Anda di halaman 1dari 7

Makalah Hukum Islam

Disusun Oleh :

1. Athalia Indy 190903102062, Usaha Perjalan Wisata


2. Endah Respatiningsih 190810101006 , Ekonomi Pembangunan
3. Wildan Barisa 190910302002, Sosiologi
4. Anas Dwi Nur Wahyudi 190910302078, Sosiologi

Universitas Jember

2020
BAB I

PEMBAHASAN

A. Hukum Islam Merupakan Bagian dari Agama Islam


Islam dalam pengertian sebagai agama serta Islam dalam artian sebagai hukum itu
memiliki suatu letak perbedaan, yaitu dari segi ruang lingkupnya serta dari segi
fungsinya. Oleh karena itu perlu kita pahami terlebih dahulu dimana letak perbedaan
Islam sebagai suatu hukum serta Islam sebagai suatu agama. Hukum menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap
mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas atau bisa juga diartikan
sebagai undang-undang, peraturan dan sebagainya yang bertujuan untuk mengatur
kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut etimologi kata yang digunakan, istilah hukum
berasal dari kata hukum (arab) yang artinya norma atau kaidah yakni ukuran, tolak ukur,
patokan padoman yang dipergunakan untuk menilai tingkah laku manusia dan benda (M.
Daud Ali, 2007:44).

Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam.
Dasar dan kerangka hukum islam ditetapkan oleh Allah.

Hukum islam mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia yang lain serta hubungan manusia
dengan lingkungannya.

Hukum islam dikatakan sebagai bagian dari agama islam karena hukum islam ditetapkan
oleh Allah melalui wahyu nya dalam Al-Qur’an dan di jelaskan dalam sunah rasul.

Dengan mengikuti sistematik iman, islam, dan ikhsan yang berasal dari hadis Nabi
Muhammad SAW, kerangka dasar agama islam terdiri atas akidah, syariah, dan akhlak.

1. Akidah
Akidah adalah iman, keyakinan yang menjadi pegangan hidup setiap pemeluk agama
islam. Pembahasan tentang akidah dilakukan oleh ilmu tersendiri yang disebut ilmu
kalam yakni ilmu yang membahas tentang akidah atau ilmu tauhid yang membahas
tentang keesaan Allah. Akidah islam sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadist yang memuat sunnah Nabi Muhammad SAW perlu dirinci lebih lanjut oleh
orang yang memenuhi syarat agar dapat dijadikan pegangan oleh umat islam.

2. Syariah
Syariah adalah seperangkat norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, hubungan manusia dengan manusia lain, serta hubungan manusia dengan alam.
Norma ilahi yang mengatur hubungan itu berupa kaidah ibadah dan kaidah muamalah.
Kaidah ibadah adalah norma yang mengatur cara dan tata cara manusia berhubungan
langsung dengan Tuhan. Pembahasan mengenai kaidah ibadah antara lain thaharah,
shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan kaidah muamalah adalah norma yang mengatur
hubungan manusia dengan alamnya. Pada kaidah muamalah hanya pokok-pokok nya saja
ditentukan dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad, sedangkan perinciannya dapat
diatur oleh akal manusia sesuai dengan kondisi tertentu. Sebagai contoh dapat
dikemukakan misalnya mengenai larangan membunuh, merampok, dan mencuri selain
diatur dalam Al-Qur’an, larangan tersebut juga diatur dalam undang-undang.

3. Akhlak
Akhlak berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, siakp, tingkah laku, watak,
atau budi pekerti manusia terhadap penciptanya dan sesama manusia. Mengenai sikap
terhadap Allah ilmu yang mempelajarinya disebut “ilmu tasawuf”. Mengenai ilmu yang
mempelajari tentang sikap manusia terhadap makhluk yang sesama manusia disebut ilmu
akhlak. Sedangkan akhlak terhadap bukan manusia misalnya lingkungan dapat dilakukan
dengan menyadari bahwa semua yang tedapat di langit dan di bumi beserta seluruh isinya
adalah anugrah Allah kepada manusia yang harus dijaga kelestariannya.

B. Ruang Lingkup Hukum Islam


Para ulama membagi ruang hukum Islam (fiqh) menjadi 2 yaitu :

1. Ahkam al-Ibadat
Ahkam al-Ibadat, yaitu ketentuan – ketentuan atau hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhannya. Ahkam al-Ibadat ini dibedakan kepada
a. ibadat mahdlah adalah jenis ibadat yang cara, waktu atau tempatnya ditentukan,
seperti shalat, shaum, zakat, haji, nadzar, sumpah.
b. ibadat ghair mahdlah adalah semua bentuk pengabdian kepada Allah SWT, dan
setiap perkataan atau perbuatan yang memberikan manfaat kepada manusia pada
umumnya, seperti berbuat baik kepada orang lain, tidak merugikan orang lain,
memelihara kebersihan dan melestarikan lingkungan, mengajak orang lain untuk
berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk, dan lain – lain.
2. Ahkam al-Mu’amalat.
Ahkam al-Mu’amalat, yaitu ketentuan – ketentuan atau hukum yang mengatur
hubungan antar manusia (makhluk), yang terdiri dari :
a. Ahkam al-ahwal al-syakhshiyyat (hukum orang dan keluarga), yaitu hukum
tentang orang (subjek hukum) dan hukum keluarga, seperti hukum perkawinan,
dll.
b. Ahkam al-madaniyat (hukum benda), yaitu hukum yang mengatur masalah yang
berkaitan dengan benda, seperti jual – beli sewa – menyewa, pinjam – meminjam,
dll.
c. Ahkam al-jinayat (hukum pidana Islam), yaitu hukum yang berhubungan dengan
perbuatan yang dilarang atau tindak pidana (delict, jarimah) dan ancaman atau
sanksi hukum bagi yang melanggarnya (uqubat).
d. Ahkam al-aqidah wa al-murafa’at (hukum acara), yaitu hukum yang berkaitan
dengan acara di peradilan (hukum formil), umpama aturan yang berkaitan dengan
alat – alat bukti, seperti saksi, pengakuan sumpah, yang berkaitan dengan
pelaksanaan hukum dll.
e. Ahkam al-dusturiyah (hukum tata negara dan perundang – undangan), yaitu
hukum yang berkaitan dengan masalah politik, seperti mengenai pengaturan dasar
dan sistem negara, perundang – undangan dalam negara, syarat – syarat, hak dan
kewajiban pemimpin, hubungan pemimpinan dengan rakyat, dll
f. Ahkam al-dauliyah (hukum internasional), yaitu hukum yang mengatur hubungan
antar negara, baik dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang.
g. Ahkam al-iqtishadiyah wa al-maliyah (hukum perekonomian dan moneter), yaitu
hukum tentang perekonomian dan keuangan dalam suatu negara dan antarnegara.
Zainuddin Ali dalam bukunya membagi ruang lingkup hukum Islam ke dalam dua
kelompo besar, yaitu : 1). Hukum yang berkaitan dengan persoalan ibadah dan 2). Hukum
yang berkaitan dengan persoalan kemasyarakatan. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Hukum ibadat adalah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan


Tuhannya, yaitu iman, shalat, zakat, puasa dan haji.
b. Hukum kemasyarakatan, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya yang memuat :
1. Muamalah mengatur tentang harta benda (hak, obligasi kontrak, seperti jual –
beli, titipan, pengalihan utang, syarikat dagang dan lain – lain)
2. Munakahat, hukum yang mengatur tentang perkawinan dan perceraian serta
akibatnya seperti ‘iddah, nasab, nafkah, hak curatele, waris, dan lain – lain.
Hukum yang dimaksud bisa disebut hukum keluarga, dalam bahasa Arab
disebut al-ahwal al-syakhsiyyah. Cakupan hukum dimaksud biasa disebut
hukum perdata.
3. Ukubat atau jinayat, yaitu hukum yang mengatur tentang pidana seperti
mencuri, berzina, mabuk, menuduh berzina, pembunuhan serta akibat –
akibatnya. Ada bagian – bagaian lain yaitu :
A. Mukhashamat, yaitu hukum yang mengatur tentang peradilan;
pengaduan dan pembuktian, yaitu hal – hal yang berkaitan dengan
hukum acara perdata dan hukum acara pidana.
B. Siyar, yaitu hukum yang mengatur mengenai urusan jihad dan atau
perang, harta rampasan perang, perdamaian, perhubungan dengan
agama lain, dan negara lain. Oleh karena itu, syiar membicarakan
hukum perang, damai dan perbedaan kewarganegaraan. Hal
dimaksud, saat ini disebut hukum internasional
C. Ahkam al-Sulthaniyah, yaitu hukum yang membicarakan persoalan
hubungan dengan kepala negara, kementerian, gubernur, tentara,
dan pajak. Aturan tersebut, saat ini termasuk dalam hukum
konstitusional, administrasi dan fiskal.

C. Tujuan Hukum Islam


Setiap peraturan yang dibuat, mempunyai tujuan yang hendak dicapai oleh
pembuatnya. Demikian pula dengan hukum Islam, atau syari’at Islam, oleh Syari’ (Allah)
diturunkannya syari’at Islam untuk mengatur kehidupan manusia, baik selaku pribadi
maupun selaku anggota masyarakat. Berbeda dengan konsep hukum diluar hukum Islam yang
hanya ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia selaku anggota masyarakat. Dalam
pandangan hukum di luar hukum Islam, bahwa hukum itu sebagai hasil proses kehidupan
manusia bermasyarakat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Cicero , bahwa ubi societas ibi
ius (dimana ada masyarakat di sana ada hukum). Dalam tata aturan hukum di luar hukum
Islam, aturan yang berkaitan dengan kehidupan pribadi tidak dinamakan hukum, ia
dinamakan “moral” , “budi pekerti”, atau “susila”.

Peraturan yang dibuat menurut hukum positif (hukum di luar Islam) bertujuan untuk
sekedar ketentraman masyarakat, yaitu dengan jalan mengaturnya sebaik – baiknya dan
menentukan batas – batas hak dan kewajiban bagi tiap –tiap aggotanya dalam hubungannya
satu sama lain. Tujuan – tujuan yang bernilai tinggi dan abadi tidak menjadi perhatian aturan
– aturan pada hukum positif.

Berdasarkan statsmen tersebut, maka melakukan bunuh diri, makan bangkai ayam,
membuang tangan ke laut atau membakar harta milik sendiri, perbuatan – perbuatan tersebut
tidak merugikan orang lain, namun perbuatan yang demikian tetap diminta untuk
mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak, sekalipun di dunia tidak terkena sanksi atau
hukuman.

Perbuatan di atas, menurut hukum di luar Islam, bukan sesuatu yang terlarang, selama
tidak merugikan orang lain, atau merugikan masyarakat. Karena pada dasarnya perbuatan
pribadi seseorang yang tidak berkaitan dengan pribadi lain, termasuk norma moral.

1. Maqashid al daruriyat
2. Maqashid alhajiyat
3. Maqashid al tahsiniyat

Maqshid al daruriyat dimaksudkan untuk memelihara lima unsur pokok dalam kehidupan
manusia . maqashid al hajiyat untuk menjadikan pemeliharaan terhadap lima unsur pokok dan
terakhir maqashid al tahsiniyat dimaksudkan supaya manusia melakukan yang terbaik untuk
penyempurnaan pemeliharaan lima unsur pokok tersebut. Tidak terwujudnya daruriyat maka
dapat merusak kehidupan manusia di dunia dan di akhirat secara keseluruhan. Pengabaian
kepada aspek hajiyat tidak sampai merusak tetapi hanya membawa pada kesulitan bagia
manusia sebagai mukallaf dalam merealisasikanya, sedangkan pengabaian terhadap unsur
tahsiniyat membawa pemeliharaan lima unsur pokok tidak sempurna.

Tujuan hukum islam menurut mardani bisa dilihat dari 2 segi yakni

A. Segi pembuat hukum islam yaitu Allah dan Rasulnya

Kalau dulihat dari segi pembuat hukum islam tujuan hukum islam pertama untuk
memenuhi keperluan hidup manusia yang bersifat premier sekunder dan tersier. Yang disebut
daruriyat hajiyat tahsiniyat. Kebutuhan primer atau daruriyat adalah kebutuhan yang utama
harus dilindungi dan dipelihara sebaik baiknya oleh hukum islam agar terciptanya
kemaslahatan bagi manusia di dunia dan di akhirat, kebutuhan sekunder hajiyat kebutuhan
yang diperlukan untuk mencapai kehidupan primer kebutuhan tersier tahsiniyat kebutuhan
hidup manusia selain dari sifat primer dan sekunder. Kedua, tujuan hukum islam adalah
untuk ditaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan sehari hari. Ketiga, supaya bisa
diterapkan dalam kehidupan maka manusia harus paham tentang hukum islam mulai dari
fiqih dsb.

B.Pelaku Hukum (manusia)

Tujuan hukum islam adalah untuk mencapai kehidupan yang berbahagia dan sejahtera
caranya mengambil yang bermanfaat dan mencegah yang merugikan .

Para ulama ahli ushmembagi tujuan hukum islam menjadi 3 :

1. Untuk memelihara al umur al dharuriyah dalam kehidupan manusia yaitu sendi sendi
yang harus ada supaya tercipta kemaslahatan . artinya bila sendi sendi itu tidak ada
maka kehidupan akan kacau balau, kemaslahatan tidak tercipta dan kebahagiaan tidak
tercapai.
2. Untuk memenuhi al umur alhajiyat dalam kehidupan manusia. Yaitu hal hal yang
sangat dihajatkan manusia untuk menghilangkan kesulitan kesulitan dan menolak
halangan. Jika tata aturan hidup tidak ada tidak sampai membuat kacau balau
melainkan hanya mensyulitkan saja.
3. Untuk merealisasikan al umur al tahsiniyat yaitu tindakan dan sifat yang harus dijauhi
oleh akal yang sehat dipegangi oleh adat kebiasaan yang bagus dan dihajati oleh
kepribadian yang kuat. Itu semua bagian dari sopan santun akhlakuk karimahuntuk
menuju ke kesempurnaan . artinya bila altahsiuniyyat tidak terlaksana tidak akan
menimbulkan kekacauan sebesar dharuriyat dan tidak membawa kesulitan seperti
hajiyat tetapi di anggap kurang harmonis.

Guna mendapatkan gambaran yang utuh tentang teori tujuan hukum islam berikut penjelasan
tentang kelima unsur pokok dengan peringkatnya masing masing. Yaitu agama, jiwa, akal,
dan harta.

1. Memelihara agama
Menjaga atau memelihara agama, berdasarkan kepentinganya ada 3 tingkatan. A.
Memelihara dalam peringkat duriyat yaitu memelihara serta melaksanakan hukum islam
atau kewajiban sebagai muslim . B. Memelihara dalam peringkat hajiyat yaitu
melaksanakan ketentuan agama atau bagian primer yang tidak dikerjakan tidak akan rusak
tapi menganggu kemaslahatan. C. Memelihara dalam tingkat tahsiniyat yaitu mengikuti
petunjuk guna menjujung tinggi martabat manusia.
2. Memelihara jiwa
Memelihara djiwa dalam tingkat kepentingan : daruriyat memenuhi kenutuhan pokok
seperti makanan atau kebutuhan primer. Hajiyat yaitu diperbolehkan berburu
binatang untuk menikmati makanan yang lezat . tahsiniyat ditetapkan tata cara makan.
3. Memelihara akal
Memelihara akal dilihat dari segi kepentingan : daruriyat seperti diharamkan minum
minuman keras , hajiyat seperti kewajiban menuntut ilmu. Tahsiniyat menghindarkan
diri dari menghayal yang berlebihan.
4. Memelihara keturunan
Ditinjau dari segi kebutuhan duriyat seperti disyariatkan nikah dan larangan berzina.
Hajiyat seperti menyebutkan mahar si suami pada saat nikah/ ijab qabul. Tahsiniyat
seperti disyariatkan walimah pada pernikahan.
5. Memelihara harta
Dilihat dari segi kepentinganya duriyat seperti syariat tentang cara pemilikan harta
hajiyat syariat tentang jual beli, dan tahniyyat menghindarkan diri dari percobaan
menipu.

Anda mungkin juga menyukai