Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menjadi tua adalah bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindari oleh
siapapun. Beberapa perubahan akan terjadi pada seseorang sedang mengalami
proses menua baik secara penampilan fisik maupun kondisi psikososial, kognitif
dan emosional. Sebagai contoh, lansia akan mengalami penurunan kekuatan otot
dan keseimbangan, kemampuan memori menurun, perubahan pada warna rambut
atau tekstur kulit (Stanley & Beare, 2007).

Peningkatan angka harapan hidup dan bertambah jumlah lanjut usia disatu sisi
merupakan salah satu keberhasilan dalam pembangunan sosial dan ekonomi,
namun keberhasilan tersebut mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab baik
pemerintah maupun masyarakat untuk memberikan perhatian lebih serius, karena
dengan bertambahnya usia kondisi dan kemampuan lanjut usia untuk beraktivitas
semakin menurun (KomNasLansia, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) lansia dikelompokkan menjadi 4


kelompok, yaitu usia middle age 45-59 tahun, elderly 60-74 tahun, old 75-90
tahun dan very old di atas 90 tahun (Fatmah, 2010). Sedangkan di Indonesia
menurut Pasal 1 UU RI No.13 Tahun 2004 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun keatas. Pada saat ini jumlah penduduk lanjut usia di seluruh dunia
diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa dan pada tahun 2025 di perkirakan akan
mencapai 1,2 miliyar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
bahwa penduduk lansia di Asia Tenggara pada tahun 2010 mencapai 9,77%,
yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan
terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050 (Nugroho, 2008).

1
2

Meningkatnya jumlah penduduk lansia dapat dilihat berdasarkan hasil prediksi


Badan Pusat Statistik Nasional persentase penduduk lanjut usia akan mencapai
9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen pada
tahun 2020. Jumlah lanjut usia Di Indonesia mengalami peningkatan yang
signifikan yang pada tahun 2007, jumlah lansia di Indonesia sebesar 18,96 juta
jiwa dan meningkat menjadi 20,56 juta pada tahu 2009. Badan kesehatan dunia
WHO menyatakan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020
mendatang sudah mencapai angka 11,34 persen atau tercatat 28,8 juta jiwa
(Bapernas, 2012).

Menurut data Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan yang bersumber dari Badan
Pusat Statistik kota Banjarmasin pada tahun 2014 angka pertumbuhan lansia di
Banjarmasin yang berusia antara 45-49 tahun sebanyak 41.978 orang (Laki-laki
20.804 orang dan perempuan 21.174 orang), yang berusia antara 50-54 tahun
sebanyak 33.712 orang (Laki-laki 17.019 orang dan perempuan 16693 orang),
yang berusia 55-59 tahun sebanyak 25.953 orang (Laki-laki 13.478 orang dan
perempuan 12.515 orang), yang berusia 60-64 tahun sebanyak 14.792 orang
(Laki-laki 7.420 orang dan perempuan 7.372 orang), 65-69 tahun sebanyak
10.284 (Laki-laki 4.812 orang dan perempuan 5.742 orang), 70-74 tahun
sebanyak 6.177 orang (Laki-laki 2.568 orang dan perempuan 3.609 orang),
sedangkan yang berusia >75 tahun sebanyak 5.998 orang (Laki-laki 2.018 orang
dan perempuan 3.980 orang), Sedangkan jumlah lansia yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Pemurus Dalam Banjarmasin yaitu 2678 (laki-laki 1255 orang dan
perempuan 1423 orang ), (Profil Kesehatan Kota Banjarmasin, 2015).
Meningkatnya jumlah usia lanjut dari tahun ke tahun, maka diharapkan
pemerintah dan masyarakat mempersiapkan suatu sistem pelayanan yang
bermutu untuk membantu lansia memperoleh derajat kesehatannya. Pertambahan
penduduk lansia disebabkan oleh semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan
meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia (Kuntari, 2011).
3

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga mengalami peningkatan


populasi penduduk lansia dari 4,48% (5,3 juta jiwa) pada tahun 1971 menjadi
9,77% (23,9 juta jiwa) pada 2010. Bahkan pada tahun 2020 diprediksi akan
terjadi ledakan jumlah penduduk lansia sebesar 11,34% atau sekitar 28,8 juta
jiwa (Makmur 2006). Indonesia termasuk negara kelima yang akan memiliki 3
populasi lansia terbesar setelah Cina, India, Amerika Serikat, dan Meksiko
(WHO 2002).

Meningkatnya jumlah peduduk usia lanjut (lansia) menimbulkan masalah


terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Masalah tersebut jika tidak
ditangani akan berkembang menjadi masalah yang lebih kompleks. Masalah
yang kompleks pada lansia baik dari segi fisik, mental, dan sosial berkaitan
dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan kebutuhan
terhadap pelayanan kesehatan meningkat.

Pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh lansiapun tidak hanya rehabilitatif dan
kuratif saja melainkan secara komprehensif (terpadu) yang mencakup pelayanan
preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif. Namun, pelayanan kesehatan
khusus lansia (geriatri) seperti ini belum semuanya tersedia di seluruh rumah
sakit, baik swasta maupun Pemerintah dan Puskesmas di Indonesia. Bahkan di
Provinsi dengan distribusi penduduk lansia terbanyak pun, masih belum merata
pelayanan kesehatannya

Dalam rangka menurunkan angka masalah kesehatan lanjut usia dan


meningkatkan ketersediaan fasilitas pelayanan lanjut usia. Pemerintah melakukan
upaya peningkatan dan pemerataan layanan kesehatan melalui posyandu lansia.
Menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional Lanjut
Usia (2010) disebutkan bahwa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia
adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga
4

swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah,


swasta, 4 organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan
kesehatan pada upaya promotif dan preventif.

Menurut Depkes RI (2003), tujuan umum dibentuknya Posyandu lansia secara


garis besar untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia
lanjut agar mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sedangkan tujuan khusus
pembentukan posyandu lansia antara lain : 1). Meningkatkan kesadaran para usia
lanjut untuk membina sendiri kesehatannya, 2). Meningkatkan kemampuan dan
peran serta keluarga dan masyarakat dalam menghayati dan mengatasi kesehatan
usia lanjut, 3). Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan usia
lanjut, 4). Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

Program pelayanan kesehatan bagi usia lanjut harus memiliki suatu standar yang
baik untuk menjamin terlayaninya usia lanjut dengan maksimal. Standar
pelayanan ini hanya bisa diraih apabila pelayanan yang dibentuk memenuhi
dimensi-dimensi kualitas pelayanan. Usia lanjut akan merasa puas terhadap
pelayanan yang diberikan dengan adanya pelayanan yang berkualitas.
Salah satu isu yang paling kompleks dalam dunia pelayanan kesehatan adalah
mutu pelayanan. Berbagai penelitian tentang mutu pelayanan membuktikan
bahwa mutu pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan dan tuntutan para
pemakai jasa pelayanan (health and needs demands) yang apabila berhasil
dipenuhi akan menimbulkan rasa puas (client satisfaction) terhadap pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan (Sebastian, 2009).

Layanan kesehatan lansia yang diwadahi melalui posyandu lansia sangat kita
perlukan, dimana posyandu lansia dapat membantu masyarakat yang yang
berusia lanjut sesuai dengan kebutuhannya dan pada lingkunganya sendiri,
sehingga pelayanan kepada lansia dapat lebih dioptimalkan.
5

Pemberdayaan masyarakat dalam menumbuh kembangkan posyandu lansia


merupakan upaya fasilitas agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi,
merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya dengan memanfaatkan
potensi setempat sesuai situasi, kondisi kebutuhan setempat. Beberapa
pendekatan yang dapat digunakan dalam pembentukan posyandu lansia, misalnya
mengembangkan kelompok-kelompok yang telah ada seperti kelompok arisan
lansia, kelompok pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok senam lansia dan
lain-lain (Depkes RI, 2005).

Suatu organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya keterlibatan unsur manusia
yang ada didalamnya, karena manusia merupakan unsur yang dominan
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi (Siagian,2004). Dalam posyandu lansia kader
merupakan suatu penggerak terpenting dalam menjalankan tujuan yang dimiliki
posyandu lansia tersebut.

Dengan terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini


dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan
demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga
merupakan mitra pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader
maka pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat
adanya kader, jelaslah bahwa pembentukan kader adalah perwujudan
pembangunan dalam bidang kesehatan. (Zulkifli. 2003:3)

Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kessehatan.
Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu.
Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas,
serta sanggup melaksanakan kegiatan posyandu.
6

Peran kader posyandu lansia di masyarakat diharapkan dapat memberikan


kontribusi dalam bidanag kesehatan serta aspek kebidupan lansia lainnya. Kader
kesehatan juga berperan untuk tetap membina lansia dalam melakukan hubungan
sosial dengan anggota keluarga dan masyarakat sekitar, membantu pemerintah
memberikan pencerahan kepada masyarakat untuk melakukan hal yang bersifat
positif. Menurut Sukarni (2004) dalam Hikmawati (2014), kader kesehatan
bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat, bekerja dan berperan sebagai
seorang pelaku dari sebuah sistem kesehatan. Kader bertanggung jawab kepada
kepala desa dan supervisor yang ditunjuk oleh petugas/tenaga pelayanan
pemerintah. Peran kader lansia menurut masyarakat dinilai baik karena kader
selalu mengajak lansia untuk datang ke posyandu, mereka menjelaskan kepada
lansia manfaat dari posyandu lansia, serta kader memberi tahu kepada lansia
tentang jadwal pelaksanaan posyandu, sehingga dengan demikian dengan peran
kader tersebut diharapkan lansia secara aktif dapat mengikuti kegiatan posyandu.

Kader-kader inilah yang menjadi agent of change dan menggerakan masyarakat


agar mempunyai kesadaran untuk lebih menjaga kesehatannya dengan mengikuti
kegiatan Posyandu. Tidak sulit bagi para kader Posyandu untuk mengajak
masyarakat untuk ikut serta berkegiatan di Posyandu, karena kader sudah terbiasa
mengerahkan masyarakat dalam suatu kegiatan. Diharapkan masyarakat menjadi
lebih sadar bahwa menjaga kesehatan itu penting dan perlu untuk disebarluaskan
kepada masyarakat banyak. Besar atau kecil, banyak atau sedikit manfaat yang
diterima masyarakat dalam mengikuti kegiatan posyandu diharapkan akan
mempengaruhi kelanjutan kehidupan dalam kesehariannya. Karena modal utama
masyarakat sebenarnya adalah sadar akan pentingnya menjaga kesehatan diri
sendiri. (Sihombing: 2013)

Agar posyandu berjalan dengan baik maka perlu dukungan dari kader, kader
diharapkan bisa menjadi agent of change. Peran kader sebagai agent of change,
7

dalam upaya pembangunan dapat diwujudkan dengan memberikan dukungan


berupa berbagi pelayanan yang meliputi pengukuran tinggi dan berat badan,
pengukuran tekanan darah, pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat) memberikan
penyuluhan atau penyebarluasan informasi kesehatan, menggerakkan serta
mengajak usia lanjut untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan posyandu
lansia karena itulah kader dituntut untuk memiliki kemampuan membina,
menuntun serta didukung oleh keterampilan dan berpengalaman.

Kepuasan merupakan gambaran harapan seseorang terhadap pelayanan ataupun


jasa yang dirasakan apakah sesuai dengan harapan atau tidak (Irawan, 2002).
Dalam posyandu lansia, lansia adalah pengunjung yang langsung merasakan
bagaimana posyandu memberikan pelayanan terhadap lansia dimana didalamnya
ada peran kader untuk berusaha meningkatkan segala pelayanan serta kegiatan
dalam pelaksanaan posyandu lansia sehingga lansia merasakan harapan yang
sesuai dengan yang diinginkan.

Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting


dalam mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan yang tanggap
terhadap kebutuhan pelanggan. Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan
elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan
lebih efektif. Pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang
disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak
efisien. (Hadi Sugito, 2005).

Menurut Muninjaya (2011) ada 5 dimensi yang mempengaruhi kepuasan


pelayanan kesehatan yang diterima mengacu pada beberapa faktor, antara lain :
1) Realibility (keterampilan, pengetahuan, keandalan) adalah kemampuan untuk
meberikan pelayanan kesehatan tepat waktu dan akurat sesuai dengan yang
ditawarkan, yaitu prosedur penerimaan pasien dan keluarganya, pelayanan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dan jadwal pelayanan, 2)
8

Responsivenees and high personal contact (cepat tanggap dan komunikasi) yaitu
kemampuan petugas untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien dan
keluarganya, kemampuan memberikan informasi dan tindakan cepat tanggap, 3)
Assurance (jaminan keamanan pasien dan keluarganya) dimensi ini meliputi
faktor keramahan, kompetisi, kredibilitas dan keamanan, yaitu pengetahuan dan
kemampuan petugas menetapkan diagnosa penyakit, keterampilan petugas dalam
bekerja, pelayanan yang sopan dan ramah, jaminan keamanan pelayanan dan
kepercayaan terhadap pelayanan, 4) Emphaty (sikap peduli) kriteria ini terkait
dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus kepada setiap pengguna jasa, yaitu
memberikan perhatian secara khusus terhadap pasien dan keluarganya dan
pelayaanan terhadap semua pasien dan keluarganya tanpa memandang status
sosial dan lain-lain, 5) Tangible (penampilan fisik petugas dan ruang perawatan)
yaitu kebersihan, kerapian, kenyamanan ruangan, penataaan ekterior dan interior
ruangan, kelengkapan, kesiapan, kebersihan alat-alat yang dipakai dan kerapian
serta kebersihan penampilan petugas.

Lansia baru akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau
perasaan kecewa lansia akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya itu tidak sesuai dengan harap pasienannya. Berdasarkan apa yang
disebutkan di atas, pengertian kepuasan lansia dapat dijabarkan sebagai berikut.
Kepuasan lansia adalah suatu tingkat perasaan perasaan lansia yang timbul
sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah lansia
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya.

Keaktifan kader menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kader


posyandu lansia dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap lansia. Makin
sempurna kepuasan lansia, berarti menunjukkan bahwa semakin aktif kader
posyandu lanjut usia dalam pelayanan (Mujahiddah, 2008). Adapun peran kader
9

dalam meningkatkan kepuasan lansia yaitu meningkatkan kualitas pelayanan


dalam kegiatan posyandu lansia, dan melakukan tugas-tugasnya diluar posyandu
seperti melakukan kunjungan rumah, mengajak para lansia untuk datang pada
kegiatan posyandu, serta melaksanakan kegiatan yang menunjang kegiatan
posyandu lansia agar minat lansia yang datang ke posyandu meningkat.
Kepuasan lansia merupakan tingkat perasaan lansia setelah membandingkan
antara kinerja atau hasil yang di rasakan (pelayanan yang diterima dan yang
dirasakan) dengan yang diharapkannya (Didanasari, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, bahwa semakin banyak jumlah lanjut usia maka
untuk meningkatkan upaya penunjang kesehatan lansia didirikannya Posyandu
Lansia dengan tujuan mengimbangi jumlah lansia tersebut, Sarana kesehatan
berupa Posyandu Lansia merupakan sarana atau fasilitas kesehatan yang
disediakan dengan tujuan mengembangkan kesehatan lansia lebih optimal.
Manfaat dari Posyandu lansia adalah menjaga kesehatan lansia, memberikan rasa
aman dan nyaman sehingga lansia merasa kondisi kesehatannya terlindungi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Retno Asih tahun 2013 di Desa
Sidosari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan, didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara keaktifan kader posyandu lanjut usia
terhadap tingkat kepuasan lansia. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan Desi
Suci Anggraeni tahun 2014 di Ciputat Timur tentang hubungan antara kinerja
kader posyandu lansia terhadap kepuasan lansia didapatkan hasil bahwa ada
hubungan yang signifikan antara kinerja kader posyandu lansia terhadap
kepuasan lansia.

Studi pendahuluan yang dilaksanakan yang dilaksanakan di Kelurahan Pemurus


Dalam pada tanggal 09 Juni 2016 diketahui bahwa berdasarkan pengamatan pada
saat posyandu lansia dilaksanakan jumlah lanjut usia dengan usia lebih dari 60
tahun yang berkunjung ke Posyandu lansia terhitung rendah. Data pada tahun
10

2014 yang berkunjung ke posyandu lansia sebesar 36% dengan jumlah lansia
yang terdaftar yaitu 105 lansia dan tahun 2015 yang berkunjung ke posyandu
sebesar 35%. Berdasarkan hasil wawancara saat studi pendahuluan yang
dilakukan terhadap kader Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Pemurus
dalam Banjarmasin menyatakan bahwa setiap bulannya sebelum kegiatan
posyandu lansia dilaksanakan kader mengingatkan kembali kepada para lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu, melakukan persiapan pelaksanaan posyandu
tiga (3) meja, serta melakukan pencatatan hasil kegiatan. Dan survey yang
dilakukan pada 4 Lansia, 3 mengatakan puas terhadap pelayanan yang dilakukan
oleh para kader, 1 lansia mengatakan kurang puas pada saat mengikuti Posyandu
lansia. Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa keaktifan lansia dalam
pemanfaatan layanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
ketersediaan sarana dan prasarana, letak geografis, sikap petugas atau peran
kader, dan dukungan keluarga. Penelitian Lestari, dkk (2011) menyatakan bahwa
faktor yang berfengaruh terhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyandu yaitu
>71 tahun (OR:4,6), tidak bekerja (OR:8,1), sikap yang baik (OR:3), fasilitas
yang baik (OR:5,4), pelayanan kader dan petugas kesehatan yang baik (OR:6,5),
peran keluarga yang baik (OR:3,2). Keaktifan merupakan suatu kesibukan yang
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian tentang hubungan peran kader posyandu lanjut usia(lansia) terhadap
kepuasan lansia di Puskesmas Pemurus Dalam Banjarmasin.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah penelitian yaitu “apakah
ada hubungan peran kader posyandu lanjut usia (lansia) terhadap kepuasan lansia
di Puskesmas Pemurus Dalam Banjarmasin?”
11

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran
kader posyandu lanjut usia (lansia) terhadap kepuasan lansia di
Puskesmas Pemurus Dalam Banjarmasin.

1.3.2. Tujuan Khusus


1.3.2.1. Mengidentifikasi peran kader dalam kegiatan posyandu lanjut
usia (lansia) di Puskesmas Pemurus Dalam Banjarmasin.

1.3.2.2. Mengidentifikasi kepuasan lansia dalam mengikuti kegiatan


posyandu lanjut usia (lansia) di Puskesmas Pemurus Dalam
Banjarmasin.

1.3.2.3. Menganalisa hubungan antara peran kader posyandu lanjut usia


(lansia) terhadap kepuasan lansia di Puskesmas Pemurus Dalam
Banjarmasin.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang
bermanfaat bagi ilmu keperawatan komunitas dalam meningkatkan
derajat kesehatan pada orang dewasa khususnya para lansia.

1.4.2. Manfaat Metodologi


1.4.2.1. Lanjut usia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan
untuk meningkatkan derajad kesehatan pada lansia sehingga
dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya.
12

1.4.2.2. Bagi instansi terkait Puskesmas Pemurus Dalam


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari serta untuk bahan acuan dan masukan bagi
kader posyandu dan tenaga kesehatan di Puskesmas agar dapat
meningkatkan perannya.

1.4.2.3. Institusi pendidikan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah
bagi ilmu keperawatan khususnya dibidang keperawatan
komunitas.

1.4.2.4. Peneliti
Sebagai bahan masukan pengetahuan dan pengalaman,
khususnya tentang peran kader posyandu lansia terhadap
kepuasan lansia.

1.4.3. Manfaat Aplikatif


Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan kebijakan,
pengambilan keputusan atau bahan referensi untuk mengembangkan
penelitian lebih lanjut tentang hubungan peran kader posyandu lansia
terhadap kepuasan lansia.

1.5. Penelitian Terkait


1.5.1 Hubungan Keaktifan Kader Posyandu lanjut Usia (Lansia) Terhadap
Tingkat Kepuasan Lansia di Posyandu Lansia wilayah Kerja Puskesmas
Kesesi I Desa Sidosari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan (Fifi
Azisyah., 2013)
Posyandu lanjut usia merupakan pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
13

digerakkan oleh masyarakat dimana lansia bisa mendapatkan pelayanan


kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan
Keaktifan Kader Posyandu Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Tingkat
Kepuasan Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kesesi I
Desa Sidosari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. Desain
penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak
sederhana. Jumlah sampel sebanyak 144 responden berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi. Responden merupakan merupakan lansia yang
menjadi pengunjung posyandu lansia di Desa Sidosari Kesesi Kabupaten
Pekalongan. Analisis data dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil
penelitian diperoleh terdapat hubungan keaktifan kader posyandu lanjut
usia (lansia) terhadap tingkat kepuasan lansia di Posyandu Lansia Wilayah
Kerja Puskesmas Kesesi I desa Sidosari Kecamatan Kesesi kabupaten
Pekalongan (p = 0,001). Disarankan bagi kader posyandu lansia untuk
meningkatkan keaktifan dengan menjalankan perannya sebagai perencana
kegiatan, komunikator, penggerak, dan pemberi pelayanan yang baik
kepada lansia. Bagi Institusi Puskesmas untuk memberikan pelatihan-
pelatihan kader kepada kader sebagai bentuk motivasi terhadap kinerja
kader posyandu.

1.5.2 Hubungan Peran Kader dengan Motivasi Lansia Mengikuti Posyandu


Kelurahan Apla I Kecamatan Panowulu Kota Bitung (Sasih, 2015)
Salah satu bentuk pelayanan pada lansia adalah posyandu lansia.
Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program
pengembangan dari kebijakan Pemerintah melalui pelayanan kesehatan
bagi lansia. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan peran
kader dengan motivasi lansia mengikuti kegiatan lansia.Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh lansia di Kelurahan Apla I Kecamatan
14

Ranowulu Kota Bitung.Sampel diambil secara Purposive Sampling.


Penelitian ini dilaksanakan sejak Januari sampai dengan Februari 2015.
Metode penelitian menggunakan Cross Sectional Design. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Peran kader pada kategori baik yang paling banyak
adalah 19 orang (38,0%) pada motivasi lansia yang Positif, dan tidak
diemukan adanya motivasi yang negative. Kemudian peran kader pada
kategori cukup yang paling banyak adalah 13 orang (26,0%) pada
motivasi lansia yang positif, dan hanya 6 orang (12,0%) pada motivasi
lansia yang negatif. Sedangkan peran kader pada kategori kurang yang
paling banyak adalah 11 orang (22,0%) pada motivasi lansia negative
diikuti dengan 1 orang (2,0%) pada motivasi positif. Dari hasil uji statistik
Spearman Rho, didiapat nilai signifikan 0,000. Kader adalah salah satu
penggerak utama dalam kegiatan posyandu, sehingga peran kader sangat
dibutuhkan dalam memotivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia.

1.5.3 Hubungan Dukungan Keluarga dan Peran Kader dengan Keaktifan Lanjut
Usia dalam Mengikuti Kegiatan di Posyandu Desa Pucangan Kartasura
(Hikmawati, 2014)
Posyandu lansia berfungsi untuk mempertahankan kesehatan fisik tetap
bugar, kesehatan rekreasi tetap terpelihara dan dapat menyalurkan minat
dan bakat untuk mengisi waktu luang. Kegiatan posyandu lansia memberi
kemudahan dalam pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup
tetap terjaga dengan baik dan optimal. Dilihat dari keaktifan kader dari
sejumlah 12 orang, berdasarkan pengamatan hadir rata-rata hanya 4 orang
dari 12 orang, hal ini menunjukkan bahwa peran kader kurang maksimal
sehingga berdampak pada keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu
lansia. Di samping itu dari sejumlah lansia yang ada, masih ada beberapa
lansia yang enggan mengikuti kegiatan posyandu dengan alasan tidak
15

adanya keluarga yang mengantarkan dan keluarga kurang mendukung


karena kesibukan kerja. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dan peran kader dengan keaktifan lanjut usia dalam
mengikuti kegiatan posyandu. Metode penelitiaan yang digunakan adalah
deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional. Populasi lansia
di desa Pucangan Kartasura sebanyak 393 orang, diambil sampel sebanyak
80 orang yang berasal dari 7 Posyandu dengan teknik multistage
sampling. Variabel independen berupa dukungan keluarga dan peran kader
sedangkan variabel dependen keaktifan lansia, instrumen yang digunakan
dengan kuesioner. Teknik analisis data dengan analisis Chi-Square (X2).
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar lanjut usia mempunyai
dukungan keluarga baik, mereka merasa peran kader baik, sebagian besar
aktif mengikuti posyandu, dan ada hubungan yang signifikan antara peran
kader dan dukungan keluarga dengan keaktifan lanjut usia dalam
mengikuti kegiatan di Posyandu Lansia Desa Pucangan Kartasura dengan
nilai X12 hit = 6,389; p = 0,014 < 0,05 dan χ2 2 hit = 13,605; p = 0,0001),
semakin baik peran kader dan dukungan keluarga maka semakin aktif pula
keaktifan lanjut usia dalam mengikuti kegiatan di Posyandu. Disarankan
bagi lansia agar lebih aktif untuk mengikuti kegiatan di Posyandu tidak
hanya pada waktu ada pemeriksaan kesehatan namun juga pada jadwal
yang ada kegiatan di posyandu.

1.5.4 Hubungan Antara Kinerja Kader Posyandu Lansia Terhadap Kepuasan


Lansia di Kelurahan Rempoa Wilayah Binaan Kerja Puskesmas Ciputat
Timur (Desi Suci Angraeni, 2014)
Kinerja kader merupakan hasil kerja yang dilakukan kader dalam
melakukan tugas serta tanggung jawab yang diberikan. Kinerja yang
dilakukan dengan baik merupakan suatu proses yang akan menghasilkan
input berupa kepuasan lansia sebagai pengguna posyandu lansia.
16

Kepuasan merupakan harapan yang dirasakan lansia saat menerima


pelayanan atau kegiatan yang diberikan kader dalam pelaksanaan
psoyandu lansia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja kader posyandu lansia
terhadap kepuasan lansia di kelurahan Rempoa binaan Puskesmas Ciputat
Timur. Sampel penelitian yang digunakan berjumlah 134 lansia anggota
aktif yang tersebar di 4 posbindu. Teknik yang digunakan dengan teknik
proporsional starafied random sampling. Desain penelitian yang
digunakan adalah penelitian asosiatif pendekatan kuantitatif. Pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa
faktor digunakan untuk menjamin validitas serta relibilitas kuesioner.
Teknik analisa data yang digunakan adalah korelasi pearson product
dengan menggunakan bantuan program aplikasi statistik dalam
pengolahannya. Hasil penelitian menunjukkan terbentuknya faktor dari
variabel kinerja yaitu faktor sikap dan kegiatan/pelayanan serta dari
variabel kepuasan faktor keandalan, empati dan kenyataan. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kinerja dengan
kepuasan lansia dengan P value sebesar 0,000 atau sig <0,05.
Peneliti menyarankan agar kader mempertahankan dan meningkatkan
kinerjanya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan kader yang dilakukan
petugas puskesmas serta mengoptimalkan peran perawat sebagai pendidik
untuk memberi informasi serta pelatihan kader dalam melaksanakan
kegiatan posyandu lansia

1.5.5 Hubungan Antara Peran Kader Dengan Tingkat Kehadiran Lansia di


Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten
Pekalongan (Atika Febriyani, 2016)
Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia
terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta atau 9,6 % dari jumlah
17

penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk lansia menimbulkan masalah


terutama segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Posyandu lansia
merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia dalam
upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal. Salah satu faktor
yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu yaitu kader posyandu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran kader
dengan tingkat kehadiran lansia. Desain penelitian deskriptif korelatif
melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel sampel
menggunakan cluster sampling dengan jumlah 56 responden. Alat
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan uji
Spearman Rank. Hasil uji statistik didapatkan p value sebesar 0,001
(<0,05), dapat disimpulakn bahwa ada hubungan yang signifikan antara
peran kader dengan tingkat kehadiran lansia di Posyandu lansia wilayah
kerja Puskesmas Kesesi I Kabupaten Pekalongan. Nilai korelasi Spearman
(r) sebesar 0,061 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan yang kuat dan
arah korelasinya positif , artinya semakin baik peran kader maka semakin
baik tingkat kehadiran lansia. Saran agar tenaga kesehatan dan Puskesmas
diharapkan melakukan pelatihan kader dan memberikan motivasi serta
diharapkan adanya pemberian insentif kepada kader sebagai bentuk
motivasi terhadap peran kader posyandu.

Anda mungkin juga menyukai