Anda di halaman 1dari 17

Nama/NIM : Yudha Bayu F /2030117

Tugas terstruktur Individu 2: menghitung indikator Mutu Rumah Sakit


Instruksi : Lakukan penghitungan kasus tersebut berdasarkan Rumus/ formula
yang ada.
1. Kasus :
Disebuah RS type C dengan kapasitas tempat tidur 200 bed. Pada kondisi
data sensus harian yang terdapat di bagian rekam medis pada bulan Juni 2011
adalah sebagai berikut :
Jumlah pasien awal : 2652 orang
Jumlah pasien masuk : 1285 orang
Jumlah pasien keluar : 1243 orang
Jumlah pasien meninggal : 42 orang

Hitunglah :
a. BOR (Bed Occupancy Rate) Rumah Sakit Tersebut
b. Length of Stay ( LOS) rata-rata lamanyan pasien dirawat
c. Bed Turn over rate (BTO) kekerapan pemakaian tempat tidur
d. Turn Over interval (TOI) rata-rata lamanya hari tempat tidur tidak dipakai

2. Suatu Rumah Sakit memiliki kapasitas 500 unit tempat tidur. Pada bulan
februari 2019 jumlah total hari rawatan hingga akhir februari 2019 mencapai
angka 7000.
Berapakah Bed Occupancy rate ( BOR) pada bulan januari 2019 ?

3. Hasil pengkajian bulan februari 2020 , penghitungan selama 1 bulan terdapat


jumlah pasien keluar dalam kondisi hidup adalah 1875 orang dan jumlah
pasien yang meninggal 125 orang.
Total hari rawatan pasien di ruangan adalah 14000 hari

Berapakah Average Length of Stay ( AVLOS) Rumah sakit tersebut pada


bulan februari 2020?

4. Suatu Rumah Sakit memiliki 600 unit tempat tidur.Hasil pengkajian bulan
Juni 2020, penghitungan selama 1 bulan, terdapat jumlah pasien keluar dalam
kondisi hidup sebanyak 3600 orang dan jumlah pasien yang meninggal 400
orang. Total hari rawatan pasien diruangan adalah 10.000 hari.
Berapakah Turn Over Interval ( TOI) rumah sakit pada bulan Juni 2020?

5. Uraikan Standart asuhan keperawatan padaa pasien dengan Covid-19.


JAWABAN :
1. Hitunglah :
a. BOR :
Jumlah hari perawatan : 1285 x 30 = 38550
2652 2652
BOR : (
200 ×30 )
×100 %= (
6000 )
× 100 %=44,2 %

30 30
b. LOS : = =0,023
1243+42 1285
1243+42 1285
c. BTO : = =6,425
200 200
( 200× 30 )−365 6000−365 5635
d. TOI : = = =4,39
1243+42 1285 1285

2. a. Jika yang ditanyakan bulan februari :


7000 7000
BOR : (500 ×28 ) ×100 %= ( 14000 ) × 100 %=50 %

b. jika yang ditanyakan bulan januari :


7000 7000
BOR : (500 ×31 ) ×100 %= ( 15500 ) ×100 %=45,16 %

14000 14000
3. AVLOS : = =7
1875+125 2000

( ( 600 ×30 )−10.000) ( 18000−10000) 8000


4. TOI : = = =2
3600+ 400 4000 4000

5. Standart asuhan keperawatan pada pasien dengan Covid-19


a. Standart 1 pengkajian keperawatan pasien Covid-19
b. Standart 2 diagnosis keperawatan pasien Covid-19
c. Standart 3 perencanaan keperawatan pasien Covid-19
d. Standart 4 Implementasi keperawatan pasien Covid-19
e. Standart 5 evaluasi keperawatan pasien Covid-19
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS COVID-19
A. Konsep Asuhan Keperawatan pada Covid-19
Asuhan keperawatan adalah proses menemukan pemecahan kasus
keperawatan secara ilmiah yang dipakai untuk mengidentifikasi masalah pasien,
merencanakan secara sistematis dan melaksanakan dengan cara mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Wijaya & Putri, 2013).

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
pasien. Beberapa pengkajian yang dilakukan antara lain adalah:
a. Identitas pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat, bahasa yang
digunakan, suku, bangsa, bahasa yang digunakan, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, asuransi, golongan darah, tanggal MRS,
diagnosa medis dan nomor registrasi (Asikin & Nasir, 2016).
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat pengkajian.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit yang dialami pasien dari penjelasan sebelum
terjadinya keluhan utama sampai terjadi keluhan utama dan hingga
pada saat pengkajian Keluhan yang dirasakan pasien saat masuk di
UGD pertama kali.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah di derita
oleh pasien dan berhubungan dengan penyakit yang sekarang ini.
e. Riwayat ksehatan keluarga
Hal ini mencakup riwayat penyakit keluarga, riwayat ekonomi
keluarga, riwayat sosial keluarga, sistem dukungan keluarga dan
pengambilan keputusan keluarga. Kaji apakah ada anggota keluarga
yang menderita DM, Hipertensi, Asma dan dengan siapa pasien tinggal
satu rumah dan jumlah anggota keluarga
f. Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat. Kemungkinan pada hasil pemeriksaan
psikososial yang dapat tampak pada sebuah klien yaitu : pada perasaan
depresi, dan frustasi, atau ansietas/kecemasan.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan fisik dengan
menggunakan metode head to toe yaitu dari ujung rambut hingga
ujung kaki untuk menemukan tanda tanda klinis atau kelainan pada
suatu sistem. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan teknik
inspeksi, palpasi, auskutasi dan perkusi.
Pemeriksaan fisik meliputi:
1) Keadaan umum, yaitu keadaaan baik dan buruknya klien. Tanda-
tanda yang perlu dicatat adalah kesadaran klien:
a) Kesadaran pasien:
(1) Composmentis: berorientasi segera dengan orientasi
sempurna
(2) Apatis: terlihat mengantuk tetapi mudah dibangunkan dan
pemeriksaan penglihatan, pendengaran dan perabaan normal.
(3) Samnolen: dapat dibangunkan bila dirangsang dapat disuruh
dan menjawab pertanyaan, bila rangsangan berhenti
penderita tidur lagi.
(4) Sopor: dapat dibangunkan bila dirangsang dengan kasar dan
terus menerus
(5) Koma: tidak ada respon terhadap rangsangan
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mendapatkan data objektif
dari keadaan pasien, pemeriksaan ini meliputi tekanan darah,
suhu, respirasi, dan jumlah denyut nadi.
c) Keadaan umum dan tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan
pertama dan utama dalam menentukan triase pasien. Pasien
COVID-19 umumnya memiliki temperatur ≥38°C.
2) Pemeriksaan head to toe
Pada pemeriksaan pertama di mulai dari kepala sampai leher
meliputi pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran rambut, warn
arambut, struktur wajah, warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan
mata, kelopak mata, kornea mata, konjungtiva dan sklera, pupil dan
iris, ketajaman penglihatan, lapang pandang penglihatan, keadaan
lubang hidung, kesimetrisan septum nasal, ukuran telinga kanan dan
kiri, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi,
keadaan lidah, keadaan platum dan orofaring, posisi trakea, apakah
ada tiroid, kelenjar limfe, apakah ada penonjolan vena jugularis, dan
cek denyut nadi karotis.
Pada pemeriksaan dada atau torak meliputi ispeksi (bentuk
payudara simetris atau tidak, apakah terlihat mempergunakan otot
bantu pernafasan dan lihat bagaimana pola nafas), palpasi (penilaian
vokal premitus), perkusi (melakukan perkusi di semua lapang paru),
auskultasi (penilaian suara nafas, ucapan suara). Melalui
pemeriksaan toraks, evaluasi dapat dilakukan untuk mengetahui
kondisi pasien COVID-19. Berikut ini merupakan tanda-tanda yang
dapat ditemukan pada pasien COVID-19 :
1) Tanda distress pernapasan berat
Stridor dan retraksi dinding dada merupakan tanda distres
pernapasan berat yang ditemukan pada pneumonia berat.
2) Perubahan suara paru
Studi mengenai suara paru pada COVID-19 sampai sekarang
masih sangat beragam dan terbatas. Terdapat kasus yang tidak
menunjukkan perubahan suara paru. Akan tetapi, beberapa
studi lain melaporkan adanya wheezing dan ronkhi basah
halus pada auskultasi paru pasien COVID-19.
3) Pada pemeriksaan tenggorokan, dapat ditemukan hiperemis
pada faring minimal. Selain itu, ruam-ruam samar juga dapat
terlihat pada beberapa kasus. Pemeriksaan generalisata pada
pasien COVID-19 juga dapat dilakukan untuk mengetahui
progresivitas penyakit.
Pada pemeriksaan kardiovaskuler meliputi inspeksi dan palpasi
melihat bagaimana bentuk dada, mengamati pulsasi dan ictus cordis,
dan palpasi menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui
ukuran jangtung, auskultasi mendengarkan bunyi jantung, bunyi
jantung tambahan ada atau tidak. Cantumkan juga apakah pasien
menggunakan alat bantu pernapasan.
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (melihat bentuk
abdomen, ada atau tidak benjolan, ada atau tidak bayangan
pembuluh darah), auskultasi (bising usus dengan hasil yang normal
5-35x/menit), palpasi (teraba ada atau tidak massa, ada atau tidak
pembesaran limfe dan line serta ada atau tidak nyeri tekan) dan
perkusi (penilaian suara abdomen suara normalnya berupa timpani
dan jika abdomen terlihat membesar lakukan pemeriksaan shifting
dullnes).
Pemeriksaan genetalia dan perkemihan meliputi pemeriksaan
bagian-bagian genetalia apakah ada kelainan atau tidak, kebersihan
genetalia, kemempuan berkemih, intake dan output cairan serta
menghitung belance cairan.
Pemeriksaan muskuloskeletal meliputi pemeriksaan kekuatan
otot, kelainan pada tulang belakang, dan kelainan pada ekstremitas.
Pemeriksaan integumen meliputi kebersihan kulit, warna kulit,
kelembaban, turgor kulit, apakah ada lesi dan apakah ada penyekit
kulit serta berapa hasil penilaian resiko dekubitus.
Sistem persyafan meliputi pemeriksaan glasgow coma scale
and score (GCS) cantumkan hasil pemeriksaan hasil eye, verbal, dan
best motor, pemeriksaan ingatan memory, cara berkomunikasi,
kognitif, orientasi (tempat,waktu,orang), saraf sensori (nyeri tusuk,
suhu, dan sentuhan), pemeriksaan syaraf otak (NI-NXII), fungsi
motorik dan sensorik, serta pemeriksaan refleks fisiologis.
3) Diagnosis

Definisi operasional pada kasus COVID-19 di Indonesia mengacu

pada panduan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

yang mengadopsi dari WHO, Kasus probable didefinisikan sebagai PDP

yang diperiksa untuk COVID-19 tetapi hasil inkonklusif atau seseorang

dengan dengan hasil konfirmasi positif pancoronavirus atau

betacoronavirus. Kasus terkonfirmasi adalah bila hasil pemeriksaan

laboratorium positif COVID-19, apapun temuan klinisnya. Selain itu,

dikenal juga istilah orang tanpa gejala (OTG), yaitu orang yang tidak

memiliki gejala tetapi memiliki risiko tertular atau ada kontak erat dengan

pasien COVID-19.
Kontak erat didefinisikan sebagai individu dengan kontak langsung

secara fisik tanpa alat proteksi, berada dalam satu lingkungan (misalnya

kantor, kelas, atau rumah), atau bercakap-cakap dalam radius 1 meter

dengan pasien dalam pengawasan (kontak erat risiko rendah), probable

atau konfirmasi (kontak erat risiko tinggi). Kontak yang dimaksud terjadi

dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala hingga 14 hari setelah kasus

timbul gejala.

Song, dkk. mencoba membuat skor COVID-19 Early Warning Score

(COVID-19 EWS) berdasarkan 1311 orang yang melakukan pemeriksaan

SARS-CoV-2 RNA di China, seperti pada lampiran 1. Skor ini

memasukkan gambaran pneumonia pada CT scan toraks, riwayat kontak

erat, demam, gejala respiratorik bermakna, suhu tertinggi sebelum masuk

rumah sakit, jenis kelamin laki-laki, usia, dan rasion neutrofil limfosit

(RNL) sebagai parameter yang dinilai. Nilai skor COVID-19 EWS

miminal 10 menunjukkan nilai prediksi yang baik untuk dugaan awal

pasien COVID-19.

Diagnosis komplikasi seperti ARDS, sepsis, dan syok sepsis pada

pasien COVID-19 dapat ditegakkan menggunakan kriteria standar masing-

masing yang sudah ditetapkan. Tidak terdapat standar khusus penegakan

diagnosis ARDS, sepsis, dan syok sepsis pada pasien COVID-19.

4) Terapi

Biarpun belum ada obat yang terbukti meyakinkan efektif melalui uji

klinis, China telah membuat rekomendasi obat untuk penangan COVID-19


dan pemberian tidak lebih dari 10 hari. Rincian dosis dan administrasi

sebagai berikut:

 IFN-alfa, 5 juta unit atau dosis ekuivalen, 2 kali/hari secara inhalasi

 LPV/r, 200 mg/50 mg/kapsul, 2 kali 2 kapsul/hari per oral

 RBV 500 mg, 2-3 kali 500 mg/hari intravena dan dikombinasikan

dengan IFN-alfa atau LPV/r

 Klorokuin fosfat 500 mg (300 mg jika klorokuin), 2 kali/hari per oral

 Arbidol (umifenovir), 200 mg setiap minum, 3 kali/hari per oral.

Selain China, Italia juga sudah membuat pedoman penanganan

COVID-19 berdasarkan derajat keparahan penyakit:

1. Asimtomatis, gejala ringan, berusia <70 tahun tanpa faktor risiko:

observasi klinis dan terapi suportif.

2. Gejala ringan, berusia >70 tahun dengan faktor risiko dan bergejala

demam, batuk, sesak napas, serta rontgen menunjukkan pneumonia:

LPV/r 200 mg/50 mg, 2 x 2 tablet per hari; atau Darunavir/ritonavir

(DRV/r) 800 mg/100 mg, 1 x 1 tablet per hari; atau

Darunavir/cobicistat 800 mg/150 mg, 1 x 1 tablet per hari; DAN

klorokuin fosfat 2 x 500 mg/hari atau hidroksiklorokuin (HCQ) 2 x

200 mg/hari. Terapi diberikan selama 5-20 hari berdasarkan perubahan

klinis.

3. Pada kasus membutuhkan terapi oksigen atau perburuk secara cepat,

terapi poin 2 dihentikan dan diganti remdesivir (RDV) 200 mg (hari 1)


dilanjutkan 100 mg (hari 2-10) dan klorokuin 2 x 500 mg/hari atau

HCQ 200 mg, 2 kali perhari. Obat selama 5-20 hari, berdasarkan

perubahan klinis. Jika nilai Brescia-COVID respiratory severity scale

(BCRSS) ≥2, berikan deksametason 20 mg/hari selama 5 hari

dilanjutkan 10 mg/hari selama 5 hari dan/atau tocilizumab.

4. Pneumonia berat, ARDS/gagal napas, gagal hemodinamik, atau

membutuhkan ventilasi mekanik: RDV 200 mg (hari 1), 100 mg (hari

2-10); DAN klorokuin fosfat 2 x 500 mg/hari atauHCQ 2 x 200

mg/hari. Kombinasi diberikan selama 5-20 hari. Jika RDV tidak

tersedia, berikan suspensi LPV/r 5 mL, 2 kali per hari ataususpensi

DRV/r; DAN HCQ 2 x 200 mg/hari.

5. Terapi ARDS: deksametason 20 mg/hari selama 5 hari dilanjutkan 10

mg/hari selama 5 hari atau tocilizumab. Rekomendasi dosis

tocilizumab adalah 8 mg/kgBB pada ≥ 30 kg dan 12 mg/kgBB pada <

30 kg. Dapat diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak 8 jam bila dengan

satu dosis dianggap tidak ada perbaikan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Hipersekresi
jalan napas (kategori: Fisiologis, Subkategori: Respiratori. D.0001
hal 18)
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit  (kategori:
lingkungan, Subkategori: Keamanan dan Proteksi. D.0130 hal 284)
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas 
(kategori: fisiologis, Subkategori: Respiratori. D.0005 hal 26)
d. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian  (Kategori:
Psikologis, Subkategori: Integritas Ego. D.0080 hal 180
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi Keperawatan Rasional
. Keperawatan Hasil
1. Bersihan Jalan Nafas setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan napas Manajemen jalan napas
Tidak Efektif keperawatan selama ….x24 Tindakan Tindakan
berhubungan dengan jam maka bersihan jalan Observasi : Observasi :
Hipersekresi jalan nafas meningkat dengan 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Untuk mengetahui
napas (kategori: kriteria hasil: kedalaman, usaha napas) frekuensidan kedalaman usaha
Fisiologis, Luaran Utama: Bersihan 2. Monitor bunyi napas tambahan napas
Subkategori: jalan nafas 3. Monitor sputum 2. Untuk mengetahui adanya
Respiratori. D.0001 1. Batuk efektif Terapeutik: suara napas tambahan
hal 18) meningkat 1. Pertahankan kepatenan jalan 3. Untuk mengetahui keadaan
2. Produk sputum napas dengan head-tilt dan chin- sputum
menurun lift Terapeutik:
2. Posisikan semi-fowler
3. Mengi;wheezing;ron 1. Untuk mempertahankan
3. Berikan minum hangat
khi menurun Edukasi : kepatenan jalan napas
1. Ajarkan teknik batuk efektif 2. Untuk mempertahankan
kepatenan jalan napas
3. Membantu mengencerkan
dahak
Edukasi :
1. Untuk mengurangi
penumpukan secret

2. Hipertermia setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermi Manajemen hipertermi


berhubungan keperawatan selama ….x24
dengan proses jam maka termoregulasi Tindakan Tindakan
penyakit  membaik dengan kriteria Observasi: Observasi:
(kategori: hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermi 1. mengetahui proses penyakit
lingkungan, 1. Suhu tubuh 2. Monitor suhu tubuh 2. Mengetahui perkembangan
Subkategori: membaik/dalam 3. Monitor haluaran urin kondisi
Keamanan dan batas normal (36– 3. Mengetahui jumlah cairan yang
Proteksi. D.0130 370C) Terapeutik : hilang
hal 284) 2. Menggigil menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian Terapeutik :
3. Berikan cairan oral 1. Kehilangan panas dapat terjadi
4. Lakukan pendinginan eksternal waktu kulit dipajankan pada
(kompres dingin) lingkungan yang dingin.
Edukasi : 2. Proses hilangnya panas akan
1. Anjurkan tirah baring terhalangi oleh pakaian tebal dan
tidak menyerap keringat
Kolaborasi : 3. Sebagai upaya rehidrasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan mengganti cairan yang keluar
elektrolit intravena, jika perlu 4. Proses konduksi/ perpindahan
1. panas dengan suatu bahan
2. perantara
Edukasi :
1. Meningkatkan kenyamanan dan
istirahat
Kolaborasi :
1. Mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit
3. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi Pemantauan Respirasi
Efektif keperawatan selama …..x24 Tindakan Tindakan
berhubungan jam maka, pola nafas Observasi : Observasi :
dengan Hambatan membaik dengan kriteria 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Mengetahui frekuensi, kedalaman,
kedalaman dan upaya napas dan irama pernapasan pasien
upaya napas hasil :
2. Monitor pola napas 2. Mengetahui frekuensi, kedalaman,
(kategori: 1. Frekuensi nafas dan irama pernapasan pasien
fisiologis, membaik 12- 3. Monitor kemampuan batuk efektif
3. batuk yang terkontrol dan efektif
Subkategori: 20x/menit 4. Monitor adanya produksi sputum dapat memudahkan pengeluaran
Respiratori. D.0005 2. Penggunaan otot 5. Monitor saturasi oksigen secret
hal 26) bantu nafas menurun 4. Sputum menganggu proses
Terapeutik : pertukaran gas serta penghisapan.
3. Kedalaman nafas
5. Mengetahui adanya perubahan
membaik 1. Dokumentasi hasil pemantauan
nilai saturasi O2
2. Berikan posisi semi-fowler
3. Berikan oksigen

Edukasi :
Terapeutik :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
1. Mengetahui perkembangan pasien
pemantauan
2. Posisi semi-fowler dapat
memberikan kesempatan pada
proses ekspensi paru
3. Meningkatkan pengiriman oksigen
ke paru

Edukasi :
1. Pasien paham tujuan dari
pemantauan
4. Ansietas  Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas Reduksi ansietas
(Kategori: keperawatan .....x24 jam Observasi Observasi :
Psikologis, diharapkan tingkat ansietas 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Agar mengetahui tingkat
Subkategori: menurun. berubah kecemasan pasien
Integritas Ego. 2. Monitor tanda-tanda ansietas 2. Agar tidak terjadi kecemasan
D.0080 hal 180) Kriteria hasil : berlebih
1. Verbalisasi Terapeutik
kebingungan 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk Terapeutik :
menurun menumbuhkan kepercayaan 1. Agar cemas dapat berkurang
2. Verbalisasi khawatir 2. Pahami situasi yang membuat 2. Menciptakan situasi yang
akibat kondisi yang ansietas dengarkan dengan penuh nyaman
dihadapi menurun perhatian 3. Agar pasien lebih terbuka
3. Perilaku gelisah 3. Gunakan pendekatan yang tenang dengan perawat
menurun dan meyakinkan 4. Menumbuhkan semangat pada
4. Perilaku tegang 4. Motivasi mengidentifikasi situasi pasien
menurun yang memicu kecemasan

Edukasi :
1. Agar pasien mengetahui tata
cara dan kontraindikasi yang
Edukasi mungkin muncul
1. Jelaskan prosedur, termasuk 2. Agar pasien memahami
sensasi yang mungkin dialami prognosisnya
2. Informasikan secara factual 3. Mengalihkan kecemasan
mengenai diagnosis, pengobatan, 4. Agar pasien lebih rileks
dan prognosis libatkan keluarga
3. Latih kegiatan pengalihan
4. Latih teknik relaksasi
4. Implementasi
Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang
diberikan kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
ditetapkan, tetapi menutup kemungkinan akan menyimpang dari rencana
yang ditetapkan tergantung pada situasi dan kondisi pasien.
5. Evaluasi
Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah
diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang
ingin dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah
tercapai atau belum, dapat juga tercapai sebagaian atau timbul masalah
baru
DAFTAR PUSTAKA

Otálora, M. M. C. (2020). Yuliana. Parque de Los Afectos. Jóvenes Que Cuentan,


2(February), 124–137. https://doi.org/10.2307/j.ctvzxxb18.12
Paru, K. T., Malang, S., Pemberian, P., Terhadap, V. C., Foto, P., Pada, T., &
Tuberkulosis, P. (2019). Penyakit Virus Corona 2019. 40(2), 128.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., … Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45.
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
World Health Organization. Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the
virus that causes it [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2020 [cited
2020 March 29].
J Chen. Pathogenicity and transmissibility of 2019-nCoV A quick overview and
compar-ison with other emerging viruses. Microbes and infection,
Yan G, Lee CK, Lam LTM, Yan B, Chua YX, Lim AYN, et al. Covert COVID-19
and false-positive dengue serology in Singapore. Lancet Infect Dis. 2020;
published online March 4. DOI: 10.1016/S1473-3099(20)30158-4.
Dong L, Hu S, Gao J. Discovering drugs to treat coronavirus disease 2019 (COVID-
19). Drug Discov Ther. 2020;14(1):58-60.90.
Società Italiana di Malattie Infettive e Tropicali. Vademecum per la cura delle
persone con malattia da COVI-19 Edizione 2.0, 13 marzo 2020. Lombardia:
Società Italiana di Malattie Infettive e Tropicali; 2020.

Anda mungkin juga menyukai