Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Farmasetis Volume 3 No 2, November 2014 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium


cepa L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

Nita Fajaryanti1, Mohammad Fajar Septiono1


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal1
nitafajaryanti@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Penyakit infeksi kulit sampai saat ini menjadi masalah utama kesehatan masyarakat
Indonesia. Bakteri penyebab infeksi kulit salah satunya adalah Staphylococcus aureus. Pengobatan
untuk penyakit infeksi kulit karena Stapylococcus aureus digunakan antibiotik. Umbi bawang merah
menunjukan efek perlindungan terhadap kesehatan yang berasal dari tiga unsur penting dari bawang
merah yaitu Saponin, flavonoids dan alisin. Ketiga senyawa ini dapat memberikan efek antibakteri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ekstrak umbi bawang merah(Allium cepa
L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.
Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode sumuran. Perlakuan yang digunakan adalah membagi
ekstrak umbi bawang merah menjadi beberapa konsentrasi 0% (sebagai kontrol negatif), 60%, 80%
dan 100% yang ditanam pada media PCA, yang diamati adalah diameter zona bening menggunakan
jangka sorong yang merupakan zona hambat ekstrak umbi bawang merah.
Hasil penelitian dianalisis satstistik SPSS versi 19.0 for Berdasarkan uji One Way ANOVA didapatkan
hasil signifikansi sig. = 0,000. Dari hasil analisis dari uji Post Hoc Test ini pada perbandingan antara
konsentrasi 0%, 60%, 80% dan 100% didapatkan nilai α < 0,05 hal ini menunjukkan diantara keempat
konsentrasi tersebut memberikan efek yang berbeda secara signifikan. Pada uji T-test pada tabel
paired samples correlation menunjukkan bahwa nilai sig. 0,000 antrara konsentrasi saling
berhubungan dan menunjukan bahwa ekstrak umbi bawang merah (Allium cepa L.) dapat menghambat
bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro pada konsentrasi 60%, 80%, dan 100%, dan konsentrasi
efektif antibakteri ekstrak daun kemangi adalah konsentrasi ekstrak 100%.

Kata kunci : Antibakteri, Ekstrak Umbi Bawang Merah, Staphylococcus aureus.

ABSTRACT
Introduction: Infectious diseases have been a major problem for the health of Indonesians. One of the
bacteria that cause skin infections is Staphylococcus aureus. Treatment for skin infections due to
Staphylococcus aureus is using antibiotics. Onions show a protective effect on health that comes from
three important elements, which is saponin, flavonoids and alisin. These three compounds can give
antibacterial effects. The purpose of this study was to prove whether the onion extract (Allium cepa
L.) could inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria in vitro.
Antibacterial activity test using the well method. The treatment used was to divide the onion extract
into several concentrations of 0% (as negative control), 60%, 80% and 100% grown on PCA medium,
which was observed was the diameter of the clear zone using the sliding term which inhibition zone
extracts onion bulbs red.
The results of analyzed SPSS satstistik version 19.0 for Based on One Way ANOVA test obtained sig
significance results. = 0,000. From the results of the analysis of the Post Hoc Test on the comparison
between 0%, 60%, 80% and 100% concentration obtained α <0.05 this shows that among the four
concentrations has a significantly different effect. In the T-test test on the paired samples correlation
table shows that the sig value. 0.000 antrara interconnected concentrations and showed that onion
extract (Allium cepa L.) can inhibit Staphylococcus aureus bacteria in vitro at concentrations of 60%,
80%, and 100%, and the antibacterial effective concentration of basil leaf extract is the concentration
of 100% .

Key words : antibacterial, onion extract, Staphylococcus aureus.


Jurnal Farmasetis Volume 3 No 2, November 2014 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengeahui


Staphylococcus aureus merupakan salah aktivitas dan konstentrasi efekif ekstrak umbi
satu bakteri gram positif yang dapat bawang merah (Allium cepa L) sebagai
menyebabkan lesi permukaan pada kulit antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
secara in vitro.
seperti melepuh dan peradangan pada
folikel rambut. Infeksi serius dapat berupa METODE PENELITIAN
pneumonia, mastitis, meningitis, dan
infeksi saluran kemih. Infeksi bagian Penelitian ini dilakukan melalui pengujian
dalam biasanya berupa osteomyelitis dan eksperimental di laboratorium, desain
endocarditis (Subronto, 2003). penelitian yang dilakukan yaitu pra eksperimen
dengan jenis static group comparison. Bahan
Staphylococcus peka terhadap antibiotik ekstrak umbi bawang merah (Allium cepa L.)
beta lactam, makrolida, tetrasiklin, diuji untuk membuktikan adanya kemampuan
norobosin, kloramphenicol, fenol, dan daya hambat bakteri Staphylococcus aureus.
derivat-derivatnya. Tetapi penggunaan
antibiotik yang tidak rasional dan dalam Preparasi sampel
Bawang merah (Allium cepa L.) dipanen dari
jangka waktu yang cukup lama dapat
Desa Larangan Kab. Brebes. Umbi Bawang
menimbulkan efek samping yang serius merah yang diperoleh kemudian dikupas
mulai dari terjadinya resistensi terhadap kulitnya, lalu dicuci bersih, kemudian
bakteri, kerusakan hati, penurunan sel ditiriskan dan dipotong kecil-kecil.
darah putih, terjadinya kerusakan pada
otak, tendon pecah, koma, aritmia jantung, Ekstraksi
bahkan sampai menimbulkan kematian. Umbi bawang merah sebanyak 199, 7858 gram
Oleh karena itu diperlukan pengobatan diperkolasi dalam etanol 70% selama 4 jam,
alternatif yang lebih sederhana, murah, kemudian diuapkan diatas waterbath sehingga
kurang memberikan efek samping dan di hasilkan ekstrak umbi bawang merah
alami. Bahan yang diduga memiliki sifat sebanyak 43,0743 gram ekstrak umbi bawang
merah 100%.
antibiotik antara lain bawang merah
(Allium cepa L) (Dzulkarnain.B, 1996). Uji daya hambat
Media PCA yang sudah disisapkan dibuat
Bawang merah mengandung senyawa– sumuran (dilubangi) dengan diameter 6 mm
senyawa yang dipercaya berkhasiat sebagai sejumlah 4 (empat) buah dengan jarak antar
antiinflamasi dan antioksidan seperti sumuran sama, kemudian digores dengan
kuersetin yang bertindak sebagai agen suspensi bakteri yang telah disamakan
untuk mencegah sel kanker. Kuersetin, selain kekeruhannya dengan larutan standar ½ Mc
memiliki aktivitas sebagai antioksidan, juga Farland atau setara dengan 0,5 mm
dapat beraksi sebagai antikanker pada regulasi menggunakan alat DensiCHEK. Masing-
siklus sel, berinteraksi dengan reseptor masing sumuran diisi dengan ekstrak umbi
estrogen (ER) tipe II dan menghambat enzim bawang merah dengan tiga macam konsentrasi
tirosinkinase. (60%, 80%, 100%) masing-masing sebanyak
20 µl. Dibuat sebanyak 3x replikasi, dan
Kandungan lain dari bawang merah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.
diantaranya protein, mineral, sulfur, Setelah itu diamati daerah hambat atau zona
antosianin, kaemferol, karbohidrat dan serat. bening dan diukur diameternya dengan jangka
Dari hasil skrining fitokimia, didapatkan hasil sorong.
bahwa ekstrak umbi bawang merah (Allium
cepa L.) mengandung senyawa flavonoid Analisis Data
selain senyawa alkaloid, polifenol, Data hasil penelitian berupa diameter daerah
seskuiterpenoid, monoterpenoid, steroid dan hambat pertumbuhan bakteri, diukur dengan
triterpenoid serta kuinon (Putrasamedja dan jangka sorong dan dilakukan analisis data
Suwandi, 1996). dengan uji paired sampel t-test dengan
Jurnal Farmasetis Volume 3 No 2, November 2014 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

program SPSS (Statistical Product and Service


Solutions) versi 19.
23,18
HASIL PENELITIAN DAN 25,00

PEMBAHASAN 20,00 13,69 Control


15,00 60%
5,44 80%
Hasil uji daya hambat ekstrak umbi bawang 10,00
100%
merah dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan 5,00 0,00

pengukuran diameter zona bening yang 0,00


Ekstrak Umbi Bawang Merah
merupakan zona hambat dari ekstrak umbi
bawang merah dengan konsentrasi 60%, 80%,
dan 100% dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar 2. Grafik Hubungan antara
konsentrasi (%) dengan rata-rata diameter daya
hambat (mm) setelah dikurangi sumuran.
60%, 80%, 100% 100%
% Data yang diperoleh dianalisa dengan
menggunakan uji paired sample test, yang
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji paired sample test


berdasarkan SPSS antara perbandingan
80% 60% konsentrasi dengan nilai signifikan.
% %

Gambar 1. Daya hambat ekstrak umbi bawang Data penelitian dianalisis stastistik SPSS versi
merah konsentrasi 60%, 80% dan 100% 19.0 for Windows pada derajat kepercayaan
95% (α = 0,05). Berdasarkan uji One Way
ANOVA didapatkan hasil signifikansi sig. =
0,000. Ini menunjukkan ada perbedaan yang
bermakna antara pengaruh berbagai ekstrak
umbi bawang merah sebagai antibakteri
terhadap pertumbuhan koloni bakteri
Staphylococcus aureus.

Adapun hasil analisis dari uji Post Hoc Test ini


pada perbandingan antara konsentrasi 0%,
60%, 80% dan 100% didapatkan nilai α < 0,05
hal ini menunjukkan bahwa diantara keempat
konsentrasi tersebut memberikan efek yang
berbeda secara signifikan terhadap
pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus
aureus. Hal ini juga dapat dilihat pada uji T-
test pada tabel paired samples correlation
Tabel 1. Hasil Uji Hambat Ekstrak Umbi menunjukkan bahwa nilai sig. 0,000 yang
Bawang Merah (Allium cepa L.) terhadap artinya dari keempat konsentrasi tersebut
Bakteri Staphylococcus aureus setelah saling berhubungan dan pada tabel paired
dikurangi sumuran. sampeles test menunjukkan nilai sig. (2-tailed)
Jurnal Farmasetis Volume 3 No 2, November 2014 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

adalah 0.001 yang artinya dari keempat Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005.
konsentrasi tersebut memiliki daya antibakteri Mikrobiologi Kedokteran. Salemba
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Medika; Jakarta.
Jawetz, Melnick, Adelberg. 2007.
KESIMPULAN Mikrobiologi Kedokteran. EGC;
Ekstrak umbi bawang merah (Allium cepa Jakarta.
L.) mempunyai aktivitas antibakteri Lancaster, J, E. dan Boland M, J. 1990.
terhadap bakteri Staphylococcus aureus Flavor Biochermistry dalam :
secara in vitro. Brewster, J.L. Onions and Aliied
Crops, CRC Press.
Konsentrasi ekstrak umbi bawang merah Lay, B, W. dan Hastowo, S. 1992. Mikrobiologi.
paling efektif sebagai antibakteri terhadap Rajawali Press. Jakarta.
bakteri Staphylococcus aureus secara in Maksum, Radji. 2010. Buku Ajar
vitro adalah konsentrasi 100%. Mikrobiologi Panduan Mahasiswa
Farmasi dan Kedokteran. EGC;
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.
Aliero, A.A., Aliero, B.L., and Buhari, U., Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
2008. Preliminary Phytochemical and Penelitian Kesehatan Ed. Rev. Rineka
Antibacterial Screening of Cipta ; Jakarta.
Scadoxusmultiflorus, International Redaksi Trubus, 2010, Herbal Indonesia
Journal of Pure and Applied Science, Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara
vol. 4. Racik Volume 08, www.
Anief, M.,1998 Ilmu Meracik Obat. Gajah trubus.online.co.id.,
Mada University Press, Yogyakarta. Staf Pengajar FKUI, 1994, Buku Ajar
Anonim. 1997. Materia Medika Indonesia, Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi,
Jilid I. Departemen Kesehatan RI. Binarupa Aksara; Jakarta.
Jakarta. Stopler, M, C. 2009. Staphylo Infection.
Anonim. 1997. Farmakope Indonesia Edisi (Online)
III. Departemen Kesehatan RI. http://www.medicinenet.com/ Diakses
Jakarta. tanggal 28 November 2013.
Djuariah, D. dan Sumiati, E. 2003. Putrasamedja, S. Dan Suwandi.1996.
Perbaikan Teknologi Biji Botani Bawang Merah di Indonesia.
Bawang Merah Dengan Teknik Monograf no. 5. BALITSA. Lembang.
Polinasi Artificial. Laporan Hasil Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Penelitian BALITSA. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dwidjoseputro. D, 1998, Dasar - Dasar Waluyo, Lud.2007. Mikrobiologi Umum.
Mikrobiologi, Djambatan; Jakarta. UMM Press;Malang.
Harper, J, C. 2007. Acne Vulgaris. Yuindarto, A. 2009. Acne Vulgaris.
Brimington: Departemen of Fakultas Kedokteran Universitas
dermatology University of Alabama. Indonesia. Jakarta.
Jawetz, Melnick, Adelberg, 1996.
Mikrobiologi Kedokteran. EGC;
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai