Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH : DOSEN PENGAMPU :

Biopsikologi Imaduddin, M.A

Metode-Metode Mempelajari Sistem Saraf

MAKALAH FINAL TEST

Disusun Oleh :

Laila Safitri : 190103040343


Lailatul hilmiyah : 190103040140

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN & HUMANIORA
BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................2

BAB I ISI ..........................................................................................3

A. PengertianSistemSaraf....................................................................3
B. Media sistem Saraf...................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................4

A. Asal-usul Kehidupan Menurut Ilmu Pengetahuan Alam....4


B. Asal-usul Kehidupan Menurut Al-Qur’an...........................5

BAB III PENUTUP.............................................................................9

A. Kesimpulan..............................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................10

2
Bab I

ISI

A. Pengertian saraf
Sistem saraf merupakan alat komunikasi yang paling maju dan penting
disalam tubuh manusia. Dengan adanya sistem ini, informasi yang diambil
dari luar akan mengantarkan ke organ-organ, jaringan, dan sel-sel yang
membutuhkannya. Sisitem saraf dimiliki oleh manusia dengan kemmapuan
“Akal, Kesadaran, dan Kecerdasan”. Organ yang menjlankan semua
kemampuan itu disebut “ Sistem Saraf”. Yang terdiri atas Otak, Sumsum
Tulang Belakang, dan Saraf-Saraf.
Sistem saraf terbagi menjadi dua bagian, yaitu “Sistem Saraf Pusat
(SSP)” dan “Sistem Saraf Peripheral (SSPh) atau sistem saraf tepi”.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang yang
merupakan pusat kontrol utama didalam tubuh. Sistem saraf pusat
merupakan kumpulan dari struktur rumit yang meliputi bagian yang
mengambil keputusan, membahas setiap macam informasi yang datang dari
sekelilingnya, membuat pemahaman, dan semua kegiatan otak.
Sebagian besar sel-sel saraf panjang dan jumlahnya bermiliar-miliar,
berkelompok dan membentuk sistem saraf peripheral (SSPh). Sistem ini
bekerja seperti sebuah pengantar sinyal. Informasi yang diambil dari setiap
bagian tubuh (merasa, meraba, melihat, mendengar, posisi tubuh, nyeri,
panas, getaran, dan lain-lain) diantarka ke sistem saraf pusat. Kemudian,
sistem saraf pusat mengeluarkan sinyal perintah yang akan dibawa ke otot
atau cairan kelenjar yang terdiri dari kabel-kabel saraf.1

1
Sema Gul, “Otak dan Sistem Saraf”, (Istanbul Turkiy : Yudistira 2007) E-Book diterjemahkan hal.20

3
B. Media Sistem Saraf
Adapun media yang digunakan untuk mempelajri sistem saraf terdapat
beberapa cara agar dapat mempelajarinya dengan mudah, yaitu:
1. Belajar melalui komik dengan strategi belajar PQ4R (Preview, Question, Read,
Reflect, Recite, Review)
Peranan komik sebagai media pembelajaran merupakan salah satu media
yang dipandang efektif untuk membelajarkan dan mengembangkan kreativitas
siswa. Penggabungan strategi PQ4R dengan menggunakan media komik
bergambar dalam sub pokok bahasan materi sistem saraf manuisa berupaya agar
pembelajaran disampaikan secara menarik, dan menggunakan banyak
visualisasi.2 PQ4R yang merupakan strategi elaborasi dari P (Preview) membaca
selintas dengan cepat, Q (Question) bertanya, R (Read) membaca, R (Reflect)
Refleksi, R (Recite) tanya jawab sendiri, memahami, R (Review) mengulang
secara menyeluruh. 3
2. Belajar melalui aplikasi
a. Aplikasi kamus istilah neurology bebasis mobile menggunakan metode
sequential search, yakni belajar sistem saraf melalui proses
membandingkan satu per-satu secara lurus atau beruntun pada setiap
elemen larik yang dimulai dari awal sampai keseluruhan sudah di cek
atau diperiksa sampai yang dicari dapat ditemukan adalah algoritma
pencarian lurus (linear search), atau biasa dikenal sebagai nama
pencarian beruntun (sequential search)4

2
Ary Nur Wahyuningsih, “Pengembangan Media Komik Bergambar Materi Sistem Saraf Untuk
Pembelajaran Yang Menggunakan Strategi PQ4R”, Journal of Innovative Science Education,
2012, Vol.1, No. 1, 2012, Hlm. 20.
3
Lia Agustina, Rida Oktorida Khastini, dan Siti Gia Syauqiyah Fitri, “PENGARUH PENERAPAN STRATEGI
BELAJAR PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW) MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK
PADA KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI SISTEM SARAF”, Jurnal Biodidaktika, Vol. 10, No. 2,
2015, Hlm. 23.
4
Hizbulah Salim, Fitri Marisa, dan Indra Dharma Wijaya, “APLIKASI KAMUS ISTILAH NEUROLOGY
BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE SEQUENTIAL SEARCH”, Jurnal Informatika Merdeka
Pasuruan, VOl. 3, No. 1, 2018, Hlm. 64.

4
b. Aplikasi pembelajaran sistem saraf pada tubuh manusia berbasis android,
yakni dengan memberikan sebuah informasi mengenai fungsi sistem
saraf pada manusia yang diaplikasikan pada smartphone.5
3. Model guided note taking dengan video
Model (GNT) berhubungan dengan metode ceramah. Metode ceramah
memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu untuk mengurangi kelemahan
ceramah sekaligus menambah variasi dari pengajaran, maka diperlukan bantuan
sebuah media pembelajaran seperti video. Agar dapat lebih menarik dan
mempermudah dalam memahaminya.6
4. Media Pembelajaran Permainan Ular tangga
media yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan media
pembelajaran visualdanterdiri dari papan permainan, kartu-kartu pertanyaan
berkaitan dengan materi sistem saraf, kartu-kartu jawaban, dadu dan pion-
pion. Tujuan dari penelitian ini untuk menghasilkan produk berupa media
pembelajaran permainan ular tangga terkhusus padamateri sistem saraf yang
memenuhi tolak ukurkelayakan yakni valid, praktis dan efektif. Model
ADDIE merupakan model yang digunakan dalam penelitian
pengembangan ini yang meliputi tahapanalisis, desain, pengembangan,
implementasi, dan evaluasi.7

5
Tungga Waseso dan Ratna Mutu Manikam, “APLIKASI PEMBELAJARAN FUNGSI SISTEM SARAF PADA
TUBUH
MANUSIA BERBASIS ANDROID”, Jurnal Ilmiah Fifo, Vol. 7, No. 2, 2015, Hlm. 236.
6
Raga Fadhashar, Dyah Rini Indriyanti, dan Lisdiana, “PENERAPAN MODEL GUIDED NOTE TAKING
DENGAN VIDEO PADA PEMBELAJARAN SISTEM SARAF DI SMP”, 2017, Vol. , No. , Hlm. 20
7
Nurfadillah Salam, Safei dan Jamilah,“PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PERMAINAN ULAR
TANGGA PADA MATERI SISTEM SARAF”, E-journal Uin Alauddin Makassar, jurnal Al-AhyaVolume 1
Nomor 1 Januari 2019.

5
5. Media Blended Learning
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran biologi diwujudkan dalam
multimedia untuk mendukung komplemen pembelajaran tatap muka dengan E-
learning atau yang disebut blended learning. Adanya penggabungan
pembelajaran berbasis teknologi internet ini erat hubungannya dengan
perwujudan persepsi visual dan saraf untuk siswa dengan karakteristik belajar
yang berbeda. Karakter belajar siswa yang berbeda-beda dapat difasilitasi
dengan penggunaan multimedia yang memberikan manfaat dalam
mengembangkan motivasi belajar siswa. Keseluruhan uraian tersebut menjadi
dasar penyusunan makalah yang membahas kajian neurosains dalam
pembelajaran biologi abad 21 dalam kaitannya dengan penggunaan teknologi
atau multimedia. Blended learning merupakan upaya mengkombinasikan
pembelajaran berbasis internet (elearning) dengan pembelajaran tatap muka
(face to face). Pembelajaran tatap muka ini penting untuk mengaktifkan
daerahdaerah penting dalam otak. Pembelajaran berdasarkan internet sangat
dipengaruhi oleh teori belajar kognitif model pemrosesan informasi yang diawali
dari masuknya informasi ke sistem memori, memori jangka pendek, dan sampai
ke memori jangka panjang.8
6. Film pendek
media pembelajaran Biologi berupa film pendek pada materi Sistem
Saraf, khususnya materi mekanisme impuls saraf. Metode penelitian yang
digunakan dalam pengembangan media ini adalah metode Research and
Development model pengembangan Borg dan Gall. Validasi dilakukan oleh 2
ahli yaitu ahli media dan ahli materi. Analisis data menggunakan
uji Kolmogorov Smirnov. Uji efektivitas menggunakan uji t. Hasil menunjukan

8
Vica Dian Aprelia Resti, “KAJIAN NEUROSAINS DALAM PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN BIOLOGI ABAD
21”, E-Journal hal.2 , Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS.

6
bahwa media pembelajaran berkategori baik dan media efektif digunakan dalam
pembelajaran.9
7. Interaktif Mobile Learning
dibutuhkan media pembelajaran yang menarik minat siswa dalam
belajar. Selain itu media yang dikembangkan juga harus bersifat mobile dan
fleksibel sehingga dapat mendukung proses belajar dimana saja dan kapan saja.
Media pembelajaran berguna untuk menarik minat siswa terhadap materi
pembelajaran serta meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang diberikan.
Media pembelajaran yang sering digunakan di sekolah yaitu media berbasis
cetakan seperti Buku cetak, dan Lembar kerja siswa (LKS). Sebenarnya media
pembelajaran bukan hanya berbasis cetakan saja, tetapi ada juga yang berbasis
Android, seperti smartphone. Buku pelajaran sering kali menjadi masalah bagi
kebanyakan siswa, terutama siswa yang tidak mempunyai kegemaran untuk
membaca, ditambah lagi membutuhkan waktu untuk membacanya.10
8. Media strip Komik
Hasil penelitian, sebagai berikut, (1) Rancang bangun Strip Komik
dibuat dalam bentuk media cetak sesuai dengan tahapan pengembangan model
ADDIE. (2) Hasil validitas media Strip Komik berdasarkan ahli desain
pembelajaran yaitu 95,6% dengan kategori sangat baik, ahli media pembelajaran
diperoleh persentase 90% dengan kategori sangat baik, dan ahli isi mata
pelajaran diperoleh persentase 92,77% dengan kategori sangat baik. Persentase
yang diperoleh dari uji coba perorangan yaitu 95,14% dengan kategori sangat

9
Ilmi Zajuli Ichan, Rusdi, Nurmasari Sartono, “Hasil belajar sisitem syarafmenggunakan Film Pendek”, E-
journal

10
Husdanora ,” PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MOBILE LEARNING
BERBASIS ANDROID MATERI SISTEM SARAF UNTUK SISWA KELAS XI SMA” E-journal.

7
baik, uji coba kelompok kecil persentase yang diperoleh yaitu 90,75% dengan
kategori sangat baik, dan uji coba sangat baik.11
9. Sistem Neorosains dalam pendidikan
Neurosains adalah sistim pendidikan baru yang mempelajari tentang
sistim kerja syaraf. Pendidik umumnya jarang memperhatikan permasalahan ini.
Pengabaian terhadap sistim ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi
mati. Di dalam dunia pendidikan, setelah para peneliti meneliti neurosains,
muncul perdebatan dua kubu, memisahkan dan menyatukan tiga elemen (otak-
pikiran, jiwabadan, akal-hati) belum menemukan titik temu. Kebanyakan sistim
melarang peserta didik untuk memakai otak-pikiran dalam pembelajaran yang
selama ini peserta didik hanya dituntut untuk menjaga kemuliaan hati dan akhlak
mulia. Sistim dan obyek tidak mampu berjalan sempurna tanpa ada subyek.
Subyek di sini adalah pendidik yang memahami sistim pembelajaran yang
dilakukan. Semakin memahami pembelajaran neurosains maka tujuan
pendidikan akan sampai, sebaliknya tidak memahami pembelajaran neurosains
maka tujuan tidak akan sampai. Secara filosofis, hakikat pendidikan adalah
membentuk manusia sempurna atau insan kamil dimana manusia yang
berkembang seluruh potensi atau kecerdasannya, baik potensi jasmani, ruhani
maupun akal.
Penemuan mutakhir dalam neurosains semakin membuktikan bahwa
bagianbagian tertentu otak bertanggung jawab dalam menata jenis-jenis
kecerdasan manusia. Kecerdasan matematika dan bahasa berpusat di otak kiri,
meskipun untuk matematika tidak terpusat secara tegas di otak kiri. Kecerdasan
musik dan spasial berpusat di otak kanan. Kecerdasan kinestetik sebagaimana
dimiliki oleh dahi berpusat di daerah motorik cortex cerebri. Kecerdasan
intrapersonal dan antarpersonal ditata pada sistem limbik dan dihubungkan

11
Kadek Martina, “PENGEMBANGAN MEDIA STRIP COMIC DENGAN MODEL ADDIE PADA MATA
PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 SARI
MEKAR”. E-jounal
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JEU/article/view/20309 diakses tanggal 11 januari 2021.

8
dengan lobus prefrontal maupun temporal. Ternyata otak menangkap semua
rangsangan untuk dipahami (dipersepsi) melalui kerja sel saraf, sirkuit saraf, dan
nemotransmitter. Sekadar contoh, ketika seseorang mengingat suatu kejadian di
masa lalu, otak akan menanggapi dengan cara yang sama karena bagi otak
semua itu terjadi saat ini. Otak tidak dapat membedakan antara kejadian
sesungguhnya dan ingatan akan suatu kejadian. Sayang pendidik mengabaikan
sistim baru ini dan terkesan memegang prinsip lama. 12
10. Melalui Peta Konsep
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan empat tahapan yaitu
perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan
refleksi (reflection).
Peta konsep diartikan sebagai alat skematis untuk mempersentasikan
suatu konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka proposisi. Proposisi-
proposisi yang terdiri dari beberapa informasi kemudian diorganisasikan
menjadi peta konsep. Melalui peta konsep siswa dapat melihat hubungan antar
konsep yang saling terkait secara jelas sehingga informasi-informasi tersebut
menjadi mudah dipahami dan mudah diingat (James E. Twining, 1991:172).
Dalam peta konsep juga dapat terlihat kaitan-kaitan konsep dalam bentuk
proposisi yang saling berhubungan. Proposisi tersebut disusun secara hirarki dari
yang bersifat umum sampai yang bersifat khusus. Sehingga terjadi belajar
bermakna dalam struktur kognitif siswa (Kadir, 2004:765).
Peta konsep dapat berperan sebagai media pengajaran yang baik dan
menarik dikarenakan peta konsep dapat menyederhanakan materi pelajaran yang
kompleks sehingga memudahkan siswa dalam menerima dan memahami
prinsipprinsip dari suatu materi pelajaran (Zulfiani, 2008).
Pemetaan konsep menurut Ricardo, dianggap sebagai teknik belajar yang
utama digunakan untuk representasi grafis dari pengetahuan. Teknik ini
sebelumnya dibuat dan dikembangkan di Cornell University dan didasarkan

12
Aminul Warthon, “Neorosains dalam Pendidikan”, E-Journal JURNAL LENTERA: Kajian
Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi Volume 14, Nomor 1, Maret 2016.

9
pada teori "Belajar Bermakna"yang diusulkan oleh Ausubel. Teori ini
mendukung hipotesis bahwa "Faktor yang paling penting dalam belajar adalah
subjek apa yang telah diketahui". Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran
materi sistem sarafdapat mengatasi masalah miskonsepsi pada siswa.13
11. Model Pembelajaran Talking Chips
Talking chips adalah teknik pembelajaran yang menggunakan
bendabenda kecil sebagai syarat sebelum memulai pembicaraan atau aktivitas
dalam belajar. Model pembelajaran talking chips merupakan salah satu model
pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Teknik
belajar mengajar talking chips dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun
1992. Kegiatan talking chips membutuhkan pengelompokan siswa menjadi
beberapa kelompok. Model ini dapat memberikan konstribusi siswa secara
merata. Teknik ini dapat digunakan untuk berdiskusi, mendengarkan pandangan
dan pemikiran anggota yang lain ataupun untuk saling mengevaluasi.
pembelajaran talking chips dirancang untuk mengatasi hambatan
pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Banyak dalam
kelompok sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara.
Sebaliknya juga ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang
lebih dominan.
12. Media Pembelajaran Slide
Media berasal dari bahasa Latin Medius yang mengandung arti perantara
atau pesan. Media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely, media adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik
mampu memperoleh pengalaman belajar. Media berperan sebagai medium untuk
menghantarkan pesan dari sumber ke penerima. Dikatakan bahwa media
digunakan untuk mengkomunikasikan pesan kepada penerima pesan.

13
Juhji, “UPAYA MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI SISTEM SARAF MELALUI
PENGGUNAAN PETA KONSEP”, Jurnal Formatif 7(1): 33-39, 2017 ISSN: 2088-351X hal.35

10
media mempunyai peranan yang sangat penting di dalam dunia pendidikan
seperti sekarang ini. Dalam belajar mengajar guru harus bisa menggunakan
media pembelajaran yang bagus sehingga pembelajaran yang diberikan oleh
guru tidak membuat siswa bosan dan siswa juga dapat lebih termotivasi dan
materi yang diberikan bisa dipahami oleh siswa.
Media adalah sebagai salah satu sumber belajar yang ikut membantu
guru memperkaya wawasan anak didik. Media mempunyai fungsi melicinkan
jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran, hal ini dilandasi dengan keyakinan
bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan
belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Berarti kegiatan
belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media.
Penggunaan media harus dipandang dari kebutuhan siswa. Hal ini perlu
ditekankan sebab sering media dipersiapkan hanya dilihat dari sudut
kepentingan guru. Media pembelajaran benar-benar digunakan untuk
membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, yaitu
sebagai berikut :
 Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
 Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
 Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi
siswa.
 Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan
efesien.
 Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
mengoperasikannya.

Slide merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan oleh


perusahaan microsoft. Media slide dirancang khusus untuk menyampaikan
presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan,

11
pendidikan, maupun perorangan, dengan berbagai fitur menu yang mampu
menjadikan media komunikasi yang menarik.

Media slide adalah program aplikasi presentasi yang populer dan paling
banyak digunakan saat ini untuk berbagai kepentingan presentasi, baik
pembelajaran, presentasi produk, meeting, seminar, lokakarya dan sebagainya.
Diharapkan dengan menggunakan powerpoint, kita dapat membuat kegiatan
pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Media slide pada prinsipnya terdiri dari beberapa unsur rupa, dan
pengontrolan operasional. Unsur rupa yang dimaksud adalah terdiri dari teks,
gambar, dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar
belakang yang telah tersedia. Unsur rupa tersebut dapat dibuat tanpa gerak, atau
dibuat dengan gerakan tertentu sesuai keinginan.

Adapun kelebihan media pembelajaran slide adalah:

 Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi,


baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto.
 Lebih menarik perhatian anak untuk mengetahui lebih jauh informasi
tentang bahan ajar yang tersaji.
 Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik.
 Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang
sedang disajikan.
 Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara
berulangulang. 14

14
Metti Aulia, “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TALKING CHIPS DAN
MEDIA SLIDE PADA MATERI SISTEM SARAF MANUSIA DI KELAS XI SMAN 1 MEUREUBO
KABUPATEN ACEH BARAT”, E-juornal hal.16-22

12
13

Anda mungkin juga menyukai