ABSTRAK
Pendahuluan: Penyakit infeksi kulit sampai saat ini menjadi masalah utama kesehatan masyarakat
Indonesia. Bakteri penyebab infeksi kulit salah satunya adalah Staphylococcus aureus. Pengobatan
untuk penyakit infeksi kulit karena Stapylococcus aureus digunakan antibiotik. Umbi bawang merah
menunjukan efek perlindungan terhadap kesehatan yang berasal dari tiga unsur penting dari bawang
merah yaitu Saponin, flavonoids dan alisin. Ketiga senyawa ini dapat memberikan efek antibakteri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ekstrak umbi bawang merah(Allium cepa
L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.
Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode sumuran. Perlakuan yang digunakan adalah membagi
ekstrak umbi bawang merah menjadi beberapa konsentrasi 0% (sebagai kontrol negatif), 60%, 80%
dan 100% yang ditanam pada media PCA, yang diamati adalah diameter zona bening menggunakan
jangka sorong yang merupakan zona hambat ekstrak umbi bawang merah.
Hasil penelitian dianalisis satstistik SPSS versi 19.0 for Berdasarkan uji One Way ANOVA didapatkan
hasil signifikansi sig. = 0,000. Dari hasil analisis dari uji Post Hoc Test ini pada perbandingan antara
konsentrasi 0%, 60%, 80% dan 100% didapatkan nilai α < 0,05 hal ini menunjukkan diantara keempat
konsentrasi tersebut memberikan efek yang berbeda secara signifikan. Pada uji T-test pada tabel
paired samples correlation menunjukkan bahwa nilai sig. 0,000 antrara konsentrasi saling
berhubungan dan menunjukan bahwa ekstrak umbi bawang merah (Allium cepa L.) dapat menghambat
bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro pada konsentrasi 60%, 80%, dan 100%, dan konsentrasi
efektif antibakteri ekstrak daun kemangi adalah konsentrasi ekstrak 100%.
ABSTRACT
Introduction: Infectious diseases have been a major problem for the health of Indonesians. One of the
bacteria that cause skin infections is Staphylococcus aureus. Treatment for skin infections due to
Staphylococcus aureus is using antibiotics. Onions show a protective effect on health that comes from
three important elements, which is saponin, flavonoids and alisin. These three compounds can give
antibacterial effects. The purpose of this study was to prove whether the onion extract (Allium cepa
L.) could inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria in vitro.
Antibacterial activity test using the well method. The treatment used was to divide the onion extract
into several concentrations of 0% (as negative control), 60%, 80% and 100% grown on PCA medium,
which was observed was the diameter of the clear zone using the sliding term which inhibition zone
extracts onion bulbs red.
The results of analyzed SPSS satstistik version 19.0 for Based on One Way ANOVA test obtained sig
significance results. = 0,000. From the results of the analysis of the Post Hoc Test on the comparison
between 0%, 60%, 80% and 100% concentration obtained α <0.05 this shows that among the four
concentrations has a significantly different effect. In the T-test test on the paired samples correlation
table shows that the sig value. 0.000 antrara interconnected concentrations and showed that onion
extract (Allium cepa L.) can inhibit Staphylococcus aureus bacteria in vitro at concentrations of 60%,
80%, and 100%, and the antibacterial effective concentration of basil leaf extract is the concentration
of 100% .
Gambar 1. Daya hambat ekstrak umbi bawang Data penelitian dianalisis stastistik SPSS versi
merah konsentrasi 60%, 80% dan 100% 19.0 for Windows pada derajat kepercayaan
95% (α = 0,05). Berdasarkan uji One Way
ANOVA didapatkan hasil signifikansi sig. =
0,000. Ini menunjukkan ada perbedaan yang
bermakna antara pengaruh berbagai ekstrak
umbi bawang merah sebagai antibakteri
terhadap pertumbuhan koloni bakteri
Staphylococcus aureus.
adalah 0.001 yang artinya dari keempat Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005.
konsentrasi tersebut memiliki daya antibakteri Mikrobiologi Kedokteran. Salemba
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Medika; Jakarta.
Jawetz, Melnick, Adelberg. 2007.
KESIMPULAN Mikrobiologi Kedokteran. EGC;
Ekstrak umbi bawang merah (Allium cepa Jakarta.
L.) mempunyai aktivitas antibakteri Lancaster, J, E. dan Boland M, J. 1990.
terhadap bakteri Staphylococcus aureus Flavor Biochermistry dalam :
secara in vitro. Brewster, J.L. Onions and Aliied
Crops, CRC Press.
Konsentrasi ekstrak umbi bawang merah Lay, B, W. dan Hastowo, S. 1992. Mikrobiologi.
paling efektif sebagai antibakteri terhadap Rajawali Press. Jakarta.
bakteri Staphylococcus aureus secara in Maksum, Radji. 2010. Buku Ajar
vitro adalah konsentrasi 100%. Mikrobiologi Panduan Mahasiswa
Farmasi dan Kedokteran. EGC;
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.
Aliero, A.A., Aliero, B.L., and Buhari, U., Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
2008. Preliminary Phytochemical and Penelitian Kesehatan Ed. Rev. Rineka
Antibacterial Screening of Cipta ; Jakarta.
Scadoxusmultiflorus, International Redaksi Trubus, 2010, Herbal Indonesia
Journal of Pure and Applied Science, Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara
vol. 4. Racik Volume 08, www.
Anief, M.,1998 Ilmu Meracik Obat. Gajah trubus.online.co.id.,
Mada University Press, Yogyakarta. Staf Pengajar FKUI, 1994, Buku Ajar
Anonim. 1997. Materia Medika Indonesia, Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi,
Jilid I. Departemen Kesehatan RI. Binarupa Aksara; Jakarta.
Jakarta. Stopler, M, C. 2009. Staphylo Infection.
Anonim. 1997. Farmakope Indonesia Edisi (Online)
III. Departemen Kesehatan RI. http://www.medicinenet.com/ Diakses
Jakarta. tanggal 28 November 2013.
Djuariah, D. dan Sumiati, E. 2003. Putrasamedja, S. Dan Suwandi.1996.
Perbaikan Teknologi Biji Botani Bawang Merah di Indonesia.
Bawang Merah Dengan Teknik Monograf no. 5. BALITSA. Lembang.
Polinasi Artificial. Laporan Hasil Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Penelitian BALITSA. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dwidjoseputro. D, 1998, Dasar - Dasar Waluyo, Lud.2007. Mikrobiologi Umum.
Mikrobiologi, Djambatan; Jakarta. UMM Press;Malang.
Harper, J, C. 2007. Acne Vulgaris. Yuindarto, A. 2009. Acne Vulgaris.
Brimington: Departemen of Fakultas Kedokteran Universitas
dermatology University of Alabama. Indonesia. Jakarta.
Jawetz, Melnick, Adelberg, 1996.
Mikrobiologi Kedokteran. EGC;
Jakarta.