Psikologi Remaja, Jakarta: rajawali Press. Hlm. 192
3

1. Untuk mengetahui pengaruh kemajuan teknologi terhadap usia perkawinan


berdasarkan Undang Undang No. 1 Tahun 1974.
2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan dispensasi usia
perkawinan di Pengadilan Agama Kendal dan Pengadilan Agama Semarang.

2. METODE PENELITIAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu non-
doktrinal (kualitatif) atau yuridis empiris untuk mencari data yang diperlukan
tidak hanya dari segi-segi yuridis saja, melainkan juga pada hasil penelitian dan
fakta-fakta di lapangan. Data primer yaitu sejumlah keterangan/fakta-fakta yang
secara langsung diperoleh dari informan yakni Hakim Pengadilan Agama
Semarang (Bapak Drs. H. Mashudi, M.H.) dan Hakim Pengadilan Agama Kendal
(Bapak Dr. Drs. H. Dzanurusyamsi, M.H.), serta 3 orang anak dari pemohon
dispensasi kawin Pengadilan Agama Kendal. Teknik validitas data dilakukan
dengan triangulasi data/sumber (data triangulation) yakni dengan menggunakan
satu jenis sumber data yaitu informan, tetapi beberapa informan yang digunakan
perlu diusahakan posisinya dari kelompok atau tingkatan yang berbeda-beda.
Teknis analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan
teknik analisis isi (Content Analysis) melalui tiga tahap yakni perangkuman semua
data wawancara yang telah dikumpulkan, pembandingan data hasil wawancara
dengan data sekunder dan observasi, penyajian data dan pembuatan simpulan.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Usia Perkawinan
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
Perkembangan teknologi berjalan lurus dengan perkembangan
masyarakat, karena secara tidak langsung manusia dituntut untuk
mengikuti arus teknologi agar dapat bertahan hidup dalam lingkup
masyarakat tersebut. Begitu pula berlaku pada hukum yang selalu berubah
mengikuti keadaan sosial masyarakat yang berkembang dari zaman ke
zaman. Seperti halnya ketentuan batas usia perkawinan yang tertera pada
pasal 7 ayat (1) Undang Undang No. 1 Tahun 1974 merupakan peraturan
yang dibuat dengan kondisi masyarakat pada tahun 1974, tentu saja
banyak terjadi perubahan dalam masyarakat, hingga sampai sekarang ini.
Perkembangan teknologi harus diiringi dengan kemapanan sosial
masyarakat, dengan ekonomi dan pendidikan menjadi tolak ukurnya.
Ketika teknologi berkembang dalam masyarakat semakin cepat, namun
tidak di imbangi dengan kualitas pendidikan ditambah dengan ekonomi
menengah kebawah, akan banyak perilaku masyarakat yang diambang
penurunan moral dengan kebebasan bergaul. Hal ini berakibat banyaknya
permohonan dispensasi umur nikah yang disebabkan karena hamil diluar
nikah..
Hasil penelitian ini menemukan bahwa kemajuan teknologi
berpengaruh terhadap usia perkawinan dini yang ditandai dengan:
4

1)Meningkatnya penggunaan media sosial pada usia remaja


Seluruh kasus dalam Putusan Pengadilan Agama Kendal dan
Pengadilan Agama Semarang adalah merupakan dampak dari kemajuan
teknologi yang bersifat negatif. Seluruh calon/pasangan merupakan
pengguna aktif media sosial/internet. Pada Tahun 2017 yaitu pengguna
internet dengan usia 13-18 tahun sebanyak 16,68%, namun pada usia
tersebut penetrasi penggunaan internet adalah yang tertinggi yaitu
mencapai 75,50% dibandingkan pada golongan usia lainnya. Ini dapat
diartikan bahwa remaja dengan usia 10-18 tahun telah menghabiskan
waktu minimal tiga jam untuk online per harinya.

2)Intensifnya perkenalan melalui media sosial dengan calon


pasangan
Intensifnya penggunaan media sosial bagi remaja dijadikan sebagai
ajang untuk mencari pasangan. Perkenalan melalui media sosial yang
semakin intensif membawa hubungan kedua pasangan semakin dekat
hingga pacaran.
3)Adanya aktivitas melihat situs pornografi
Penggunaan internet baik bagi perempuan maupun laki-laki juga
tidak terlepas dari adanya aktivitas mengunjungi situs pronografi baik
seorang diri, bersama teman-temannya maupun bersama pasangannya.
Adanya sumber-sumber situs pornografi yang dapat dengan mudah diakses
oleh remaja di internet membuat remaja mempelajari hubungan seksual
tanpa kontrol.
4)Adanya keberanian melakukan hubungan suami istri sebelum
menikah dengan calon istrinya (pasangannya) setelah melihat situs
pornografi
Adanya pengalaman menonton situs pornografi mengakibatkan
munculnya keberanian untuk melakukan hubungan suami istri dengan
pasangan sebelum menikah. Hal ini dikarenakan adanya rasa ingin tahu
yang tinggi pada diri remaja terhadap hal-hal baru yang dilihatnya.
5)Adanya kehamilan di luar nikah sehingga pada akhirnya terjadi
peningkatan permohonan dispensasi nikah (nikah usia dini) di Pengadilan
Agama Semarang dan Pengadilan Agama Kendal.
Dampak akhir dari kemajuan teknologi pada pasangan usia dini
yaitu kehamilan di luar nikah. Pasangan yang berani melakukan hubungan
suami istri sebelum menikah dengan calon istrinya (pasangannya) setelah
melihat situs pornografi pada akhirnya hamil sehingga mengajukan
permohonan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama.
5

2. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Dispensasi Usia Perkawinan


Hakim dalam mempertimbangkan permohonan dispensasi harus
mempunyai pedoman atau dasar yang menjadi pokok putusan yang diputus
hakim tersebut. Sesuai dengan fakta dan keterangan yang ada, hakim dapat
mengambil kesimpulan untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam
memutus permohonan dispensasi kawin yang diajukan oleh pemohon.
a) Pertimbangan Hakim Mengabulkan Permohonan Dispensasi Nikah
Keseluruhan aktifitas yang dilakukan hakim untuk mengabulkan
atau menolak perkara dispensasi nikah merupakan diskresi hukum.
Karena diskresi hukum diformulasikan sebagai kemerdekaan dan otoritas
seseorang atau institusi untuk secara bijaksana dan penuh pertimbangan
dalam menetapkan pilihan untuk melakukan tindakan yang tepat. Perkara
dispensasi nikah yang diterima di Pengadilan Agama ada kalanya yang
diterima dan ditolak, alasan pengadilan agama menolak perkara
dispensasi nikah karena setelah diadakan pemeriksaan bukti-bukti
pemohon tidak bisa membuktikan bukti-buktinya. Sedangkan alasan
Pengadilan Agama memberikan dispensasi nikah berdasarkan pernyataan
dari para hakim dan hasil penelitian penulis ada tiga hal yaitu:
1. Alasan prosedural
a. Pemohon
Pemohon dalam hal ini adalah orang tua dari laki-laki atau
perempuan seperti diatur dalam Permeneg (No. 3 tahun 1975 pasal 12
ayat 3);
b. Alasan pengajuan
Alasan dispensasi nikah memang tidak diatur dalam Undang-
Undang, akan tetapi hakim perlu menanyakan alasan pengajuan
dispensasi nikah kepada anak dan orang tua apakah antara alasan si anak
dan orang tua sama atau tidak dengan bukti-bukti yang ada.
c. Ada larangan kawin atau tidak
Suatu pertimbangan yang selalu diterapkan dalam melaksanakan
perkawinan adala ada atau tidaknya larangan kawin sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Perkawinan pasal 8.
2. Alasan Kemashlahatan dan Kemudaratan
Bila dua insan menjalin cinta, hingga melakukan hubungan seksual
diluar nikah yang menyebabkan kehamilan, maka pengadilan akan
mengabulkan permohonan dispensasi tersebut. Karena ditakutkan bila
tidak dinikahkan akan menambah dosa dan terjadi perkawinan dibawah
tangan yang akan merusak proses-proses hukum yang akan terjadi
berikutnya atau merusak hak-hak hukum anak yang diahirkanya menurut
Undang-Undang. Selain juga dalam masyarakat mereka akan menjadi
bahan cemoohan.
3. Kesiapan Calon Mempelai
Selain yang telah disebutkan diatas hakim dalam menetapkan
dispensasi nikah juga mengacu pada kesiapan masing-masing pasangan
yang hendak melangsungkan pernikahan, calon isteri sudah siap menjadi
6

calon ibu dan begitu juga sebaliknya, sehingga walaupun pernikahan itu
dilaksanakan oleh anak yang kurang umur menurut Undang-Undang
perkawinan itu akan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Undang-
Undang.

b) Pertimbangan Hakim Menolak Permohonan Dispensasi Nikah


Salah satu prinsip yang dianut oleh Undang-Undang Perkawinan
Republik Indonesia, adalah prinsip kematangan calon mempelai. Oleh
karena itu, Undang-Undang menetapkan batas usia minimal, 19 tahun
bagi pria dan 16 tahun bagi wanita pasal 7 Undang-Undang No. 1
Tentang Perkawinan. (Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 ayat 1) Pada
usia itu, baik pria maupun wanita diasumsikan telah cukup matang untuk
memasuki gerbang perkawinan dengan segala permasalahanya.
Disamping itu, juga dimaksudkan menekan laju reproduksi manusia,
menekan laju pertumbuhan penduduk. Seandainya batas usia ini
ditetapkan pada angka yang lebih rendah akan menyebabkan angka
pertambahan penduduk menjadi lebih tinggi sebab itu berarti
memperpanjang usia reproduksi bagi wanita.

4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Kemajuan teknologi
Terhadap Usia Perkawinan Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1974, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada 5 hal yang dapat disimpulkan dari pengaruh kemajuan teknologi
terhadap usia perkawinan, berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis
di Pengadilan Agama Kendal dan Pengadilan Agama Semarang. (1)
meningkatnya penggunaan media sosial pada usia remaja, (2) intensifnya
perkenalan melalui media sosial dengan calon pasangan, (3) adanya
aktivitas melihat situs pornografi, (4) adanya keberanian melakukan
hubungan suami istri sebelum menikah dengan calon istrinya
(pasangannya) setelah melihat situs pornografi; (5) adanya kehamilan di
luar nikah sehingga pada akhirnya terjadi peningkatan permohonan
dispensasi nikah (nikah usia dini)
2. Pertimbangan hakim dalam mengabulkan dispensasi kawin di Pengadilan
Agama secara garis besar sama, utamanya karena menghindari adanya
fitnah yang berkepanjangan jika tidak segera dinikahkan dan
menyelamatkan nasib anak jika calon isteri sudah mengandung,
selanjutnya hakim mengabulkan karena calon mempelai sudah siap lahir
dan batin untuk melaksanakan perkawinan, calon mempelai sudah dewasa
serta secara ekonomi mempunyai penghasilan tetap yang nantinya siap
untuk menjalani rumah tanggal. Disi lain hakim menolak dispensasi kawin
pertimbanganya karena, calon mempelai belum terlalu intim dalam
menjalani hubungan, sehingga masih jauh dari fitnah, calon mempelai
belum mempunyai kesiapan secara mental maupun materi untuk membina
7

rumah tangga nantinya, dan tentunya calon mempelai wanita belum


sampai mengandung

5. UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
Bapak Baidhowi, S.Ag., M.Ag. sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, bantuan, saran, dan kritik dengan sabar dan
tulus sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

6. DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Adi, Rianto. 2004 . Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta : Granit..
Alam, Andi Samsu, 2005, Usia Ideal Memamsuki Dunia Perkawinan, Penerbit
Kencana Mas, Jakarta;
Asnawi, M. Natsir. 2014 . Hermeneutika Putusan Hakim . Penerbit UII Press.
Yogyakarta.
Atmadja, I Dewa Gede. 2013 .Filsafat Hukum: Dimensi Tematis dan Historis.
Penerbit Setara Press: Malang
Baro, Rachmad. 2016 . Penelitian Hukum Non – Doktrinal Penggunaan Metode &
Teknik Penelitian Sosial di Bidang Hukum. Yogyakarta: Deepublish;
Basyir, Ahmad Azhar. 2007 . Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta : UII Press;
Dahlan, Abdul Aziz, 1996, Ensiklopedi Hukum Islam, Penerbit Ichtiar baru Van
Hove, Jakarta;
Daridjah, Zakiyah, 2003, Ilmu Jiwa Agama, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta;
Dwiningrum, S. I. A. (2012). Ilmu sosial & budaya dasar. Yogyakarta: UNY Press
Fathullah, Sayyid Muhammad Husain, 2000, Dunia Wanita dalam Islam, Penerbit
Lentera Basritama, Jakarta;
Fuady, Munir. 2007 . Dinamika Teori Hukum. Penerbit Ghalia Indonesia: Bogor.
Hawari, H Dadang, 2004, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan,
Penerbit PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Jakarta;
Hazairin. 1975 .Tinjauan Mengenai Undang-Undang Perkawinan Nomor 1/1974.
Jakarta: Tintamas;
8

Henry Campbell Black, 1968, Black’s Law Dictionary (Revised Fourth Edition),
Minnesota: West Publishing;
Henslin, James M. 2006 . Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta:
Erlangga;
Hurlock, B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Iqbal Al-Haetemy, Abdullah. 2004. Married by Accident. Jakarta: Qultum Media
Kartono, Kartini,1986, Pengantar Methodologi Reiset Sosial, Penerbit Alumni,
bandung;
Khairudin. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Leberty.
KPI, 2016. Perempuan Dengan Pernikahan Muda di Jawa Tengah. Jakarta:
http://www.koalisiperempuan.or.id/
Manan, Abdul. 2001 . Penerapan Hukum Acra Perdata Dilingkungan Peradilan
Agama. Jakarta : Yayasan Al – Hikmah.
Manan, Abdul. 2006 . Reformasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada;
Manan, Bagir. 2007 . Peradilan Agama dalam Perspektif Ketua Mahkamah
Agung: Kumpulan Pidato Prof. Dr.H. Bagir Manan, SH, M.CL. Jakarta:
Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama mahkamah Agung RI.
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi perubahan sosial: perspektif klasik, modern,
postmodern, dan postkolonial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Maryanti, Dwi dan Majestika Septikasari. 2009. Kesehatan Reproduksi Teori dan
Praktikum. Yogyakarta : Nuha Medika;
Moeleong, Lexy J. 2007 . Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mulati, 2012. Hukum Perkawinan Islam, Tanggerang: Pustaka Mandiri.
Muzdhar, M Attho’ dan Khairuddin Nasution. 2003 . Hukum keluarga di Dunia
Islam Modern. Jakarta: Ciputat Press
Muzdhar, M Attho’. 1998 . Membaca Gelombang Jihat, antara Tradisi dan
Liberalisasi. Jakarta Titian Ilahi Press
Nawawi, Haidar,1987, Methode Penelitian Sosial, Universitas Gajah Mada, Press,
Yogyakarta;
Raco, J. R.. 2010 . Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan
Keunggulanya. Jakarta: Grasindo;
9

Raharjo, Satjipto, 1980, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
Sahari, M. Besari. 2008 . Teknologi di Nusantara : 40 Abad Hambatan Inovasi.
Jakarta : Salemba Teknika;
Saleh, K. Wantjik. 1987 . Hukum Perkawinan Indonesia . Jakarta: Ghalia
Indonesia;
Sarwono, S. W. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers
Setyowati, Tri Wahyulis dkk. 2010 . Analisis Data . Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Sugiarto, Eko. 2015 . Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Suaka Media.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka;
Wahbah Zuhaily, 1997 , Konsep Darurat dalam Hukum Islam: Studi Banding
dengan Hukum Positif, Alih bahasa oleh Said Agil Husain Al Munawar
dan Hadri Hasan, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Skripsi, Tesis, Jurnal :
Amalia Najah, “Pernikahan Di Bawah Umur dan Problematikanya (Studi Kasus
Di Desa Kedung Leper, Bangsri Jepara).” Jepara. Universitas Islam
Nahdatul Ulama (Unisnu) Jepara 2015.
Ameliola, Syifa & Hanggara Dwiyudha N, “Perkembangan Media Informasi dan
Teknologi Terhadap Anak Dalam Era Globalisasi”. International
Conference on Indonesian Studie. 2015. Vol.5. Versi Elektronik :
https://icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-02-29.pdf
Hairi, “Fenomena Pernikahan Di Usia Muda Di Kalangan Masyarakat Muslim
Madura (Studi Kasus di Desa Bajur Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan).” Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2009.
Hamka, Muhammad, H. Jamaluddin Hos, Megawati A. Tawulo, “Perilaku Seks
Bebas Di Kalangan Remaja (Studi di Kecamatan Maligano Kabupaten
Muna Sulawesi Tenggara)”. 2008. Versi elektronik :
file:///C:/Users/Imron/Downloads/1013-2575-1-PB.pdf
Imron Mastuti, “Dampak Batas Usia Minimal Melangsungkan Perkawinan Dalam
Perspektif Undang Undang No. 1 Tahun 1974 Pada Pengadilan Agama
Bengkayang di Singkawang”. Singkawan, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum
( STIH ) Soelthan M. Tsjafioedin 2006.
10

Iyengar, S.S., “Advancements in Technology: What’s in beholding for Human


Beings?”. 2010. Vol 1 No.2. Versi Elektronik:
https://www.omicsonline.org/open-access/advancements-in-technology-
whats-in-beholding-for-human-beings-0976-4860-1-163-165.pdf
Mengistu, Muhabie Mekonnen, “Early Marriage In Ethiopia: So Little Done But
So Much To Do”. 2015. Versi Elektronik :
https://www.omicsonline.org/open-access/early-marriage-in-ethiopia-so-
little-done-but-so-much-to-do-2151-6200-1000140.php?aid=64275
Ngafifi, Muhammad, “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia Dalam
Perspektif Sosial Budaya”. 2014.Vol.2 No.1. Versi Elektronik:
https://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa/article/view/2616
Tri Utami, Fajar, “Penyesuaian Diri Remaja Putri Yang Menikah Muda”. Jurnal
Psikologi Islami. 2015. Vol.1. Ve rsi Elektronik:
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=449503&val=7969&title=PENYESUAIAN%20DIRI
%20REMAJA%20PUTRI%20YANG%20MENIKAH%20MUDA
Umemoto, Stephen H., “Early Marriage” United Nation Childern’s Fund
Innocenti Research Centre Florence (UNICEF). 2001. Vol.7. Versi
Elektronik :
https://www.unicef.org/protection/childmarriage_Innocentidigest7.pdf
United Nations Population Fund. “Marrying Too Young: End Child Marriage”.
2012. Vol 4. Versi Elektronik :
https://www.unfpa.org/sites/default/files/pubpdf/MarryingTooYoung.pdf
Yousuf Alduaij, Manal & Hanna Al-Amari. “The Attitude of High School
Students in Kuwait toward Internet Addiction and Its Effect on their
Health”. 2016. Volume 7. Kuwait. Versi Elektronik:
https://www.omicsonline.org/open-access/the-attitude-of-high school-
students-in-kuwait-towards-internetaddiction-and-its-effect-on-their-
health-0976-4860-1000154.pdf
Zamroni. The socio-cultural aspects of technological diffusion a
reader .2008 .volume IV. Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta. Versi Elektronik :
https://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa/article/download/2616/2171

Peraturan Perundang Undangan :


11

Undang Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan


Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksana Undang Undang No.
1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi
Hukum Islam

Wawancara :
Bapak Dr. Drs. H. Dzanurusyamsi, M.H., selaku Hakim Pengadilan Agama
Kendal, pada hari Jum’at, 2 Februari 2018, Pukul 13.30 WIB
Bapak Dr. H. Mashudi, M.H., selaku Hakim Pengadilan Agama Semarang, pada
hari Selasa, 20 Februari 2018, pukul 15.45 WIB
Ahmad Limuridil Khoiri, selaku pemohon dispensasi kawin di Pengadilan Agama
Kendal, pada hari Senin, 5 Februari 2018, pukul 10.15 WIB
Nama Samaran, selaku pemohon dispensasi kawin di Pengadilan Agama Kendal,
pada hari Selasa, 6 Februari 2018, pukul 11.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai