AKUT
AGUS ENDRAWANTO
AKUT
Tesis
AGUS ENDRAWANTO
kepada
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau
dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya
orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
Yang menyatakan,
Agus Endrawanto
PRAKATA
Agus Endrawanto
HUBUNGAN HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN APPENDISITIS AKUT
ABSTRAK
Peningkatan dari serum bilirubin telah dilaporkan terjadi pada apendisitis akut, tapi
pentingnya peningkatan serum bilirubin belum ditekankan untuk diagnosis
appendisitis akut dan appendisitis perforasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui
hubungan antara hiperbilirubinemia dengan appendisitis akut. Desain penelitian yang
digunakan, yaitu kajian analitik dengan rancangan potong lintang. Penelitian
dilaksanakan selama Juli – Desember 2014 . Lokasi penelitian, yaitu RSUP
Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sampel diambil dengan teknik purposive.
Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 36 subjek ( 21 laki-laki dan 15 perempuan).
Umur rata-rata sampel, yaitu 29,2 tahun dengan usia minimum 17 tahun dan
maksimum 68 tahun. Data dianalisis dengan menggunakan computer program SPSS
versi 16.0 dan uji chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui uji
statistik chi-Square terdapat hubungan antara kadar bilirubin total dengan nilai
p=0,017 (p<0.05) dan bilirubin direk dengan nilai p=0,010 (p<0.05) dengan hasil
patologi anatomi appendisitis akut dan appendisitis perforasi. Dengan uji validitas
receiver operating characteristic (ROC) diperoleh hasil bahwa hiperbilirubinemia
tidak signifikan sebagai marker untuk memprediksi perforasi pada appendisitis akut
dengan nilai sensitivitas serum bilirubin total sebesar 67,7 % dan spesifisitas 20 %,
sensitivitas serum bilirubin direk sebesar 64,5 % dan spesivisitas 0 %. Artinya , ada
hubungan antara hiperbilirubinemia dengan appendicitis akut , tetapi
hiperbilirubinemia tidak signifikan sebagai marker untuk memprediksi appendisitis
perforasi.
ABSTRACT
Increase of bilirubin serum was detected for acute appendicitis , but the importance
of increasing bilirubin serum has not been emphasized for diagnose acute
appendicitis and appendicitis perforation. This research aimed to understand the
correlation between hyperbilirubinemia and acute appendicitis. The research design
was analytical with the cross-sectional study. The research was conducted in
Dr.Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar from July through December 2014.
The samples were choosen using the purposive sampling technique. The data were
analyzed using the computer SPSS program, version 16.0.The subject comprised 36
people consisting of 21 male and 15 female, whose mean age was 29,2 years (the
minimum age was 17 years and maximum is 68 years). The result of the chi-square
test revealed that there was a correlation between the levels of the total bilirubine
(the value of p = 0,017;p<0,05) and the direct bilirubine (the value of p=0,010
;p<0,05), and the result of the anatomical pathology of the acute appendicitis as well
as the perforation appendicitis.The result of the validity test of the Receiver
Operating Characteristic showed that hyperbilirubinemia was insignificant as the
marker to predict the perforation in the acute , since the sensitivity value of the total
bilirubine serum was 67,7 % and the specivicity was 20 %, while the sensitivity of
the direct bilirubine serum was 64,5% and the spesivicity was 0%. Thus, the
research indicated that there was a correlation between between hyperbilirubinemia
and acute appendicitis but hyperbilirubinemia was insignificant as the marker to
predict perforation appendicitis.
PRAKATA…………………………………………...…………………………. v
ABSTRAK…………………………………………...……………………….... viii
DAFTAR ISI…………………………………………...………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………...…………… xv
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.4. Hipotesis…………………………………...……...…….……... 4
2.2. Etiologi………………………………..…………………….... 6
LAMPIRAN…………………………………………...……………………… 59
DAFTAR TABEL
Anatomi .................................................................................. 43
Anatomi................................................................................... 44
cm : Centimeter
Et al : Et Alia
IgA : Imunoglobulin A
IL-6 : Interleukin-6
ml : Milliliter
USG : Ultrasonography
°C : Derajat Celcius
% : Persen
BAB I
PENDAHULUAN
segera untuk menghindari keadaan yang lebih buruk dan komplikasi yang
mudah didiagnosis, pada beberapa kasus tanda dan gejala pada pasien
dapat bervariasi dan diagnosis pasti sulit ditegakkan. Hal ini terutama jika
penting seperti WBC count, CRP, dan lain-lain nilainya perlu ditekankan.
1
Pada pemeriksaan laboratorium yaitu hitung leukosit > 10.000/mm3, dan
laki-laki. Namun sepertiga kasus (terutama orang tua) leukosit dan hitung
CRP merupakan salah satu komponen protein fase akut yang akan
saat ini tidak ada pemeriksaan laboratorium sebagai marker diagnosis pre
2
ditekankan untuk diagnosis appendisitis akut dan apendisitis perforasi
akut?
1. Tujuan Umum.
3
2. Tujuan Khusus
appendisitis perforasi.
appendisitis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Insiden
bertambah sesuai dengan umur, dengan puncak pada umur 10–30 tahun,
ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan pada usia remaja 3:2 dan
menjadi 1:1 sesudah usia 25 tahun. Angka mortalitas yang tinggi dari
2002).
5
Di Asia, terjadinya appendisitis akut cenderung mengalami
sedangkan wanita 218 kasus dari 460 kasus (Ruchiyat Y et al., 1998).
2.2 Etiologi.
apendiks. Diet berperan utama pada pembentukan sifat feses, yang mana
dengan gangren tanpa ruptur terdapat 65% dan appendisitis akut dengan
6
membesar, sehingga membutuhkan proses transit dalam kolon yang lama
Obstruksi.
7
2.3 Patofisiologi.
Lymphoid Tissues (GALT) dan hasil sekresi yang dominan adalah IgA.
adalah bagian dari sistem GALT yang mensekresi globulin kurang banyak
8
mempengaruhi sistem imun tubuh, sebab jaringan limfoid disini kecil jika
2001).
hiperplasia jaringan limfoid, benda asing dalam tubuh, kanker primer dan
akan terjadi penekanan pada vasa limfatika, kemudian vena dan terakhir
arteri, akibatnya terjadi edema dan iskemia, infark, lalu menjadi gangren
9
24 jam pertama. Bila keadaan ini akan terus berlanjut dimana dinding
tempat yang mengalami perforasi akan ditutup oleh omentum (“Walling off
maka akan terbentuk suatu rongga yang berisi nanah di sekitar appendiks,
peritonitis lokal. Namun jika infeksi tidak bisa diatasi akan terjadi peritonitis
10
Infeksi / Obstruksi Lumen, dll
Dinding Apendiks
Rapuh
Mikro / Makro Perforasi
Mekanisme Walling Of
Berhasil Gagal
11
histopatologis ditemukan inflamasi kronis berupa perlekatan, tertekuk,
12
Suplai darah appendiks berasal dari arteri appendikularis yang
merupakan arteri tanpa kolateral atau end artery. Jika arteri ini tersumbat
nyeri viseral pada appendiks bermula disekitar umbilicus (Baidya N., 2009;
Syamsuhidayjat., 2003).
Fisiologi Appendiks
13
sekum. Lendir dalam appendiks bersifat basa mengandung amilase dan
Anamnesis
periumbilical disertai mual, nyeri perut kanan bawah dan muntah. Nyeri
umumnya 4–6 jam, nyeri berlokasi di perut kanan bawah (nyeri somatik).
14
pasien disertai dengan riwayat obstipasi sebelum onset nyeri perut. Diare
Pemeriksaan Fisis
tanda vital tidak mengalami perubahan. Perubahan suhu jarang lebih dari
bawah bila sudah ada abses atau infiltrat. Kembung dan tidak ikut gerak
napas bila sudah ada perforasi atau peritonitis. Pada palpasi didapatkan
nyeri tekan perut kanan bawah terutama titik Mc Burney ( titik Mc. Burney
15
Blumberg’s sign ( rebound tenderness, Release sign ) yaitu dengan
cara menekan perlahan pada fossa iliaka kanan seirama dengan gerakan
Rovsing’s sign yaitu dengan cara menekan perut kiri bawah lalu dorong ke
kanan, positif bila menimbulkan nyeri, ini disebabkan karena udara yang
Obturator sign atau Cope’s sign yaitu dengan fleksi dan endorotasi sendi
dekat otot obturator. Dasar anatomi dari obturator sign adalah inflamasi
psoas. Dasar anatomi pada psoas sign adalah inflamasi appendiks yang
16
Gambar 6. Psoas Sign (Wagner J.2009).
sudah terjadi perforasi. Peristaltik normal kecuali bila ada peritonitis, bising
posisi jam 10 dan 11 bila letak pelvinal, sphingter ani longgar bila terjadi
Laboratorium.
appendisitis akut, memiliki jumlah lekosit dan granulosit tetap normal. Nilai
17
senstifitas dan spesifisits CRP cukup tinggi, yaitu 80 - 90% dan lebih dari
90%. Nilai normal CRP <0,8 mg/dl, nilai patologis dalam serum >10 mg/l
Pemeriksaan radiologi.
Foto Abdomen
Ultrasonografi Abdomen.
Terlihat target sign dari appendiks yang meradang, massa infiltrat atau
18
Computed Tomography Scan
MUAL 7 - 10
MUNTAH 11 - 5
DEMAM 7 - 27
NYERI BATUK 15 - 20
19
NYERI KETOK 5 - 23
DEFANS LOKAL 10 - 13
(1995), telah menentukan titik batas (“Cut off Point”). Jika nilai
masing 85,71% dan 92,30% dari hasil analisa metode Bayes. Skor
komponen skor yang terdiri dari enam komponen klinik dan dua
20
Tabel Skor Alvarado Skor
Gejala Klinis
· Nyeri abdominal pindah ke fossa iliaka kanan 1
· Nafsu makan menurun 1
· Mual dan atau muntah 1
Tanda Klinis
· Nyeri lepas 1
· Nyeri tekan fossa iliaka kanan 2
· Demam (suhu > 37,2⁰ C) 1
Pemeriksaan Laboratoris
· Leukositosis (leukosit > 10.000/ml) 2
· Shift to the left (neutrofil > 75%) 1
TOTAL 10
Interpretasi:
Bilirubin
21
protein lainnya dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel
hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini
bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air
Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati ,hepatosit
dan darah porta membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang ini
22
usus, tetapi sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat
ini diekskresikan sebagai senyawa larut air bersama urin (Sacher., 2004).
Pada dewasa normal level serum bilirubin < 1mg/dl. Ikterus akan
muncul pada dewasa bila serum bilirubin > 2mg/dl dan pada bayi yang
baru lahir akan muncul ikterus bila kadarnya > 7mg/dl (Cloherty et al.,
2008).
kuning. Keadaan ini disebut ikterus atau jaundice (Murray et al., 2009).
intracellular binding, konjugasi dan ekskresi. (Berk et al., 2001). Dari data
23
berdasarkan metode analisis modern diketahui bahwa plasma normal
adalah reaksi artefak kinetik Van Den Berg dengan berbagai modifikasi ,
persen dari jumlah total bilirubin di hampir setiap konsentrasi total bilirubin,
unconjugated
24
atau penyakit kolestatik. Hiperbilirubinemia kolestatik dan
hati. Dalam hal ini bilirubin didominasi conjugated bilirubin (mixed type).
duodenum. Hal ini mungkin karena kelainan patologi antara hepatosit dan
Sepsis mencapai ke hati oleh berbagai rute tapi salah satu rute yang
25
pada appendisitis akut. Kedua mekanisme ,baik peningkatan produksi dan
fungsi hepatik yaitu kelainan pada pembentukan asam empedu dan aliran
sitokin dan nitrat oksida yang memicu kolestasis dengan merusak fungsi
(produksi empedu dari hati), yang telah ditunjukkan pada tikus percobaan.
26
terinfeksi, yang mungkin menyebabkan hiperbilirubinemia (Emmanuel A et
cairan empedu
Hiperbilirubinemia
proses hepatocellular alami. Ini dapat juga terkait dengan efek cholestatic
27
endotoksin Natrium-kalium-ATPase (Emmanuel A et al., 2011)
serum. Konjugasi zat empedu utuh tetapi ekskresi rusak. Serum alkali
28
2.8. KERANGKA TEORI.
Appendisitis akut
( respon inflamasi yang menyebabkan appendix oedem dan
iskemik)
HIPERBILIRUBINEMIA
Penyakit Hepar
Anemia hemolitik
Cholelithiasis, Cholangitis,Cholesistitis
Keganasan di hepar dan gall bladder
29
2.9. KERANGKA KONSEP
Umur,JenisKelamin,Status
Gizi,Penyakit Kronis,
Penyakit Imunodefisiensi,
Keganasan,
Drug Induced
(Variabel Kontrol)
PENYAKIT
PROSES HEPAR,KEGANASAN PADA
INFLAMASI HEPAR,PENYAKIT PADA
AKUT TRAKTUS BILIER,
KOLELITHIASIS,
ANEMIA
HEMOLITIK,PENYAKIT
INFEKSI LAINNYA
(Variabel Perancu)
(
Peningkatan HIPERBILIRUBINEMIA
Lekosit, Neutrofil (Variabel Bebas)
( Variabel
Moderate )
>1 mg/L
APPENDISITIS AKUT
(Variabel Tergantung)
30
BAB III
METODE PENELITIAN
bulan terdapat :
31
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
appendisitis akut.
o Anemia hemolitik
32
pada manusia Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
33
pada lengan atas.
menghadap ke atas.
pasien.
menit.
tabung lain yang bersih dan diberi label ( barcode ) yang sesuai.
34
dengan adanya detergen. Bilirubin total akan bereaksi dengan
merah.
c. Prosedur :
start.
3. Nilai Normal
35
3.7 Alur Penelitian
Kadar Serum
Bilirubin
Apendektomi
Histopatologi
Apendisitis Akut
ANALISIS STATISTIK
PEMBAHASAN &
KESIMPULAN
36
3.8 Identifikasi Variabel
Keganasan.Drug induced
Appendisitis Akut :
akut
Appendisitis Komplikata :
Kelainan Mikroskopis :
histopatologi
37
Skor Diagnostik Klinis :
skor kalesaran.
Hiperbilirubinemia :
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Standar
dengan 68 tahun, dengan nilai rerata 29,2 ± 10,2 (lihat tabel 4).
39
Pada tabel 5 didapatkan tidak ada perbedaan umur menurut tingkat
n N % N %
Laki-laki 21 18 58.1 3 60
0.935
Perempuan 15 13 41.9 2 40
40
Tabel 7 Statistik Deskriptif Hasil Laboratorium
Standar
Bilirubin total
Bilirubin direct
SGPT 23,4±1,9 U/L, bilirubin total 0,7±0,3 mg/dL, dan bilirubin direct
Leukosit
Hasil Patologi Anatomi
N Rata-Rata Standar Deviasi P
41
Pada tabel 8 didapatkan jumlah rata-rata leukosit appendisitis akut dan
N % N %
>1.0 4 80 8 25.8
0.017
≤1.0 1 20 23 74.2
perforasi kadar serum bilirubin total >1,0 mg/dL ditemukan pada 4 sampel
atau 80% dan kadar serum bilirubin total ≤1,0 ditemukan pada 1 sampel
atau 20%. Sedangkan pada appendisitis akut kadar serum bilirubin total
>1,0 mg/dL ditemukan pada 8 sampel atau 25,8% dan kadar serum
berarti terdapat hubungan antara kadar serum bilirubin total dengan hasil
42
Tabel 10. Kadar Serum Bilirubin Direk berdasarkan Hasil Patologi Anatomi
N % N %
≤0.3 1 20 24 77,4 0
perforasi kadar serum bilirubin direk >0,3 mg/dL ditemukan pada 4 sampel
atau 80% dan kadar serum bilirubin direk ≤ 0,3 ditemukan pada 1 sampel
atau 20%. Sedangkan pada appendisitis akut kadar bilirubin direk > 0,3
mg/dL ditemukan pada 7 sampel atau 22,6% dan kadar serum bilirubin
direk ≤0,3 ditemukan pada 24 sampel atau 77,4%. Setelah dilakukan uji
43
Kurva ROC Bilirubin Total
44
Sensitivitas bilirubin total serum sebagai marker untuk memprediksi
spesifisitas 20 %.
45
Kurva ROC Bilirubin direk
46
Sensitivitas bilirubin direk serum sebagai marker untuk memprediksi
spesifisitas 0 %.
47
BAB V
PEMBAHASAN
India umur rerata pasien appendisitis akut 23,1 ±11,99 Ini sesuai
appendisitis akut pada usia remaja 3:2 dan menjadi 1:1 sesudah
usia 25 tahun.
48
appendisitis akut sebanyak 13 sampel atau 86,7% dan pasien
anatomi.
49
granulosit tetap normal.
ditemukan pada 4 sampel atau 80% dan kadar bilirubin total ≤1,0
akut kadar bilirubin total >1,0 mg/dL ditemukan pada 8 sampel atau
ditemukan pada 4 sampel atau 80% dan kadar bilirubin total ≤0,3
sampel atau 22,6% dan kadar bilirubin direk ≤0,3 ditemukan pada
50
hubungan yang bermakna antara kadar serum bilirubin direk dan
appendisitis akut .
51
memprediksi appendisitis akut dan appendisitis akut perforasi
52
BAB VI
6.1 Kesimpulan
1) Didapatkan 36 penderita appendisitis akut dan telah dilakukan
53
6.2 Saran
yang lebih besar dan waktu yang lebih lama untuk lebih
appendisitis perforasi.
54
DAFTAR PUSTAKA
Berk P.D & Wolkoff A.W. Bilirubin Metabolism and Hyperbilirubinemia. In:
Kasper DL, Braunwald Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo
DL, Jameson JL, et al. Harrison‟s Textbook of Internal Medicine.
16th ed. Vol. II. New York: McGraw Hill Medical Publishing Division;
2001. p. 919.
Brunicardi F.C., Andersen Dana K., Billiar Timothy R., Dunn David L.,
Hunter John G., Pollock R.E. Chapter 30 : The Appendix. Schwartz’s
Manual Of Surgery 9th Ed. The Mcgraw-Hill-New-York. 2010.
Pg.784-799.
55
Journal of Gastrointestinal Surgery 2007; 11: 714–5.
Han Ki Hoon, Kyung Hee Hong, Park Jae Hyeong, Jesang Ko, Kang Duk
Hyun, Choi Joon Kee, Hong Myeong Ki, Park Seong Wook, Park
Jung Seung. C Reactive Protein Promotes Monocyte
Chemoattractant Protein-1-Mediated Chemotaxis Through
Upregulating Cc Chemokine Receptor 2 Expression In Human
Monocytes.American Heart Association. 2004. Http://
Circ.Ahajournals.Org. Available On 12 Agustus 2012.
Hong Y.R, Chung C.W, Kim J.W, Kwon CI, Ahn D.H, Kwon S.W, Kim S.K
Jerry L. Old, M.D., Reginald W. Dusing, M.D., Wendell Yap, M.D., And
56
Jared Dirks, M.D. Imaging For Suspected Appendicitis In American
Family Physician. January 1, 2005 Vol. 71, Number 1.Pg.71-78.
John Maa. “The Appendix”. In Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM,
Mattox KL, eds. Sabiston Textbook of Surgery. 18th ed.
Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2008. p: 1333-1347.
Kevin p. Lally, MD, Charles S. Cox Jr., MD, Richard J Andressy MD.
Appendix. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL,
eds. Sabiston Text Book of Surgery. The biological basis of modern
surgical practice, Book-I. 11th ed. A Heart Court Asia PTE LTD;
2001. p. 917.
Norton Jeffry A., Bollinger Randal R., Chang Alfred E., Lowry Stephen F.,
Mulvihill Sean J., Pass Harvey I., Thompson Robert W. In Appendix.
Basic Science And Clinical Evidence. Springer Verlag New York.
2001. Pg.647-665.
Skandalakis John E., Colborn Gene L., Weidman Thomas A., Foster
Roger S., Jr., Kingsnorth Andrew N., Skandalakis Lee J.,
Skandalakis Panajiotis N., Mirilas Petros S. In Appendix.
Skandalakis' Surgical Anatomy. Springer Verlag New York. 2002.
Chp 17.
57
Senagore Anthony J.In Appendictomy. Gale Encyclopedia Of Surgery: A
Guide For Patients And Caregivers. Farmington Hills.2004.Pg.123.
Sjamsuhidajat R., Jong Wim De. In Usus Halus, Appendik, Colon Dan
Anorektum. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Peberbit Buku
Kedokteran Egc Jakarta. 2003. Hal.615-681.
Wagner James M., Mckinney W.P., Carpenter J.L. Does This Adult Patient
Have Appendicitis? The American Medical Associated 2009. Cp5.
Pg. 53-60.
Zinner J.M., Schwartz I.,S., Ellis Harold, Ashley Stanley W., Mcfadden
David W., In Appendix And Appendictomy. Maingot’s Abdominal
Operation.10th Ed.Pg.1191-1227.
58
Lampiran 1.
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
BILIRUBIN
Kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : .................................................................................
Umur : .................................................................................
Alamat : .................................................................................
kepentingan penelitian.
2. Apabila terjadi hal-hal akibat dari pemeriksaan ini diluar kemampuan dokter
apapun.
.......................................................2014
1. ..................................... 1. ............................................................
59
Lampiran 2 : Form pengambilan data sampel
IDENTITAS
Nama Responden :
Tanggal Lahir :
Alamat :
Telp/HP :
REGISTRASI
No Responden :
HASILPEMERIKSAAN
Kadar Bilirubin :
Tanggal Pemeriksaan :
Makassar , 2014
Pemeriksa
60
Lampiran 3
Tabel 11. Data Sampel Penelitian
No Nama Umur Jenis Kelamin Leukosit SGOT SGPT Bilirubin Total Bilirubin Direk Hasil PA
1 Nn KA 22 P 12,100 26 23 0,3 0,1 Appendisitis Akut
2 Nn EA 23 P 12,700 26 21 0,5 0,3 Appendisitis Akut
3 RA 22 L 21,700 29 26 1,1 0,5 Appendisitis Akut Perforasi
4 Nn DS 21 P 13,100 26 21 0,4 0,1 Appendisitis Akut
5 UW 27 L 15,700 27 25 0,3 0,1 Appendisitis Akut
6 DD 25 L 21,700 38 26 0,9 0,4 Appendisitis Akut Perforasi
7 NU 18 P 17,400 29 24 0,5 0,2 Appendisitis Akut
8 RA 28 P 13,300 28 26 0,5 0,2 Appendisitis Akut
9 RN 29 L 13,100 31 24 0,8 0,3 Appendisitis Akut
10 NS 19 P 18,200 28 23 1,0 0,5 Appendisitis Akut Perforasi
11 HI 23 P 11,700 28 21 0,6 0,3 Appendisitis Akut
12 NS 36 L 17,100 31 26 0,6 0,2 Appendisitis Akut
13 AK 36 L 17,100 31 24 0,5 0,2 Appendisitis Akut
14 AA 25 L 19,900 34 24 0,7 0,3 Appendisitis Akut Perforasi
15 EE 27 P 12,100 27 23 0,4 0,1 Appendisitis Akut
16 NI 26 P 13,100 27 24 0,6 0,2 Appendisitis Akut
17 AN 19 L 17,100 24 21 0,5 0,3 Appendisitis Akut
18 NH 43 P 12,900 31 26 0,4 0,2 Appendisitis Akut
19 SY 18 L 17,600 25 21 0,6 0,3 Appendisitis Akut
20 UR 21 L 12,400 26 21 0,3 0,1 Appendisitis Akut
21 DN 21 P 12,300 28 24 0,3 0,1 Appendisitis Akut
22 RI 37 L 16,300 32 24 0,3 0,1 Appendisitis Akut
23 NI 31 P 18,100 28 25 0,9 0,4 Appendisitis Akut Perforasi
24 WU 38 L 15,100 29 25 0,5 0,2 Appendisitis Akut
25 TS 68 P 15,600 28 24 0,6 0,2 Appendisitis Akut
26 HI 50 L 15,400 31 22 0,5 0,2 Appendisitis Akut
27 KI 28 P 12,100 27 25 0,6 0,3 Appendisitis Akut
28 AH 31 L 13,500 27 23 0,3 0,1 Appendisitis Akut
29 RU 28 L 12,200 29 25 0,2 0,1 Appendisitis Akut
30 YS 31 P 13,400 27 22 0,3 0,1 Appendisitis Akut
31 AS 35 L 14,100 31 26 0,8 0,3 Appendisitis Akut
32 CK 27 L 12,100 26 21 0,4 0,1 Appendisitis Akut
33 SE 25 L 12,700 28 20 0,6 0,2 Appendisitis Akut
34 BS 36 L 13,400 29 24 0,4 0,2 Appendisitis Akut
35 GS 41 L 15,200 27 23 0,5 0,3 Appendisitis Akut
36 BU 17 L 12,300 24 19 0,5 0,2 Appendisitis Akut
61
Lampiran 4. Rekomendasi Persetujuan Etik
62