Ekonomi Digital
a. Definisi Ekonomi Digital
Menurut Encarta Dictionary, ekonomi digital memiliki pengertian “transaksi bisnis yang ada
di Internet”. Ekonomi digital juga berarti penggunaan teknologi informasi secara luas
meliputi pemanfaatan perangkat lunak, perangkat keras, aplikasi serta telekomunikasi pada
setiap aspek perekonomian yang meliputi pengadaan, pendistribusian, penjualan, barang dan
jasa serta transaksi keuangan.
Ekonomi digital bukan merupakan konsep akademis atau komersial tetapi merupakan realitas
yang secara resmi telah diakui oleh otoritas publik seperti Eropa yang bertujuan sebagai salah
satu dari 10 prioritasnya untuk tahun – tahun berikutnya untuk menciptakan pasar digital
bersama (Commission, 2019).
Selain itu ekonomi digital bukan berisikan tentang jaringan teknologi, mesin pintar tetapi
masa dimasa Sumber Daya Manusia yang menggabungkan jaringan manusia dengan
teknologi yang dimana kecerdasan, kreativitas dan pengetahuan tersebut digunakan untuk
terobosan dalam menciptakan kekayaan dan pembangunan sosial. Ekonomi digital tersebut
menjelaskan hubungan antara ekonomi baru, bisnis baru dan teknologi baru, karena manusia
dan teknologi saling berhubungan satu sama lain dan muncullah ekonomi digital.
b. Konsep Ekonomi Digital
Defisini diatas (Ekonomi Digital) memberikan pengakuan bahwa teknologi digital dari
beberapa jenis adalah dasar untuk ekonomi digital.
Sumber Pendekatan Konseptual Pendekatan Utama
The Digital Economy Ekonomi digital terdiri dari E – commerce dan teknologi
(OECD, 2012) pasar yang didasarkan pada digital berada dalam fokus
teknologi digital yang tetapi pengaruhnya terhadap
memfasilitasi perdagangan masyarakat jauh melebihi
barang dan jasa melalui e – ruang digital.
commerce. Perluasan sektor
digital telah menjadi
pendorong utama
pertumbuhan ekonomi
dalam beberapa tahun
terakhir dan pergeseran
menuju dunia digital telah
berdampak pada masyarakat
yang jauh melampaui
konteks teknologi digital
saja
Thomas L Mesenbourg Tiga komponen dari konsep Terdiri dari E – Commerce
Measuring the Digital ekonomi digital dapat dan E – bisnis yang
Economi (Mesenbourg, diidentifikasikan : didukung oleh infrastruktur
2001) Infrastruktur bisnis TIK
elektronik (perangkat
lunak, perangkat
keras, aplikasi serta
telekomunikasi dan
jaringan)
E – bisnis
(bagaimana bisnis
dijalankan, setiap
proses yang
dilakukan organisasi
melalui jaringan
yang dimediasi
komputer)
E – Commerce
(pengiriman barang,
misalnya ketika
sebuah buku dijual
secara online)
Mohamed E. Gumah and Secara umum Pendekatannya terbatas
Zulikha Jamaluddin “What mendefinisikan ekonomi terutama berfokus pada
is the Digital Economy and digital sebagai pengguna teknologi informasi dalam
How to Measure It (Gumah teknologi informasi untuk manajemen dan pemasaran
and Jamaluddin, 2006) banyak proses utamanya
seperti perencanaan,
manajemen, dan pemasaran
2. Perkembangan Ekonomi Digital 1.0 2.0 3.0 dan 4.0 di Indonesia dan Negara lain Pada
Sektor Industri
a. Sektor Industri
Revolusi industri merupakan suatu istilah, dimana menunjukkan terjadinya perubahan-
perubahan manusia dalam proses produksinya di sektor Industri.
Revolusi industri 1.0 pertama kali muncul pada tahun 1750 an. Saat itu
terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam
terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Sebelum munculnyarevolusi
industri 1.0 sistem perekonomian masyarakat Eropa bergantung kepada sistem
ekonomi agraris. Akan tetapi, revolusi industri 1.0 muncul sehingga mulai digunakan
tenaga mesin sebagai alat produksi di pabrik–pabrik dengan menggantikan tenaga
manusia. Perubahan inilah yang disebut dengan Revolusi industri. Revolusi adalah
perubahan sosial serta kebudayaan yang akan berlangsung secara tepat serta akan
menyangkut dengan perkenalan mesin uap (dengan menggunakan batu bara sebagai
bahan bakar) dan ditenagai oleh Mesin (terutama dalam produksi tekstil).
Revolusi industri 1.0 melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan
oleh kemunculan mesin. Revolusi industri 1.0 ditandai dengan adanya penemuan
mesin uap (alat tenun, kereta api, dll.) sehingga tenaga hewan dan manusia tidak
lagi digunakan mengakibatkan banyaknya pengangguran walaupun jumlah produksi
meningkat. Penemuan mesin uap juga membuat meningkatnya perekonomian dan
penghasilan perkapita negara menjadi enam kali lipat sehingga dapat membuat sebuah
perubahan-perubahan baru yang akan melahirkan kembali sebuah revolusi industri
dengan perkembangan yang lebih maju.
Revolusi Industri ini membawa dampak yang lebih besar baik dalam suatu kehidupan
masyrakat baik itu dalam sosial, budaya, ekonomi, dan Teknologi. Tidak hanya
membawa dampak yang negatif saja tetapi juga membawa dampak positifnya.
Revolusi Industri 1.0 menggantikan tenaga manusia dengan mesin sehingga
kesejahteraan masyrakat menurun hal ini berdampak pada faktor sosial, budaya dan
ekonomi yang mengakibatkan politik menjadi kurang stabil. Dampak positif adanya
Revolusi Industri 1.0 membawa suatu negara ke arah yang lebih maju dalam bidang
teknologi dan pengetahuan digunakan untuk memudahkan kehidupan manusia dalam
kehidupan sehari–hari dan meringankan beban hidupnya tersebut.
James Watt pada tahun 1769 menemukan mesin uap. Mesin uap digunakan untuk
menggerakkan mesin-mesin industri terutama pada pabrik-pabrik tekstil. Pada
awalnya pabrik-pabrik di Inggris didukung oleh tenaga air. Oleh karena itu, pabrik
harus didirikan di dekat sungai. Dengan menggunakan bahan bakar batu bara, mesin
uap temuan Watt, menyebabkan pabrik-pabrik tidak bergantung lagi pada tenaga air
dan dapat didirikan di mana saja.
Selain mesin uap, penemuan lain juga mendorong adanya Revolusi Industri yang
dilakukan oleh Abraham Darby dengan menggunakan batu bara untuk melelehkan
besi sehingga menghasilkan yang lebih baik. Dengan kedua penemuan ini momentum
Revolusi Industri di Inggris mulai berkembang lebih maju.
Revolusi Industri 1.0 dipicu oleh pembangunan rel kereta api dan penemuan mesin
uap, hal itu mendorong produksi secara mekanis di sektor-sektor industri lainnya. Era
Revolusi Industri 1.0 yang ditandai dengan revolusi industri di Inggris. Revolusi ini
menyebabkan terjadinya perubahan besar-besaran yang terjadi pada semua aspek
kehidupan manusia. Revolusi industi 1.0 berawal dari Britania Raya dan kemudian
menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan hingga menyebar ke
seluruh dunia. Revolusi industri 1.0 ditandai terjadinya titik balik besar dalam seiarah
dunia karena hampir setiap aspek kehidupan ekonomi dan sosial dipengaruhi oleh
revolusi industri, khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan
pendapatan rata-rata yang berkelanjutan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para
pelaku sejarah mencatat bahwa kegiatan pariwisata dimulai di Inggris pun merupakan
dampak dari revolusi industri ini dengan munculnya kelompok kelas menengah dan
transportasi yang murah.
Revolusi Industri 1.0 menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia,
hampir seluruh aspek kehidupan dipengaruhi oleh Revolusi Industri. Salah satu
penemuan yang cukup berpengaruh adalah penemuan mesin uap oleh James Watt
pada tahun 1765. Dari penemuan mesin uap inilah berkembang berbagai transportasi
modern seperti kereta api dan kapal uap. Memasuki zaman Liberal pada tahun 1870,
kelompok pengusaha Belanda mulai memainkan peranan penting dalam
perekonomian Indonesia seperti perkebunan, pabrik pengolahan hasil perkebunan,
perdagangan dan pertambangan. Pada saat masa sistem tanam paksa dan pada masa
Liberal terdapat kesulitan lain yang harus diatasi oleh pemerintah kolonial dan
kalangan swasta Belanda mengenai masalah transportasi.
Pada awalnya pengangkutan hasil produksi diangkut oleh alat angkut tradisional
berupa dipikul orang, diangkut dengan kereta atau gerobak yang ditarik oleh hewan
dan diangkut oleh perahu melalui sungai. Menjelang pertengahan abad ke-19
diadakan peningkatan pembangunan jalan dengan menggunakan tenaga kerja wajib
(heerediensten). Meskipun pembangunan prasarana transportasi terus berjalan, akan
tetapi kebutuhan pengangkutan orang dan barang masih belum terpenuhi. Hal ini
dikarenakan, kualitas prasarana rendah dan sarana transportasi yang tersedia belum
memadai untuk kebutuhan pengangkutan. Selain jalan darat terdapat juga jalan air
atau sungai untuk menuju kota Pelabuhan.
Sarana-sarana jalan besar atau kecil sudah tidak memadai lagi untuk hubungan
dengan daerah pedalaman. Contoh: dari pedalaman ke pelabuhan yang berjarak
ratusan kilometer dengan menggunakan gerobak dapat dicapai dalam beberapa
minggu bahkan beberapa bulan mengakibatkan barang yang akan diekspor terlambat
untuk tiba di pelabuhan sehingga barang akan menumpuk lama di gudang-gudang
daerah pedalaman dan menjadi turun kualitasnya. Keadaan inilah yang pada akhirnya
mendorong pihak Belanda untuk melakukan modernisasi transportasi. Kereta api
menjadi pilihan alat transportasi yang dikembangkan, untuk memajukan transportasi
yang ada. Ide ini muncul dari Kolonel Jhr. Van Der Wijk. Hingga akhirnya pada
tanggal 28 Mei pemerintah mengeluarkan keputusan untuk membangun jalur kereta
api Semarang- Yogyakarta-Surakarta pada tanggal 28 Mei 1842, dan konsensi
diberikan kepada perusahaan kereta api sawasta Nederlandsch Indische Spoorweg
Maatschapij (NISM).
Revolusi Industri 2.0 atau dikenal dengan revolusi teknologimuncul pada awal abad
20 ditandai dengan penemuan listrik oleh Nikola Tesla dan Thomas Alva Edison yang
membuat sistem kerja listrik sebagai sumber penggerak mesin. Meskipun demikian,
masih ada kendala yang menghambat proses produksi di pabrik, yaitu masalah
transportasi. Ketika industri transportasi roda empat mengalami kesulitan alur
produksi hingga menjadi mobil utuh, mulai ada titik terang. Pada tahun 1913, dengan
terciptanya lini produksi atau assemblyline yang menggunakan ban berjalan
atau conveyorbelt, yang membuat proses produksi menjadi lebih mudah. Para perakit
mobil dilatih untuk menjadi spesialis yang mengurus satu bagian saja dan melakukan
pekerjaannya dengan bantuan alatlistrik yang jauh lebih mudah dan murah.
Pada periode ini terjadi kemajuan industri yang sangat cepat di Inggris, Jerman,
Amerika, Perancis, dan jepang. Selanjutnya revolusi industri ini menyebar ke seluruh
Eropa dan Amerika. Revolusi industri 2.0 ini merupakan kelanjutan yang tidak
terpisahkan dari revolusi industri sebelumnya yang mulai di Inggris pada abad ke-18.
Revolusi teknologi dimana dalam periode ini terjadi lompatan besar dan radikal dalam
perkembangan teknologi dan budaya masyarakat. Inovasi pada periode ini merupakan
pengembangan industri sebelumnya dengan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi
dan berlangsung sekitar tahun 1900- 1960 yang memiliki ciriditandai dengan
ditemukannya mekanisasi sistem produksi massal dengan menggunakan jalur
perakitan yang lebih efektif dan efisien, serta adanya standarisasi mutu dan kualitas.
Beberapa inovasi dan kemajuan pada periode Revolusi Industri 2.0 antara lain :
1. Pengembangan sumber daya energi seperti minyak bumi, batu bara sebagai
sumber bahan bakar baru.
2. Periode awal teknologi listrik yaitu penemuan arus listrik AC dan DC yang
bisa difungsikan untuk pembuatan motor listrik (elektrifikasi).
3. Inovasi baru produksi besi dan baja dalam skala besar.
4. Produksi massal mobil dan pesawat sebagai alat transportasi massal.
5. Meluasnya pemakaian mesin industri untuk manufaktur.
6. Meluasnya penggunaan telegraf yang memungkinkan untuk melakukan
komunikasi jarak jauh (Kusnandar)
Di Indonesia
Indonesia mulai memasuki era Industrialisasi pada Tahun 1826 era Industri Indonesia
dimulai pada jaman kolonial Belanda. Yang mengejutkan, dari beberapa fakta,
ternyata era Industri ini berdekatan waktunya dengan awal perkembangan Industri di
Inggris dan Amerika, yaitu abad ke-18. Industri di Indonesia dimulai bersamaan
dengan awal perkembangan Pabrik-pabrik Gula di Jawa. Gula menjadi komoditas
utama pada jaman kolonial Belanda. Awalnya pengolahan tebu menjadi gula masih
tradisional dan sederhana. Tahun 1826, Indonesia pada jaman Hindia Belanda telah
memiliki tiga pabrik gula menggunakan mesin - mesin produksi dan SteamEngine
( Ketel Uap ). Inilah titik awal lahirnya Industri di Indonesia. Pada tahun 1837 – 1838
didirikan pabrik-pabrik gula meggunakan mesin-mesin yang lebih modern di wilayah
wonopringgo, Sragie, dan Kalimatie. Pertumbuhan industri ini menyebabkan
tingginya permintaan akan tenaga kerja. Pada masa inilah, sejarah panjang tenaga
kerja kontrak di mulai dan pendorong penerapan sistem tanam paksa ( cultuurstelsel )
tahun 1830 untuk mendapatkan suplay tenaga kerja dan bahan baku (tebu) dengan
biaya yang murah.
Setiap revolusi mempunyai suatu penanda yang menjadi bukti bahwa terjadi
perkembangan, revolusi industri 1.0 memiliki penanda utama berupa lahirnya mesin
uap untuk industri yang kegunaannya menggantikan tenaga otot. Penanda revolusi
industri 2.0 adalah lahirnya teknologi listrik, tetapi kegunaan manusia masih sangat
penting dalam proses produksi barang. Untuk revolusi industri 3.0 dimulai pada tahun
1960-an, pada revolusi ini peranan manusia hanya sedikit dibutuhkan atau dikurangi.
Terjadi perubahan secara besar pada revolusi industri 3.0 ini adalah pada penggantian
manusia sebagai tenaga kerja atau sebagai tenaga produksi, karena pada era ini
tenaga manusia banyak digantikan atau dikurangi oleh mesin yang bergerak dan
dapat berpikir secara otomatis. Revolusi 3.0 ditandai dengan lahirnya mesin pintar
yang berteknologi khusus yaitu komputer dan robot, pada abad revolusi ini juga
disebut sebagai abad informasi. Penggunaan komputer pada industri mengurangi
peran manusia sehingga pada revolusi ini terjadi digitalisasi pada proses produksi.
Kemajuan teknologi informasi mempermudah pekerjaan manusia dalam
melaksanakan aktivitas, karena dapat dikendalikan oleh komputer yang dikenal
dengan istilah komputerisasi, manusia tidak lagi mengendalikan mesin industri dan
mulai menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem otomatisasi
berbasis komputer yang membuat produksi menjadi semakin mudah dan tidak
membutuhkan waktu lama dalam proses produksi atau menyelesaikan sebuah
pekerjaan. Seperti mengirim dokumen, menghitung formula yang rumit, hingga
sampai membuat pencatatan keuangan. Dalam dunia manufaktur, Revolusi Industri
3.0 dapat dikatakkan sebagai revolusi yang sangat penting, karena manufaktur
menuntut ketepatan dan ketelitian yang sangat tinggi, dimana kemampuan manusia
yang belum mumpuni, penggunaan teknologi menjadi solusi yang tepat, sehingga
produksi dalam jumlah besar dapat dilakukan secara otomatis, cepat, dan juga
berkualitas. Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimulainya Revolusi
Industri 3.0. Proses revolusi industri ini jika dikaji dari sudut pandang seorang
sosiolog Inggris yang bernama David Harvey, beliau mengatakan bahwa sebuah
proses pemampatan ruang dan waktu. Ruang dan waktu semakin terkompresi dan
semakin memuncak pada revolusi tahap 3.0, yakni revolusi digital. Waktu dan ruang
tidak lagi berjarak, revolusi 3.0 menyatukan keduanya. Sebab itu, era digital sekarang
mengusung sisi kekinian (real time). Pada periode ini th 1960-2010 melahirkan
inovasi pengembangan sistem perangkat lunak untuk memanfaatkan perangkat keras
elektronik. Banyak penemuan-penemuan dan pembuatan perangkat elektronik yang
memungkinkan untuk melakukan otomatisasi operasional mesin-mesin menggantikan
peran operator produksi. Beberapa inovasi dan kemajuan pada periode Revolusi
Industri 3.0 antara lain :
1. Teknologi komputer.
2. Akses internet.
3. Peralatan elektronik smartphone.
4. Inovasi sistem perangkat lunak.
5. Inovasi dan pengembangan sumber energi baru.
Yang mengusung kekinian, revolusi industri 3.0 mengubah pola relasi dan
komunikasi masyarakat kontemporer. Praktik bisnis pun mau tidak mau harus
berubah agar tidak tertelan zaman.Namun, revolusi industri ketiga juga memiliki sisi
yang layak diwaspadai. Teknologi membuat pabrik-pabrik dan mesin industri lebih
memilih mesin ketimbang manusia. Apalagi mesin canggih memiliki kemampuan
berproduksi lebih berlipat. Konsekuensinya, pengurangan tenaga kerja manusia tidak
terelakkan. Selain itu, reproduksi pun mempunyai kekuatan luar biasa. Hanya dalam
hitungan jam, banyak produk dihasilkan. Jauh sekali bila dilakukan oleh tenaga
manusia. Lalu pada revolusi industri generasi 4.0, manusia telah menemukan pola
baru ketika disruptif teknologi (disruptive technology) hadir begitu cepat dan
mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent. Era ini yang ditandai
dengan hadirnya Internet of Things, Big Data, Articial Intelligence, Human Machine
Interface, Robotic and Sensor Technology, 3D Printing Technology.
Lebih dari itu, pada era industri generasi 4.0 ini, ukuran besar perusahaan tidak
menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih
prestasi dengan cepat. Sejalan dengan perkembangan Revolusi Industri 4.0 tersebut,
perusahaan membutuhkan pekerja dengan keterampilan baru, yang mungkin tidak
ada sebelumnya. Beberapa bidang pekerjaan akan mengalami peluang untuk
berkembang pesat, sementara bidang pekerjaan yang lain mungkin akan menurun.
Dalam survei yang diadakan oleh World Economic Forum (Future of Jobs
Survey2018), diketahui terdapat 4 (empat) tren Kalau kita perhatikan tahap revolusi
dari masa ke masa timbul akibat dari manusia yang terus mencari cara termudah
untuk beraktitas. Setiap tahap menimbulkan konsekuensi pergerakan yang semakim
cepat. Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan umat manusia. Berdasarkan
survey tersebut, hingga tahun 2022, diperkirakan akan terdapat 92% perusahaan
global yang akan mengadopsi penggunaan big data analytics sebagai salah satu
teknologi utama. teknologi yang akan mendominasi industri pada tahun 2018-2022
yaitu: high-speed mobile internet, articial intelligence, big data analytics, dan cloud
technology. Keempat teknologi tersebut diyakini akan banyak mempengaruhi
perkembangan bisnis perusahaan.
Proporsi cukup besar akan terjadi untuk penggunaan teknologi lainnya seiring
dengan Revolusi Industri 4.0, seperti; Internet of Things, machine learning, dan
cloud computing. Hampir 50% perusahaan mengharapkan bahwa otomatisasi
(automation) akan dapat meningkatkan esiensi mereka pada tahun 2022, dan 38%
dari bisnis yang disurvei berharap penggunaan automation dapat memperluas tenaga
kerja mereka ke peran yang lebih kreatif dan strategis. Beberapa bidang pekerjaan
yang kebutuhannya akan meningkat sehubungan dengan Revolusi Industri 4.0 antara
lain: Software & Applications Developers / Analysts, Data Analysts and Scientists
dan Robotics Specialists and Engineers.
Industri Fintech di Indonesia
Arner, Barberis, dan Buckley (2015) menjelaskan bahwa istilah ntech mengacu
pada penggunaan teknologi untuk memberikan solusi keuangan. istilah ntech
dapat diartikan sebagai bentuk implementasi dan pemanfaatan teknologi untuk
peningkatan layanan jasa perbankan dan keuangan. industri ntech saat ini
didorong oleh kebutuhan dari pelanggan atau market industri tersebut. Inovasi-
inovasi yang dilakukan oleh para pelaku startup di industri ntech ditujukan untuk
menjawab kebutuhan pelanggan, serta menyesuaikan dengan tren perilaku
pelanggan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan paradigma dalam industri
di sektor keuangan.
Eropa diperkirakan berada di ambang revolusi industri keempat, yaitu Industri 4.0
(I4). Revolusi ini dapat dianggap sebagai “transformasi menyeluruh dari seluruh
bidang produksi industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet
dengan industri konvensional” [1]. Tujuan seperti kemampuan untuk menghasilkan
ukuran batch satu sementara mencapai skala ekonomi sebanding dengan produksi
massal [2], sering digunakan untuk berkomunikasi dan memotivasi dan Revolusi
Industri 4.0 masuk pada tahun 2011, salah satunya di negara UK (Inggris).
Inovasi dapat dikatakan sebagai didorong oleh pengaruh pemerintah seperti proyek
Industri 4.0 yang terutama diprakarsai oleh pemerintah Jerman dan laporan
pemerintah Jerman dan diikuti oleh negara Inggris (UK). Menurut Engel (2015, p36)
inovasi merupakan pendorong utama di seluruh dunia untuk “meningkatkan vitalitas
ekonomi dan daya saing masyarakat, wilayah, dan bangsa”. Ia juga menjelaskan, hal
ini dapat dirangsang oleh berbagai faktor dan kebijakan yang diterapkan di berbagai
kawasan di dunia.Namun, Industri 4.0 tidak hanya berisi tentang TIK bahkan lebih
dari itu yaitu melainkan berisi tentang Cyber-Physical-Systems (CPS) misalnya,
yang menghubungkan dunia fisik dengan dunia virtual. Ini pada akhirnya bertujuan
untuk jaringan yang pabrik juga disebut pabrik pintar melalui penciptaan Internet of
Things and Services.
Menurut Kagermann dkk. (2013) Industri 4.0 mengandung banyak peluang untuk
pengembangan masa depan di banyak bagian kehidupan bisnis yaitu Mengenai
memenuhi kebutuhan pelanggan individu, fleksibilitas, pengambilan keputusan yang
dioptimalkan , produktivitas sumber daya, menciptakan peluang nilai, menanggapi
perubahan demografis di tempat kerja dan keseimbangan kehidupan kerja.
Seberapa jauh Inovasi harus tertanam dalam sebuah perusahaan ditunjukkan oleh
Hamel (2007)yang menulis bahwa tiga tantangan yang paling berat adalah :
Selain inovasi, juga terdapat CPS adalah sistem yang “menawarkan integrasi
komputasi, jaringan, dan proses fisik”.
Sistem ini memiliki perangkat lunak yang saling terkait dan instance fisik yang
berkomunikasi satu sama lain. Dalam Transformasi Digital menurut Murray dkk.
(2016) menjelaskan, bahwa Internet of Things (IoT) akan menciptakan nilai. IoT
adalah singkatan dari berbagai teknologi yang akan mengubah cara manusia dan
mesin akan berinteraksi. Hal ini akan mempengaruhi pengetahuan pekerja serta tidak
mempengaruhi pelanggan. Internet of Things (IoT) ini memunculkan sesuatu yang
bernama Business Process Management (BPM) menurut Zairi (1997, p64)
mendefinisikan BPM sebagai "pendekatan terstruktur untuk menganalisis dan terus
meningkatkan kegiatan mendasar seperti manufaktur, pemasaran, komunikasi dan
elemen utama lainnya dari operasi perusahaan". Dan menekankan pentingnya aspek
kunci dalam bisnis yang sistem kualitas, struktur kualitas, strategi dan manajemen
proses. Dalam Transformasi Digital, Murray dkk. (2016) menjelaskan, bahwa
Internet of Things (IoT) akan menciptakan nilai. IoT adalah singkatan dari berbagai
teknologi yang akan mengubah cara manusia dan mesin akan berinteraksi. Hal ini
akan mempengaruhi pengetahuan pekerja serta tidak mempengaruhi pelanggan.
Sehingga dalam IoT akan menggabungkan antara CPS dan BPM yang menerapkan
dalam "lingkungan manufaktur Pabrik Cerdas".
Kehadiran ekonomi digital dirasakan dengan semakin maraknya bisnis dan perdagangan
yang menggunakan internet sebagai media komunikasi dan kolaborasi hubungan antar
perusahaan maupun individu. Di era tahun 1990 an, hampir di seluruh dunia dipengaruhi
oleh revolusi internet, yang dampak utamanya adalah menurunnya biaya dalam transaksi
keuangan. Pertumbuhan tingkat pengguna smartphone pada pertengahan 2000-an
memengaruhi tingkat pertumbuhan keuangan seluler, seperti pembayaran seluler
maupun mobile banking, yang merupakan perpanjangan dari jasa keuangan. Lembaga
keuangan memberikan akses kepada pengguna mobile banking untuk mengakses
informasi rekening bank dan melakukan pembayaran tagihan dan pengiriman uang
melalui perangkat seluler yang mereka gunakan. Kemajuan teknologi yang didorong
dengan revolusi internet telah mengubah industri keuangan yang mengarah pada
perubahan layanan keuangan elektronik. Perubahan ini terlihat pada hampir semua
bentuk layanan keuangan seperti perbankan, asuransi bahkan perdagangan saham
dilakukan dengan menggunakan media elektronik. Sistem layanan keuangan
memudahkan orang atau institusi untuk mengakses akun, melakuan transaksi bisnis dan
melakkan transaksi tanpa harus melakukan kontak fisik serta memperoleh informasi
mengenai produk atau layanan tanpa harus datang ke tempat jasa keuangan, karena bisa
dilakukan dengan online, perubahan ini muncul akibat adanya perkembangan ekonomi.
Sistem keuangan online ini mempunyai potensi tersendiri menurut perbankan, dimana
dalam melakukan transaksi biaya operasional menjadi lebih murah. Sektor keuangan
adalah hal yang tidak akan bisa dipisahkan dalam perkembangan ekonomi digital.
Dengan adanya perkembangan ekonomi digital menyebabkan perubahan juga pada
bentuk uang, muncul uang elektronik yang bisa digunakan untuk transaksi dengan cepat,
efisien serta hemat, namun uang kertas dan logam masih dapat digunakan dalam
masyarakat.
Fintech merupakan inovasi dalam industri keuangan yang berkembang dengan cepat
didorong oleh pemerataan ekonomi. FinTech memberikan ekosistem baru industri
keuangan di mana dengan biaya rendah dapat memberikan layanan keuangan yang
berkualitas dan menciptakan lingkungan keuangan yang lebih beragam dan stabil.
Ekosistem Fintech merupakan suatu bentuk kolaborasi antara pemerintah, lembaga
keuangan dan pengusaha. Dalam kolaborasi ini diharapkan dapat membentuk efisiensi
dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan pelanggan. Ekosistem FinTech berperan penting
dalam memelihara inovasi teknologi yang diperlukan guna membuat pasar dan sistem
keuangan menjadi lebih efisien dan meningkatkan pengalaman pelanggan secara
keseluruhan.
Era revolusi 4.0. telah merubah model, pola kompetisi, sistem ekonomi dan pola
perdagangan serta sosial masyarakat (Selase et al., 2019). Seluruh dunia bergerak ke
arah sistem ekonomi yang didasarkan pada inovasi berkelanjutan yang sangat
bergantung kepada teknologi. Teknologi tersebut menjadi komponen yang tidak
terpisahkan dari usaha dalam berinovasi (Schumpeter, 1942 di dalam Chege, Wang &
Suntu, 2020). Penggunaan teknologi digital dalam bentuk teknologi informasi dan
komunikasi merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk berinovasi (Lu,
2017). Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi adalah
pemanfaatan platform/ aplikasi digital yang memanfaatkan internet.
Konsep ekonomi digital pertama kali diperkenalkan oleh Don Tapscott (The Digital
Economy, 1995), yaitu sebuah sosiopolitik dan sistem ekonomi yang mempunyai
karakteristik sebagai sebuah ruang intelijen, meliputi informasi, berbagai akses
instrumen, kapasitas, dan pemrosesan informasi. Komponen ekonomi digital yang
berhasil diidentifikasi pertama kalinya yaitu industri teknologi, informasi, dan
komunikasi (TIK), aktivitas e-commerce, serta distribusi digital barang dan jasa.
Munculnya berbagai macam aplikasi digital sebagai alat pembayaran merupakan salah
satu bukti yang menunjukkan perkembangan sektor finansial di era ekonomi digital.
Selain sistem pembayaran, ekonomi digital mengeluarkan teknologi berupa aplikasi-
aplikasi digital yang berkaitan dengan sistem pembayaran mulai banyak dikembangkan
dan digunakan oleh masyarakat.
Perkembangan dunia pada saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0, bentuk
kehidupan manusia telah berbasis informasi yang dimana kehadiran revolusi industri 4.0
memang menghadirkan lini usaha baru, lapangan kerja baru, profesi baru yang tak
terpikirkan sebelumnya. Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain
dari industri 4.0. Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan
otomatisasi pencatatan di semua bidang. Pada revolusi industri 4.0 mau tidak mau harus
menyiapkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing secara global, dan menguasai
perkembangan teknologi merupakan hal yang penting untuk semua orang dan penting
bagi masa depan suatu negara.
Pendidikan salah satu faktor pendukung dalam menghadapi revolusi industri 4.0 namun
hal tersebut telah merubah perkembangan sistem pendidikan di dunia dan di Indonesia
pada khususnya. Sistem pendidikan adalah strategi atau metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi di dalam dirinya (Andran, 2014). Di Indonesia kesiapan
menghadapi tantangan pendidikan era revolusi industri 4.0 adalah segera meningkatkan
kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia Indonesia melalui pendidikan
dengan melahirkan operator dan analis handal bidang manajemen pendidikan sebagai
pendorong kemajuan pendidikan berbasis teknologi informasi di Indonesia. Kebijakan
manajemen pendidikan di Indonesia saat ini mendorong seluruh level pendidikan,
terutama pendidikan tinggi untuk memanfaatkan kemajuan teknologi digital dan
komputasi pendidikan era revolusi industri 4.0.
1 Nilai Kultural. Nilai kultural adalah nilai yang berhubungan dengan budaya,
karakteristik lingkungan sosial dan masyarakat (Djhiri, 2002). Pendidikan dap
menolong siswa untuk melihat nilai-nilai kultural sosial secara sistematis dengan
cara mengembangkan keseimbangan yang sehat antara sikap terbuka (openness)
dan tidak mudah percaya (skepticism).
2 Nilai Yuridis Formal Nilai Yuridis formal adalah nilai yang berkaitan dengan
aspek politik, hukum dan ideologi (Djahiri, 2002). Nilai sosial politik suatu
bahan ajar merupakan kandungan nilai yang dapat memberikan petunjuk kepada
manusia untuk bersikap dan berperilaku sosial yang baik ataupun berpolitik yang
baik dalam kehidupannya.
3 Nilai Religius Mempertahankan nilai-nilai tersebut merupakan tantangan terberat
dalam menghadapi revolusi industri 4.0 Perkembagan jaman menuntut manusia
lebih kreatif karena pada dasarnya jaman tidak bisa dilawan. Revolusi industri
4.0 banyak menggunakan jasaa mesin dibandingkan manusia. Tetapi ada hal
penting yang membedakan mesin dengan manusia yaitu dari segi nilai
kemanusiaan yang tidak dimiliki oleh mesin. Penanaman nilai inilah yang perlu
diperkuat untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa khususnya di dunia
pendidiakan.
Peranan Ekonomi Digital Dalam Kemajuan Ekonomi Bangsa: Aspek
Kependudukan
Revolusi industri memiliki peran yang besar mengenai hajat hidup masyarakat yang
disebut sebagai modal sosial, apabila sebuah modal sosial dikelola pada perspektif
pemilik modal dengan bertumpu pada profit oriented makna dari modal sosial perlahan
akan hilang, maka sesungguhnya dari revolusi industri akan berujung pada revolusi
sosial yang menyebabkan keadaan sebuah pemerintahan mengalami kekacauan. Urgensi
sinergi revolusi industri 4.0 sebagai kebutuhan dengan revolusi mental yang
menekankan aspek pemberdayaan masyarakat, yang akan mengutamakan tata nilai
pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan yang bertujuan untuk
membangun kerukunan dan kerjasama bersinergi guna mengembangkan ekonomi
masyarakat. Berdasrkan pendapat Boourdeou bahwa modal ekonomi bukanlah modal
dari segala modal, namun membangun mental atau kharakter character building suatu
masyarakat menjadi potensi ekonomi dalam struktur sosial, sehingga dapat dijadikan
sebuah dasar untuk menggerakan revolusi industri ke arah kemanfaatan.
Berdasarkan hasil survey dari situs WorlBank.org, masyarakat Indonesia saat ini sudah
semakin maju hal ini ditandai dengan peningkatan pengguna internet yang cukup
signifikan, hal ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia mulai mengikuti
perkembangan teknologi, pengunaan internet menjadi sebuah parameter pertumbuhan
perekonomian digital suatu negara.
Masalah utama untuk menilai maju dan tidaknya sebuah negara dapat dilihat dari
kualitas sumber daya manusia. Kualitas Sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia
kebanyakan masih berada pada level yang cukup rendah, hanya sebagian kecil dari
masyarakat Indonesia yang bisa menikmati pendidikan tinggi. Faktor kekayaan alam
juga menyebabkan kurang produktifnya masyarakat Indonesia. Tahun 2014 pada awal
menjelang pemilu presiden calon presiden Ir. Joko Widodo menyampaikan gagasan
pentingnya dilakukan revolusi mental, perubahan harus dilakukan ke arah lebih baik
bukan hanya institusi nmun juga perubahan pada kualitas manusia. Pada masalah ini
revolusi mental merupakan sebuah perubahan sistem nilai yang berlaku dalam
masyarakat yang menjadi pedoman berperilaku. Oleh karena itu, perubahan mentalitas
sangat dibutuhkan untuk memajukan Indonesia ditengah kompetisi global yang kian
kompetitif. Merubah pola pikir dan mentalitas bukan sebuah hal mudah untuk
dilakukan, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan. Persoalan kebiasaan yang telah
menjadi sebuah budaya perlu dilakukan perubahan secara cepat dan menyeluruh.
Revolusi industri memiliki banyak keuntungan sekaligus tantangan yang harus dihadapi
oleh setiap pelaku yang terlibat didalamnya. Dalam ekonomi negara salah satu
keuntungan adalah menemuka peluang baru namun hal itu juga diikuti oleh tantangan,
keadaan ini menimbulkan kompetisi yang makin ketat baik antar sesama individu,
perusahaan dalam negeri maupun dengan perusahaan asing namun hal ini akan
meningkatkan kualitas internal dan eksteral pelaku ekonomi. Revolusi industri
menghadirkan ekonomi berbasis teknologi atau yang lebih dikenal dengan ekonomi
digital, Pada era ini potensi Indonesia jauh lebih besar, Indonesia merupakan urutan
empat negara besar dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta penduduk dengan
masyarakat yang multikultural dan memilik banyak daerah kepulauan. Indonesia
mengalami bonus demografi dimana mayoritas penduduk Indonesia ada pada rentang
usia 15- 64 tahun, dimana usia tersbut disebut merupakan usia produktif. Bonus
demografi mampu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
masyarakat, struktur penduduk yang didominasi usia produktif akan meningkatkan
tabungan dan meminimalkan konsumsi. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengemukakan
bahwa lebih 85 juta penduduk Indonesia telah menggunakan jaringan internet, yang
membuat Indonesia mempunyai peluang dalam e-commerce dan pengembang ekonomi
digital. Perbagai inovasi ekonomi digital telah ada dan terus mengalami perkembangan
sepertiTokopedia, Go-Jek, Buka Lapak dan berbagai bisnis start up yang terus tumbuh
dan berkembang mengatasi masalah yang ada di masyarakat secara digital. Dalam kurun
waktu 7 tahun mendatang teknologi digital akan menciptakan 3,7 juta pekerjaan baru
yang bergerak pada sektor jasa. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan keahlian dan
melakukan inovasi secara berkelanjutan suistanable. Industri kreatif menjadi sebuah
kekuatan baru yang menjadi sektor andalan untuk penopang perekonomian Indonesia.
Pelaku usaha memiliki pengetaahuan yang baik, inovatif dan adaptif terhadap
permintaan pasar, perubahan selesara masyarakat, sehingga hal ini diharapkan mampu
menciptakan peluang kerja secara massal.
Besarnya jumlah penduduk pada proporsi usia produktif juga dapat menjadi ancaman
dimana saat kualitas penduduk masih relatif rendah yang akan berdampak pada pasar
tenaga kerja di Indonesia di tengah perubahan orientasi memenangkan pasar dan budaya
instan. Indonesia dapat melakukan sebuah perubahan dalam revolusi industri hal ini bisa
dilakukan saat pembangunan manusia dilakukan melalui revolusi mental. Berdasarkan
pengalaman negara maju dengan memajukan pendidikan karakter bangsa, maka ilmu
pengetahuannya, budaya dan teknologi juga akan maju. Untuk mencapai keberhasilan
memasuki revolusi industri 4.0 yaitu dengan melakukan revolusi mental untuk
memperbaiki karakter bangsa. Revolusi mental dilakukan untuk menyadarkan
masyarakat tentang pentingnya meningkatkan kompetensi melalui pendidikan dan
pelatihan, dengan melakukan Pendidikan dan pelatihan pada setiap disiplin ilmu akan
mengantarkan Indonesia sukses memasuki era strategis, dengan menaikan kemampuan
kompetensi dan potensi secara linear akan meningkatka kesejahteraan masyarakat. Hasil
kesimpulan dari revolusi industri 4.0 akan melahirkan masyarakat yang sejahtera
dibidang pembangunan, sedangkan revolusi mental melahirkan manusia yang unggul
dan berkualitas.
Ekonomi digital lahir dan berkembang seiring penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi yang juga semakin mengglobal di dunia. Keberadaan ekonomi digital
ditandai dengan semakin maraknya perkembangan bisnis atau transaksi perdagangan
yang memanfaatkan internet sebagai media komunikasi, kolaborasi, dan kooperasi antar
perusahaan ataupun individu. Perkembangan ekonomi digital muncul di saat
perkembangan teknologi gadget/ smartphone mulai digunakan oleh banyak masyarakat
diberbagai kalangan. Timbul pemikiran oleh beberapa pengusaha untuk memberikan
kemudahan kepada para konsumen. Keadaan ini menjadikan sebuah konsep persaingan
yang mendorong perusahaan terangkat oleh para pelaku UMKM yang akan
berkolaborasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak terkait. Hal ini menjadikan
ekonomi digital sering disebut sebagai „sharing economy‟ yang membantu para pelaku
UMKM terjun bersaing sehat di dunia bisnis maupun perdagangan ekonomi
internasional.
Di sektor perdagangan, penggunaan teknologi digital ini dapat dilihat dari semakin
menjamurnya aplikasi perdagangan berbasis elektronik atau e-commerce. Sistem ini
membuat arus perdagangan barang dan jasa bergerak jauh lebih cepat dengan
konsekuensi lebih lanjut berupa pergerakan arus uang yang juga lebih cepat. Masifnya
pengaplikasian digital ekonomi dalam setiap subsektor ekonomi tersebut, khususnya
pada sektor industri dan perdagangan tentu akan menghasilkan perubahan-perubahan
pada struktur di masing-masing sektor. Dampak digital ekonomi terhadap perubahan
struktur tersebut tentu saja menjadi sangat penting untuk dilakukan kajian secara
mendalam agar dapat disusun kebijakankebijakan baru yang tepat agar perekonomian
semakin lebih baik. Oleh karena itu sangat diperlukan kajian/riset ilmiah yang
mengukur implikasi baik positif maupun negatif dari perkembangan ekonomi digital
tersebut terhadap perubahan struktur industri dan perdagangan. Pada akhirnya,
kehadiran ekonomi digital yang dapat dikelola dengan baik dengan regulasiregulasi
yang tepat akan menjamin manfaat besar yang ditawarkannya bagi industri dan
perdagangan nasional.
Pada tahun 2000-an fintech memasuki 2 era yaitu era 3.0 dan era 3.5, pada era ini
perkembangan inovasi teknologi fintech bergeser kearah segmen customer driven yaitu
mengedepankan pelayanan keuangan terhadap konsumen dari segi sisi kemudahan dan
kenyamanan yang tidak disediakan oleh lembaga keuangan formal. Dan pada teknologi back
end telah mengalami perkembangan sehingga muncullah cryto atau digital currency yaitu
mata uang digital yang dapat dipergunakan oleh konsumen selain mata uang yang diterbitkan
oleh sentral. Pada sisi front end, pelaku pada kegiatan ini datang hanya dari perbankan tetapi
semakin mengalami perkembangan yang meluas sehingga merambah ke perusahaan besar
namun non perbankan yang memunculkan sebuah rintisan inovasi baru yang dikenal sebagai
start up yang kemudian dikembangkan oleh google yaitu munculnya google wallet sebagai
metode pembayaran namun terdapat karakteristik pada dekade ini yaitu munculnya barrier to
entry yang mudah untuk dipergunakan karena hal yaitu keunggulan yang kompetitif bagi
pihak yang cepat dalam beradaptasi dengan menggunakan teknologi dan tidak optimalnya
lembaga keuangan formal (Ilman Et al. 2019). Peningkatan penggunaan jasa keuangan pada
era ketiga ini dapat disebabkan oleh meningkatnya penggunaan teknologi salah satunya
smartphone oleh konsumen sehingga menyebabkan meningkatnya ketergantungan konsumen
terhadap teknologi digital sehingga dimanfaatkan oleh perusahaan besar dan terbentuknya
perusahaan startup yang saat ini sedang berlomba – lomba dalam menciptakan aplikasi yang
dapat digunakan di smartphone yang dapat mempermudahkan konsumen dalam pelayanan
keuangan baik berupa aplikasi mobile ataupun berbasis webiste.
Ekosistem Fintech
Ruang lingkup fintech dapat meliputi teknologi keuangan, oleh karena itu ekosistem
fintech harus dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal menjadi lebih berkembang
dengan cara mengundang keikutsertaan orang – orang yang memiliki minat, ketertarikan,
bakat, ambisius dan menjadi tempat pemikiran kreatif dan aktivitas sebuah bisnis. Ekosistem
Fintech memiliki banyak peluang pertumbuhan bagi berbagai sektor, termasuk perangkat
lunak, analisis data, pembayaran, platform, mobile banking, dan sistem manajemen aset
algoritmik (Kumail, et al 2018). Adapun ekosistm Fintech dalam inovasi teknologi terdiri atas
elemen – elemen berikut ini :
Fintech Start Up
Startup merupakan jenis bisnis perusahaan rintisan atau jenis usaha yang baru
memulai suatu kegiatan bisnis yang disebut pemula, yang pada umumnya
perkembangnya didukung oleh layanan digital dan aktifitas bisnisnya berhubungan
dengan teknologi, internet dan inovasi. Perusahaan startup ini masih membutuhkan
banyak pendanaan atau modal sebagai biaya operasionalnya dan kelompok kerjanya
cenderung bersifat minimalis. Perusahaan pemula memiliki rencana bisnis yang
inventif dan sedang berkonsentrasi pada pertumbuhan pasar. Startup Fintech terdiri
dari wirausahawan yang memiliki inovasi – inovasi dalam melayani pembayaran,
manajemen modal (wealth management), Pinjaman (lending), pembiayaan
(crowdfunding) perdagangan sekuitas (capital market) dan layanan asuransi. Startup
Fintech memberikan layanan jasa keuangan kepada pelanggan yang bersifat lebih
personal dibandingkan dengan perusahaan keuangan tradisional.
Technologi Developers (Pengembangan teknologi)
Pengembangan teknologi menciptakan lingkungan yang mendukung startup
dalam menjalankan layanan yang lebih baik inovatif yang menyediakan platform
untuk sosial media, big data analytics, cloud computing, artificial intelligence,
smartphone dan mobile service. Pengembang teknologi menciptakan lingkungan yang
menguntungkan bagi teknologi startup dan sekaligus berfungsi sebagai inovasi dalam
memberikan layanan yang lebih cepat. Sebagai bagian dari pengembang teknologi,
perangkat seluler memiliki keunggulan distribusi fisik yang berfungsi dalam
melakukan penyebaran informasi layanan. Operator jaringan seluler menyediakan
infrastruktur dengan biaya rendah untuk pengembangan layanan perusahaan teknologi
seperti pembayaran seluler dan bankir seluler sehingga pada gilirannya, industri
teknologi meningkatkan pendapatan bagi para pengembang teknologi tersebut.
penyederhanaan persyaratan dan peraturan pada teknologi startup dapat
memungkinkan perusahaan fintech untuk menyediakan lebih banyak dana keuangan
yang lebih nyaman dan kemudahan dalam mengakses layanan tersebut. Sehingga hal
tersebut tidak cukup hanya dengan penekanan dalam keunggulan teknologi saja
namun harus memperhatikan inovasi teknologi yang memudahkan sistem layanan
keuangan.
Government
Peran pemerintah dapat memengaruhi berbagai aspek dalam ekosistem
fintech, seperti pemberian kemudahan regulasi bisnis dan menjaga agar biaya maupun
pajak tetap rendah. Pemerintah berperan dalam menetapkan tujuan ekonomi dan
kebijakan keseluruhan bagi ekosistem (entitas pemerintah yang menangangi
pembangunan / perencanaan ekonomi atau seluruh sektor). Namun tingkat
keterlibatan pemerintah dalam ekosistem fintech dapat bervariasi. Pemerintah dapat
mendanai pembangunan fasilitas Fintech seperti membantu menyediakan dana awal,
hibah tanpa bunga atau bahkan melalui penyediaan kantor bersubsidi dan ruang kerja
bersama. Pemerintah juga dapat menyediakan dukungan keuangan di awal sebagai
modal ventura atau dana ekuitas swasta, bank dan inkubator untuk mendorong
investasi dalam bisnis kecil. Pemerintah juga berperan dalam menerapkan dan
menegakkan kebijakan maupun peraturan lingkungan guna memudahkan
perkembangan ekosistem fintech. Hal ini dapat mendorong aktivitas kewirausahaan
dan meningkatkan kesempatan kerja pada perusahaan jasa keuangan dan teknologi
serta juga dapat meningkatkan daya saing suatu negara secara keseluruhan.
Financial Custmers
Konsumen keuangan merupakan sumber penghasil pendapatan yang cukup berperan
dalam perusahaan teknologi keuangan. Organisasi besar merupakan sumber
pendapatan penting bagi perusahaan teknologi dan yang menjadi sumber pendapatan
utama bagi perusahaan teknologi adalah pelanggan perorangan maupun usaha kecil
dan menengah (UMKM). Konsumen dari industri fintech sebagian besar adalah
kalangan muda yang memiliki kemampuan keuangan yang cukup baik (wealthier
customers) namun konsumen yang memahami dan responsif terhadap fintech
merupakan golongan yang memiliki pemahaman teknologi yang biasanya berusia
muda atau kaum milenial, masyarakat yang hidup di perkotaan maupun golongan
masyarakat yang memiliki penghasilan menengah keatas.
Traditional Financial Institutions
Lembaga keuangan tradisional merupakan salah satu ekosistem fintech yang
berfungsi sebagai salah satu kekuatan pendorong. Lembaa ini mempunyai keunggulan
kompetitif atas startup fintech dalam skala dan aset keuangan. Pada awal era fintech,
bank tradisional dan perusahaan keuangan berusaha menghambat perkembangan
fintech, dikarenakan kekhawatiran akan memiliki pengaruh yang dapat merusak
layanan keuangan tradisional. Namun pada akhirnya, ketika menghadapi ancaman dan
gangguan terhadap sistem keuangan tradisional yang berasal perkembangan
teknologi, lembaga keuangan tradisional melakukan evaluasi terhadap model bisnis
yang ada dengan melakukan strategi pemanfaatan inovasi teknologi. Lembaga
keuangan tradisional juga memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang ekonomi
maupun sumber daya keuangan dibandingkan dengan teknologi startup, namun
berbeda startup fintech, lembaga keuangan tradisional lebih berpusat dalam
memberikan pelayanan konsumen yang bersifat mengikat. Namun konsumen
cenderung lebih menyukai suatu pelayanan keuangan yang komprehensif yang
bersifat tidak mengikat. Ketika lembaga keuangan tradisional yang awalnya
menganggap bahwa kehadiran dan pertumbuhan fintech merupakan sebuah ancaman
namun sekarang telah memutuskan untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan
fintech dengan beberapa syarat mengenai pemberian dana pinjaman. Selain itu
kehadiran teknologi keuangan dapat merangsang inovasi lembaga keuangan
tradisional melalui pembangunan kemitraan yang berguna dalam hal memperkuat
posisi kompetitif lembaga keuangan tradisional.
Digital Payment
Pembayaran digital merupakan salah satu layanan keuangan ritel yang paling
banyak digunakan sehari – hari. Perusahaan Fintech digital payment menyediakan
jasa pelayanan berupa pembayaran yang berbasis online sehingga dapat membantu
lebih cepat dan praktis kepada konsumen. Fitur yang diterapkan pada pembayaran
secara online yakni transaksi online antar konsumen, pemilik bisnis atau antar pelaku
yang disebut dengan bisnis to bisnis (B2B). Digital Payment bentuknya berupa
dompet digital (e – wallet) yang biasa dipergunakan masyarakat dalam bertransaksi e-
commerce atau pembayaran mobile peer – to – perr (P2P), pertukaran dan pengiriman
uang asing, pembayaran real – time dan solusi mata uang digital. Layanan ini
meningkatkan pengalaman bagi pelanggan yang mencari pengalaman pembayaran
yang efisien dalam hal kecepatan, kenyaman dan aksesibilitas multi – saluran. Model
pembayaran memiliki 2 teknik pembayaran yaitu :
a. pembayaran konsumen dan ritel
b. pembayaran grosir dan perusahaan
Jenis pembayaran grosir dan perusahaan seperti pengisian saldo pada perangkat
telepon, komunikasi seluler jarak dekat (Near – field communication / NFC),
pendeteksian atau pembacaan barcode atau kode QR, pembayaran dengan
menggunakan kartu kredit pada situs web seluler, pembaca kartu ponsel dan
pembayaran seluler langsung tanpa menggunakan rekening perusahaan. Dalam
melakukan deposit, dompet virtual ini bisa diisi melalui beberapa metode pembayaran
yaitu melalui kartu kredit, mobile banking, internet banking, ATM, kartu debit,
corporate internet banking, branchless banking agent, online virtual account, dan
Electronic Invoice Presentment & Payment (EIIP). Manfaat dari Fintech Digital
Payment yaitu :
Pada Fintech juga tidak menutup kemungkinan terdapat risiko. Risiko pada penerapan
digital payment ini di antaranya yaitu :
a. Kemungkinan kegagalan transaksi namun dana telah debit. Hal ini umumnya
dapat disebabkan oleh koneksi data dan sistem error.
b. Tindak kejahatan berupa pencurian dan penyalahgunaan data konsumen.
Penggunaan jaringan Wi-Fi pada tempat umum (public) sangat rentan terhadap
pencurian data konsumen yang melakukan transaksi pada fasilitas umum ini dapat
dikenal sebagai cyber criminal. Data yang diinputkan pada transaksi – transaksi
online pun dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak berkepentingan seperti
data kartu kredit pada pengisian data onlineshop dapat menimbulkan
penyalahgunaan tanpa ijin konsumen.
Information and Feeder Site
Model bisnis Fintech ini memberikan layanan informasi bagi para calon
konsumen dalam menggunakan layanan jasa keuangan. Pada umumnya informasi
yang diberikan adalah informasi mengenai kartu kredit, tingkat suku bunga, reksa
dana, premi asuransi dan lain – lainnya. Informasi yang dibutuhkan oleh konsumen
diberikan oleh PUJK dalam bidang perbankan, pasar modal, asuransi maupun
lembaga pembiayaan lainnya, selain itu perusahaan fintech juga memberikan layanan
bagi konsumen dalam melakukan komparasi sesuai dengan kebutuhan mereka.
Beberapa perusahaan asuransi di Indonesia memberikan layanan kepada pelanggan
mulai dari proses pendaftaran hingga pembelian produk asuransi dapat dilakukan
secara daring. Dalam model bisnis asuransi, teknologi bekerja untuk menciptakan
hubungan yang bersifat langsung antara perusahaan asuransi dan pelanggan serta
memanfaatkan teknologi yang diadopsi atau dilakukan oleh penyedia jasa asuransi
tradisional.
Financing and Invesment
Perusahaan Fintech Financing and Investment meliputi perusahaan Fintech yang
memberikan pelayanan Crowdfunding dan Peer – to – Peer (P2P Lending).
Crowdfunding adalah startup yang menyediakan platform penggalangan dana untuk
disalurkan kembali kepada orang – orang yang membutuhkan, model bisnis ini
memanfaatkan jaringan konsumen dalam mengendalikan penciptaan produk, media
dan ide baru maupun pengumpulan dana untuk amal atau modal ventura, selain itu
model bisnis ini (Crowdfunding) melibatkan tiga pihak, yaitu pihak pemrakarsa
proyek atau wirausahawan yang membutuhkan dana, pihak kontributor yang mungkin
tertarik untuk mendukung pelaksanaan atau proyek dan pihak organisasi moderat
yang memfasilitasi keterlibatan antara para kontributor dan pemrakarsa. Model bisnis
sistem P2P Lending dalam menjalankan bisnisnya sepenuhnya menggunakan fasilitas
internet sehingga perusahaan penyedia jasa P2P Lending dapat menjalankan usahanya
dengan biaya operasional yang lebih murah dibandingkan bank operasional atau
perusahaan perbankan biasa. Sehingga pada akhirnya pemberi pinjaman akan
memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan keuntungan yang di dapatkan
oleh pemberi pinjaman jika mereka mengivestasikan uangnya dalam bentuk tabungan
dan investasi yang ditawarkan lembaga keuangan biasa. Keberadaan perusahaan
Fintech Crowdfunding dan P2P Lending memberi manfaat diantarnya :
a. Kemudahan dalam berinvestasi
b. Memberikan pelayanan proses yang cepat.
Account Aggregator
Jenis Fintech Account Aggregator adalah paling sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Dimana tersedia penawaran layanan yang mampu menyelesaikan seluruh transaksi
perbankan hanya melalui satu jenis platform. Pengunaan platform akan mendapatkan
kemudahan pada saat melakukan verifikasi transaksi digital karena prosesnya cepat
dan singkat. Beberapa akun perbankan yang dimiliki oleh konsumen dapat turut
mengawasi seluruh transaski perbeankan hanya melalui satu platform dan untuk
mendaftarkan akun perbankannya, konsumen harus menyerahkan atau mendaftarkan
alamat e-mail, username dan password online banking konsumen tersebut kepada
penyedia layanan. Fintech jenis account aggregator juga menyediakan fasilitas
layanan laporan keuangan yang informasinya diperoleh melalui akun – akun
perbankan yang telah terdaftar pada platform tersebut.
Peran Fintech dalam Inkusi Keuangan UMKM
Fintech selalu berinovasi, seperti mengembangkan produk yang fleksibel dan cara yang
lebih baik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, permasalahan
tersebut diantaranya kesulitan mendapatkan akses. Fintech juga membuat layanan
keuangan menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses, meningkatkan pengalaman
pelanggan dan mempercepat penggunaan dan keterlibatan, membangun landasan
termasuk verifikasi identitas secara digital agar lebih mudah, due diligence pelanggan
yang kolaboratif, berbagi data, dan skema pembayaran yang dapat mengakselerasi
sejumlah layanan keuangan. Pada tahun 2019 tingkat inklusi jateng sebesar 66,23%
adanya peningkatan dari tahun survei OJK sebelumnya sebesar 12,33%. Dari hasil survei
dan wawancara didapatkan peran Fintech terhadap terwujudnya inklusi keuangan UMKM
sebagai berikut:
g. Bank Digital
Definisi Bank Digital
Patrick Johnson (2020) memberikan definisi digital banking (bank digital) sebagai suatu
organisasi bisnis yang menawarkan aktivitas perbankan secara fully online yang sebelumnya
hanya tersedia di kantor cabang bank saja. Dalam konteks lain bank digital harus dapat
melakukan pengiriman otomatis produk dan layanan perbankan baru dan tradisional langsung
ke pelanggan melalui saluran komunikasi elektronik secara interaktif. Chriss Skinner (2017)
seorang analis, pakar dan pengamat profesional teknologi terapan, menyatakan bahwa inovasi
perbankan melalui pemanfaatan internet telah mengubah dinamika hubungan nasabah dengan
bank. Implikasinya adalah bahwa bank harus menjadi digital.
Menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor 12 /POJK.03/2018 Tentang
Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital oleh Bank Umum, pengertian digital banking
adalah layanan perbankan elektronik yang dikembangkan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan data nasabah dalam rangka melayani nasabah secara lebih cepat, mudah, dan
sesuai dengan kebutuhan (customer experience), serta dapat dilakukan secara mandiri
sepenuhnya oleh nasabah, dengan memperhatikan aspek pengamanan.
Jenis Perbankan Digital
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga jenis digital banking, antara lain :
1. Internet Banking
Internet banking merupakan salah satu layanan yang ditawarkan oleh Bank, yang
memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, berkomunikasi dan
melakukan transaksi perbankan dengan menggunakan jaringan internet. Kegiatan
bank hanya internet tidak diperbolehkan karena bukan bank yang hanya
menyediakan layanan perbankan melalui internet (Bank Indonesia, 2013). Dengan
memanfaatkan internet banking, nasabah dapat melakukan transaksi perbankan
(finansial dan non finansial) melalui komputer yang terhubung dengan jaringan
internet Bank. Jenis transaksi di internet banking yaitu: a) Informasi saldo, mutasi
rekening, informasi kurs b) Transfer dana c) Pembelian (misalnya: pulsa isi ulang,
tiket pesawat, dan saham) d) Pembayaran tagihan (misalnya: EDC, telepon,
handphone, dan listrik).
2. Mobile Banking
Mobile banking adalah layanan perbankan yang dapat diakses secara langsung
melalui telepon seluler/ponsel GSM (Global for Mobile Communication) dengan
memanfaatkan fitur SMS (Short Message Service). Jenis layanan yang dapat
diperoleh melalui mobile banking antara lain: a) Transfer dana; b) Informasi
saldo, mutasi rekening, dan informasi nilai tukar; c) Pembayaran (PLN, telepon,
listrik, telepon seluler, asuransi, dan EDC); d) Pembelian (top up, stok)
(Margaretha, 2015).
3. Automatic Teller Machine (ATM)
ATM adalah perangkat elektronik yang memungkinkan nasabah perbankan untuk
menarik uang dan memeriksa rekening tabungannya tanpa perlu dilayani oleh
"Teller" di Bank. Banyak juga ATM yang berfungsi untuk menyimpan uang atau
cek, mentransfer uang dan transaksi perbankan lainnya (Mustafa, 2018). Manfaat
menggunakan ATM adalah bahwa pelanggan dapat melakukan transaksi
perbankan tunai dan non-tunai tanpa mengunjungi cabang bank. Layanan dengan
ATM juga dapat dilakukan tanpa batasan waktu dan tempat karena layanan ini
online selama 24 jam (Marliza, 2017).
Tujuan Fungsi dan Manfaat Bank Digital
Pertama, dengan perbankan digital diyakini akan meningkatkan efisiensi. Salah satunya
adalah menggunakan kekinian teknologi terapan dalam menjalankan bisnisnya. Kedua,
karena akan meningkatkan efisiensi, maka akan terjadi penghematan biaya. Ketiga, salah satu
ciri keberhasilan perbankan digital adalah meningkatkan daya saing. Kegunaan teknologi
digital memberikan peluang lebih besar bagi bank menjangkau basis pelanggan yang lebih
luas dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan generasi yang paham teknologi.
Bank Digital yang Terdaftar di Bank Sentral
1. Jenius (Bank BTPN)
Jenis adalah bank daring pertama di Indonesia yang dimiliki PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Tbk (BTPN). Bank digital ini resmi beroperasi mulai 2016 melalui
aplikasi digital bernama Jenius. Lewat aplikasi, nasabah akan lebih mudah melakukan
berbagai transaksi, termasuk berbelanja online. Pasalnya, Jenius telah terkoneksi
dengan banyak merchant rekanan melalui fitur Jenius Pay.Nasabah juga bisa
mengajukan pinjaman melalui Flexi Cash tanpa persyaratan tambahan dan tanpa biaya.
Konfirmasi pengajuan pinjaman ini akan langsung diinformasikan kepada nasabah
lewat aplikasi secara otomatis.
2. Wokee (Bank Bukopin)
Wokee telah diluncurkan sejak 2018 lalu. Untuk menjadi nasabah Wokee, tidak akan
dikenakan biaya sepeserpun. Aplikasi Wokee juga sudah bisa digunakan untuk
melakukan top up saldo lewat dompet digital, seperti OVO, GoPay, dan Link
Aja.Bahkan, dengan fitur Merchant Cardless Withdrawal, dapat melakukan tarik tunai
tanpa kartu di merchant yang sudah bekerja sama dengan Bank Bukopin.
3. Digibank (Bank DBS)
Digibank yang telah beroperasi sejak 2018 mempunyai banyak fitur layanan.
Termasuk pembayaran tagihan seperti internet, PAM, listrik, asuransi, hingga kartu
kredit Bahkan, kamu juga terbebas dari biaya transfer dengan memiliki rata-rata saldo
per bulan minimum Rp 1.000.000.
4. TMRW (Bank UOB)
TMRW milik Bank UOB merupakan bank daring yang menggabungkan layanan
tabungan dan kartu kredit. Kamu bisa membuka tabungan sekaligus membuat kartu
kredit TMRW lewat aplikasi yang telah ada sejak Agustus 2020 lalu ini.
5. Jago (Bank Jago)
PT Bank Jago Tbk resmi meluncurkan Bank Jago pada pertengahan April 2021 lalu.
Aplikasi ini memiliki keunggulan berupa fitur Kantong. Dengan fitur ini, dapat
mengajak nasabah Jago lainnya untuk mengalokasikan dana ke dalam Kantong yang
bisa diakses bersama. Mirip seperti tabungan bersama.
Perbedaan Bank Digital dengan Bank Konvensional
Perbedaan mendasar antara bank digital dan konvensional terletak diwujudnya. Bank
konvensional memiliki wujud fisik berupa kantor cabang, sedangkan bank digital tidak
memiliki kantor cabang. Cukup dengan berbekalkan sebuah smartphone, kita sudah bisa
melakukan aneka transaksi perbankan pada bank digital. Namun terdapat beberapa point
perbedaan yaitu :
Untuk buka tabungan atau rekening di Bank Digital sudah full online, bahkan kartu
debitnya bisa dikirim ke alamat nasabah. Untuk bank konvensional atau cabang ada
yang bisa buka rekening online atau bisa ke kantor cabang. Khusus untuk dompet
digital, semuanya dilakukan secara online juga
Tidak perlu melakukan setoran awal jika buka rekening di bank digital atau buka akun
di dompet digital. Dan ini berbeda dengan bank konvensional, yang harus setor
sejumlah uang agar rekening aktif
Proses aktivasi atau KYC saat buka rekening bank di Bank digital hanya dilakukan
lewat video call untuk memastikan data yang diinput sudah benar. Sementara, jika
buka rekening di Bank umum pilihannya lebih aktraktif, namun tergantung bank
bersangkutan. Sebagai contoh, di BRI hanya perlu lakukan video singkat atau ke
kantor cabang. Untuk dompet digital, hanya perlu lakukan foto Selfie sembari
memegang KTP dan foto KTP
Jumlah saldo yang dimiliki bank digital dan bank konvensional tidak terbatas.
Artinya, anda bisa tabung uang sebanyak mungkin dan ini berbeda dengan Dompet
Digital dimana hanya bisa tempatkan uang Rp10 juga saja untuk yang sudah verifikasi
KYC dan 2 Juta jika belum verifikasi akun
Ada beberapa saldo mengendap di bank konvensional dan ini berbeda dengan bank
digital dan dompet digital. Untuk bank konvensional ada tapi tidak semuanya
Bank digital tidak memiliki cabang di daerah-daerah begitu juga dengan dompet
digital dan ini berbeda dengan bank konvensional
Baik bank digital dan bank konvensional mendukung semua jenis transaksi baik
dalam negeri atau luar negeri. Dan ini berbeda dengan eWallet yang hanya bisa
lakukan transaksi didalam negeri saja
Ada beberapa bank digital dan bank konvensional yang menyediakan fasilitas kartu
kredit sementara, dompet digital tidak menyediakan fasilitas serupa
Seiring perkembangan teknologi digital yang menciptakan cara baru untuk bertransaksi, salah
satu perkembangan yang menjadi perhatian global adalah perkembangan mata uang digital
atau digital currency. Sebagaimana dijelaskan oleh BIS (2015), mata uang digital adalah aset
yang tersimpan dalam bentuk elektronik yang pada dasarnya berfungsi sama dengan mata
uang fisik, yaitu memfasilitasi transaksi pembayaran. Saat ini, satu-satunya bentuk mata uang
digital dalam sirkulasi luas adalah mata uang virtual yang diciptakan oleh individu atau
entitas swasta. Bordo dan Levin (2017) menjelaskan bahwa sejumlah bank sentral secara
aktif mengeksplorasi inisiasi digital currency oleh bank sentral yang akan menjadi legal
tender dan dapat digunakan oleh siapa pun. Berbeda dengan private digital currency, nilai
dari central bank digital currency akan ditetapkan secara nominal. Lebih lanjut, central bank
digital currency dapat diimplementasikan dengan menggunakan sistem berbasis akun
sehingga menghindari kegiatan mining yang terlibat dalam menghasilkan mata uang virtual
seperti bitcoin. Meskipun konsep CBDC masih bersifat teoretis, evolusi teknologi baru
seperti DLT meningkatkan kemungkinan untuk dapat menerapkan CBDC.
Pada tingkat tinggi CBDC merupakan sarana penyimpanan digital dari suatu nilai (uang) dan
sekaligus merupakan metode pertukaran yang dikeluarkan oleh bank sentral. Secara teoretis,
CBDC memperkenalkan mekanisme digital baru untuk penyelesaian real-time antarindividu.
CBDC dimaksudkan untuk dapat ditukar dengan bentuk uang lain (seperti uang kertas, koin
dan deposito di bank) secara 1:1. CBDC dapat diterbitkan dalam bentuk alternatif yang dapat
ditukarkan dengan mata uang fiat yang disimpan di bank sentral dan dibayar sesuai dengan
permintaan pemiliknya. CBDC juga bisa dikeluarkan sebagai bentuk baru money supply di
samping penerbitan uang bank sentral secara tradisional.
Salah satu tujuan utama CBDC adalah memperluas akses terhadap kewajiban bank sentral
(seperti uang kertas dan koin) dalam bentuk digital. Selain memperluas akses, sistem CBDC
juga harus dirancang agar praktis secara fungsional (misalnya, tidak hanya dapat diakses
melalui jaringan proprietary, seperti SWIFT atau Fedwire). Bjerg (2017) mengungkapkan
bahwa CBDC memperhitungkan deposit liabilities yang terdaftar secara elektronik di neraca
bank sentral. Akses terhadap deposit tersebut bersifat universal, artinya dapat dipegang dan
digunakan oleh semua pengguna di dalam perekonomian. Bank sentral mengeluarkan
liabilities ini dengan mengkredit rekening pengguna uang. Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa CBDC adalah uang elektronik yang dikeluarkan bank sentral dan dapat diakses secara
universal.
Bordo dan Levin (2017) mengidentifikasi karakteristik CBDC yang didesain dengan baik
seperti tampak pada uraian berikut.
B2B adalah Jenis E – Commerce yang dilakukan antar perusahaan dengan perusahaan yang
meliputi Interorganizational System (IOS) yang transaksinya melalui transaksi pasar
elektronik antar organisasi. Transaksi B2B cirinya para pelaku adaiah pengusaha - pengusaha
baik pribadi hukum maupun badan hukum dan para peiaku tersebut bukanlah end-user dari
produk atau obyek e-commerce itu sendiri. Dalam B2B ini transaksi yang terjadi bukan hanya
jual-beli, namun dapat berupa konsinyasi ataupun hanya pertukaran data atau dokumen-
dokumen perdagangan (misalnya Electronic Data inter-change atau EDI).
Business to Business e - Commerce memiliki karakteristik:
Trading partners yang sudah diketahui dan umumnya memiliki hubungan
(relationship) yang cukup lama. Informasi hanya dipertukarkan dengan partner
tersebut. Dikarenakan sudah mengenal lawan komunikasi, maka jenis informasi yang
dikirimkan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan kepercayaan (trust).
Pertukaran data (data excha nge) berlangsung berulang-ulang dan secara berkala,
misalnya setiap hari, dengan format data yang sudah disepakati bersama. Dengan kata
lain, layanan yang digunakan sudah tertentu. Hal ini memudahkan pertukaran data
untuk dua entiti yang menggunakan standar yang sama.
Salah satu pelaku dapat melakukan inisiatif untuk mengirimkan data, tidak harus
menunggu parternya.
Model yang umum digunakan adalah peer-to-peer, dimana processing intelligence
dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.
Model Business – to – Business (B2B) e – commerce semakin meroket pada tahun 2018,
transaksinya naik menjadi 9 kali lipat sehingga terjadinya meroketnya bisnis e – commerce
terjadi karena layanan digital hadir dengan keunggulan yaitu mempermudah segala sesuatu
yang awalnya rumit dan membutuhkan banyak waktu. Dari bisnis ini memberikan dampak
bagi perekonomian seluruh negara, salah satunya negara berkembang antara lain :
Biaya transaksi. Ada tiga jenis biaya transaksi yang berkurang secara signifikan
melalui B2B e – commerce. Pertama adalah pengurangan biaya pencarian, sebagai
pembeli tidak lagi perlu pergi melalui beberapa perantara untuk mencari informasi
tentang pemasok, produk dan harganya. Dalam dunia usaha, waktu adalah uang,
internet merupakan saluran informasi yang lebih efisisen jika dibandingkan dengan
pelaksanaan rantai bisnis secara konvensional. Di pasar B2B, pembeli dan penjual
berkumpul bersama menjadi sebuah komunitas trading online. Kedua adalah
pengurangan biaya proses transaksi (misalnya, invoices, pesanan pembelian dan
skema pembayaran) B2B memungkinkan terjadinya otomasi proses transaksi. Oleh
karena itu, pelaksanaannya akan lebih cepat jika dibandingkan dengan menggunakan
cara lain (seperti telepon). Ketiga, pemrosesan online meningkatkan manajemen
persediaan dan logistik.
Disintermediasi. Melalui B2B, pemasok dapat berinteraksi dan bertransaksi langsung
dengan pembeli, sehingga menghilangkan perantara dan distributor. Namun, bentuk
perantara muncul sebagai contoh, e – market datang dapat dianggap sebagai perantara
karena e – market datang diantara pemasok dan pelanggan dalam rantai suplai.
Transparansi harga. Diantara manfaat lain yang ditimbulkan B2B adalah adanya
transparansi harga. Berkumpulnya sejumlah besar pembeli dan penjual di satu e –
market mengungkapkan informasi harga pasar dan proses transaksi kepada peserta.
Internet memungkinkan untuk publikasi informasi mengenai pembeli atau transaksi,
menjadi mudah diakses dan informasi tersedia untuk semua anggota e – market.
Transparansi harga di pasar dapat merobohkan perbedaan harga di pasar. Dalam hal
ini, pembeli diberikan lebih banyak waktu untuk membandingkan harga dan membuat
keputusan yang lebih baik dalam melakukan pembelian. Selain itu, pasar B2B
memungkinkan untuk terjadinya lelang dimana penjual dan pembeli secara kolektif
berpartisipasi dalam penetapan harga produk atau jasa tertentu.
Skala ekonomi dan efek jaringan. Pesatnya pertumbuhan pasar B2B menciptakan sisi
penawaran berbasis biaya ekonomi. Selain itu, menyatukan bersama sejumlah
pembeli dan penjual dalam satu tempat memberikan efek yang signifikan dalam sisi
permintaan skala besar. Setiap peserta tambahan di e – market menciptakaan nilai di
sisi permintaan.
b. Business – to – Consumer (B2C)