5.1 Pendahuluan
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak
padat, dan bersifat termoplatis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai
temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Adhesi adalah
kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya, dan kohesi adalah
kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat adhhesi dan kohesi
aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal karena sifat
ini mempengaruhi kenerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitas aspal adalah
suatu ujian kuantatif yang secara tidak langsung dapat dilakukan untuk
mengetahui tingkat daktilitas aspal keras. Aspal keras dengan daktilitas yang
rendah adalah aspal yang memili daya adesi yang kurang baik dibandingkan
dengan aspal yang memiliki nilai daktilitas yang tinggi.
KELOMPOK 11
5.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
5.3.1 Alat
KELOMPOK 11
4. Mesin uji daktilitas
KELOMPOK 11
7. Saringan
5.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
kasar adalah sebagai berikut :
1. Aspal
KELOMPOK 11
2. Gliserin
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang yang dapat
terbentuk dari bahan bitumen pada cetakan kuningan, akibat penarikan dengan
mesin uji, sebelum bahan bitumen tersebut putus. Pemeriksaan dikalukan pada
suhu 25 ± 0,5 ˚C dan dengan kecepatan tarik mesin 50 mm per menit (dengan
toleransi 0,5%). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah satu sifat
mekanik bahan bitumen yaitu kekenyalan yang diwujudkan dalam bentuk
KELOMPOK 11
kemampuannya untuk ditarik yang memenuhi syarat tertentu (dalam pemeriksaan
ini adalan 100 cm) tanpa putus. Apabila bahan bitumen tidak putus setelah
melewati jarak 100 cm, maka dianggap bahan ini mempunyai sifat daktilitas yang
tinggi. Mesin uji biasanya mempunyai alat ukur sampai dengan 100 cm. Hal yang
sering terjadi dalam pemeriksaan daktilitas adalah bahwa jarak penarikan sampel
umumnya selalu diatas 100 cm yang menunjukkan bahwa sampel ini mempunyai
daktilitas tinggi. Permasalahan yang timbul adalah akibat keterbatasan mesin uji
dalam mengukur jarak putus sampel, kita tidak mengetahui seberapa besar
daktilitas yang dimiliki benda uji. Oleh karena itu, masih diperlukan jenis
pemeriksaan lain yang dapat mengukur daktilitas maksimum bahan bitumen yang
melewati jarak 100 cm.
Adapun prosedur percobaan berat jenis penyerapan agregat kasar sebagai berikut :
1. Susun bagian-bagian cetakan kuningan, lalu lapisi bagian atas dan bawah
cetakan serta seluruh permukaan pelat alas cetakan dengan gliserin
KELOMPOK 11
Gambar 5.13. Memanaskan Sampel Bitumen
KELOMPOK 11
3. Tuangkan contoh bitumen dengan hati-hati kedalam cetakan daktilitas dari
ujung ke ujung hingga penuh berlebihan
KELOMPOK 11
6. Angkat sampel dari bak perendaman
KELOMPOK 11
9. Bacalah jarak antara pemegang cetakan pada saat sampel putus (dalam mm)
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
KELOMPOK 11
5.7 Analisis
Dari hasil percobaan nilai daktilitas yang diperoleh adalah sebesar 1275 mm, 1333
mm, dan 1340 mm serta rata-rata 1316 mm. Hal ini menunjukkan bahwa sifat
kohesi dari pengujian benda uji tersebut sangat tinggi atau nilai daktilitasnya
tinggi, besarnya sifat kohesi sangat baik untuk bahan campuran perkerasan jalan.
Karena dengan kondisi tersebut bahan tidak mudah pecah atau rusak, akan
membentuk ikatan yang baik antara agregat dengan aspal. Berdasarkan standar
minimal untuk daktilitas adalah 1000 mm sesuai dengan SNI 06-2432-1991.
5.8 Kesimpulan
5.9 Saran
KELOMPOK 11
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK 11