Anda di halaman 1dari 48

1.

Ekonomi Digital
a. Definisi Ekonomi Digital
Menurut Encarta Dictionary, ekonomi digital memiliki pengertian “transaksi bisnis yang ada
di Internet”. Ekonomi digital juga berarti penggunaan teknologi informasi secara luas
meliputi pemanfaatan perangkat lunak, perangkat keras, aplikasi serta telekomunikasi pada
setiap aspek perekonomian yang meliputi pengadaan, pendistribusian, penjualan, barang dan
jasa serta transaksi keuangan.
Ekonomi digital bukan merupakan konsep akademis atau komersial tetapi merupakan realitas
yang secara resmi telah diakui oleh otoritas publik seperti Eropa yang bertujuan sebagai salah
satu dari 10 prioritasnya untuk tahun – tahun berikutnya untuk menciptakan pasar digital
bersama (Commission, 2019).
Selain itu ekonomi digital bukan berisikan tentang jaringan teknologi, mesin pintar tetapi
masa dimasa Sumber Daya Manusia yang menggabungkan jaringan manusia dengan
teknologi yang dimana kecerdasan, kreativitas dan pengetahuan tersebut digunakan untuk
terobosan dalam menciptakan kekayaan dan pembangunan sosial. Ekonomi digital tersebut
menjelaskan hubungan antara ekonomi baru, bisnis baru dan teknologi baru, karena manusia
dan teknologi saling berhubungan satu sama lain dan muncullah ekonomi digital.
b. Konsep Ekonomi Digital
Defisini diatas (Ekonomi Digital) memberikan pengakuan bahwa teknologi digital dari
beberapa jenis adalah dasar untuk ekonomi digital.
Sumber Pendekatan Konseptual Pendekatan Utama
The Digital Economy Ekonomi digital terdiri dari E – commerce dan teknologi
(OECD, 2012) pasar yang didasarkan pada digital berada dalam fokus
teknologi digital yang tetapi pengaruhnya terhadap
memfasilitasi perdagangan masyarakat jauh melebihi
barang dan jasa melalui e – ruang digital.
commerce. Perluasan sektor
digital telah menjadi
pendorong utama
pertumbuhan ekonomi
dalam beberapa tahun
terakhir dan pergeseran
menuju dunia digital telah
berdampak pada masyarakat
yang jauh melampaui
konteks teknologi digital
saja
Thomas L Mesenbourg Tiga komponen dari konsep Terdiri dari E – Commerce
Measuring the Digital ekonomi digital dapat dan E – bisnis yang
Economi (Mesenbourg, diidentifikasikan : didukung oleh infrastruktur
2001)  Infrastruktur bisnis TIK
elektronik (perangkat
lunak, perangkat
keras, aplikasi serta
telekomunikasi dan
jaringan)
 E – bisnis
(bagaimana bisnis
dijalankan, setiap
proses yang
dilakukan organisasi
melalui jaringan
yang dimediasi
komputer)
 E – Commerce
(pengiriman barang,
misalnya ketika
sebuah buku dijual
secara online)
Mohamed E. Gumah and Secara umum Pendekatannya terbatas
Zulikha Jamaluddin “What mendefinisikan ekonomi terutama berfokus pada
is the Digital Economy and digital sebagai pengguna teknologi informasi dalam
How to Measure It (Gumah teknologi informasi untuk manajemen dan pemasaran
and Jamaluddin, 2006) banyak proses utamanya
seperti perencanaan,
manajemen, dan pemasaran

c. Karakteristik Ekonomi Digital


Karakteristik utama ekonomi digital dapat disentesiskan sebagai berikut : mobilitas,
penggunaan data dan efek jaringan. Seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya, dalam
ekonomi digital konsumen tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu serta batas – batas negara
sehingga mereka dapat membeli hampir semua hal, kapan saja dan dari negara mana saja.
Ekonomi digital artinya memiliki lebih sedikit hambatan yang mana jumlah pembeli online
setiap tahunnya terus meningkat secara global. Sedangkan ekonomi digital dinegara
berkembang juga telah mempercepat pertumbuhan mereka dengan melakukan investasi
strategis dalam kemampuan TIK dan transformasi digital meskipun masih terdapat beberapa
kendala kesenjangan antara ekonomi digital dinegara maju dan negara berkembang.
Karakteristik dari ekonomi digital yang maju adalah semuanya dapat diakses secara mobile
yang terkoneksi dan tervirtualisasi. Karakteristik kedua ekonomi digital terkait dengan
pengumpulan, penyortiran dan penggunaan data dalam bentuk apa pun, dari hari ke hari
pengunaan informasi dalam media digital ke matriks individual yang dibuat dengan
menggunakan gadget sebagai ponsel pintar atau jam tangan cerdas. Jumlah besar data disebut
Big Data adalah sumber daya penting bagi pemasaran besar, tetapi juga untuk strategi
pemerintah dan dikumpulkan terutama melalui transaksi, log data, peristiwa, komunikasi
yang berbeda (e-mail, media sosial) atau perangkat lain yang terhubung.
Terakhir, karakteristik dasar yang ketiga dari ekonomi digital adalah penciptaan jaringan
antar individu, komunitas, perusahaan dan pasar. Jaringan bukan hanya tentang media sosial
tetapi faktanya ekonomi digital menambah beberapa efek yang sudah diketahui dari proses
globalisasi seperti delokasi kegiatan perusahaan di tempat – tempat yang jauh, mengingat
keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh lokasi – lokasi ini (upah, pajak) tetapi juga untuk
orang – orang yang merupakan bagian dari rontasi pasokan global terlepas negara asal
mereka dari mana.

2. Perkembangan Ekonomi Digital 1.0 2.0 3.0 dan 4.0 di Indonesia dan Negara lain Pada
Sektor Industri
a. Sektor Industri
Revolusi industri merupakan suatu istilah, dimana menunjukkan terjadinya perubahan-
perubahan manusia dalam proses produksinya di sektor Industri.

a. Revolusi industri 1.0

Revolusi industri 1.0 pertama kali muncul pada tahun 1750 an. Saat itu
terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam
terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Sebelum munculnyarevolusi
industri 1.0 sistem perekonomian masyarakat Eropa bergantung kepada sistem
ekonomi agraris. Akan tetapi, revolusi industri 1.0 muncul sehingga mulai digunakan
tenaga mesin sebagai alat produksi di pabrik–pabrik dengan menggantikan tenaga
manusia. Perubahan inilah yang disebut dengan Revolusi industri. Revolusi adalah
perubahan sosial serta kebudayaan yang akan berlangsung secara tepat serta akan
menyangkut dengan perkenalan mesin uap (dengan menggunakan batu bara sebagai
bahan bakar) dan ditenagai oleh Mesin (terutama dalam produksi tekstil).

Revolusi industri 1.0 melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan
oleh kemunculan mesin. Revolusi industri 1.0 ditandai dengan adanya penemuan
mesin uap (alat tenun, kereta api, dll.) sehingga tenaga hewan dan manusia tidak
lagi digunakan mengakibatkan banyaknya pengangguran walaupun jumlah produksi
meningkat. Penemuan mesin uap juga membuat meningkatnya perekonomian dan
penghasilan perkapita negara menjadi enam kali lipat sehingga dapat membuat sebuah
perubahan-perubahan baru yang akan melahirkan kembali sebuah revolusi industri
dengan perkembangan yang lebih maju.

Revolusi Industri ini membawa dampak yang lebih besar baik dalam suatu kehidupan
masyrakat baik itu dalam sosial, budaya, ekonomi, dan Teknologi. Tidak hanya
membawa dampak yang negatif saja tetapi juga membawa dampak positifnya.
Revolusi Industri 1.0 menggantikan tenaga manusia dengan mesin sehingga
kesejahteraan masyrakat menurun hal ini berdampak pada faktor sosial, budaya dan
ekonomi yang mengakibatkan politik menjadi kurang stabil. Dampak positif adanya
Revolusi Industri 1.0 membawa suatu negara ke arah yang lebih maju dalam bidang
teknologi dan pengetahuan digunakan untuk memudahkan kehidupan manusia dalam
kehidupan sehari–hari dan meringankan beban hidupnya tersebut.

 Revolusi industri 1.0: Negara Inggris :

James Watt pada tahun 1769 menemukan mesin uap. Mesin uap digunakan untuk
menggerakkan mesin-mesin industri terutama pada pabrik-pabrik tekstil. Pada
awalnya pabrik-pabrik di Inggris didukung oleh tenaga air. Oleh karena itu, pabrik
harus didirikan di dekat sungai. Dengan menggunakan bahan bakar batu bara, mesin
uap temuan Watt, menyebabkan pabrik-pabrik tidak bergantung lagi pada tenaga air
dan dapat didirikan di mana saja.

Selain mesin uap, penemuan lain juga mendorong adanya Revolusi Industri yang
dilakukan oleh Abraham Darby dengan menggunakan batu bara untuk melelehkan
besi sehingga menghasilkan yang lebih baik. Dengan kedua penemuan ini momentum
Revolusi Industri di Inggris mulai berkembang lebih maju.

 Pariwisata Era Revolusi Industri 1.0

Revolusi Industri 1.0 dipicu oleh pembangunan rel kereta api dan penemuan mesin
uap, hal itu mendorong produksi secara mekanis di sektor-sektor industri lainnya. Era
Revolusi Industri 1.0 yang ditandai dengan revolusi industri di Inggris. Revolusi ini
menyebabkan terjadinya perubahan besar-besaran yang terjadi pada semua aspek
kehidupan manusia. Revolusi industi 1.0 berawal dari Britania Raya dan kemudian
menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan hingga menyebar ke
seluruh dunia. Revolusi industri 1.0 ditandai terjadinya titik balik besar dalam seiarah
dunia karena hampir setiap aspek kehidupan ekonomi dan sosial dipengaruhi oleh
revolusi industri, khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan
pendapatan rata-rata yang berkelanjutan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para
pelaku sejarah mencatat bahwa kegiatan pariwisata dimulai di Inggris pun merupakan
dampak dari revolusi industri ini dengan munculnya kelompok kelas menengah dan
transportasi yang murah.

Perkembangan pariwisata sangat berkorelasi dengan Revolusi Industri 1.0 di Inggris,


hal ini diakibatkan oleh meningkatnya teknologi transportasi dan sarana angkutan.
Revolusi industri bukan hanya menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosial dan
ekonomi di Inggris, namun berdampak juga pada perubahan struktur sosial dan
perekonomian di Eropa.

Peningkatan aktivitas ekonomi pada era Revolusi Industri 1.0 mendorong


pertumbuhan industri akomodasi dan industri lainnya. Perkembangan sistem
transportasi pada era ini merupakan pemicu utama dalam mendorong munculnya
industri akomodasi dan perhotelan, seperti di stasiun-stasiun kereta api maupun di
daerah tujuan wisata. Disamping akomodasi dan perhotelan, ada restoran dan bar
sebagai ikutannya, seperti dibukanya kedai kopi dan teh sebagai pemenuhan
kebutuhan kaum urban. Bekembangnya industri pariwisata di kawasan Eropa juga
berdampak pada negara-negara lainnya seperti Mesir, Italia, dan Amerika. Paket-
paket perjalanan ke' negara didesain oleh Thomas Cook & Son Ltd pada permulaan
abad 19 ini sekitar tahun 1861.

 Revolusi industri 1.0: Negara Indonesia

Revolusi Industri 1.0 menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia,
hampir seluruh aspek kehidupan dipengaruhi oleh Revolusi Industri. Salah satu
penemuan yang cukup berpengaruh adalah penemuan mesin uap oleh James Watt
pada tahun 1765. Dari penemuan mesin uap inilah berkembang berbagai transportasi
modern seperti kereta api dan kapal uap. Memasuki zaman Liberal pada tahun 1870,
kelompok pengusaha Belanda mulai memainkan peranan penting dalam
perekonomian Indonesia seperti perkebunan, pabrik pengolahan hasil perkebunan,
perdagangan dan pertambangan. Pada saat masa sistem tanam paksa dan pada masa
Liberal terdapat kesulitan lain yang harus diatasi oleh pemerintah kolonial dan
kalangan swasta Belanda mengenai masalah transportasi.

Pengangkutan hasil komoditi perkebunan dari wilayah produksi ke wilayah pelabuhan


yang kemudian hasil komoditi akan di ekspor ke Eropa. Oleh karena itu, mengekspor
tanaman atau hasil komoditi maka harus dibawa terlebih dahulu menuju pelabuhan-
pelabuhan yang ada di daerah pesisir.

Pada awalnya pengangkutan hasil produksi diangkut oleh alat angkut tradisional
berupa dipikul orang, diangkut dengan kereta atau gerobak yang ditarik oleh hewan
dan diangkut oleh perahu melalui sungai. Menjelang pertengahan abad ke-19
diadakan peningkatan pembangunan jalan dengan menggunakan tenaga kerja wajib
(heerediensten). Meskipun pembangunan prasarana transportasi terus berjalan, akan
tetapi kebutuhan pengangkutan orang dan barang masih belum terpenuhi. Hal ini
dikarenakan, kualitas prasarana rendah dan sarana transportasi yang tersedia belum
memadai untuk kebutuhan pengangkutan. Selain jalan darat terdapat juga jalan air
atau sungai untuk menuju kota Pelabuhan.

Sarana-sarana jalan besar atau kecil sudah tidak memadai lagi untuk hubungan
dengan daerah pedalaman. Contoh: dari pedalaman ke pelabuhan yang berjarak
ratusan kilometer dengan menggunakan gerobak dapat dicapai dalam beberapa
minggu bahkan beberapa bulan mengakibatkan barang yang akan diekspor terlambat
untuk tiba di pelabuhan sehingga barang akan menumpuk lama di gudang-gudang
daerah pedalaman dan menjadi turun kualitasnya. Keadaan inilah yang pada akhirnya
mendorong pihak Belanda untuk melakukan modernisasi transportasi. Kereta api
menjadi pilihan alat transportasi yang dikembangkan, untuk memajukan transportasi
yang ada. Ide ini muncul dari Kolonel Jhr. Van Der Wijk. Hingga akhirnya pada
tanggal 28 Mei pemerintah mengeluarkan keputusan untuk membangun jalur kereta
api Semarang- Yogyakarta-Surakarta pada tanggal 28 Mei 1842, dan konsensi
diberikan kepada perusahaan kereta api sawasta Nederlandsch Indische Spoorweg
Maatschapij (NISM).

Rute jalur Semarang-Vorstenlanden tidak terlepas dari usaha pemerintah Kolonial


Belanda dalam memperlancar transportasi dan komunikasi antar kota. Keberadaan
transportasi dapat mendukung keberhasilan politik Sistem Tanam Paksa yang
diberlakukan Belanda di Pulau Jawa pada abad ke-19 sehingga jalur jalan kereta api
dibangun untuk tujuan pengangkutan hasil perkebunan dari daerah penghasil ke
perkotaan atau pelabuhan. Keberadaannya telah mampu mempercepat pertumbuhan
kota-kota perkebunan yang berada di pedalaman Pulau Jawa. Keberhasilan
perusahaan NISM membangun jalan kereta api, mendorong minat para investor untuk
membangun jalan Kereta Api di daerah-daerah lainnya. Sehingga pertumbuhan jalan
Kereta Api tumbuh dengan pesat.

b. Revolusi industri 2.0

Revolusi Industri 2.0 atau dikenal dengan revolusi teknologimuncul pada awal abad
20 ditandai dengan penemuan listrik oleh Nikola Tesla dan Thomas Alva Edison yang
membuat sistem kerja listrik sebagai sumber penggerak mesin. Meskipun demikian,
masih ada kendala yang menghambat proses produksi di pabrik, yaitu masalah
transportasi. Ketika industri transportasi roda empat mengalami kesulitan alur
produksi hingga menjadi mobil utuh, mulai ada titik terang. Pada tahun 1913, dengan
terciptanya lini produksi atau assemblyline yang menggunakan ban berjalan
atau conveyorbelt, yang membuat proses produksi menjadi lebih mudah. Para perakit
mobil dilatih untuk menjadi spesialis yang mengurus satu bagian saja dan melakukan
pekerjaannya dengan bantuan alatlistrik yang jauh lebih mudah dan murah.

Saat itu pekerja diminta untuk mempelajari spesialisasi pekerjaan agar skill mereka


lebih terasah. Di luar conveyorbelt, diciptaan penggerak mesin jarak jauh yang
memberikan dampak besar dalam proses pembuatan alat untuk Perang Dunia. Ribuan
tank, pesawat, dan senjata diciptakan dari pabrik-pabrik yang menggunakan lini
produksi dan ban berjalan. Hal ini terjadi karena adanya produksi
massal (massproduction). Perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat
industri, pada era ini manajemen bisnis mengalami perkembangan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi fasilitas produksi. Hal ini yang kemudian
membentuk adanya divisi-divisi pekerjaan dimana setiap pekerja hanya bekerja dalam
bagian tertentu dari seluruh proses pekerjaan. Sehingga, Assembly Lines atau proses
manufaktur dimana setiap bagian disusun berdasarkan urutan untuk menghasilkan
produk jadi yang lebih cepat dari metode manufaktur yang biasa dilakukan.

Pada periode ini terjadi kemajuan industri yang sangat cepat di Inggris, Jerman,
Amerika, Perancis, dan jepang. Selanjutnya revolusi industri ini menyebar ke seluruh
Eropa dan Amerika. Revolusi industri 2.0 ini merupakan kelanjutan yang tidak
terpisahkan dari revolusi industri sebelumnya yang mulai di Inggris pada abad ke-18.
Revolusi teknologi dimana dalam periode ini terjadi lompatan besar dan radikal dalam
perkembangan teknologi dan budaya masyarakat. Inovasi pada periode ini merupakan
pengembangan industri sebelumnya dengan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi
dan berlangsung sekitar tahun 1900- 1960 yang memiliki ciriditandai dengan
ditemukannya mekanisasi sistem produksi massal dengan menggunakan jalur
perakitan yang lebih efektif dan efisien, serta adanya standarisasi mutu dan kualitas.
Beberapa inovasi dan kemajuan pada periode Revolusi Industri 2.0 antara lain :

1. Pengembangan sumber daya energi seperti minyak bumi, batu bara sebagai
sumber bahan bakar baru.
2. Periode awal teknologi listrik yaitu penemuan arus listrik AC dan DC yang
bisa difungsikan untuk pembuatan motor listrik (elektrifikasi).
3. Inovasi baru produksi besi dan baja dalam skala besar.
4. Produksi massal mobil dan pesawat sebagai alat transportasi massal.
5. Meluasnya pemakaian mesin industri untuk manufaktur.
6. Meluasnya penggunaan telegraf yang memungkinkan untuk melakukan
komunikasi jarak jauh (Kusnandar)
 Di Indonesia

Indonesia mulai memasuki era Industrialisasi pada Tahun 1826 era Industri Indonesia
dimulai pada jaman kolonial Belanda. Yang mengejutkan, dari beberapa fakta,
ternyata era Industri ini berdekatan waktunya dengan awal perkembangan Industri di
Inggris dan Amerika, yaitu abad ke-18. Industri di Indonesia dimulai bersamaan
dengan awal perkembangan Pabrik-pabrik Gula di Jawa. Gula menjadi komoditas
utama pada jaman kolonial Belanda. Awalnya pengolahan tebu menjadi gula masih
tradisional dan sederhana. Tahun 1826, Indonesia pada jaman Hindia Belanda telah
memiliki tiga pabrik gula menggunakan mesin - mesin produksi dan SteamEngine
( Ketel Uap ). Inilah titik awal lahirnya Industri di Indonesia. Pada tahun 1837 – 1838
didirikan pabrik-pabrik gula meggunakan mesin-mesin yang lebih modern di wilayah
wonopringgo, Sragie, dan Kalimatie. Pertumbuhan industri ini menyebabkan
tingginya permintaan akan tenaga kerja. Pada masa inilah, sejarah panjang tenaga
kerja kontrak di mulai dan pendorong penerapan sistem tanam paksa ( cultuurstelsel )
tahun 1830 untuk mendapatkan suplay tenaga kerja dan bahan baku (tebu) dengan
biaya yang murah.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki riwayat sejarah panjang sebagai


daerah penghasil timah Timah yang berlimpah hal ini mengundang para imperialis
datang ke Pulau Bangka dan hasil pertambangan timah dibawa ke kawasan Eropa
melalui Muntok, yang terletak di ujung bagian barat Pulau Bangka. Di masa kolonial
Belanda, pertambangan timah di Bangka dikelola olch badan usaha pemerintah
kolonial “Banka Tin WinningBedrijf” (BTW) dan di Belitung dilakukan oleh
perusahaan swasta Belanda, masing-masing Gemeexnschappelijke Mijnbouw
Maatschappij Biliton (GMB).
Tahun 1919 kolonial Belanda beradadi Kabupaten Muara Enim hal ini tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan pertambangan batu barayang berada di Tanjung Enim,
dengan metode penambangan terbuka wilayahpertambangan pertama yaitu di
tambang Air Laya. Kegiatan penambangan dilanjutkan dengan metode penambangan
bawah tanah dari tahun 1923 sampai 1940. Produksi untuk kepentingan komersial
dimulai pada 1938. Setelah Indonesia merdeka, status perusahaan berubah menjadi
perusahaan nasional pada tahun 1950, dengan nana Perusahaan Nasional Tambang
Arang Bukit Asam.

c. Revolusi industri 3.0

Setiap revolusi mempunyai suatu penanda yang menjadi bukti bahwa terjadi
perkembangan, revolusi industri 1.0 memiliki penanda utama berupa lahirnya mesin
uap untuk industri yang kegunaannya menggantikan tenaga otot. Penanda revolusi
industri 2.0 adalah lahirnya teknologi listrik, tetapi kegunaan manusia masih sangat
penting dalam proses produksi barang. Untuk revolusi industri 3.0 dimulai pada tahun
1960-an, pada revolusi ini peranan manusia hanya sedikit dibutuhkan atau dikurangi.
Terjadi perubahan secara besar pada revolusi industri 3.0 ini adalah pada penggantian
manusia sebagai tenaga kerja atau sebagai tenaga produksi, karena pada era ini
tenaga manusia banyak digantikan atau dikurangi oleh mesin yang bergerak dan
dapat berpikir secara otomatis. Revolusi 3.0 ditandai dengan lahirnya mesin pintar
yang berteknologi khusus yaitu komputer dan robot, pada abad revolusi ini juga
disebut sebagai abad informasi. Penggunaan komputer pada industri mengurangi
peran manusia sehingga pada revolusi ini terjadi digitalisasi pada proses produksi.
Kemajuan teknologi informasi mempermudah pekerjaan manusia dalam
melaksanakan aktivitas, karena dapat dikendalikan oleh komputer yang dikenal
dengan istilah komputerisasi, manusia tidak lagi mengendalikan mesin industri dan
mulai menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem otomatisasi
berbasis komputer yang membuat produksi menjadi semakin mudah dan tidak
membutuhkan waktu lama dalam proses produksi atau menyelesaikan sebuah
pekerjaan. Seperti mengirim dokumen, menghitung formula yang rumit, hingga
sampai membuat pencatatan keuangan. Dalam dunia manufaktur, Revolusi Industri
3.0 dapat dikatakkan sebagai revolusi yang sangat penting, karena manufaktur
menuntut ketepatan dan ketelitian yang sangat tinggi, dimana kemampuan manusia
yang belum mumpuni, penggunaan teknologi menjadi solusi yang tepat, sehingga
produksi dalam jumlah besar dapat dilakukan secara otomatis, cepat, dan juga
berkualitas. Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimulainya Revolusi
Industri 3.0. Proses revolusi industri ini jika dikaji dari sudut pandang seorang
sosiolog Inggris yang bernama David Harvey, beliau mengatakan bahwa sebuah
proses pemampatan ruang dan waktu. Ruang dan waktu semakin terkompresi dan
semakin memuncak pada revolusi tahap 3.0, yakni revolusi digital. Waktu dan ruang
tidak lagi berjarak, revolusi 3.0 menyatukan keduanya. Sebab itu, era digital sekarang
mengusung sisi kekinian (real time). Pada periode ini th 1960-2010 melahirkan
inovasi pengembangan sistem perangkat lunak untuk memanfaatkan perangkat keras
elektronik. Banyak penemuan-penemuan dan pembuatan perangkat elektronik yang
memungkinkan untuk melakukan otomatisasi operasional mesin-mesin menggantikan
peran operator produksi. Beberapa inovasi dan kemajuan pada periode Revolusi
Industri 3.0 antara lain :

1. Teknologi komputer.
2. Akses internet.
3. Peralatan elektronik smartphone.
4. Inovasi sistem perangkat lunak.
5. Inovasi dan pengembangan sumber energi baru.

Internet berasal dari istilah Interconnected Network yang artinya sekumpulan


komputer yang saling terhubung pada jaringan komputer di seluruh dunia. Pada
awalnya, internet disebut sebagai ARPANET (Advanced Research Project Agency
Network) pada tahun 1960, yang merupakan proyek yang dibuat oleh Dapartemen
Pertahanan Amerika Serikat diketuai oleh Joseph Licklider. Internet pada awalnya
digunakan untuk kepentingan kesehatan dan militer yang menghubungkan empat situs
saja, yaitu University of Utah, Stanford Research Institute, Santa Barbara, dan
University of California dan membentuk satu jaringan terpadu pada 1969. Kemudian
berkembang lagi menjadi 2 bagian yaitu ARPANET untuk kepentingan non militer
dan MILnet untuk militer. Dua ahli komputer bernama Bob Kahn dan Vinton Cerf
muncul untuk mempresentasikan gagasan membuat kelompok kerja yang bernama
International Network Working Group (INWG), agar internet bisa dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat dunia. Kemudian Vinton Cerf dinobatkan sebagai Bapak
Internet.
Revolusi industri 3.0 merupakan awal perkembangan teknologi informasi.
Kemajuan tekonologi komputer berkembang sangat pesat setelah perang dunia
kedua. Perkembangan perkembangan ukuran komputer dibarengi dengan
teknologi komputer. Pada awalnya, komputer memiliki ukuran yang sangat
besar, yaitu mencapai ukuran sebuah kamar tidur. Dalam perkembangannya, pada
saat ini ukuran komputer semakin kecil. Selain ukuran daya listrik yang
digunakan juga semakin kecil. Komputer sebagai generasi pertama, membutuhkan
daya listrik sekitar 8500 watt, sedangkan komputer pada era sekarang
membutuhkan daya listrik yang sangat sedikit namun memiliki kemampuan yang
sangat tinggi. Teknologi digital dan internet mulai dikenal pada akhir era ini. Dengan
adanya teknologi digital, suatu negara dapat mendorong perekonomiannya kearah
ekonomi digital. Era ekonomi digital sudah muncul mulai tahun 1980-an, dengan
menggunakan komputer dan internet sebagai teknologi yang digunakan untuk
efisiensi bisnis sehingga perdagangan elektronik atau e-commerce dapat berkembang
yang dapat mengubah tatanan sosial ekonomi dunia.

d. Revolusi industri 4.0


 Perkembangan dan Pengembangan Teknologi 4.0

Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimulainya Revolusi Industri


3.0. Proses revolusi industri ini jika dikaji dari sudut pandang seorang sosiolog
Inggris yang bernama David Harvey, merupakan sebuah proses pemampatan ruang
dan waktu. Ruang dan waktu semakin terkompresi dan semakin memuncak pada
revolusi tahap 3.0, yakni revolusi digital. Waktu dan ruang tidak lagi berjarak. Pada
tahap revolusi industri sebelumnya, yaitu revolusi kedua (Revolusi 2.0), dengan
hadirnya teknologi mesin yang dapat menciptakan sebuah mobil (kendaraan),
membuat waktu dan jarak makin dekat. Revolusi 3.0 menyatukan keduanya. Sebab
itu, era digital sekarang mengusung sisi kekinian (real time).

Yang mengusung kekinian, revolusi industri 3.0 mengubah pola relasi dan
komunikasi masyarakat kontemporer. Praktik bisnis pun mau tidak mau harus
berubah agar tidak tertelan zaman.Namun, revolusi industri ketiga juga memiliki sisi
yang layak diwaspadai. Teknologi membuat pabrik-pabrik dan mesin industri lebih
memilih mesin ketimbang manusia. Apalagi mesin canggih memiliki kemampuan
berproduksi lebih berlipat. Konsekuensinya, pengurangan tenaga kerja manusia tidak
terelakkan. Selain itu, reproduksi pun mempunyai kekuatan luar biasa. Hanya dalam
hitungan jam, banyak produk dihasilkan. Jauh sekali bila dilakukan oleh tenaga
manusia. Lalu pada revolusi industri generasi 4.0, manusia telah menemukan pola
baru ketika disruptif teknologi (disruptive technology) hadir begitu cepat dan
mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent. Era ini yang ditandai
dengan hadirnya Internet of Things, Big Data, Articial Intelligence, Human Machine
Interface, Robotic and Sensor Technology, 3D Printing Technology.

Lebih dari itu, pada era industri generasi 4.0 ini, ukuran besar perusahaan tidak
menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih
prestasi dengan cepat. Sejalan dengan perkembangan Revolusi Industri 4.0 tersebut,
perusahaan membutuhkan pekerja dengan keterampilan baru, yang mungkin tidak
ada sebelumnya. Beberapa bidang pekerjaan akan mengalami peluang untuk
berkembang pesat, sementara bidang pekerjaan yang lain mungkin akan menurun.
Dalam survei yang diadakan oleh World Economic Forum (Future of Jobs
Survey2018), diketahui terdapat 4 (empat) tren Kalau kita perhatikan tahap revolusi
dari masa ke masa timbul akibat dari manusia yang terus mencari cara termudah
untuk beraktitas. Setiap tahap menimbulkan konsekuensi pergerakan yang semakim
cepat. Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan umat manusia. Berdasarkan
survey tersebut, hingga tahun 2022, diperkirakan akan terdapat 92% perusahaan
global yang akan mengadopsi penggunaan big data analytics sebagai salah satu
teknologi utama. teknologi yang akan mendominasi industri pada tahun 2018-2022
yaitu: high-speed mobile internet, articial intelligence, big data analytics, dan cloud
technology. Keempat teknologi tersebut diyakini akan banyak mempengaruhi
perkembangan bisnis perusahaan.

Proporsi cukup besar akan terjadi untuk penggunaan teknologi lainnya seiring
dengan Revolusi Industri 4.0, seperti; Internet of Things, machine learning, dan
cloud computing. Hampir 50% perusahaan mengharapkan bahwa otomatisasi
(automation) akan dapat meningkatkan esiensi mereka pada tahun 2022, dan 38%
dari bisnis yang disurvei berharap penggunaan automation dapat memperluas tenaga
kerja mereka ke peran yang lebih kreatif dan strategis. Beberapa bidang pekerjaan
yang kebutuhannya akan meningkat sehubungan dengan Revolusi Industri 4.0 antara
lain: Software & Applications Developers / Analysts, Data Analysts and Scientists
dan Robotics Specialists and Engineers.
 Industri Fintech di Indonesia

Arner, Barberis, dan Buckley (2015) menjelaskan bahwa istilah ntech mengacu
pada penggunaan teknologi untuk memberikan solusi keuangan. istilah ntech
dapat diartikan sebagai bentuk implementasi dan pemanfaatan teknologi untuk
peningkatan layanan jasa perbankan dan keuangan. industri ntech saat ini
didorong oleh kebutuhan dari pelanggan atau market industri tersebut. Inovasi-
inovasi yang dilakukan oleh para pelaku startup di industri ntech ditujukan untuk
menjawab kebutuhan pelanggan, serta menyesuaikan dengan tren perilaku
pelanggan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan paradigma dalam industri
di sektor keuangan.

Perkembangan industri fintech di Indonesia tentunya tidak lepas dari lembaga


pengawasan pemerintah. Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
merupakan dua lembaga pemerintah yang memiliki wewenang untuk memantau
perkembangan industri ntech. Kedua lembaga pengawasan ini tentunya tidak
memiliki tugas dan fungsi yang tumpang tindih. Bank Indonesia berfokus untuk
mengatur dan mengawasi para pelaku ntech di bidang jasa keuangan pembayaran
(payment), sedangkan OJK berfokus pada pelaku ntech di bidang jasa keuangaan
pendanaan (lending). Masing-masing lembaga memiliki regulasi yang wajib
untuk diketahui dan dipahami oleh para pelaku fintech.Sedangkan OJK memiliki
3 (tiga) regulasi yang mengatur tentang ntech, yaitu Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi Informasi, POJK Nomor 37/POJK.04/2018 tentang
Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi
(Equity Crowdfunding), dan POJK Nomor 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi
Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan. Selain Bank Indonesia dan OJK,
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Kementerian Perdagangan
(Bappebti) pun memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengawasi
penyelenggara ntech di Indonesia yang berfokus pada komoditi seperti emas dan
aset kripto.

Secara umum, industri ntech di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)


kelompok, yaitu:
01. Sistem pembayaran (payment), berkembang sebagai alat pembayaran non
tunai yang dapat digunakan untuk transaksi dengan merchant. Contoh: OVO,
Go-Pay, Dana, LinkAja.- 02.
02. Pendanaan/pembiayaan (lending), untuk pelaku ntech di bidang lending di
Indonesia, di kelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
a. Peer-to-peer lending (P2P Lending), platform yang menghubungkan
peminjam (debitur) dan orang yang meminjam dana (kreditur). Contoh:
Modalku, Investree, Amartha, KoinWorks)
b. Balance sheet lending, platform yang memberikan pinjaman langsung
dari dana mereka sendiri. Contoh: Uang Teman, Julo, Tunai Kita, Doctor
Rupiah) Penyedia pinjaman online (online credit), platform yang
menyediakan fasilitas kredit untuk transaksi yang dilakukan secara
online. Contoh: Akulaku, Kredivo, Cicil.
c. Penyedia pinjaman online mekanisme gadai, platform yang memberikan
pinjaman dana dengan mekanisme gadai. Contoh: Pinjam
03. Fintech lainnya, penyelenggara platform ntech di luar sistem pembayaran
dan pendanaan. Pada kelompok ntech lainnya ini, penyelenggara ntech yang
dapat dikatakan cukup berkembang adalah penyelenggara ntech di bidang
crowdfunding dan digital banking. Contoh: Kitabisa.com, Jenius by BTPN,
Digibank by DBS.

Melalui pengembangan ntech, para pelaku industri di sektor keuangan dapat


menjangkau kelompok unbanked population tersebut. bahwa teknologi keuangan
di Indonesia berkembang dengan luar biasa karena dapat menjangkau sampai
daerah terpencil. Diperkirakan layanan ntech P2P Lending di Indonesia sudah
menjangkau 5.160.120 nasabah, dimana kurang lebih terjadi kenaikan sebesar
18,91% di Januari 2019. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, paradigma
ini menekankan pada pemenuhan kebutuhan pelanggan. Proses bisnis dalam
sektor keuangan di era ekonomi digital menjadi lebih cepat dan mudah untuk
digunakan, tidak terlalu ketat dengan peraturan, namun tetap sesuai dengan
regulasi yang sudah ditentukan oleh para regulator terkait.

a) Sektor kebudayaan, pariwisata, dan ekonomi kreatif


Scheneider (2006) mengatakan, kebudayaan adalah sesuatu yang bersifat
komunikatif, dapat dipahami dengan mudah oleh semua kalangan dengan latar
belakang budaya yang berbeda. Hubungan kebudayaan yang melibatkan dua atau
lebih negara dapat menciptakan konektivitas yang lebih dekat dan merupakan
alat diplomasi efektif. Ekonomi digital telah memasuki seluruh sektor kehidupan
manusia, termasuk di sektor kebudayaan, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
Berbagai aplikasi yang menawarkan kemudahan bagi masyarakat untuk
melakukan perjalanan wisata banyak bermunculan. Sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif terus mengalami perkembangan dengan adanya pengkayaan
budaya lokal yang menjadi sumber daya untuk mendorong perkembangan
ekonomi lokal pada era digital.

Ekonomi Kreatif menghasilkan penjabaran bahwa ekonomi kreatif mendorong


peningkatan pendapatan, penciptaan pekerjaan, dan pendapatan ekspor sekaligus
mempromosikan kepedulian sosial, keragaman budaya, dan pengembangan
manusia; menyertakan aspek sosial, budaya, dan ekonomi dalam pengembangan
teknologi, Hak Kekayaan Intelektual, dan pariwisata; kumpulan aktivitas
ekonomi berbasiskan pengetahuan dengan dimensi pengembangan dan
keterhubungan lintas sektoral pada level ekonomi mikro dan makro secara
keseluruhan; suatu pilihan strategi pengembangan yang membutuhkan tindakan
lintas kementerian dan kebijakan yang inovatif dan multidisiplin; dan di jantung
Ekonomi Kreatif terdapat Industri Kreatif.

Ekonomi kreatif didenisikan sebagai era baru ekonomi setelah ekonomi


pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi, yang mengintensifkan
informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari
sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan
ekonominya. Yang kemudian disimpulkan bahwa Ekonomi Kreatif dalam
hubungannya dengan Industri Kreatif adalah kegiatan ekonomi yang mencakup
industri dengan kreativitas sumber daya manusia sebagai aset utama untuk
menciptakan nilai tambah ekonomi.

Sektor kebudayaan, pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan salah motor


penggerak bisnis Indonesia dan merupakan beberapa sektor potensial untuk
dikembangkan dalam ekonomi digital. Dengan didukung teknologi digital yang
mumpuni, beberapa sektor tersebut diprediksi mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Industri ekonomi kreatif berbasis elektronik terus
berkembang pesat. Karena itu, banyak orang sudah memanfaatkan peluang
bisnis ini.

 EKONOMI DIGITAL DI ERA INDUSTRI 4.O DI INGGRIS (UK)

Eropa diperkirakan berada di ambang revolusi industri keempat, yaitu Industri 4.0
(I4). Revolusi ini dapat dianggap sebagai “transformasi menyeluruh dari seluruh
bidang produksi industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet
dengan industri konvensional” [1]. Tujuan seperti kemampuan untuk menghasilkan
ukuran batch satu sementara mencapai skala ekonomi sebanding dengan produksi
massal [2], sering digunakan untuk berkomunikasi dan memotivasi dan Revolusi
Industri 4.0 masuk pada tahun 2011, salah satunya di negara UK (Inggris).

Inovasi dapat dikatakan sebagai didorong oleh pengaruh pemerintah seperti proyek
Industri 4.0 yang terutama diprakarsai oleh pemerintah Jerman dan laporan
pemerintah Jerman dan diikuti oleh negara Inggris (UK). Menurut Engel (2015, p36)
inovasi merupakan pendorong utama di seluruh dunia untuk “meningkatkan vitalitas
ekonomi dan daya saing masyarakat, wilayah, dan bangsa”. Ia juga menjelaskan, hal
ini dapat dirangsang oleh berbagai faktor dan kebijakan yang diterapkan di berbagai
kawasan di dunia.Namun, Industri 4.0 tidak hanya berisi tentang TIK bahkan lebih
dari itu yaitu melainkan berisi tentang Cyber-Physical-Systems (CPS) misalnya,
yang menghubungkan dunia fisik dengan dunia virtual. Ini pada akhirnya bertujuan
untuk jaringan yang pabrik juga disebut pabrik pintar melalui penciptaan Internet of
Things and Services.

Menurut Kagermann dkk. (2013) Industri 4.0 mengandung banyak peluang untuk
pengembangan masa depan di banyak bagian kehidupan bisnis yaitu Mengenai
memenuhi kebutuhan pelanggan individu, fleksibilitas, pengambilan keputusan yang
dioptimalkan , produktivitas sumber daya, menciptakan peluang nilai, menanggapi
perubahan demografis di tempat kerja dan keseimbangan kehidupan kerja.
Seberapa jauh Inovasi harus tertanam dalam sebuah perusahaan ditunjukkan oleh
Hamel (2007)yang menulis bahwa tiga tantangan yang paling berat adalah :

1. Secara dramatis mempercepat laju pembaruan strategis dalam organisasi besar


dan kecil
2. Menjadikan inovasi pekerjaan setiap orang, setiap hari
3. Menciptakan lingkungan kerja yang sangat menarik yang menginspirasi
karyawan untuk memberikan yang terbaik dari diri mereka sendiri.

Selain inovasi, juga terdapat CPS adalah sistem yang “menawarkan integrasi
komputasi, jaringan, dan proses fisik”.
Sistem ini memiliki perangkat lunak yang saling terkait dan instance fisik yang
berkomunikasi satu sama lain. Dalam Transformasi Digital menurut Murray dkk.
(2016) menjelaskan, bahwa Internet of Things (IoT) akan menciptakan nilai. IoT
adalah singkatan dari berbagai teknologi yang akan mengubah cara manusia dan
mesin akan berinteraksi. Hal ini akan mempengaruhi pengetahuan pekerja serta tidak
mempengaruhi pelanggan. Internet of Things (IoT) ini memunculkan sesuatu yang
bernama Business Process Management (BPM) menurut Zairi (1997, p64)
mendefinisikan BPM sebagai "pendekatan terstruktur untuk menganalisis dan terus
meningkatkan kegiatan mendasar seperti manufaktur, pemasaran, komunikasi dan
elemen utama lainnya dari operasi perusahaan". Dan menekankan pentingnya aspek
kunci dalam bisnis yang sistem kualitas, struktur kualitas, strategi dan manajemen
proses. Dalam Transformasi Digital, Murray dkk. (2016) menjelaskan, bahwa
Internet of Things (IoT) akan menciptakan nilai. IoT adalah singkatan dari berbagai
teknologi yang akan mengubah cara manusia dan mesin akan berinteraksi. Hal ini
akan mempengaruhi pengetahuan pekerja serta tidak mempengaruhi pelanggan.
Sehingga dalam IoT akan menggabungkan antara CPS dan BPM yang menerapkan
dalam "lingkungan manufaktur Pabrik Cerdas".

d. Peranaan Ekonomi Digital Dalam Kemajuan Ekonomi Bangsa di Berbagai:


Aspek
 Peranan Ekonomi Digital Dalam Kemajuan Ekonomi Bangsa: Aspek Keuangan

Kehadiran ekonomi digital dirasakan dengan semakin maraknya bisnis dan perdagangan
yang menggunakan internet sebagai media komunikasi dan kolaborasi hubungan antar
perusahaan maupun individu. Di era tahun 1990 an, hampir di seluruh dunia dipengaruhi
oleh revolusi internet, yang dampak utamanya adalah menurunnya biaya dalam transaksi
keuangan. Pertumbuhan tingkat pengguna smartphone pada pertengahan 2000-an
memengaruhi tingkat pertumbuhan keuangan seluler, seperti pembayaran seluler
maupun mobile banking, yang merupakan perpanjangan dari jasa keuangan. Lembaga
keuangan memberikan akses kepada pengguna mobile banking untuk mengakses
informasi rekening bank dan melakukan pembayaran tagihan dan pengiriman uang
melalui perangkat seluler yang mereka gunakan. Kemajuan teknologi yang didorong
dengan revolusi internet telah mengubah industri keuangan yang mengarah pada
perubahan layanan keuangan elektronik. Perubahan ini terlihat pada hampir semua
bentuk layanan keuangan seperti perbankan, asuransi bahkan perdagangan saham
dilakukan dengan menggunakan media elektronik. Sistem layanan keuangan
memudahkan orang atau institusi untuk mengakses akun, melakuan transaksi bisnis dan
melakkan transaksi tanpa harus melakukan kontak fisik serta memperoleh informasi
mengenai produk atau layanan tanpa harus datang ke tempat jasa keuangan, karena bisa
dilakukan dengan online, perubahan ini muncul akibat adanya perkembangan ekonomi.
Sistem keuangan online ini mempunyai potensi tersendiri menurut perbankan, dimana
dalam melakukan transaksi biaya operasional menjadi lebih murah. Sektor keuangan
adalah hal yang tidak akan bisa dipisahkan dalam perkembangan ekonomi digital.
Dengan adanya perkembangan ekonomi digital menyebabkan perubahan juga pada
bentuk uang, muncul uang elektronik yang bisa digunakan untuk transaksi dengan cepat,
efisien serta hemat, namun uang kertas dan logam masih dapat digunakan dalam
masyarakat.

Perkembangan ekonomi digital menyebabkan munculnya Financial Teknologi (Fintech)


sebagai sebuah bentuk layanan perbnkan dan keuangan berbasis perangkat lunak dalam
memberikan jasa keuangan dengan menggunakan program komputer maupun teknologi
lainnya yang menyebabkan aktivitas keuangan menjadi serba digital. Dengan semakin
berkembangnya sistem keuangan, maka akan semakin meningkatkan pengguna Fintech.
Fintech memiliki kemampuan yang besar dalam merubah atau merestrukturisasi bentuk
layanan keuangan yang telah ada. Di mana kebanyakan Fintech menggabungkan bentuk
layanan keuangan dengan aktivitas tambahan yang terkait dengan perdagangan
elektronik (ecommerce). Selain itu dalam inovasinya fintech menyediakan berbagai
pilihan pembayaran mulai dari efisiensi dan keamanan pembayaran. Layanan fintech ini
memberikan pengalaman yang baru dalam hal efisiensi biaya, dimana kehadirannya
memberikan solusi yang sangat terfokus dan memberikan pengalaman yang lebih
personal kepada pelanggan dalam memanfaatkan kekuatan teknologi digital yang
memberian nilai (Kumail Abbas Rizvi, Naqvi dan Tanveer, 2018). Fintech menjadi
lebih fleksibel dibanding bisnis keuangan konvensian atau bank lainnya. Misalnya pada
proses pengajuan pinjaman, pada jasa keuangan konvensial dengan beragamnya proses
administrasi yang harus dilengkapi oleh konsumen. Berbeda dengan bisnis FinTech,
kelengkapan berkas yang dibutuhkan lebih sedikit dan dapat dilakukan dengan hanya
mengunggah dokumen yang dibutuhkan melalui internet (Posma Sariguna Johnson
Kennedy, 2017). Inovasi yang terjadi pada perusahaan Fintech dalam hal teknologi dan
model bisnis akan meningkatkan efisiensi dan kemampuan dalam semua bidang dan
aspek industri keuangan. Hal ini menunjukkan masa depan yang cerah pada sektor
layanan perbankan di mana teknologi memungkinkan lebih banyak kemungkinan dalam
layanan keuangan dan perbankan (Chen, 2016).

Fintech merupakan inovasi dalam industri keuangan yang berkembang dengan cepat
didorong oleh pemerataan ekonomi. FinTech memberikan ekosistem baru industri
keuangan di mana dengan biaya rendah dapat memberikan layanan keuangan yang
berkualitas dan menciptakan lingkungan keuangan yang lebih beragam dan stabil.
Ekosistem Fintech merupakan suatu bentuk kolaborasi antara pemerintah, lembaga
keuangan dan pengusaha. Dalam kolaborasi ini diharapkan dapat membentuk efisiensi
dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan pelanggan. Ekosistem FinTech berperan penting
dalam memelihara inovasi teknologi yang diperlukan guna membuat pasar dan sistem
keuangan menjadi lebih efisien dan meningkatkan pengalaman pelanggan secara
keseluruhan.

 Peranan Ekonomi Digital Dalam Kemajuan Ekonomi Bangsa: Aspek Teknologi

Era revolusi 4.0. telah merubah model, pola kompetisi, sistem ekonomi dan pola
perdagangan serta sosial masyarakat (Selase et al., 2019). Seluruh dunia bergerak ke
arah sistem ekonomi yang didasarkan pada inovasi berkelanjutan yang sangat
bergantung kepada teknologi. Teknologi tersebut menjadi komponen yang tidak
terpisahkan dari usaha dalam berinovasi (Schumpeter, 1942 di dalam Chege, Wang &
Suntu, 2020). Penggunaan teknologi digital dalam bentuk teknologi informasi dan
komunikasi merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk berinovasi (Lu,
2017). Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi adalah
pemanfaatan platform/ aplikasi digital yang memanfaatkan internet.

Teknologi Informasi dan Komunikasi membuat banyak inovasi yang melibatkan


internet di sektor ekonomi sehingga berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi
(Donou-Adonsou, 2019). Sektor ekonomi beradaptasi terhadap perkembangan teknologi
terutama dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi. Banyak negara maju telah
mendapatkan keuntungan pertumbuhan ekonomi dari kemajuan teknologi, tetapi masih
banyak negara berkembang belum melakukan hal yang sama (Donou-Adonsou, 2019).
Bentuk adaptasi sektor ekonomi terhadap perkembangan ini adalah terbentuknya
ekonomi digital yang merupakan salah satu bentuk inovasi dalam bidang ekonomi.

Konsep ekonomi digital pertama kali diperkenalkan oleh Don Tapscott (The Digital
Economy, 1995), yaitu sebuah sosiopolitik dan sistem ekonomi yang mempunyai
karakteristik sebagai sebuah ruang intelijen, meliputi informasi, berbagai akses
instrumen, kapasitas, dan pemrosesan informasi. Komponen ekonomi digital yang
berhasil diidentifikasi pertama kalinya yaitu industri teknologi, informasi, dan
komunikasi (TIK), aktivitas e-commerce, serta distribusi digital barang dan jasa.

Sektor industri berkembang seiring dengan perkembangan teknologi sehingga


membawa dampak pada perekonomian suatu negara, dan membawa masyarakat
memasuki era ekonomi digital. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
potensi besar dalam perkembangan ekonomi digital. Ekonomi digital Indonesia semakin
dikembangkan dan diintegrasikan oleh pemerintah melalui peraturan dan workshop
yang diadakan oleh Kementerian.

Munculnya berbagai macam aplikasi digital sebagai alat pembayaran merupakan salah
satu bukti yang menunjukkan perkembangan sektor finansial di era ekonomi digital.
Selain sistem pembayaran, ekonomi digital mengeluarkan teknologi berupa aplikasi-
aplikasi digital yang berkaitan dengan sistem pembayaran mulai banyak dikembangkan
dan digunakan oleh masyarakat.

Transformasi ekonomi dari ekonomi konvensional menjadi ekonomi digital merupakan


kebijakan dalam meningkatkan pembangunan ekonomi di Indonesia, melalui penerapan
Revolusi industri 4.0, pengembangan sektor keuangan melalui teknologi finansial
(Fintech) dan memperluas perdagangan berbasis digital (e-coomerce). Di sisi lain untuk
meningkatkan efesiansi dalam transaksi keuangan masyarakat didorong untuk
menggunakan transaksi e-money agar terjadi sistem transaksi pembayaran tanpa uang
kertas atau cashless payment.

 Peranan Ekonomi Digital Dalam Kemajuan Ekonomi Bangsa: Aspek Pendidikan

Perkembangan dunia pada saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0, bentuk
kehidupan manusia telah berbasis informasi yang dimana kehadiran revolusi industri 4.0
memang menghadirkan lini usaha baru, lapangan kerja baru, profesi baru yang tak
terpikirkan sebelumnya. Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain
dari industri 4.0. Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan
otomatisasi pencatatan di semua bidang. Pada revolusi industri 4.0 mau tidak mau harus
menyiapkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing secara global, dan menguasai
perkembangan teknologi merupakan hal yang penting untuk semua orang dan penting
bagi masa depan suatu negara.

Pendidikan salah satu faktor pendukung dalam menghadapi revolusi industri 4.0 namun
hal tersebut telah merubah perkembangan sistem pendidikan di dunia dan di Indonesia
pada khususnya. Sistem pendidikan adalah strategi atau metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi di dalam dirinya (Andran, 2014). Di Indonesia kesiapan
menghadapi tantangan pendidikan era revolusi industri 4.0 adalah segera meningkatkan
kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia Indonesia melalui pendidikan
dengan melahirkan operator dan analis handal bidang manajemen pendidikan sebagai
pendorong kemajuan pendidikan berbasis teknologi informasi di Indonesia. Kebijakan
manajemen pendidikan di Indonesia saat ini mendorong seluruh level pendidikan,
terutama pendidikan tinggi untuk memanfaatkan kemajuan teknologi digital dan
komputasi pendidikan era revolusi industri 4.0.

Dalam Konsep Ekonomi Digital telah Mentransformasi Gagasan Konvensional yang


dimana pada konsep tersebut telah meruntuhkan sistem perekonomian. Gagasan
konvensional ini telah memberikan beberapa perubahan yaitu dalam dunia bisnis dan
pendidikan. Dalam aspek pendidikan telah mengusung penggunaan teknologi dan
internet. Tidak hanya itu, gagasan konvensional juga telah memberikan perubahan
dalam kegiatan ekonomi digital yang mampu melampaui batas – batas tradisional
dengan hanya menggunakan teknologi dan internet.

Kohlberg, (2005) menyatakan bahwa pendidikan moral merupakan suatu upaya


membantu peserta didik dalam menuju satu tahap perkembangan sesuai dengan
kesiapan mereka. Peranan guru adalah memperkenalkan peserta didiknya dengan
berbagai masalah konflik moral yang realistik. Dilema-dilema moral sudah cukup untuk
menggerakkan perkembangan moral untuk membantu peserta didik dalam menyikapi isi
nilai. Untuk meningkatkan keberhasilan program pendidikan moral, maka upaya
pendidikan tersebut haruslah dilakukan dalam satu just school environment. Nilai-nilai
yang mulai tergerus akibat tranformasi industri 4 adalah sebagai berikut :

1 Nilai Kultural. Nilai kultural adalah nilai yang berhubungan dengan budaya,
karakteristik lingkungan sosial dan masyarakat (Djhiri, 2002). Pendidikan dap
menolong siswa untuk melihat nilai-nilai kultural sosial secara sistematis dengan
cara mengembangkan keseimbangan yang sehat antara sikap terbuka (openness)
dan tidak mudah percaya (skepticism).
2 Nilai Yuridis Formal Nilai Yuridis formal adalah nilai yang berkaitan dengan
aspek politik, hukum dan ideologi (Djahiri, 2002). Nilai sosial politik suatu
bahan ajar merupakan kandungan nilai yang dapat memberikan petunjuk kepada
manusia untuk bersikap dan berperilaku sosial yang baik ataupun berpolitik yang
baik dalam kehidupannya.
3 Nilai Religius Mempertahankan nilai-nilai tersebut merupakan tantangan terberat
dalam menghadapi revolusi industri 4.0 Perkembagan jaman menuntut manusia
lebih kreatif karena pada dasarnya jaman tidak bisa dilawan. Revolusi industri
4.0 banyak menggunakan jasaa mesin dibandingkan manusia. Tetapi ada hal
penting yang membedakan mesin dengan manusia yaitu dari segi nilai
kemanusiaan yang tidak dimiliki oleh mesin. Penanaman nilai inilah yang perlu
diperkuat untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa khususnya di dunia
pendidiakan.
 Peranan Ekonomi Digital Dalam Kemajuan Ekonomi Bangsa: Aspek
Kependudukan

Revolusi industri merupakan sebuah perubahan yang berlangsung cepat dalam


pelaksanaan proses produksi dimana proses produksi yang awalnya dikerjakan oleh
manusia mulai digantikan oleh mesin, sedangkan barang yang diproduksi mempunyai
nilai tambah yang komersial. Dalam konteks revolusi industri perubahan kebudayaan
dan sosial berlangsung secara cepat apalagi yang menyangkut dasar kebutuhan pokok
dengan keinginan masyarakat. Dasar dari perubahan ini adalah keinginan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang dilakukan secara cepat dan berkualitas
dengan inovasi sebagai kunci eksistensi dari perubahan tersebut. Industri merupakan
sebuah kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan mengolah bahan mentah menjadi
barang jadi atau barang setengah jadi. Skala industri memiliki lingkup yang berbeda
yakni mulai industri kecil, sedang, besar, dan industri rumah tangga, berapapun dimensi
industri menjadi tempat penciptaan lapangan kerja. Efek kesempatan kerja yang
diciptakan akan memberikan dampak petumbuhan ekonomi, berdirinya sebuah industri
memiliki multi player affect bagi berkembangnya laju perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat sekitar.

Revolusi industri memiliki peran yang besar mengenai hajat hidup masyarakat yang
disebut sebagai modal sosial, apabila sebuah modal sosial dikelola pada perspektif
pemilik modal dengan bertumpu pada profit oriented makna dari modal sosial perlahan
akan hilang, maka sesungguhnya dari revolusi industri akan berujung pada revolusi
sosial yang menyebabkan keadaan sebuah pemerintahan mengalami kekacauan. Urgensi
sinergi revolusi industri 4.0 sebagai kebutuhan dengan revolusi mental yang
menekankan aspek pemberdayaan masyarakat, yang akan mengutamakan tata nilai
pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan yang bertujuan untuk
membangun kerukunan dan kerjasama bersinergi guna mengembangkan ekonomi
masyarakat. Berdasrkan pendapat Boourdeou bahwa modal ekonomi bukanlah modal
dari segala modal, namun membangun mental atau kharakter character building suatu
masyarakat menjadi potensi ekonomi dalam struktur sosial, sehingga dapat dijadikan
sebuah dasar untuk menggerakan revolusi industri ke arah kemanfaatan.

Berdasarkan hasil survey dari situs WorlBank.org, masyarakat Indonesia saat ini sudah
semakin maju hal ini ditandai dengan peningkatan pengguna internet yang cukup
signifikan, hal ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia mulai mengikuti
perkembangan teknologi, pengunaan internet menjadi sebuah parameter pertumbuhan
perekonomian digital suatu negara.

Masalah utama untuk menilai maju dan tidaknya sebuah negara dapat dilihat dari
kualitas sumber daya manusia. Kualitas Sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia
kebanyakan masih berada pada level yang cukup rendah, hanya sebagian kecil dari
masyarakat Indonesia yang bisa menikmati pendidikan tinggi. Faktor kekayaan alam
juga menyebabkan kurang produktifnya masyarakat Indonesia. Tahun 2014 pada awal
menjelang pemilu presiden calon presiden Ir. Joko Widodo menyampaikan gagasan
pentingnya dilakukan revolusi mental, perubahan harus dilakukan ke arah lebih baik
bukan hanya institusi nmun juga perubahan pada kualitas manusia. Pada masalah ini
revolusi mental merupakan sebuah perubahan sistem nilai yang berlaku dalam
masyarakat yang menjadi pedoman berperilaku. Oleh karena itu, perubahan mentalitas
sangat dibutuhkan untuk memajukan Indonesia ditengah kompetisi global yang kian
kompetitif. Merubah pola pikir dan mentalitas bukan sebuah hal mudah untuk
dilakukan, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan. Persoalan kebiasaan yang telah
menjadi sebuah budaya perlu dilakukan perubahan secara cepat dan menyeluruh.

Paradigma revolusi mental merupakan sebuah pandangan mengenai perubahan besar


yang terjadi dalam struktur mental manusia dalam membangun mentalitas yang lebih
baik. Struktur mental manusia terbangun atas tiga hal yaitu cara berpikir (mindset); cara
meyakini (transendental value); cara bersikap (behavioral approach) baik terwujud
dalam bentuk prilaku pembangunan dan penguatan karakter mental pada masyarakat.

Revolusi industri memiliki banyak keuntungan sekaligus tantangan yang harus dihadapi
oleh setiap pelaku yang terlibat didalamnya. Dalam ekonomi negara salah satu
keuntungan adalah menemuka peluang baru namun hal itu juga diikuti oleh tantangan,
keadaan ini menimbulkan kompetisi yang makin ketat baik antar sesama individu,
perusahaan dalam negeri maupun dengan perusahaan asing namun hal ini akan
meningkatkan kualitas internal dan eksteral pelaku ekonomi. Revolusi industri
menghadirkan ekonomi berbasis teknologi atau yang lebih dikenal dengan ekonomi
digital, Pada era ini potensi Indonesia jauh lebih besar, Indonesia merupakan urutan
empat negara besar dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta penduduk dengan
masyarakat yang multikultural dan memilik banyak daerah kepulauan. Indonesia
mengalami bonus demografi dimana mayoritas penduduk Indonesia ada pada rentang
usia 15- 64 tahun, dimana usia tersbut disebut merupakan usia produktif. Bonus
demografi mampu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
masyarakat, struktur penduduk yang didominasi usia produktif akan meningkatkan
tabungan dan meminimalkan konsumsi. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengemukakan
bahwa lebih 85 juta penduduk Indonesia telah menggunakan jaringan internet, yang
membuat Indonesia mempunyai peluang dalam e-commerce dan pengembang ekonomi
digital. Perbagai inovasi ekonomi digital telah ada dan terus mengalami perkembangan
sepertiTokopedia, Go-Jek, Buka Lapak dan berbagai bisnis start up yang terus tumbuh
dan berkembang mengatasi masalah yang ada di masyarakat secara digital. Dalam kurun
waktu 7 tahun mendatang teknologi digital akan menciptakan 3,7 juta pekerjaan baru
yang bergerak pada sektor jasa. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan keahlian dan
melakukan inovasi secara berkelanjutan suistanable. Industri kreatif menjadi sebuah
kekuatan baru yang menjadi sektor andalan untuk penopang perekonomian Indonesia.
Pelaku usaha memiliki pengetaahuan yang baik, inovatif dan adaptif terhadap
permintaan pasar, perubahan selesara masyarakat, sehingga hal ini diharapkan mampu
menciptakan peluang kerja secara massal.

Besarnya jumlah penduduk pada proporsi usia produktif juga dapat menjadi ancaman
dimana saat kualitas penduduk masih relatif rendah yang akan berdampak pada pasar
tenaga kerja di Indonesia di tengah perubahan orientasi memenangkan pasar dan budaya
instan. Indonesia dapat melakukan sebuah perubahan dalam revolusi industri hal ini bisa
dilakukan saat pembangunan manusia dilakukan melalui revolusi mental. Berdasarkan
pengalaman negara maju dengan memajukan pendidikan karakter bangsa, maka ilmu
pengetahuannya, budaya dan teknologi juga akan maju. Untuk mencapai keberhasilan
memasuki revolusi industri 4.0 yaitu dengan melakukan revolusi mental untuk
memperbaiki karakter bangsa. Revolusi mental dilakukan untuk menyadarkan
masyarakat tentang pentingnya meningkatkan kompetensi melalui pendidikan dan
pelatihan, dengan melakukan Pendidikan dan pelatihan pada setiap disiplin ilmu akan
mengantarkan Indonesia sukses memasuki era strategis, dengan menaikan kemampuan
kompetensi dan potensi secara linear akan meningkatka kesejahteraan masyarakat. Hasil
kesimpulan dari revolusi industri 4.0 akan melahirkan masyarakat yang sejahtera
dibidang pembangunan, sedangkan revolusi mental melahirkan manusia yang unggul
dan berkualitas.

 Peranan Ekonomi Digital Dalam Kemajuan Ekonomi Bangsa: Aspek Perdagangan

Ekonomi digital lahir dan berkembang seiring penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi yang juga semakin mengglobal di dunia. Keberadaan ekonomi digital
ditandai dengan semakin maraknya perkembangan bisnis atau transaksi perdagangan
yang memanfaatkan internet sebagai media komunikasi, kolaborasi, dan kooperasi antar
perusahaan ataupun individu. Perkembangan ekonomi digital muncul di saat
perkembangan teknologi gadget/ smartphone mulai digunakan oleh banyak masyarakat
diberbagai kalangan. Timbul pemikiran oleh beberapa pengusaha untuk memberikan
kemudahan kepada para konsumen. Keadaan ini menjadikan sebuah konsep persaingan
yang mendorong perusahaan terangkat oleh para pelaku UMKM yang akan
berkolaborasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak terkait. Hal ini menjadikan
ekonomi digital sering disebut sebagai „sharing economy‟ yang membantu para pelaku
UMKM terjun bersaing sehat di dunia bisnis maupun perdagangan ekonomi
internasional.

Strategi pembangunan yang diterapkan meliputi

1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia.


2. Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan.
3. Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran.
4. Penguatan kelembagaan usaha.
5. Peningkatan kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha.

Di sektor perdagangan, penggunaan teknologi digital ini dapat dilihat dari semakin
menjamurnya aplikasi perdagangan berbasis elektronik atau e-commerce. Sistem ini
membuat arus perdagangan barang dan jasa bergerak jauh lebih cepat dengan
konsekuensi lebih lanjut berupa pergerakan arus uang yang juga lebih cepat. Masifnya
pengaplikasian digital ekonomi dalam setiap subsektor ekonomi tersebut, khususnya
pada sektor industri dan perdagangan tentu akan menghasilkan perubahan-perubahan
pada struktur di masing-masing sektor. Dampak digital ekonomi terhadap perubahan
struktur tersebut tentu saja menjadi sangat penting untuk dilakukan kajian secara
mendalam agar dapat disusun kebijakankebijakan baru yang tepat agar perekonomian
semakin lebih baik. Oleh karena itu sangat diperlukan kajian/riset ilmiah yang
mengukur implikasi baik positif maupun negatif dari perkembangan ekonomi digital
tersebut terhadap perubahan struktur industri dan perdagangan. Pada akhirnya,
kehadiran ekonomi digital yang dapat dikelola dengan baik dengan regulasiregulasi
yang tepat akan menjamin manfaat besar yang ditawarkannya bagi industri dan
perdagangan nasional.

e. Tantangan dan Solusi Ekonomi Digital Di Indonesia


 Tantangan Ekonomi Digital 4.0
Pada revolusi industri 4.0 tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam era digital ekonomi
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde, menyampaikan
potensi ekonomi digital Indonesia sangat besar karena ada 1.700 usaha rintisan bergeliat di
dalam negeri. Namun saat ini tugas pemerintah adalah memastikan bahwa ekonomi digital
harus dapat menopang pertumbuhan ekonomi. Ekonomi baru ini harus menjamin agar tidak
hanya mendorong produktivitas dan pertumbuhan, namun juga menjadi fondasi yang
bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat. Ekonomi digital mendorong orang menjadi
produktif dengan memanfaatkan teknologi dan dengan bonus demografi diharapkan generasi
muda lebih menguasai perkembangan teknologi. Penguasaan teknologi digital adalah salah
satu hal yang masih dapat dikatakan minim di Indonesia. Hal inilah yang harus diantisipasi
dan diselesaikan oleh pemerintah menjelang bonus demografi. Bonus demografi akan
maksimal apabila penduduk usia produktif memiliki kesehatan yang layak, pendidikan, dan
keterampilan yang memadai. Apabila kemajuan teknologi tidak diiringi dengan keterampilan
masyarakat dalam memanfaatkan teknologi tersebut, maka Indonesia dikhawatirkan hanya
akan menjadi penonton dan pangsa pasar produk asing.
Kepercayaan masyarakat terhadap transaksi digital juga perlu dibangun pemerintah karena
baru 7,5 persen dari keseluruhan pengguna layanan internet yang memanfaatkan jaringan
internet untuk transaski elektronik. Pemerintah maupun perbankan harus secara aktif
memberikan pemahaman akan kemudahan yang akan didapatkan oleh masyarakat dan
keamanan yang terjamin sehingga masyarakat dapat dengan mudah melakukan transaksi
elektronik. Pemerintah juga harus fokus terhadap penanganan cyber crime yang merupakan
salah satu pemicu ketidakpercayaan masyarakat atas keamanan data pribadi mereka di
jejaring internet.
Tantangan yang tidak kalah penting dan harus dapat diantisipasi oleh pemerintah adalah
menginternalisasi pendidikan berbasis TIK mulai dari pendidikan dasar sampai atas agar
sumber daya manusia Indonesia mampu bersaing dalam menghadapi era ekonomi digital saat
ini. Secara khusus, pemerintah dapat menyediakan fasilitas pendidikan lanjutan bagi calon
pekerja atau bahkan pekerja untuk meningkatkan keterampilan TIK, tidak hanya melalui
vokasi, melainkan sampai sertifikasi. Beberapa tantangan yang harus dihadapi pada Era
Revolusi Industri 4.0 antara lain masalah keamanan informasi, mesin produksi harus stabil,
keterampilan yang kurang memadai, keengganan untuk berubah, serta berkurangnya tenaga
pekerjaan dalam jumlah yang banyak dikarenakan perubahan otomatisasi.
 Strategi dan Solusi untuk Menghadapi Ekonomi Digital 4.0
Strategi dalam menghadapi tantangan ekonomi digital di era revolusi industri 4.0 yaitu salah
satunya meningkatkan sumber daya manusia. Menurut pimpinan INSA [24], cara
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki adalah dengan mengadakan
kursus dan pelatihan vokasi yang menjadi suatu keharusan bagi calon pekerja untuk
memenuhi kebutuhan pekerjaan di masa depan. Hal tersebut menjadi strategi yang sebaiknya
dilakukan Indonesia dan disertai dengan melakukan perubahan Undang-undang Nomor 13
Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan. Revolusi Industri 4.0 di Pelindo III [13] telah
diterapkan pada pemetaan kompetensi soft & hard karyawan, peningkatan kemampuan
sumber daya manusia melalui literasi digital dan program teknologi baru, serta
pengembangan sumber daya manusia dengan program beasiswa. Selain itu pendidikan salah
satu faktor pendukung dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan mengembangkan kualitas
sumber daya manusia, sistem pendidikan adalah strategi atau metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi di dalam dirinya (Andran, 2014).
Negara Indonesia telah menggambarkan roadmap tersebut yang terdiri lima industri yang
menjadi fokus implementasi, yaitu: makanan dan minuman (mamin), tekstil, otomotif,
elektronik, dan kimia. Kelima industri ini merupakan tulang punggung perekonomian yang
diharapkan akan mampu memberikan efek ungkit yang besar, meningkatkan daya saing, serta
memberikan kontribusi nyata terhadap ekonomi Indonesia. Selain itu, Making Indonesia 4.0
memuat 10 inisiatif nasional yang bersifat lintas sektoral untuk mempercepat perkembangan
industri manufaktur. Indonesia telah mengawali proses adaptasi terhadap Industri 4.0 dengan
meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui program link and match antara
pendidikan dengan industri. Kementerian Perindustrian telah menetapkan empat langkah
strategis dalam menghadapi Industri 4.0. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan tersebut
adalah: Pertama, mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus meningkatkan
kemampuan dan keterampilannya, terutama dalam menggunakan teknologi internet of things
atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri. Kedua,
pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil
dan menengah (IKM) agar mampu menembus pasar ekspor melalui program E-smart IKM.
Ketiga, pemanfaatan teknologi digital yang lebih optimal dalam perindustrian nasional seperti
Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality. Keempat,
mendorong inovasi teknologi melalui pengembangan start up dengan memfasilitasi inkubasi
bisnis agar lebih banyak wirausaha berbasis teknologi di wilayah Indonesia.

f. FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)


 Definisi Financial Technology (Fintech)
Fintech merupakan sebuah industri berbasiskan teknologi dalam layanan keuangan yang
memunculkan inovasi – inovasi yang dapat memfasilitasi layanan keuangan diluar lembaga
keuangan yang memiliki sifat konvensioanl sehingga mempermudah masyakarat untuk
mengakses keuangan dalam bertransaksi. Atau Fintech adalah sebuah bisnis yang berbasisnya
menggunakan perangkat lunak untuk menyediakan layanan keuangan.
Fintech didefinisikan sebagai langkah inovasi terhadap layanan keuangan menurut
National Digital Research Centre (NDRC). Dalam arti layanan keuangan bahwa Fintech
merupakan inovasi di sektor keuangan yang dipadukan dengan sentuhan teknologi-teknologi
modern. Sebagai contoh Transaksi layanan Fintech meliputi berbagai macam transaksi seperti
pembayaran, investasi, kredit online, transfer dan rencana keuangan. Word Economic Forum
menjelaskan bahwa Fintech merupakan pemanfaatan teknologi dan sebuah bisnis yang
inovatif di sektor keuangan. Inovasi keuangan ini berupa pemanfaatan teknologi untuk dapat
menghasilkan cara baru seperti halnya dalam lembaga keuangan seperti simpanan pinjaman,
investasi dan e payment.
Bank Indonesia mendefinisikan Financial Technology (FinTech) merupakan hasil
gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari
konvensional menjadi moderat, yang awalnya dalam membayar harus bertatap-muka dan
membawa sejumlah uang kas, kini dapat melakukan transaksi jarak jauh dengan melakukan
pembayaran yang dapat dilakukan dalam hitungan detik saja.
 Perkembangan Financial Technology (Fintech)

Sejarah perkembangan fintech di dunia diawali dengan seiringnya perkembangan


teknologi, pada tahun 1966, saat dimana terjadinya perkembangan teknologi komputer dan
internet sehingga di bidang keuangan dan financial memanfaatkan perkembangan tersebut
untuk mengembangkan bisnis secara global. Di era 80-an fintech mulai diterapkan namun
digunakan secara sederhana yaitu pada dunia perbankan digunakan untuk pencatatan yang
dapat diakses lewat komputer. Pada saat Fintech 1.0 merupakan sebuah inovasi yang dikenal
sebagai istilah bank driven, yaitu inovasi teknologi yang dimotori oleh lembaga bank dan
lembaga keuangan formal lainnya, yang dimana pada periode ini dibangun infrastruktur
Transatlantic Cable (kabel bawah laut) dan Fedwire/ RTGS (Real time Gross Settlement
System). Pada tahun 1983 fintech telah memasuki era baru yang bisa dikenal dengan Fintech
2.0 yaitu Bank mulai memperkenalkan Online Banking kepada para nasabahnya, salah satu
contohnya mengenalkan kepada nasabahnya dengan Automatic Teller Machine (ATM) pada
tahun 1967. Fintech juga mulai dipergunakan di bagian back end dan front end pada
mayoritas industri perbankan dan FMI (Financial Market Infrastructure Provider) yang
memiliki karakteristik yaitu diperkatnya regulasi dan meningkatkan investasi sehingga
memunculkan kondisi barrier to entry.

Pada tahun 2000-an fintech memasuki 2 era yaitu era 3.0 dan era 3.5, pada era ini
perkembangan inovasi teknologi fintech bergeser kearah segmen customer driven yaitu
mengedepankan pelayanan keuangan terhadap konsumen dari segi sisi kemudahan dan
kenyamanan yang tidak disediakan oleh lembaga keuangan formal. Dan pada teknologi back
end telah mengalami perkembangan sehingga muncullah cryto atau digital currency yaitu
mata uang digital yang dapat dipergunakan oleh konsumen selain mata uang yang diterbitkan
oleh sentral. Pada sisi front end, pelaku pada kegiatan ini datang hanya dari perbankan tetapi
semakin mengalami perkembangan yang meluas sehingga merambah ke perusahaan besar
namun non perbankan yang memunculkan sebuah rintisan inovasi baru yang dikenal sebagai
start up yang kemudian dikembangkan oleh google yaitu munculnya google wallet sebagai
metode pembayaran namun terdapat karakteristik pada dekade ini yaitu munculnya barrier to
entry yang mudah untuk dipergunakan karena hal yaitu keunggulan yang kompetitif bagi
pihak yang cepat dalam beradaptasi dengan menggunakan teknologi dan tidak optimalnya
lembaga keuangan formal (Ilman Et al. 2019). Peningkatan penggunaan jasa keuangan pada
era ketiga ini dapat disebabkan oleh meningkatnya penggunaan teknologi salah satunya
smartphone oleh konsumen sehingga menyebabkan meningkatnya ketergantungan konsumen
terhadap teknologi digital sehingga dimanfaatkan oleh perusahaan besar dan terbentuknya
perusahaan startup yang saat ini sedang berlomba – lomba dalam menciptakan aplikasi yang
dapat digunakan di smartphone yang dapat mempermudahkan konsumen dalam pelayanan
keuangan baik berupa aplikasi mobile ataupun berbasis webiste.

 Ekosistem Fintech

Ekosistem Fintech merupakan suatu bentuk kolaborasi antara pemerintah, lembaga


keuangan dan pengusaha, sebagaimana kolaborasi ini diharapkan dapat membentuk nilai
maupun jaringan nilai berdasarkan dan tujuan pelanggan, sehingga aset akan memiliki nilai
pada saat diinvestasikan dalam pembentukan nilai pelanggan itu sendiri. Ekosistem Fintech
memiliki peran penting dalam memelihara inovasi teknologi yang diperlukan guna membuat
pasar dan sistem keuangan menjadi lebih efisien dan meningkatkan & menambah
pengalaman pelanggan secara keseluruhan. Ekosistem Fintech dapat berkembang dan
berekspansi ke wilayah maupun negara lain, maka Ekosistem Fintech diharuskan dapat
menghasilkan keuntungan atas biaya yang telah diinvestasikan. Adapun biaya yang
dikeluarkan adalah keharusan bagi ekosistem fintech dalam memulai usaha seperti
menyediakan fasilitas tanah, bangunan atau gedung, peralatan, teknologi dan utilitas lainnya
dengan harga yang terjangkau.

Ruang lingkup fintech dapat meliputi teknologi keuangan, oleh karena itu ekosistem
fintech harus dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal menjadi lebih berkembang
dengan cara mengundang keikutsertaan orang – orang yang memiliki minat, ketertarikan,
bakat, ambisius dan menjadi tempat pemikiran kreatif dan aktivitas sebuah bisnis. Ekosistem
Fintech memiliki banyak peluang pertumbuhan bagi berbagai sektor, termasuk perangkat
lunak, analisis data, pembayaran, platform, mobile banking, dan sistem manajemen aset
algoritmik (Kumail, et al 2018). Adapun ekosistm Fintech dalam inovasi teknologi terdiri atas
elemen – elemen berikut ini :

 Fintech Start Up
Startup merupakan jenis bisnis perusahaan rintisan atau jenis usaha yang baru
memulai suatu kegiatan bisnis yang disebut pemula, yang pada umumnya
perkembangnya didukung oleh layanan digital dan aktifitas bisnisnya berhubungan
dengan teknologi, internet dan inovasi. Perusahaan startup ini masih membutuhkan
banyak pendanaan atau modal sebagai biaya operasionalnya dan kelompok kerjanya
cenderung bersifat minimalis. Perusahaan pemula memiliki rencana bisnis yang
inventif dan sedang berkonsentrasi pada pertumbuhan pasar. Startup Fintech terdiri
dari wirausahawan yang memiliki inovasi – inovasi dalam melayani pembayaran,
manajemen modal (wealth management), Pinjaman (lending), pembiayaan
(crowdfunding) perdagangan sekuitas (capital market) dan layanan asuransi. Startup
Fintech memberikan layanan jasa keuangan kepada pelanggan yang bersifat lebih
personal dibandingkan dengan perusahaan keuangan tradisional.
 Technologi Developers (Pengembangan teknologi)
Pengembangan teknologi menciptakan lingkungan yang mendukung startup
dalam menjalankan layanan yang lebih baik inovatif yang menyediakan platform
untuk sosial media, big data analytics, cloud computing, artificial intelligence,
smartphone dan mobile service. Pengembang teknologi menciptakan lingkungan yang
menguntungkan bagi teknologi startup dan sekaligus berfungsi sebagai inovasi dalam
memberikan layanan yang lebih cepat. Sebagai bagian dari pengembang teknologi,
perangkat seluler memiliki keunggulan distribusi fisik yang berfungsi dalam
melakukan penyebaran informasi layanan. Operator jaringan seluler menyediakan
infrastruktur dengan biaya rendah untuk pengembangan layanan perusahaan teknologi
seperti pembayaran seluler dan bankir seluler sehingga pada gilirannya, industri
teknologi meningkatkan pendapatan bagi para pengembang teknologi tersebut.
penyederhanaan persyaratan dan peraturan pada teknologi startup dapat
memungkinkan perusahaan fintech untuk menyediakan lebih banyak dana keuangan
yang lebih nyaman dan kemudahan dalam mengakses layanan tersebut. Sehingga hal
tersebut tidak cukup hanya dengan penekanan dalam keunggulan teknologi saja
namun harus memperhatikan inovasi teknologi yang memudahkan sistem layanan
keuangan.
 Government
Peran pemerintah dapat memengaruhi berbagai aspek dalam ekosistem
fintech, seperti pemberian kemudahan regulasi bisnis dan menjaga agar biaya maupun
pajak tetap rendah. Pemerintah berperan dalam menetapkan tujuan ekonomi dan
kebijakan keseluruhan bagi ekosistem (entitas pemerintah yang menangangi
pembangunan / perencanaan ekonomi atau seluruh sektor). Namun tingkat
keterlibatan pemerintah dalam ekosistem fintech dapat bervariasi. Pemerintah dapat
mendanai pembangunan fasilitas Fintech seperti membantu menyediakan dana awal,
hibah tanpa bunga atau bahkan melalui penyediaan kantor bersubsidi dan ruang kerja
bersama. Pemerintah juga dapat menyediakan dukungan keuangan di awal sebagai
modal ventura atau dana ekuitas swasta, bank dan inkubator untuk mendorong
investasi dalam bisnis kecil. Pemerintah juga berperan dalam menerapkan dan
menegakkan kebijakan maupun peraturan lingkungan guna memudahkan
perkembangan ekosistem fintech. Hal ini dapat mendorong aktivitas kewirausahaan
dan meningkatkan kesempatan kerja pada perusahaan jasa keuangan dan teknologi
serta juga dapat meningkatkan daya saing suatu negara secara keseluruhan.
 Financial Custmers
Konsumen keuangan merupakan sumber penghasil pendapatan yang cukup berperan
dalam perusahaan teknologi keuangan. Organisasi besar merupakan sumber
pendapatan penting bagi perusahaan teknologi dan yang menjadi sumber pendapatan
utama bagi perusahaan teknologi adalah pelanggan perorangan maupun usaha kecil
dan menengah (UMKM). Konsumen dari industri fintech sebagian besar adalah
kalangan muda yang memiliki kemampuan keuangan yang cukup baik (wealthier
customers) namun konsumen yang memahami dan responsif terhadap fintech
merupakan golongan yang memiliki pemahaman teknologi yang biasanya berusia
muda atau kaum milenial, masyarakat yang hidup di perkotaan maupun golongan
masyarakat yang memiliki penghasilan menengah keatas.
 Traditional Financial Institutions
Lembaga keuangan tradisional merupakan salah satu ekosistem fintech yang
berfungsi sebagai salah satu kekuatan pendorong. Lembaa ini mempunyai keunggulan
kompetitif atas startup fintech dalam skala dan aset keuangan. Pada awal era fintech,
bank tradisional dan perusahaan keuangan berusaha menghambat perkembangan
fintech, dikarenakan kekhawatiran akan memiliki pengaruh yang dapat merusak
layanan keuangan tradisional. Namun pada akhirnya, ketika menghadapi ancaman dan
gangguan terhadap sistem keuangan tradisional yang berasal perkembangan
teknologi, lembaga keuangan tradisional melakukan evaluasi terhadap model bisnis
yang ada dengan melakukan strategi pemanfaatan inovasi teknologi. Lembaga
keuangan tradisional juga memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang ekonomi
maupun sumber daya keuangan dibandingkan dengan teknologi startup, namun
berbeda startup fintech, lembaga keuangan tradisional lebih berpusat dalam
memberikan pelayanan konsumen yang bersifat mengikat. Namun konsumen
cenderung lebih menyukai suatu pelayanan keuangan yang komprehensif yang
bersifat tidak mengikat. Ketika lembaga keuangan tradisional yang awalnya
menganggap bahwa kehadiran dan pertumbuhan fintech merupakan sebuah ancaman
namun sekarang telah memutuskan untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan
fintech dengan beberapa syarat mengenai pemberian dana pinjaman. Selain itu
kehadiran teknologi keuangan dapat merangsang inovasi lembaga keuangan
tradisional melalui pembangunan kemitraan yang berguna dalam hal memperkuat
posisi kompetitif lembaga keuangan tradisional.

 Perkembangan Fintech di Indonesia

Perkembangan fintech di Indonesia terjadi sejak tahun 2006. Namun, perusahaan 


fintech Indonesia baru memperoleh kepercayaan masyarakat sejak berdiri Asosiasi
Fintech Indonesia (AFI) pada September 2015. Selama tahun 2006 sampai dengan 2017,
jumlah perusahaan fintech di Indonesia sudah mengalami pertumbuhan sebesar 78%.
Pada 2017 tercatat 140 perusahaan fintech terdaftar di OJK. Dilansir dari Kontan.co.id,
Senin (28/8/17), Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, mengatakan
berdasarkan data Statistika, total nilai transaksi Financial Technology (Fintech) di
Indonesia tahun lalu diperkirakan mencapai US$15,02 miliar (Rp202,77 triliun). Jumlah
itu tumbuh 24,6% dari tahun sebelumnya. Pada 2017, total nilai transaksi di pasar Fintech
diproyeksikan mencapai US$18,65 miliar (Rp251,775 triliun). Termasuk pula bank negeri
dan swasta yang merilis layanan fintech khusus nasabahnya. Hal tersebut karena tuntutan
masyarakat yang menginginkan kemudahan dalam pelayanan keuangan membuat pelaku
usaha jasa keuangan (PUJK) terus melakukan inovasi dari traksaksi konvensional ke
transaksi digital, maka dari kegiatan – kegiatan tersebut seperti mendatangi bank untuk
transaksi, pertemuan dengan pihak secuitas bagi konsumen yang ingin melakukan
investasi bisa dilakukan secara digital dan melalui proses yang mudah. Perkembangan
industri fintech di Indonesia tentunya tidak lepas dari lembaga pengawasan pemerintah.
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan dua lembaga pemerintah
yang memiliki wewenang untuk memantau perkembangan industri fintech. Bank
Indonesia berfokus untuk mengatur dan mengawasi para pelaku fintech di bidang jasa
keuangan pembayaran (payment), sedangkan OJK berfokus pada pelaku fintech di bidang
jasa keuangaan pendanaan (lending).

Perkembangan Fintech dari sisi Perusahaan Fintech/ start up di Indonesia semakin


kuat karena didukung dengan kondisi sebagai berikut (1) Pangsa pasar Penduduk
Indonesia yang besar dengan tingkat pengguna internet yang tinggi. , (2) Masih banyak
masyarakat yang belum mendapatkan akses industri keuangan, sehingga memberikan
ruang perusahaan Fintech/start up untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini
disebabkan keterbatasan perbankan memberikan pelayanan kepada masyarakat 3 T
(Terdepan, Terluar, Terpencil), (3) Masyarakat memerlukan alternatif pendanaan selain
jasa industri tradisional / perbankan, (4) perusahaan Fintech / start up Lebih hemat biaya
operasional dan biaya pemasaran , karena transaksi dilakukan secara onine, (5)
Kemudahan dalam memanfaatkan akses data layanan dan kemudahan untuk melakukan
transaksi kapan saja dan di mana saja, termasuk aplikasi layanan 24 jam. Perkembangan
Fintech dari sisi Perusahaan Fintech/ start up di Indonesia juga memiliki kelemahan
sebagai berikut : (1) Fintech sangat tergantung pada jaringan internet. Tidak semua
daerah di Indonesia memiliki jaringan yang stabil , kuat dan cepat. (2) Sumber daya
manusia (SDM) masih kurang siap untuk menjalankan layanan keuangan online. Saat ini
SDM masih bekerja pada dua sektor yaitu industri keuangan dan teknologi. Sementara,
fintech fokus dan konsen ke costumer risk management.

 Jenis – Jenis Fintech di Indonesia

Perkembangan Fintech di Indonesia berkembang dengan munculnya beragam jenis –


jenis Fintech. Perusahaan – perusahaan Fintech di Indonesia mulai berkembang dalam
bentuk startup. Jenis – jenis fintech di Indonesia sangat beragam, masing – masing
Fintech memiliki potensi risiko yang secara umum muncul pada perusahaan Fintech di
Indonesia adalah :

 Rentan terhadap risiko penipuan (Fraud)


 Risiko ketidakpastian pasar (Market Risk)
 Risiko penyalahgunaan data (Cyber Security)

Berikut ini adalah jenis – jenis Fintech di Indonesia :

 Digital Payment
Pembayaran digital merupakan salah satu layanan keuangan ritel yang paling
banyak digunakan sehari – hari. Perusahaan Fintech digital payment menyediakan
jasa pelayanan berupa pembayaran yang berbasis online sehingga dapat membantu
lebih cepat dan praktis kepada konsumen. Fitur yang diterapkan pada pembayaran
secara online yakni transaksi online antar konsumen, pemilik bisnis atau antar pelaku
yang disebut dengan bisnis to bisnis (B2B). Digital Payment bentuknya berupa
dompet digital (e – wallet) yang biasa dipergunakan masyarakat dalam bertransaksi e-
commerce atau pembayaran mobile peer – to – perr (P2P), pertukaran dan pengiriman
uang asing, pembayaran real – time dan solusi mata uang digital. Layanan ini
meningkatkan pengalaman bagi pelanggan yang mencari pengalaman pembayaran
yang efisien dalam hal kecepatan, kenyaman dan aksesibilitas multi – saluran. Model
pembayaran memiliki 2 teknik pembayaran yaitu :
a. pembayaran konsumen dan ritel
b. pembayaran grosir dan perusahaan

Jenis pembayaran grosir dan perusahaan seperti pengisian saldo pada perangkat
telepon, komunikasi seluler jarak dekat (Near – field communication / NFC),
pendeteksian atau pembacaan barcode atau kode QR, pembayaran dengan
menggunakan kartu kredit pada situs web seluler, pembaca kartu ponsel dan
pembayaran seluler langsung tanpa menggunakan rekening perusahaan. Dalam
melakukan deposit, dompet virtual ini bisa diisi melalui beberapa metode pembayaran
yaitu melalui kartu kredit, mobile banking, internet banking, ATM, kartu debit,
corporate internet banking, branchless banking agent, online virtual account, dan
Electronic Invoice Presentment & Payment (EIIP). Manfaat dari Fintech Digital
Payment yaitu :

a. Kenyamanan dan kemudahan dalam bertransaksi, dengan adanya digital payment


akan memberikan kemudahan dalam melakukan bertransaksi bagi konsumen
b. Pencatatan dan perencanaan keuangan yang mudah direcord, karena pada sistem
semua akan tercata history dari transaksi konsumen.

Pada Fintech juga tidak menutup kemungkinan terdapat risiko. Risiko pada penerapan
digital payment ini di antaranya yaitu :

a. Kemungkinan kegagalan transaksi namun dana telah debit. Hal ini umumnya
dapat disebabkan oleh koneksi data dan sistem error.
b. Tindak kejahatan berupa pencurian dan penyalahgunaan data konsumen.
Penggunaan jaringan Wi-Fi pada tempat umum (public) sangat rentan terhadap
pencurian data konsumen yang melakukan transaksi pada fasilitas umum ini dapat
dikenal sebagai cyber criminal. Data yang diinputkan pada transaksi – transaksi
online pun dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak berkepentingan seperti
data kartu kredit pada pengisian data onlineshop dapat menimbulkan
penyalahgunaan tanpa ijin konsumen.
 Information and Feeder Site
Model bisnis Fintech ini memberikan layanan informasi bagi para calon
konsumen dalam menggunakan layanan jasa keuangan. Pada umumnya informasi
yang diberikan adalah informasi mengenai kartu kredit, tingkat suku bunga, reksa
dana, premi asuransi dan lain – lainnya. Informasi yang dibutuhkan oleh konsumen
diberikan oleh PUJK dalam bidang perbankan, pasar modal, asuransi maupun
lembaga pembiayaan lainnya, selain itu perusahaan fintech juga memberikan layanan
bagi konsumen dalam melakukan komparasi sesuai dengan kebutuhan mereka.
Beberapa perusahaan asuransi di Indonesia memberikan layanan kepada pelanggan
mulai dari proses pendaftaran hingga pembelian produk asuransi dapat dilakukan
secara daring. Dalam model bisnis asuransi, teknologi bekerja untuk menciptakan
hubungan yang bersifat langsung antara perusahaan asuransi dan pelanggan serta
memanfaatkan teknologi yang diadopsi atau dilakukan oleh penyedia jasa asuransi
tradisional.
 Financing and Invesment
Perusahaan Fintech Financing and Investment meliputi perusahaan Fintech yang
memberikan pelayanan Crowdfunding dan Peer – to – Peer (P2P Lending).
Crowdfunding adalah startup yang menyediakan platform penggalangan dana untuk
disalurkan kembali kepada orang – orang yang membutuhkan, model bisnis ini
memanfaatkan jaringan konsumen dalam mengendalikan penciptaan produk, media
dan ide baru maupun pengumpulan dana untuk amal atau modal ventura, selain itu
model bisnis ini (Crowdfunding) melibatkan tiga pihak, yaitu pihak pemrakarsa
proyek atau wirausahawan yang membutuhkan dana, pihak kontributor yang mungkin
tertarik untuk mendukung pelaksanaan atau proyek dan pihak organisasi moderat
yang memfasilitasi keterlibatan antara para kontributor dan pemrakarsa. Model bisnis
sistem P2P Lending dalam menjalankan bisnisnya sepenuhnya menggunakan fasilitas
internet sehingga perusahaan penyedia jasa P2P Lending dapat menjalankan usahanya
dengan biaya operasional yang lebih murah dibandingkan bank operasional atau
perusahaan perbankan biasa. Sehingga pada akhirnya pemberi pinjaman akan
memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan keuntungan yang di dapatkan
oleh pemberi pinjaman jika mereka mengivestasikan uangnya dalam bentuk tabungan
dan investasi yang ditawarkan lembaga keuangan biasa. Keberadaan perusahaan
Fintech Crowdfunding dan P2P Lending memberi manfaat diantarnya :
a. Kemudahan dalam berinvestasi
b. Memberikan pelayanan proses yang cepat.
 Account Aggregator
Jenis Fintech Account Aggregator adalah paling sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Dimana tersedia penawaran layanan yang mampu menyelesaikan seluruh transaksi
perbankan hanya melalui satu jenis platform. Pengunaan platform akan mendapatkan
kemudahan pada saat melakukan verifikasi transaksi digital karena prosesnya cepat
dan singkat. Beberapa akun perbankan yang dimiliki oleh konsumen dapat turut
mengawasi seluruh transaski perbeankan hanya melalui satu platform dan untuk
mendaftarkan akun perbankannya, konsumen harus menyerahkan atau mendaftarkan
alamat e-mail, username dan password online banking konsumen tersebut kepada
penyedia layanan. Fintech jenis account aggregator juga menyediakan fasilitas
layanan laporan keuangan yang informasinya diperoleh melalui akun – akun
perbankan yang telah terdaftar pada platform tersebut.
 Peran Fintech dalam Inkusi Keuangan UMKM
Fintech selalu berinovasi, seperti mengembangkan produk yang fleksibel dan cara yang
lebih baik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, permasalahan
tersebut diantaranya kesulitan mendapatkan akses. Fintech juga membuat layanan
keuangan menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses, meningkatkan pengalaman
pelanggan dan mempercepat penggunaan dan keterlibatan, membangun landasan
termasuk verifikasi identitas secara digital agar lebih mudah, due diligence pelanggan
yang kolaboratif, berbagi data, dan skema pembayaran yang dapat mengakselerasi
sejumlah layanan keuangan. Pada tahun 2019 tingkat inklusi jateng sebesar 66,23%
adanya peningkatan dari tahun survei OJK sebelumnya sebesar 12,33%. Dari hasil survei
dan wawancara didapatkan peran Fintech terhadap terwujudnya inklusi keuangan UMKM
sebagai berikut:

a. Fintech memberikan Kemudahan mengakses berbagai jenis layanan keuangan seperti


sebagai berikut :
UMKM sebanyak 75 % responden menyatakan bahwa Fintech mempermudah dalam
memberikan akses layanan finansial, sedangkan 24% menyatakan netral dan 1%
menyatakan sulit. Kemudahan ini dikarenakan ada berbagai macam aplikasi Fintech
sekarang ini sehingga banyak pelaku UMKM g dapat mendapatkan kemudahaan
akses layanan hanya dengan menggunakan ponsel yang sudah terinstal aplikasi
mobile dari bank maupun dari koperasi simpan pinjam. Melalui fitur-fitur mulai dari
uang seluler dan dompet elektronik, pinjaman peer-to-peer (P2P) lending dan
crowdfunding, alternatif penilaian kredit, teknologi pembayaran menggunakan proses
KYC digital, hingga teknologi regulasi layaknya tanda tangan digital.
b. Mampu menjangkau seluruh UMKM hingga daerah hingga yang terpencil
Kesulitan keuangan yang dihadapi UMKM dikarenakan jarak dengan kantor layanan
keuangan sekarang sudah mulai bisa teratasi dibuktikan dari sebaran jarak responden
dengan akses keuangan jarak dari yang deket dampai yang jauh dengan kantor sekitar
24 km sudah terlayani. Jadi dengan hadirnya Fintech mempermudah UMKM dalam
hal akses layanan terutama di daerah kabupaten pekalongan, kabupaten batang dan
kabupaten pemalang yang dulunya belum terlayani (underserved) oleh layanan
keuangan sekarang sudah mulai terlayani. Menurut dari banyak UMKM bahwa area
domisili bukan lagi menjadi alasan untuk sulit mendapatkan akses keuangan karena
yang penting ada gadget dan akses internet. Namanya saja teknologi finansial alias
Fintech, semua aktivitasnya pasti berbasis online. Ada UMKM yang usahanya berada
di pinggiran kabupaten bisa diberikan pendanaan melalui situs lembaga keuangan
yang kemudian ditindak lanjuti oleh lembaga keuangan untuk survei ke lokasi. Tidak
perlu datang ke Kantor layanan dan sebagainya cukup hanya klik, klik, klik tujuan
finansial Anda tercapai.
c. Fintech berkontribusi besar bagi pemberdayaan UMKM dan ekonomi lokal dapat
dilihat sebagai berikut :
Fintech memberikan dampak positif bagi pemberdayaan UMKM dapat dilihat bahwa
29 % menyatakan sangat penting, 63% menyatakan penting dan 6% menyatakan
netral. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat peranan Fintech dalam
pemberdayaan UMKM. Dari hasil analisis di atas bahwa terdapat peranan Fintech atas
Usaha Mikro Kecil dan Menengah dapat meningkatkan Inklusi Keuangan UMKM.

g. Bank Digital
 Definisi Bank Digital
Patrick Johnson (2020) memberikan definisi digital banking (bank digital) sebagai suatu
organisasi bisnis yang menawarkan aktivitas perbankan secara fully online yang sebelumnya
hanya tersedia di kantor cabang bank saja. Dalam konteks lain bank digital harus dapat
melakukan pengiriman otomatis produk dan layanan perbankan baru dan tradisional langsung
ke pelanggan melalui saluran komunikasi elektronik secara interaktif. Chriss Skinner (2017)
seorang analis, pakar dan pengamat profesional teknologi terapan, menyatakan bahwa inovasi
perbankan melalui pemanfaatan internet telah mengubah dinamika hubungan nasabah dengan
bank. Implikasinya adalah bahwa bank harus menjadi digital.
Menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor 12 /POJK.03/2018 Tentang
Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital oleh Bank Umum, pengertian digital banking
adalah layanan perbankan elektronik yang dikembangkan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan data nasabah dalam rangka melayani nasabah secara lebih cepat, mudah, dan
sesuai dengan kebutuhan (customer experience), serta dapat dilakukan secara mandiri
sepenuhnya oleh nasabah, dengan memperhatikan aspek pengamanan.
 Jenis Perbankan Digital  
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga jenis digital banking, antara lain :  
1. Internet Banking 
Internet banking merupakan salah satu layanan yang ditawarkan oleh Bank, yang
memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, berkomunikasi dan
melakukan transaksi perbankan dengan menggunakan jaringan internet. Kegiatan
bank hanya internet tidak diperbolehkan karena bukan bank yang hanya
menyediakan layanan perbankan melalui internet (Bank Indonesia, 2013). Dengan
memanfaatkan internet banking, nasabah dapat melakukan transaksi perbankan
(finansial dan non finansial) melalui komputer yang terhubung dengan jaringan
internet Bank. Jenis transaksi di internet banking yaitu: a) Informasi saldo, mutasi
rekening, informasi kurs b) Transfer dana c) Pembelian (misalnya: pulsa isi ulang,
tiket pesawat, dan saham) d) Pembayaran tagihan (misalnya: EDC, telepon,
handphone, dan listrik). 
2. Mobile Banking 
Mobile banking adalah layanan perbankan yang dapat diakses secara langsung
melalui telepon seluler/ponsel GSM (Global for Mobile Communication) dengan
memanfaatkan fitur SMS (Short Message Service). Jenis layanan yang dapat
diperoleh melalui mobile banking antara lain: a) Transfer dana; b) Informasi
saldo, mutasi rekening, dan informasi nilai tukar; c) Pembayaran (PLN, telepon,
listrik, telepon seluler, asuransi, dan EDC); d) Pembelian (top up, stok)
(Margaretha, 2015). 
3. Automatic Teller Machine (ATM) 
ATM adalah perangkat elektronik yang memungkinkan nasabah perbankan untuk
menarik uang dan memeriksa rekening tabungannya tanpa perlu dilayani oleh
"Teller" di Bank. Banyak juga ATM yang berfungsi untuk menyimpan uang atau
cek, mentransfer uang dan transaksi perbankan lainnya (Mustafa, 2018). Manfaat
menggunakan ATM adalah bahwa pelanggan dapat melakukan transaksi
perbankan tunai dan non-tunai tanpa mengunjungi cabang bank. Layanan dengan
ATM juga dapat dilakukan tanpa batasan waktu dan tempat karena layanan ini
online selama 24 jam (Marliza, 2017). 
 Tujuan Fungsi dan Manfaat Bank Digital
Pertama, dengan perbankan digital diyakini akan meningkatkan efisiensi. Salah satunya
adalah menggunakan kekinian teknologi terapan dalam menjalankan bisnisnya. Kedua,
karena akan meningkatkan efisiensi, maka akan terjadi penghematan biaya. Ketiga, salah satu
ciri keberhasilan perbankan digital adalah meningkatkan daya saing. Kegunaan teknologi
digital memberikan peluang lebih besar bagi bank menjangkau basis pelanggan yang lebih
luas dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan generasi yang paham teknologi.
 Bank Digital yang Terdaftar di Bank Sentral
1. Jenius (Bank BTPN)
Jenis adalah bank daring pertama di Indonesia yang dimiliki PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Tbk (BTPN). Bank digital ini resmi beroperasi mulai 2016 melalui
aplikasi digital bernama Jenius. Lewat aplikasi, nasabah akan lebih mudah melakukan
berbagai transaksi, termasuk berbelanja online. Pasalnya, Jenius telah terkoneksi
dengan banyak merchant rekanan melalui fitur Jenius Pay.Nasabah juga bisa
mengajukan pinjaman melalui Flexi Cash tanpa persyaratan tambahan dan tanpa biaya.
Konfirmasi pengajuan pinjaman ini akan langsung diinformasikan kepada nasabah
lewat aplikasi secara otomatis.
2. Wokee (Bank Bukopin)
Wokee telah diluncurkan sejak 2018 lalu. Untuk menjadi nasabah Wokee, tidak akan
dikenakan biaya sepeserpun. Aplikasi Wokee juga sudah bisa digunakan untuk
melakukan top up saldo lewat dompet digital, seperti OVO, GoPay, dan Link
Aja.Bahkan, dengan fitur Merchant Cardless Withdrawal, dapat melakukan tarik tunai
tanpa kartu di merchant yang sudah bekerja sama dengan Bank Bukopin.
3. Digibank (Bank DBS)
Digibank yang telah beroperasi sejak 2018 mempunyai banyak fitur layanan.
Termasuk pembayaran tagihan seperti internet, PAM, listrik, asuransi, hingga kartu
kredit Bahkan, kamu juga terbebas dari biaya transfer dengan memiliki rata-rata saldo
per bulan minimum Rp 1.000.000.
4. TMRW (Bank UOB)
TMRW milik Bank UOB merupakan bank daring yang menggabungkan layanan
tabungan dan kartu kredit. Kamu bisa membuka tabungan sekaligus membuat kartu
kredit TMRW lewat aplikasi yang telah ada sejak Agustus 2020 lalu ini.
5. Jago (Bank Jago)
PT Bank Jago Tbk resmi meluncurkan Bank Jago pada pertengahan April 2021 lalu.
Aplikasi ini memiliki keunggulan berupa fitur Kantong. Dengan fitur ini, dapat
mengajak  nasabah Jago lainnya untuk mengalokasikan dana ke dalam Kantong yang
bisa diakses bersama. Mirip seperti tabungan bersama.
 Perbedaan Bank Digital dengan Bank Konvensional
Perbedaan mendasar antara bank digital dan konvensional terletak diwujudnya. Bank
konvensional memiliki wujud fisik berupa kantor cabang, sedangkan bank digital tidak
memiliki kantor cabang. Cukup dengan berbekalkan sebuah smartphone, kita sudah bisa
melakukan aneka transaksi perbankan pada bank digital. Namun terdapat beberapa point
perbedaan yaitu :

 Untuk buka tabungan atau rekening di Bank Digital sudah full online, bahkan kartu
debitnya bisa dikirim ke alamat nasabah. Untuk bank konvensional atau cabang ada
yang bisa buka rekening online atau bisa ke kantor cabang. Khusus untuk dompet
digital, semuanya dilakukan secara online juga
 Tidak perlu melakukan setoran awal jika buka rekening di bank digital atau buka akun
di dompet digital. Dan ini berbeda dengan bank konvensional, yang harus setor
sejumlah uang agar rekening aktif
 Proses aktivasi atau KYC saat buka rekening bank di Bank digital hanya dilakukan
lewat video call untuk memastikan data yang diinput sudah benar. Sementara, jika
buka rekening di Bank umum pilihannya lebih aktraktif, namun tergantung bank
bersangkutan. Sebagai contoh, di BRI hanya perlu lakukan video singkat atau ke
kantor cabang. Untuk dompet digital, hanya perlu lakukan foto Selfie sembari
memegang KTP dan foto KTP
 Jumlah saldo yang dimiliki bank digital dan bank konvensional tidak terbatas.
Artinya, anda bisa tabung uang sebanyak mungkin dan ini berbeda dengan Dompet
Digital dimana hanya bisa tempatkan uang Rp10 juga saja untuk yang sudah verifikasi
KYC dan 2 Juta jika belum verifikasi akun
 Ada beberapa saldo mengendap di bank konvensional dan ini berbeda dengan bank
digital dan dompet digital. Untuk bank konvensional ada tapi tidak semuanya
 Bank digital tidak memiliki cabang di daerah-daerah begitu juga dengan dompet
digital dan ini berbeda dengan bank konvensional
 Baik bank digital dan bank konvensional mendukung semua jenis transaksi baik
dalam negeri atau luar negeri. Dan ini berbeda dengan eWallet yang hanya bisa
lakukan transaksi didalam negeri saja
 Ada beberapa bank digital dan bank konvensional yang menyediakan fasilitas kartu
kredit sementara, dompet digital tidak menyediakan fasilitas serupa

 Central Bank Digital Currency

Seiring perkembangan teknologi digital yang menciptakan cara baru untuk bertransaksi, salah
satu perkembangan yang menjadi perhatian global adalah perkembangan mata uang digital
atau digital currency. Sebagaimana dijelaskan oleh BIS (2015), mata uang digital adalah aset
yang tersimpan dalam bentuk elektronik yang pada dasarnya berfungsi sama dengan mata
uang fisik, yaitu memfasilitasi transaksi pembayaran. Saat ini, satu-satunya bentuk mata uang
digital dalam sirkulasi luas adalah mata uang virtual yang diciptakan oleh individu atau
entitas swasta. Bordo dan Levin (2017) menjelaskan bahwa sejumlah bank sentral secara
aktif mengeksplorasi inisiasi digital currency oleh bank sentral yang akan menjadi legal
tender dan dapat digunakan oleh siapa pun. Berbeda dengan private digital currency, nilai
dari central bank digital currency akan ditetapkan secara nominal. Lebih lanjut, central bank
digital currency dapat diimplementasikan dengan menggunakan sistem berbasis akun
sehingga menghindari kegiatan mining yang terlibat dalam menghasilkan mata uang virtual
seperti bitcoin. Meskipun konsep CBDC masih bersifat teoretis, evolusi teknologi baru
seperti DLT meningkatkan kemungkinan untuk dapat menerapkan CBDC.
Pada tingkat tinggi CBDC merupakan sarana penyimpanan digital dari suatu nilai (uang) dan
sekaligus merupakan metode pertukaran yang dikeluarkan oleh bank sentral. Secara teoretis,
CBDC memperkenalkan mekanisme digital baru untuk penyelesaian real-time antarindividu.
CBDC dimaksudkan untuk dapat ditukar dengan bentuk uang lain (seperti uang kertas, koin
dan deposito di bank) secara 1:1. CBDC dapat diterbitkan dalam bentuk alternatif yang dapat
ditukarkan dengan mata uang fiat yang disimpan di bank sentral dan dibayar sesuai dengan
permintaan pemiliknya. CBDC juga bisa dikeluarkan sebagai bentuk baru money supply di
samping penerbitan uang bank sentral secara tradisional.

Salah satu tujuan utama CBDC adalah memperluas akses terhadap kewajiban bank sentral
(seperti uang kertas dan koin) dalam bentuk digital. Selain memperluas akses, sistem CBDC
juga harus dirancang agar praktis secara fungsional (misalnya, tidak hanya dapat diakses
melalui jaringan proprietary, seperti SWIFT atau Fedwire). Bjerg (2017) mengungkapkan
bahwa CBDC memperhitungkan deposit liabilities yang terdaftar secara elektronik di neraca
bank sentral. Akses terhadap deposit tersebut bersifat universal, artinya dapat dipegang dan
digunakan oleh semua pengguna di dalam perekonomian. Bank sentral mengeluarkan
liabilities ini dengan mengkredit rekening pengguna uang. Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa CBDC adalah uang elektronik yang dikeluarkan bank sentral dan dapat diakses secara
universal.

Bordo dan Levin (2017) mengidentifikasi karakteristik CBDC yang didesain dengan baik
seperti tampak pada uraian berikut.

a. Practically costless medium of exchange


Jika CBDC diciptakan berbasis akun, rekening dapat ditempatkan langsung di bank
sentral atau tersedia melalui public-private partnership dengan bank umum.
b. Secure store of value
CBDC dengan bunga dapat memberikan rate of return sesuai dengan aset bebas
risiko, seperti sekuritas jangka pendek pemerintah. Suku bunga CBDC akan menjadi
alat utama untuk melakukan kebijakan moneter.
c. Gradual obsolescence of paper currency
CBDC dapat dibuat secara luas untuk umum dengan biaya transfer gradual untuk
transfer antara uang tunai dan CBDC. Akibatnya, penyesuaian terhadap suku bunga
CBDC tidak akan dibatasi oleh effective lower bound. Central Bank Issued
Universally Accessible Electronic Cash CBDC Reserve Money Bank Account Money
19 Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam paper
ini merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan penulis dan bukan merupakan
kesimpulan, pendapat, dan pandangan resmi Bank Indonesia.
d. True price stability
Kerangka kebijakan moneter dimungkinkan dilaksanakan karena nilai aktual CBDC
akan tetap stabil sepanjang waktu dalam kaitannya dengan Indeks Harga Konsumen.
Kerangka itu akan mendorong perilaku kebijakan moneter yang sistematis dan
transparan.
h. Ekonomi Digital : E – Commerce
1. Definisi E – Commerce
Perdagangan elektronik atau E – Commerce adalah hasil teknologi informasi yang saat ini
berkembang dengan begitu cepat terhadap pertukaran barang, jasa, dan informasi melalui
sistem elektronik seperti : internet, televisi, dan jaringan komputer lainnya. E-commerce
didefinisikan sebagai proses pembelian, penjualan, mentransfer atau bertukar produk, jasa
atau informasi melalui jaringan komputer melalui internet (Kozinets et al., 2010).
Definisi electronic commerce (e-commerce) menurut Laudon dan Laudon (2009) adalah
suatu proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan dari
perusahaan ke perusahaan dengan computer sebagai perantara transaksi bisnis. Electronic
commerce (e-commerce) merupakan konsep yang bisa digambarkan sebagai proses jual beli
barang pada internet atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui
jaringan informasi termasuk internet (Turban, Lee, King, Chung, 2000).
E - commerce merupakan bagian dari e-business, di mana cakupan e-business lebih luas,
tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis,
pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan dll. Selain teknologi jaringan www, e-commerce
juga memerlukan teknologi basis data atau pangkalan data (database), e-surat atau surat
elektronik (e-mail), dan bentuk teknologi non komputer yang lain seperti halnya sistem
pengiriman barang, dan alat pembayaran untuk e-commerce ini (Siregar, 2010).
Electronic Commerce di definisikan sebagai proses pembelian dan penjualan produk,jasa, dan
informasi yang dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan jaringan computer. Salah
satu jaringan yang digunakan adalah internet. Electronic Commerce (Perniagaan Elektronik),
sebagai bagian dari Electronic Business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan
electronic transmission (Hildamizanthi. 2011).
Berbagai definisi E – Commerce menurut cara pandang yang berbeda – beda menimbulkan
karakteristik sehingga E – Commerce memiliki karakteristik yang tidak dapat dihilangkan
antara lain :
a. Transaksi antara dua belah pihak yaitu pembeli dan penjual
b. Pertukaran barang, jasa dan informasi
c. Sistem elektronik seperti : internet, televisi dan jaringan komputer lainnya
Menurut Fingar, Peter, Harsha Kumar (2000) pada prinsip E – Commerce menyediakan
infrastruktur bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi proses bisnis internal menuju
lingkungan eksternal tanpa harus menghadapi rintangan waktu dan ruang (time and space)
sehingga peluang untuk membangun jejaring dengan berbagai institusi lain tersebut harus
dimanfaatkan sebaik mungkin karena persaingan sesungguhnya terletak pada bagimana
sebuah perusahaan dapat memanfaatkan E – Commerce untuk meningkatkan kinerja dalam
bisnis inti yang digelutinya.
Ada beberapa faktor yang memperkuat proses transaksi perdagangan yang semuia didasarkan
kepada kertas, beralih ke media elektronik.
a. Pertama, e-commerce memiliki kemampuan untuk menjangkau lebih banyak
pelanggan dan setiap saat pelanggan dapat mengakses seluruh informasi yang up date
dan terus menerus;
b. Kedua, e-commercedapat mendorong kreatifitas pihak penjuai secara cepat dan tepat
dan pendistribusian informasi yang disampaikan beriangsung secara periodik;
c. Ketiga, e-conimerce dapat menciptakan efisiensi yang tinggi, murah serta informatif;
d. Keempat, e-commerce dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan peiayanan
yang cepat, mudah, aman dan akurat.
Sehingga E-commerce akan merubah semua kegiatan marketing dan juga sekaligus
memangkas biaya-biaya operasional untuk kegiatan trading (perdagangan). Proses yang ada
dalam E-commerce adalah sebagai berikut :
a. Presentasi elektronis (pembuatan website) untuk produk dan layanan.
b. Pemesanan secara langsung dan tersedianya tagihan.
c. Otomatisasi akun pelanggan secara aman (baik nomor rekening maupun nomor Kartu
Kredit).
d. Pembayaran yang dilakukan secara Langsung (online) dan penanganan transaksi

2. Jenis – Jenis atau Model E – Commerce


E-commerce dapat dibagi menjadi beberapa tipe, antara lain :

a. Business – to – Business (B2B) :

B2B adalah Jenis E – Commerce yang dilakukan antar perusahaan dengan perusahaan yang
meliputi Interorganizational System (IOS) yang transaksinya melalui transaksi pasar
elektronik antar organisasi. Transaksi B2B cirinya para pelaku adaiah pengusaha - pengusaha
baik pribadi hukum maupun badan hukum dan para peiaku tersebut bukanlah end-user dari
produk atau obyek e-commerce itu sendiri. Dalam B2B ini transaksi yang terjadi bukan hanya
jual-beli, namun dapat berupa konsinyasi ataupun hanya pertukaran data atau dokumen-
dokumen perdagangan (misalnya Electronic Data inter-change atau EDI).
Business to Business e - Commerce memiliki karakteristik:
 Trading partners yang sudah diketahui dan umumnya memiliki hubungan
(relationship) yang cukup lama. Informasi hanya dipertukarkan dengan partner
tersebut. Dikarenakan sudah mengenal lawan komunikasi, maka jenis informasi yang
dikirimkan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan kepercayaan (trust).
 Pertukaran data (data excha nge) berlangsung berulang-ulang dan secara berkala,
misalnya setiap hari, dengan format data yang sudah disepakati bersama. Dengan kata
lain, layanan yang digunakan sudah tertentu. Hal ini memudahkan pertukaran data
untuk dua entiti yang menggunakan standar yang sama.
 Salah satu pelaku dapat melakukan inisiatif untuk mengirimkan data, tidak harus
menunggu parternya.
 Model yang umum digunakan adalah peer-to-peer, dimana processing intelligence
dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.
Model Business – to – Business (B2B) e – commerce semakin meroket pada tahun 2018,
transaksinya naik menjadi 9 kali lipat sehingga terjadinya meroketnya bisnis e – commerce
terjadi karena layanan digital hadir dengan keunggulan yaitu mempermudah segala sesuatu
yang awalnya rumit dan membutuhkan banyak waktu. Dari bisnis ini memberikan dampak
bagi perekonomian seluruh negara, salah satunya negara berkembang antara lain :
 Biaya transaksi. Ada tiga jenis biaya transaksi yang berkurang secara signifikan
melalui B2B e – commerce. Pertama adalah pengurangan biaya pencarian, sebagai
pembeli tidak lagi perlu pergi melalui beberapa perantara untuk mencari informasi
tentang pemasok, produk dan harganya. Dalam dunia usaha, waktu adalah uang,
internet merupakan saluran informasi yang lebih efisisen jika dibandingkan dengan
pelaksanaan rantai bisnis secara konvensional. Di pasar B2B, pembeli dan penjual
berkumpul bersama menjadi sebuah komunitas trading online. Kedua adalah
pengurangan biaya proses transaksi (misalnya, invoices, pesanan pembelian dan
skema pembayaran) B2B memungkinkan terjadinya otomasi proses transaksi. Oleh
karena itu, pelaksanaannya akan lebih cepat jika dibandingkan dengan menggunakan
cara lain (seperti telepon). Ketiga, pemrosesan online meningkatkan manajemen
persediaan dan logistik.
 Disintermediasi. Melalui B2B, pemasok dapat berinteraksi dan bertransaksi langsung
dengan pembeli, sehingga menghilangkan perantara dan distributor. Namun, bentuk
perantara muncul sebagai contoh, e – market datang dapat dianggap sebagai perantara
karena e – market datang diantara pemasok dan pelanggan dalam rantai suplai.
 Transparansi harga. Diantara manfaat lain yang ditimbulkan B2B adalah adanya
transparansi harga. Berkumpulnya sejumlah besar pembeli dan penjual di satu e –
market mengungkapkan informasi harga pasar dan proses transaksi kepada peserta.
Internet memungkinkan untuk publikasi informasi mengenai pembeli atau transaksi,
menjadi mudah diakses dan informasi tersedia untuk semua anggota e – market.
Transparansi harga di pasar dapat merobohkan perbedaan harga di pasar. Dalam hal
ini, pembeli diberikan lebih banyak waktu untuk membandingkan harga dan membuat
keputusan yang lebih baik dalam melakukan pembelian. Selain itu, pasar B2B
memungkinkan untuk terjadinya lelang dimana penjual dan pembeli secara kolektif
berpartisipasi dalam penetapan harga produk atau jasa tertentu.
 Skala ekonomi dan efek jaringan. Pesatnya pertumbuhan pasar B2B menciptakan sisi
penawaran berbasis biaya ekonomi. Selain itu, menyatukan bersama sejumlah
pembeli dan penjual dalam satu tempat memberikan efek yang signifikan dalam sisi
permintaan skala besar. Setiap peserta tambahan di e – market menciptakaan nilai di
sisi permintaan.
b. Business – to – Consumer (B2C)

Business – to – Consumer (B2C) atau perdagangan antara perusahaan dan konsumen


melibatkan konsumen dalam pengumpulan informasi; pembelian barang fisik (seperti : buku)
atau barang informasi (seperti : e – book) dan untuk barang informasi, menerima produk –
produknya melalui jaringan elektronik. B2C merupakan bentuk kedua terbesar e – commerce
yang penjualannya dilakukan secara eceran dari perusahaan langsung ke konsumen akhir.
Business to Consumer eCommerce memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan ke umum.
 Pelayanan (service) yang diberikan bersifat umum (generic) dengan mekanisme yang
dapat digunakan oleh khalayak ramai. Sebagai contoh, karena sistem Web sudah
umum digunakan maka layanan diberikan dengan menggunakan basis Web.
 Layanan diberikan berdasarkan permohonan (on dema nd). Konsumer melakukan
inisiatif dan produser harus siap memberikan respon sesuai dengan permohonan.
 Pendekatan client/server sering digunakan dimana diambil asumsi client (consumer )
menggunakan sistem yang minimal (berbasis Web) dan processing (business
procedure) diletakkan di sisi server.
Electronic shopping ma ll menggunakan websites untuk menjajakan produk dan layanan.
Para penjual produk dan layanan membuat sebuah storefront yang menyediakan katalog
produk dan layanan (service) yang diberikannya. Calon pembeli dapat melihat-lihat produk
dan layanan yang tersedia sebagai contoh : Amazon, eBay.
Dalam e – commerce tipe B2C biasanya produk yang dijual sangat beraneka ragam.
Pembayaran dilakukan secara online dengan menggunakan kartu kredit. Perusahaan
melakukan promosi dengan menggunakan penjualan silang antara produsen dengan
konsumen. Proses belanja diatur agar memberikan kemudahan kepada konsumen. B2C e –
commerce mengurangi biaya transaksi (terutama biaya pencarian) dengan meningkatkan
peran konsumen untuk dapat mengakses informasi dan menemukan harga yang paling
kompetitif untuk suatu produk atau jasa. B2C e – commerce juga mengurangi hambatan
untuk pasar karena hanya membutuhkan biaya untuk membuat dan memelihara situs web
yang jauh lebih murah dibanding dengan memasang plang perusahaan.
c. Business – to – Government (B2G)

Business – to – Government (B2G) didefinisikan sebagai perdagangan antara perusahaan dan


sektor publik atau pemerintahan seperti pengunaan internet dalam pengadaan, prosedur
perijinan dan kegiatan lain yang melibatkan pemerintah. B2G e – commerce memiliki dua
syarat yaitu pertama sektor publik diasumsikan sebagai pemegang kendali utama dalam
menjalankan e – commerce, kedua diasumsikan bahwa sektor publik sangat membutuhkan
sistem pengadaan yang lebih efektif.
Kebijakan pembelian berbasis web meningkatkan transparansi proses pengadaan (dan
mengurangi risiko penyimpangan). Untuk saat ini, ukuran pasar e – commerce B2G sebagai
komponen dari total e – commece masih belum signifikan karena sistme e- commerce
pemerintah ini masih dalam proses perkembangan.
d. Consumer – to – Consumer (C2C)

Consumer – to – Consumer (C2C) didefinisikan sebagai perdagangan antara individu (sektor


swasta) dengan konsume. C2C merupakan transaksi dimana konsumen menjual produk
secara langsung kepada konsumen lainnya. C2C ditandai dengan peningkatan pasar
elektronik dan lelang online, khsususnya di industri di mana suatu perusahaan atau bisnis
menawarkan apa yang mereka inginkan dibeberapa suplier, maka dari itu dapat menciptakan
potensi besar untuk membangun pasar baru.
Terdapat tiga jenis C2C antara lain :
 Lelang difasilitasi portal tertentu, seperti eBay yang memungkinkan penawaran secara
real – time pada produk atau jasa yang dijual di situs web.
 Peer – to – peer sistem, seperti model Napster (sebuah protokol untuk dapat membagi
file antara pengguna dengan menggunakan forum chat seperti IRC, pertukaran file
dan pertukaran uang asing.
 Mengklasifikasikan iklan pada situs portal seperti Excite Classifieds dan eWanted
(sebuah tempat jual beli online yang interaktif di mana pembeli dan penjual dapat
melakukan negoisasi melalui fitur “Buyer Leads & Want Ads”
3. Alat Pembayaran dalam Transaksi E – Commerce
Menurut Laudon dan Traver (2009), e-commerce adalah transaksi bisnis yang dilakukan
dengan menggunakan internet dan web yang memenuhi dua syarat, yaitu seluruh transaksi
dilakukan dengan teknologi media digital (terutama transaksi yang terjadi melalui internet
dan web) serta terjadi perpindahan mata uang pada transaksi tersebut. Seperti yang dijelaskan
dalam definisi e – commerce tersebut, bahwa terjadi transaksi yang melibatkan mata uang
menggunakan teknologi media digital.
Transaksi tersebut adalah terkait sistem pembayaran. Dijelaskan oleh Laudon dan Traver
beberapa macam sistem pembayaran dalam e-commerce adalah sebagai berikut:
1. Kartu kredit online Merupakan bentuk utama sistem pembayaran online.
Ada 5 pihak yang terlibat dalam pembelian kredit online yaitu konsumen, penjual,
clearinghouse, bank penjual (kadang disebut dengan acquiring bank) dan bank yang
mengeluarkan kartu kredit milik konsumen. Bagaimanapun, sistem kartu kredit online
memiliki sejumlah batasan yang melibatkan keamanan, resiko penjualan, biaya, dan
keadilan sosial.
2. Dompet digital (digital wallets)
Berusaha menandingi fungsionalitas dari dompet tradisional yang mengandung
informasi identifikasi pribadi dan nilai yang tersimpan dalam beberapa bentuk.
3. Tunai digital (digital cash)
Merupakan token numerik online berdasar deposit bank atau akun kartu kredit.
4. Sistem stored-value online
Memperbolehkan konsumen untuk melakukan pembayaran instan, online untuk
penjual dan individu lain, berdasar nilai yang tersimpan dalam akun online. Beberapa
sistem penyimpanan nilai online butuh agar user mengunduh dompet digital,
sementara yang lain butuh user untuk sekedar sign up dan transfer uang dari akun
yang telah ada ke akun nilai yang tersimpan online.
5. Sistem digital accumulating balance
Memperbolehkan user untuk melakukan pembelian pada web, mengakumulasi
keseimbangan (balance) debit yang nanti akan ditagihkan pada akhir siklus (misal
akhir hari, atau akhir bulan); konsumen lalu menghitung bayaran semua balance
dengan menggunakan cek atau akun kartu kredit. Sistem akumulasi keseimbangan
(balance), ideal untuk pembelian konten digital seperti trek musik, bagian buku,
artikel maupun koran.
6. Sistem pembayaran cek digital
Sistem pembayaran digital merupakan sebuah bentuk sistem atau mekanisme
pembayaran yang diselenggarakan secara online melalui internet dengan tujuan
transaksi pembelian sebuah produk oleh konsumen. Sistem pembayaran digital sudah
mulai marak lantaran banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan, baik manfaat yang
didapat oleh konsumen maupun produsen.Terlebih sekarang sudah semakin maraknya
e-commerce yang membuat masyarakat terpacu untuk melakukan transaksi online,
salah satunya perpanjangan dari infrastruktur checking dan banking saat ini.
7. Sistem pembayaran wireless
Sistem pembayaran berbasis telepon seluler yang memungkinkan untuk melakukan
pembayaran mobile. Namun, tidak seluruh tipe sistem pembayaran tersebut dapat
diterapkan di Indonesia. Mengingat banyak faktor terkait pandangan masyarakat yang
mendukung dan menolaknya.

4. Model DeLone dan Mclean diterapkan di e – commerce


Enam dimensi keberhasilan sistem informasi menurut DeLone dan McLean (2004) yang
dapat diterapkan juga pada lingkungan e-commerce adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Sistem dalam lingkungan Internet, karakteristik sistem e-commerce dapat
diukur sesuai kegunaan, ketersediaan, kehandalan, kemampuan beradaptasi, dan
waktu respon (misalnya, waktu download dan proses data). Pengukuran baru yang
khusus muncul die-commerce adalah kustomisasi (customization), kemudahan
navigasi (ease of navigation), privasi (privacy) dan keamanan (security). Keamanan
menjadi isu kualitas sistem di e-commerce karena internet dapat dimasuki oleh
siapapun termasuk pihak yang ingin merugikan orang lain.
2. Kualitas Informasi dalam menangkap isu konten e-commerce. Jaringan konten harus
dipersonalisasi, lengkap, relevan, mudah dimengerti, dan aman jika calon pembeli
atau pemasok memulai transaksi melalui internet. Pengukuran-pengukuran yang baru
diantaranya adalah isi yang dinamik: (dynamic content), personalisasi isi (content
personalization), dan keragaman informasi (variety of information)
3. Kualitas layanan. Dukungan keseluruhan disampaikan oleh penyedia layanan, terlepas
dari apakah dukungan tersebut disampaikan oleh departemen system informasi atau
unit organisasi baru atau mungkin secara outsourcing ke penyedia layanan internet.
Oleh karena dukungan yang jelek akan menyebabkan kehilangan pelanggan dan
bahkan kehilangan penjualan. kualitas pelayanan juga diukur dengan afektivitas dari
kemampuan dukungan online semacam jawaban-jawaban pertanyaan-pertanyaan yang
sering ditanyakan, situs yang dapat disesuaikan sendiri, dan pelacakan order. DeLone
dan McLean (2004) dalam mengkaji artikel-artikel tidak menemukan pengukuran
kualitas pelayanan ini untuk: e-commerce.
a. Kepuasan Pemakai (User Satisfaction)
DeLone dan McLean (2004) dalam mengkaji artikel-artikel juga tidak
menemukan secara spesifik instrumen-instrumen pengukuran kepuasan pemakai
untuk e-commerce. Beberapa peneliti hanya mengusulkan untuk mengadopsi dan
mengadaptasi instrumen-instrumen kepuasan pelanggan dan dukungan pemakai
akhir sebagai instrumen-instrumen kepuasan pelanggan di e-commerce dengan
beberapa item harus disesuaikan bahasanya.
b. Penggunaan Sistem (System Use)
Seperti halnya sistem informasi tradisional,penggunaan pelanggan atau
penggunaan pemasok adalah pengukuran yang penting untuk kesuksesan sistem-
sistem e-commerce, terutama jika penggunaan pelanggan lebih bersifat sukarela
tidak diwajibkan. Sifat dan jumlah penggunaan keduanya merupakan indikator
yang penting dari kesuksesan e-commerce.
4. Penggunaan. Diukur dari kunjungan ke situs web dan navigasi dalam situs tersebut
untuk pencarian informasi dan pelaksanaan transaksi.
5. Kepuasan Pengguna. Ini merupakan cara penting untuk mengukur pendapat
pelanggan dalam sistem e-commerce dan harus mencakup seluruh yang pengalaman
pelanggan dalam siklus pembelian, pembayaran, sampai penerimaan produk maupun
layanan.
6. Manfaat. Ini juga penting, karena penting untuk menangkap keseimbangan dampak
positif dan negatif dari e-commerce pada pelanggan, pemasok, karyawan, organisasi,
pasar, industri, ekonomi, dan bahkan masyarakat secara keseluruhan..Apakah
pembelian lewat internet akan menghemat waktu dan uang untuk pelanggan -
pelanggan individual.
5. Manfaat dan Tantangan Penggunaan e-commerce Dalam Dunia Bisnis
Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya
mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal,
pengiriman yang tepat waktu, pelayanan yang bagus, struktur organisasi bisnis yang baik,
jaringan infrastruktur dan keamanan, desain situs web yang bagus, beberapa faktor yang
termasuk:
1. Menyediakan harga kompetitif
2. Menyediakan jasa pembelian yang tanggap, cepat, dan ramah.
3. Menyediakan informasi barang dan jasa yang lengkap dan jelas.
4. Menyediakan banyak bonus seperti kupon, penawaran istimewa, dan diskon.
5. Memberikan perhatian khusus seperti usulan pembelian.
6. Menyediakan rasa komunitas untuk berdiskusi, masukan dari pelanggan, dan lain-lain.
7. Mempermudah kegiatan perdagangan.
Manfaat yang dirasakan perusahaan khususnya untuk kepentingan pelanggan memperlihatkan
bahwa e-commerce dapat memberikan manfaat antara lain:
 Mendapatkan pelanggan baru. Studi yang menyebutkan bahwa manfaat penggunaan
e-commerce dalam bisnis adalah mendapatkan pelanggan baru dikemukakan oleh
Hamill da Gregory, 1997 dan Swatman, 1999 serta Hoffman dan Novak, 2000.
Digunakannya e-commerce memungkinkan perusahaan tersebut mendapatkan
pelanggan baru baik itu yang berasal dari pasar domestik maupun pasar luar negeri.
 Menarik konsumen untuk tetap bertahan. Studi yang dilakukan oleh Daniel & Storey,
1997 di industri perbakan menemukan bahwa dengan adanya layanan ebanking
membuat nasabah tidak berpindah ke bank lain. Selain itu bank juga akan
mendapatkan pelanggan baru yang berasal dari bank-bank yang bertahan dengan
teknologi lama.
 Meningkatkan mutu layanan. Dengan adanya e-commerce memungkinkan perusahaan
dapat meningkatkan layanan dengan melakukan interaksi yang lebih personal
sehingga dapat memberikan informasinya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
konsumen. Studi yang menyebutkan bahwa penggunaan e-commerce dapat
bermanfaat untuk meningkatkan mutu layanan ini dikemukakan oleh Gosh, 1998.
 Melayani konsumen tanpa batas waktu. Studi yang dilakukan oleh Daniel & Storey,
1997 menemukan bahwa adanya pelanggan dapat melakukan transaksi dan
memanfaatkan layanan suatu perusahaan tanpa harus terikat dengan waktu tutup
ataupun buka dari suatu perusahaan tersebut.
E-commerce memberikan pilihan kepada produsen tentang jenis usaha dan skala usaha yang
akan dikembangkan. Dengan mengimplementasikan teknologi informasi e-commerce,
produsen dapat memilih untuk mengembangkan target pasar kepada pasar global atau hanya
fokus terhadap segmen pasar tertentu. Bagi usaha kecil dan menengah, dengan menggunakan
e-commerce dapat menawarkan sesuatu yang berkualitas dan terjangkau serta memiliki
kepercayaan diri menghadapi pesaing. Biaya tidak kemudian menjadi kendala utama, tetapi
yang terpenting bagaimana usaha kecil dan menengah dapat menunjukkan produk atau jasa
yang ditawarkan melalui websitenya dan dapat dilakukan melalui penjualan secara online
(Rizal, 2011).
Dengan menggunakan e-commerce, produsen dapat merubah daftar harga atau melakukan
kustomisasi produk atau jasa yang ditawarkan dan terinformasikan secara cepat melalui
website. Sesuatu yang biasanya memerlukan waktu yang lama untuk dilaksanakan atau
diintegrasikan, dengan e-commerce menjadi lebih cepat. Melakukan model usaha yang
inovatif atau melakukan reengineering, melaksanakan spesialisasi dengan derajat yang tinggi
atau meningkatkan produktivitas dan perhatian terhadap pelanggan, bukan sesuatu yang tidak
mungkin dengan e-commerce. E-commerce juga bermanfaat dalam membangun database
pelanggan yang komprehensif.
Produsen dapat mempunyai informasi tentang pola pemesanan yang dilakukan pelanggan dan
mengelolanya sebagai informasi yang berharga. Database tersebut akan membantu produsen
saat melakukan pemasaran dan strategi promosi agar dapat tepat sasaran. Dalam konteks
hubungan dengan mitra bisnis, e-commerce membantu dalam mengurangi inefisiensi yang
mungkin terjadi dalam rantai penawaran, mengurangi kebutuhan untuk membuat inventory
dan menghindari keterlambatan pengiriman. Sehingga produsen mempunyai kepercayaan diri
tentang usaha yang dijalankan dalam melakukan kerjasama dengan pemasok dan perusahaan
jasa. E-commerce secara inherent akan menyederhanakan dan mengotomatisasi proses bisnis
yang mendukung, menggabungkan dengan kecepatan dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Dalam hubungannya dengan pelanggan, e-commerce membantu dalam menfasilitasi kegiatan
pembelian yang nyaman. E-commerce dapat menghemat waktu pelanggan dibandingkan jika
pelanggan tersebut melakukan pembelian secara offline.
6. Dampak E-commerceTerhadap Dunia Bisnis
Dalam kategori pertama, e-commerce berdampak pada akselerasi pertumbuhan direct
marketing yang secara tradisional berbasis mail order (katalog) dan telemarketing.
Kemunculan e-commerce memberikan beberapa dampak positif bagi aktivitas pemasaran,
diantaranya:
 Memudahkan promosi produk dan jasa secara interaktif dan real time melalui saluran
komunikasi langsung via internet.
 Menciptakan saluran distribusi baru yang bisa menjangkau lebih banyak pelanggan di
hampir semua belahan dunia.
 Memberikan penghematan signifikan dalam hal biaya pengirima informasi dan
produk terdigitalisasi (contoh perangkat lunak dan musik)
 Menekan waktu siklus dan tugas–tugas administratif (terutama untuk pemasaran
internasional) mulai dari pemesanan hingga pengiriman produk.
 Layanan pelanggan yang lebih responsif dan memuaskan, karena pelanggan bisa
mendapatkan informasi lebih rinci dan merespon cepat secara online.
 Memfasilitasi mass customization yang telah diterapkan pada sejumlah produk seperti
kosmetik, mobil, rumah, komputer, kartu ucapan, dan berbagai macam produk
lainnya.
 Memudahkan aplikasi one-to-one atau direct advertising yang lebih efektif
dibandingkan mass advertising.
 Menghemat biaya dan waktu dalam menangani pemesanan, karena sistem pemesanan
elektronik memungkinkan pemrosesan yang lebih cepat dan akurat.
 Menghadirkan pasar maya/virtual (markespace) sebagai komplemen pasa tradisional
(marketplace).
Dalam hal transformasi organisasi, e-commerce mengubah karakterisik pekerjaan, karir, dan
kompensasi. E-commerce menuntut kompetensi, komitmen, kreativitas, dan fleksibilitas
karyawan dalam beradaptasi dengan setiap perubahan lingkungan yang ramping, bercirikan
pemberdayaan dan desentralisasi wewenang, beranggotakan knowledge based workers,
mampu beradaptasi secara cepat dengan teknologi baru dan perubahan lingkungan (learning
organisation), mampu dan berani bereksperimen dengan produk, jasa maupun proses baru,
dan mampu mengelola perubahan secara strategik. Sedangkan dalam hal redefinisi organisasi,
e-commerce memunculkan model bisnis baru yang berbasis jasa online di markespace. Hal
ini bisa berdampak pada redefinisi misi organisasi dan cara organisasi menjalankan bisnisnya.
Perubahan ini anatar lain meliputi peralihan dari sistem produksi massal menjadi
pemanufakturan just in time (JIT) yang lebih customized, integrasi berbagai sistem
fungsional (seperti produksi, keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia). Hal ini
difasilitasi dengan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) berbasis internet berupa
perangkat lunak khusus seperti SAP R/3, microsoft enterprise, DCOM, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai