Anda di halaman 1dari 14

BAB I

A. PENDAHULUAN

Kecerdasan adalah salah satu yang di berikan oleh Sang Pencipta kepada manusia dan

menjadkannya salah satu kelebihan sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi.

Karena dengan kecerdasan manusia dapat selalu meningkatkan kualitas diri yang lantas

meningkatkan kualitas hidupnya juga, melalui proses berfikir dan belajar secara terus

menerus. Pada umumnya kecerdasan dihubungkan dengan akal (intelektual) saja , akan tetapi

seiring berjalannya waktu manusia mulai menyadari bahwa kecerdasan lain yang

menyeimbangkannya yaitu kecerdasan emosiaonal dan kecerdasan spiritual.

Menurut beberapa ahli dalam buku PROF. DR. Wibowo (2018 : 15) mengemukakan

bahwa kepribadian ialah pola yang relatif bertahan lama tentang pemikiran, emosi, dan

perilaku yang menunjukkan karakteristik seseorang, sejalan dengan proses psikologis di

belakang karakteristik tersebut .

Pada mulanya kecerdasan hanya dikaitakn dengan kemampuan akal manusia

menangkap dan mengolah suatu kejadian, sehingga kecerdasan hanya berpusat pada aspek

kognitif saja, namun seiring perkembangan zaman kecerdasan bukan hanya semata – mata

mengenai akal. Melainkan terhadap struktur emosional dan spiritual untuk menumbuhkan

aspek afektif moral tiap manusia.

Merupakan sebuah keharusan bagi sebuah perusahaan untuk mengenal dan

mempertimbangkan karakteristik dan tingkat kecerdasan karyawan dalam penempatan posisi

atau recruitment, yang dapat membantu mengukur implementasi kinerja yang efektif.
Kecerdasan tiap personil tidaklah sama ini dikarenakan juga oleh genetic dan kondisi

lingkungan dan pengalaman. Namun, kecerdasan ada yag bisa di bentuk dan ada yang tidak

bisa di bentuk.

Menurut Yoyo sudaryo (2018:95) teori kecerdasan yang di gunakan Daniel Goleman

dirasa lebih cocok di karenakan teori tersebut juga mempertimbangakan kemampuan kognitif

dan kepribadian sebagai factor kesuksesan di lingkungan kerja.

Menurut Dr. Hj. Mahmudah Enny W(2019:108) terdapat lima kecakapan

dasar dalam kecerdasan Emosi, yaitu :

1. Self Awarness , ialah merupakan kemampuan seseorang mengetahui

perasaan dalam dirinya.

2. Self Management, ialah kemampuan menangani emosinya sendiri.

3. Motivation, kemampuan mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif,

mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi

4. Empati (social awareness), merupakan kemampuan merasakan apa yang

dirasakan oleh orang lain.

5. Relationship management, merupakan kemampuan menangani emosi

dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bermusyawarah,

menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama dalam tim.

Individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang rendah bisa di

berkembang lebih baik jika berada di lingkungan saat ia tumbuh hingga remaja di

lingkungan baik. Lingkunagan yang di maksud ialah dari keluarga, Pendidikan, dan

masyarakat. Sebaliknya jika individu yang memiliki emosi tinggi dan berada di

lingkungan yang kurang baik serta memiliki pengalaman yang kurang baik pula maka

bisa saja kecerdasan emosinya berkurang. Pada dasarnya kecerdasan emosi ini dapat
berubah, tergantung dari motivasi dalam dirinya, yang jelas sedikit banyaknya

terpengaruh dari lingkungan. Tetapi kecerdasan emosional lebih hanya membahas

hubungan manusia dengan manusia lainnya. Pada dasarnya ada kecerdasan lain yang

yang melingkupi kesadaran akan makna nilai yang lebih hakiki, yang menyentuh inti

kehidupan yang berujung pada fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan, ialah

kecerdasan spiritual (SQ).


BAB II

B. TINJAUAN PUSTAKA

Sumber daya manusia merupakan aset penting dan berperan sebagai faktor penggerak

utama dalam pelaksanaan seluruh kegiatan atau aktivitas instansi, sehingga harus dikelola

dengan baik melalui Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Menurut para ahli

manajemen sumber daya manusia adalah sebagai berikut :

 Menurut Desseler (2015:3), manajemen sumber daya manusia adalah proses

untuk memperoleh, melatih, menilai, dan mengompensasi karyawan dan untuk

mengurus relasi tenaga kerja, kesehatan dan keselamatan, serta hal-hal yang

berhubungan dengan keadilan.

 Menurut Simamora dalam Sutrisno (2015:5), manajemen sumber daya

manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, peniliaian, pemberian balas

jasa dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.

 FUNGSI – FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Menurut Haisibuan (2016:10) manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni

yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Penelitian ini meneliti tentang

aspek kecerdasan yang dimiliki tiap personil baik IQ, EQ, SQ, AQ, LQ, CQ, TQ.

Kegiatan manajemen sumber daya manusia akan berjalan dengan lancar, apabila

mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia secara tepat dan
menyeluruh dalam pelaksanaannya. Adapun fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia

menurut Malayu S.P. Hasibuan (2016 ; 21-23) fungsi-fungsi manajemen sumber daya

manusia adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar

sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan.

2. Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan

menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan

koordinasi dalam bagan organisasi.

3. Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama

dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan,

karyawan, dan masyarakat.

4. Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati

peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana.

5. Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk

mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

6. Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual,

dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

7. Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau

barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan.

8. Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan

kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan.

9. Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik,

mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun.
10. Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang terpenting dan

kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang

maksimal.

11. Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan.

Fungsi-fungsi sumber daya manusia diatas sangat penting bagi karyawan dan

perusahaan. Apabila motivasi dilaksanakan dengan baik maka kinerja karyawan pun

akan meningkat, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.

 KECERDASAN (IQ, EQ, SQ, AQ, CQ, TQ, LQ)

o IQ ( INTELEGENT QUOTIENT)

Menurut Dr. Mamudah Eny W (2019 : 106) mendefinisikan IQ sebagai

kemampuan untuk bekerja secara abstrak, baik menggunakan ide-ide, simbol,

hubungan logis, maupun konsep-konsep teoritis. Kemampuan untuk mengenali dan

belajar serta menggunakan abstraksi tersebut. Kemampuan untuk menyelesaikan

masalah termasuk masalah yang baru. Kecerdasan intelektual berhubungan dengan

stategi dalam pemecahan masalah dengan menggunakna logika. Kecerdasan ini juga

disebut kecerdasan rasional karena menggunakan rasio dalam memecahkan masalah.

o FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IQ

1. Faktor Bawaan atau Keturunan

Berdasarkan beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa intelegensi berasal

dari faktor bawaan atau herediter. Penelitian membuktikan bahwa korelasi tes IQ dari

satu keluarga sekitar 0,50, dan diantara anak kembar dihasilkan korelasi tes IQ yang

sangat tinggi, yaitu mencapai 0,90. Penelitian pada anak yang diadopsi menujukkan

bahwa IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40-0,50 dengan ayah dan ibu sebenarnya dan
sebaliknya korelasi IQ anak dengan ayah dan ibu angkat hanya berkisar 0,10-0,20.

Lebih lanjut, bukti pada anak kembar yang diasuh secara terpisah menunjukkan

bahwa IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, meskipun mungkin mereka tidak

pernah saling mengenal.

2. Faktor Lingkungan

Lingkungan dapat memberikan perubahan-perubahan yang berarti pada

kapasitas intelegensi seseorang, walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah

dibawa sejak lahir. Intelegensi tidak dapat terlepas dari otak. Perkembangan otak

sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-ransangan

yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat

penting.

Menurut Azwar (2011), proses lingkungan yang juga berpengaruh terhadap

intelegensi adalah proses belajar. Proses belajar menyebabkan perbedaan perilaku

individu satu dengan yang lainnya. Apa yang dipelajari dan diajarkan pada seseorang

akan menentukan apa dan bagaimana reaksi individu terhadap stimulus yang

dihadapinya. Sikap, perilaku, reaksi emosional, dan sebagainya merupakan atribut

yang dipelajari dari lingkungan. Lewat belajar, pengaruh budaya secara tidak

langsung juga mempengaruhi individu. Standard dan norma sosial yang berlaku pada

suatu kelompok budaya tempat individu berada akan menjadi acuan individu dalam

berpikir dan berperilaku.

Dengan demikian, pengaruh faktor herediter atau warisan yang dibawa

individu dan pengaruh lingkungan tempat individu berada akan bersama-sama

membentuk sifat dan karakter individu, dalam hal ini termasuk kapasitas

intelegensinya, sehingga individu yang satu tidak sama persis dengan individu

lainnya.
o EQ (EMOTIONAL QUOTIENT)

Menurut Wibowo (2019 : 75) teori Goleman adalah kemampuan seseorang

menyadari perasaannya sendiri maupun perasaan orang lain, hal ini ada

sebagai motivasi diri sendiri maupun orang lain untuk membina perasaan –

perasaan yang ada.

o DIMENSI EQ

Menurut Yoyo sudaryo (2018:95) teori kecerdasan yang di gunakan

Daniel Goleman dirasa lebih cocok di karenakan teori tersebut juga

mempertimbangakan kemampuan kognitif dan kepribadian sebagai factor

kesuksesan di lingkungan kerja.

Ada 4 dimensi kecerdasan emosional Daniel Goleman dalam buku

Yoyok sudaryo,dkk (2018:96), yaitu :

 Self Awarness (kesadaran diri), ialah keemampuan mebaca perasaan

diri sendiri dan mengetahui dampak dari penggunaan perasaan emosi

ketika mengambil keputusan.

 Self Management (manajeman diri), ialah kemampuan mengatur

perasaan dan hasrat dan dapat beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan.

 Social Awarness (kesadaran sosial), ialah kemampuan untuk

merasakan, mengerti, dan bereaksi terhadap perasaan orang lain

sewaktu memahami jaringan sosial di sekitar.


 Relationship Management (manajemen hubungan), ialah kemampuan

untuk menginspirasi, mempengaruhi, dan memajukan orang lain pada

saat menangani konflik.

Gambar 1 : Empat dimensi kecerdasan

o HUBUNGAN ANTARA IQ emosional


DAN EQDaniel Goleman

Menurut Dr. Wibowo (2019: 18) teori Daniel Goleman yaitu orang yang

mempunyai IQ tinggi tetapi EQ rendah cenderung mengalami kegagalan yang

lebih besar disbanding dengan orang yang IQ-nya rata-rata tetapi EQ-nyatinggi”.

Artinya bahwa penggunaaan EQ atau sering disebut olahrasa menjadi hal yang

sangat penting yang dalam dunia kerja berperan dalam kesuksesan karir seseorang, yakni

85% EQ dan 15% IQ. Jadi peran EQ sangat siginifikan.

Kita perlu mengembangkan IQ menyangkut pengetahuan dan keterampilan,

namun kita juga harus menampilkan EQ yang sebaik-baiknya karena EQ harus dilatih.

Untuk meningkatkan EQ dan IQ agar dapat membina hati nurani yang baik kita juga

harus mengembangkan SQ yang merupakan cerminan dari hubungan kita dengan Allah

SWT. Jadi perpaduan antara EQ, IQ, dan SQ inilah yang sangat penting dalam meniti

karir agar menjadi lebih baik. Disamping itu, kita juga perlu mengembangkan AQ
(Adversity Quotient) yang dapat mengajarkan kepada kita bagaimana menjadikan

tantangan bahkan ancaman menjadi peluang, jadi yang ideal memang kita perlu

menyeimbangkan antara EQ, IQ, SQ dan AQ.

o SQ (SPIRITUAL QUOTIENT)

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal, kecerdasan spiritual adalah

kecerdasan untuk mengahadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk

menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,

kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna

dibandingkan degan yang lain.

Ditinjau dari ilmu saraf, menurut Danah Zohar dan Ian Marshal, semua sifat

kecerdasan itu bekerja melalui dan dikendalikan oleh otak beserta jaringan sarafnya di

seluruh tubuh. Pengorganisasian saraf yang memungkinkan untuk berfikir rasional,

logis dan taat azaz disebut dengan IQ, yang memungkinkan utnuk berfikir assosiatif

yang terbentuk oleh kebenaran dan kemampuan untuk mengenali pola-pola emosi

disebut dengan EQ, sedangkan yang memungkinkan untuk berfikir kreatif,

berwawasan jauh, membuat dan mengubah aturan, menata kembali dan

mentransformasikan dua jenis berfikir sebelumnya disebut dengan SQ.

o CQ (CRETIVITY QUOTIENT)

Kreativitas adalah potensi seseorang untuk memunculkan suatu yang penemu-


penemu baru dalam bidang ilmu dan tekhnologi serta semua bidang usaha lainnya
(Moh Solihin, 2013:142)
Lima Ciri Kreatifitas (Guil Ford dalam Moh Solihin, 2013:142)
a.  KELANCARAN; kemamouan memproduksi banyak ide.
b.   KELUWESAN; kemampuan untuk mengajukan bermacam - macam
pendekatan jalan pemecahan masalah
c.    KEASLIAN; kemampuan untuk menghasilkan gagasan orisinil
d. PENGURAIAN; kemampuan mengurangi sesuatu secara terperinci
e.  PERUMUSAN KEMBALI; kemapuan untuk mengkaji kembali suatu
persoalan melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim
o AQ  (ADVERSITY QUOTIENT)

AQ adalah kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan

menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.

Menurut Stolts dalam Moh Solihin (2013:146) menyatakan bahwa AQ adalah

kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. “ AQ merupakan fakto yang dapat menentukan

bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda

terwujud di dunia.”

Seseorang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan cita-

citanya dibandingkan orang yang AQ nya lebih rendah. Paul G. Stoltz dalam Moh

Solihin (2013:147). Merinci AQ berdasarkan penelitiannya:

a.       AQ Tingkat “Quitters” (Orang-orang yang Berhenti)

Tingkat terendah yakni dimana orang yang langsung menyerah ketika

menghadapi kesulitan hidup. Orang yang tidak berikhtiar dan hanya berkeluh kesah

menghadapi penderitaan kemiskinan dan lain-lain.

b.      AQ Tingkat “Campers” (Orang yang Berkemah)

Artinya Awalnya giat mendaki / berusaha menghadapi kesulitan hidup,

ditengah perjalanan mudah merasa cukup dan mengakhiri pendakian atau usahanya.

c.       AQ Tingkat “Climbers” (Orang yang Mendaki)

  Climbers adalah pendaki sejati. Orang yang seumur hidup mendaki mencari

hakikat kehidupan menuju kemuiaan manusia di dunia dan akhirat

o LQ (LOVE QUOTIENT)
Orang pintar adalah mereka yang memiliki IQ atau kecerdasan yang

dikembangkan dengan baik. Tetapi jika orang-orang pintar itu ingin menjadi

pemimpin yang baik, mereka juga membutuhkan EQ atau kecerdasan emosional,

kemampuan untuk berempati dan mengekspresikan emosi. Namun menurut CEO

Alibaba Jack Ma, Anda juga membutuhkan sesuatu yang ia sebut 'LQ'

o TQ ( Trancendental Quotient )

Merupakan pengembangan dari kecerdasan spiritual. TQ merupakan

kecerdasan seseorang dalam memaknai hidup dan kehidupannya dalam perspektif

Ketuhanan.
KESIMPULAN

 Kecerdasan pada dasarnya di bentuk sedari lahir hingga dewasa, sehingga kecerdasan

bisa menjadikan membentuk suatu pribadi dan juga diaplikasikan pada sikap dan juga

dalam menyelesaikan suatu permasalahan di tempat kerja.

 Kecerdasan bisa menjadi salah satu pertimbangan untuk penerimaan dan

pengembangan organisasi perusahaan agar lebih mengerti Langkah apa yang di ambil

untuk meningkatkan kinerja dan juga memperbaiki produktivitas.


DAFTAR PUSTAKA

o Wibowo.2019.Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta : Rajawali pers.

o Sudaryo, Yoyo, dkk. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia, Kompensasi Tidak

Langsung dan Lingkungan Kerja Fisik. Yogyakarta: CV Andi Offset.

o Enny, Mahmudah.2019. Manajemen Sumber Daya Manusia.Surabaya : UBHARA

Manajemen Press

o Guntur Suhandoyo dan Pradnyo Wijayanti, “PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

DALAM MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER THINKING DITINJAU DARI ADVERSITY

QUOTIENT (AQ),” Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, No. 5, Volume 3 (2016): 157.

o Akhmad Asyari, “Kecerdasan Emosional Meningkatkan Kreativitas Guru Dalam Mengajar,”

Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam 10, No. 2 (Desember 2016): 180–88.

o Solihin,Moh.2013.Etika Profesi Keguruan. Jember : STAIN Jember Press.

o Syamsyuharnis, Harry Shidarta. 2006. TQ: Trancendental Quation - Kecerdasan Diri

Terbaik. Jakara : Penerbit Republika.

Anda mungkin juga menyukai