PENDAHULUAN
Peningkatan angka harapan hidup dan bertambah jumlah lanjut usia disatu sisi
merupakan salah satu keberhasilan dalam pembangunan sosial dan ekonomi,
namun keberhasilan tersebut mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab baik
pemerintah maupun masyarakat untuk memberikan perhatian lebih serius, karena
dengan bertambahnya usia kondisi dan kemampuan lanjut usia untuk beraktivitas
semakin menurun (KomNasLansia, 2010).
1
2
Menurut data Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan yang bersumber dari Badan
Pusat Statistik kota Banjarmasin pada tahun 2014 angka pertumbuhan lansia di
Banjarmasin yang berusia antara 45-49 tahun sebanyak 41.978 orang (Laki-laki
20.804 orang dan perempuan 21.174 orang), yang berusia antara 50-54 tahun
sebanyak 33.712 orang (Laki-laki 17.019 orang dan perempuan 16693 orang),
yang berusia 55-59 tahun sebanyak 25.953 orang (Laki-laki 13.478 orang dan
perempuan 12.515 orang), yang berusia 60-64 tahun sebanyak 14.792 orang
(Laki-laki 7.420 orang dan perempuan 7.372 orang), 65-69 tahun sebanyak
10.284 (Laki-laki 4.812 orang dan perempuan 5.742 orang), 70-74 tahun
sebanyak 6.177 orang (Laki-laki 2.568 orang dan perempuan 3.609 orang),
sedangkan yang berusia >75 tahun sebanyak 5.998 orang (Laki-laki 2.018 orang
dan perempuan 3.980 orang), Sedangkan jumlah lansia yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Pemurus Dalam Banjarmasin yaitu 2678 (laki-laki 1255 orang dan
perempuan 1423 orang ), (Profil Kesehatan Kota Banjarmasin, 2015).
Meningkatnya jumlah usia lanjut dari tahun ke tahun, maka diharapkan
pemerintah dan masyarakat mempersiapkan suatu sistem pelayanan yang
bermutu untuk membantu lansia memperoleh derajat kesehatannya. Pertambahan
penduduk lansia disebabkan oleh semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan
meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia (Kuntari, 2011).
3
Pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh lansiapun tidak hanya rehabilitatif dan
kuratif saja melainkan secara komprehensif (terpadu) yang mencakup pelayanan
preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif. Namun, pelayanan kesehatan
khusus lansia (geriatri) seperti ini belum semuanya tersedia di seluruh rumah
sakit, baik swasta maupun Pemerintah dan Puskesmas di Indonesia. Bahkan di
Provinsi dengan distribusi penduduk lansia terbanyak pun, masih belum merata
pelayanan kesehatannya
Program pelayanan kesehatan bagi usia lanjut harus memiliki suatu standar yang
baik untuk menjamin terlayaninya usia lanjut dengan maksimal. Standar
pelayanan ini hanya bisa diraih apabila pelayanan yang dibentuk memenuhi
dimensi-dimensi kualitas pelayanan. Usia lanjut akan merasa puas terhadap
pelayanan yang diberikan dengan adanya pelayanan yang berkualitas.
Salah satu isu yang paling kompleks dalam dunia pelayanan kesehatan adalah
mutu pelayanan. Berbagai penelitian tentang mutu pelayanan membuktikan
bahwa mutu pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan dan tuntutan para
pemakai jasa pelayanan (health and needs demands) yang apabila berhasil
dipenuhi akan menimbulkan rasa puas (client satisfaction) terhadap pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan (Sebastian, 2009).
Layanan kesehatan lansia yang diwadahi melalui posyandu lansia sangat kita
perlukan, dimana posyandu lansia dapat membantu masyarakat yang yang
berusia lanjut sesuai dengan kebutuhannya dan pada lingkunganya sendiri,
sehingga pelayanan kepada lansia dapat lebih dioptimalkan.
5
Suatu organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya keterlibatan unsur manusia
yang ada didalamnya, karena manusia merupakan unsur yang dominan
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi (Siagian,2004). Dalam posyandu lansia kader
merupakan suatu penggerak terpenting dalam menjalankan tujuan yang dimiliki
posyandu lansia tersebut.
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kessehatan.
Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu.
Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas,
serta sanggup melaksanakan kegiatan posyandu.
6
Agar posyandu berjalan dengan baik maka perlu dukungan dari kader, kader
diharapkan bisa menjadi agent of change. Peran kader sebagai agent of change,
7
Responsivenees and high personal contact (cepat tanggap dan komunikasi) yaitu
kemampuan petugas untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien dan
keluarganya, kemampuan memberikan informasi dan tindakan cepat tanggap, 3)
Assurance (jaminan keamanan pasien dan keluarganya) dimensi ini meliputi
faktor keramahan, kompetisi, kredibilitas dan keamanan, yaitu pengetahuan dan
kemampuan petugas menetapkan diagnosa penyakit, keterampilan petugas dalam
bekerja, pelayanan yang sopan dan ramah, jaminan keamanan pelayanan dan
kepercayaan terhadap pelayanan, 4) Emphaty (sikap peduli) kriteria ini terkait
dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus kepada setiap pengguna jasa, yaitu
memberikan perhatian secara khusus terhadap pasien dan keluarganya dan
pelayaanan terhadap semua pasien dan keluarganya tanpa memandang status
sosial dan lain-lain, 5) Tangible (penampilan fisik petugas dan ruang perawatan)
yaitu kebersihan, kerapian, kenyamanan ruangan, penataaan ekterior dan interior
ruangan, kelengkapan, kesiapan, kebersihan alat-alat yang dipakai dan kerapian
serta kebersihan penampilan petugas.
Lansia baru akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau
perasaan kecewa lansia akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya itu tidak sesuai dengan harap pasienannya. Berdasarkan apa yang
disebutkan di atas, pengertian kepuasan lansia dapat dijabarkan sebagai berikut.
Kepuasan lansia adalah suatu tingkat perasaan perasaan lansia yang timbul
sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah lansia
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa semakin banyak jumlah lanjut usia maka
untuk meningkatkan upaya penunjang kesehatan lansia didirikannya Posyandu
Lansia dengan tujuan mengimbangi jumlah lansia tersebut, Sarana kesehatan
berupa Posyandu Lansia merupakan sarana atau fasilitas kesehatan yang
disediakan dengan tujuan mengembangkan kesehatan lansia lebih optimal.
Manfaat dari Posyandu lansia adalah menjaga kesehatan lansia, memberikan rasa
aman dan nyaman sehingga lansia merasa kondisi kesehatannya terlindungi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Retno Asih tahun 2013 di Desa
Sidosari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan, didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara keaktifan kader posyandu lanjut usia
terhadap tingkat kepuasan lansia. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan Desi
Suci Anggraeni tahun 2014 di Ciputat Timur tentang hubungan antara kinerja
kader posyandu lansia terhadap kepuasan lansia didapatkan hasil bahwa ada
hubungan yang signifikan antara kinerja kader posyandu lansia terhadap
kepuasan lansia.
2014 yang berkunjung ke posyandu lansia sebesar 36% dengan jumlah lansia
yang terdaftar yaitu 105 lansia dan tahun 2015 yang berkunjung ke posyandu
sebesar 35%. Berdasarkan hasil wawancara saat studi pendahuluan yang
dilakukan terhadap kader Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Pemurus
dalam Banjarmasin menyatakan bahwa setiap bulannya sebelum kegiatan
posyandu lansia dilaksanakan kader mengingatkan kembali kepada para lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu, melakukan persiapan pelaksanaan posyandu
tiga (3) meja, serta melakukan pencatatan hasil kegiatan. Dan survey yang
dilakukan pada 4 Lansia, 3 mengatakan puas terhadap pelayanan yang dilakukan
oleh para kader, 1 lansia mengatakan kurang puas pada saat mengikuti Posyandu
lansia. Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa keaktifan lansia dalam
pemanfaatan layanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
ketersediaan sarana dan prasarana, letak geografis, sikap petugas atau peran
kader, dan dukungan keluarga. Penelitian Lestari, dkk (2011) menyatakan bahwa
faktor yang berfengaruh terhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyandu yaitu
>71 tahun (OR:4,6), tidak bekerja (OR:8,1), sikap yang baik (OR:3), fasilitas
yang baik (OR:5,4), pelayanan kader dan petugas kesehatan yang baik (OR:6,5),
peran keluarga yang baik (OR:3,2). Keaktifan merupakan suatu kesibukan yang
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu.
1.4.2.4. Peneliti
Sebagai bahan masukan pengetahuan dan pengalaman,
khususnya tentang peran kader posyandu lansia terhadap
kepuasan lansia.
1.5.3 Hubungan Dukungan Keluarga dan Peran Kader dengan Keaktifan Lanjut
Usia dalam Mengikuti Kegiatan di Posyandu Desa Pucangan Kartasura
(Hikmawati, 2014)
Posyandu lansia berfungsi untuk mempertahankan kesehatan fisik tetap
bugar, kesehatan rekreasi tetap terpelihara dan dapat menyalurkan minat
dan bakat untuk mengisi waktu luang. Kegiatan posyandu lansia memberi
kemudahan dalam pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup
tetap terjaga dengan baik dan optimal. Dilihat dari keaktifan kader dari
sejumlah 12 orang, berdasarkan pengamatan hadir rata-rata hanya 4 orang
dari 12 orang, hal ini menunjukkan bahwa peran kader kurang maksimal
sehingga berdampak pada keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu
lansia. Di samping itu dari sejumlah lansia yang ada, masih ada beberapa
lansia yang enggan mengikuti kegiatan posyandu dengan alasan tidak
15