Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR KEHIDUPAN BANGSA


DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Pengertian Nilai, Moral dan Norma


Dalam kamus Purwodarminto, nilai diartikan sebagai berikut : (1)harga dalam arti
takaran, misalnya nilai intan; (2)harga sesuatu, misalnya uang; (3)angka kepandaian; (4)kadar,
mutu; (5)sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Menurut
Notonagoro, nilai merupakan suatu kualitas yang melekat pada suatu hal (objek) sehingga
halnya mengandung harga, manfaat atau guna. Sebagai contoh, nilai material yang berupa
“meja”, sehingga meja itu mengandung nilai, mengandung kualitas yang berupa manfaat.
Dalam arti meja itu mengandung nilai manfaat atau berguna untuk menulis, untuk tempat
menaruh makanan, dan lain sebagainya.

Lebih lanjut, Notonagoro membagi nilai menjadi 3 (tiga) macam yaitu:


a. nilai material,
b. nilai vital,
c. nilai kerokhanian.
Sementara, nilai kerokhanian dibedakan menjadi 4 (empat) macam, yaitu:

1) nilai kebenaran,
2) keindahan,
3) spiritual, dan
4) nilai etis-moral.
Nilai memiliki tingkatan tertentu, dan sesuai dengan tingkatan itu ada yang disebut
sebagai nilai dasar (nilai fundamental), nilai instrumental, dan nilai praksis.
Nilai dasar adalah nilai yang mendasari nilai instrumental. Di samping itu nilai dasar ini
mendasari semua aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai dasar
dalam konteks kehidupan bangsa Indonesia tercermin di dalam Pancasila yang secara eksplisit
tertuang dalam UUD 1945.
Nilai instrumental merupakan manivestasi dari nilai dasar, dan ini berupa pasal-pasal
UUD 1945, perundang-undangan, ketetapan-ketetapan, dan peraturan- peraturan lainnya yang
berfungsi menjadi pedoman, kaidah, petunjuk kepada masyarakat untuk mentaatinya.
Sedangkan nilai praksis merupakan penjabaran dari instrumental dan nilai praksis ini
berkaitan langsung dengan kehidupan nyata yaitu suatu kehidupan yang penuh diwarnai oleh
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Moral Secara etimologis kata moral berasal dari kata mos. Yang berarti cara, adat istiadat
atau kebiasaan, sedangkan jamaknya adalah mores. Kata moral ini mempunyai arti yang sama
dengan kata etos (Yunani) yang menurunkan kata etika. Dalam bahasa Arab, moral yang
berarti budi pekerti sama dengan pengertian akhlak, sedangkan dalam konsep Indonesia moral
berarti kesusilaan.
Menurut Driyarkara, moral atau kesusilaan adalah nilai yang sebenarnya bagi manusia.
Dengan kata lain moral atau kesusilaan adalah kesempurnaan sebagai manusia atau
kesusilaan adalah tuntutan kodrat manusia.(Driyarkara, 1966: 25) Dengan demikian moral atau
kesusilaan adalah keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat
untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar.
Norma secara normatif mengandung arti aturan, kaidah, petunjuk, pedoman yang harus
dipatuhi oleh manusia agar perilakunya tidak menyimpang dan tidak merugikan pihak lain.
Sedangkan bagi pelanggarnya akan mendapat sanksi sesuai dengan aturan yang disepakati
bersama.
Di dalam kehidupan masyarakat, dijumpai beberapa macam norma diantaranya adalah:
- Norma adat sopan santun : ialah aturan-aturan, kaidah- kaidah yang telah disepakati
sekelompok masyarakat dan pelanggarnya mendapat sanksi adat, karena melanggar
kesopanan adat atau aturan-aturan adat.
- Norma hukum : adalah suatu kaidah, suatu aturan yang pelaksanaannya dapat dipaksakan
dan pelanggarnya dapat ditindak dengan pasti oleh penguasa yang sah dalam masyarakat.
Norma hukum biasanya (tetapi tidak selalu) biasanya berlaku berdasarkan suatu
perundang-undangan, peraturan pemerintah, kepres, dsb.
- Norma moral atau disebut juga norma sosial : ialah aturan-aturan, kaidah-kaidah untuk
berperilaku baik dan benar yang berlaku universal. Artinya kaidah tersebut dapat diterima
oleh manusia di seluruh dunia. Yang mendasari norma moral adalah hati nurani/hati kecil
manusia. Sedangkan pelanggarnya mendapat sanksi moral yaitu merasa bersalah, dan hal
ini bisa berdampak pada pengucilan terhadap si pelanggar. Misal: dicaci-maki seseorang,
perbuatan ini oleh semua manusia di dunia dianggap melanggar norma moral, dan
pelakunya mendapat sanksi moral.
- Norma agama : ialah kaidah, aturan, petunjuk yang bersumber dari wahyu Tuhan lewat
nabi/Rasul. Kaidah ini berisi petunjuk kepada manusia untuk mentaati dan menghindari
larangan-Nya.

B. Pancasila Sebagai Nilai Dasar dan Makna yang Terkandung di Dalamnya


Diterimanya Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara, membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi pengaturan serta penyelenggaraan negara. Hal ini telah diusahakan yaitu
dengan menjabarkan nilai-nilai Pancasila tersebut ke dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sedang pengakuan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengharuskan
kita sebagai bangsa untuk mentransformasikan nilai-nilai Pancasila itu ke dalam sikap dan
perilaku nyata baik dalam perilaku hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tanpa
adanya transformasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata, maka Pancasila hanya tinggal
nama tanpa makna. Pancasila hanya sebagai hiasan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.
1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti keyakinan dan pengakuan yang
diekspresikan dalam bentuk perbuatan terhadap Zat Yang maha Tunggal tiada duanya. Yang
sempurna sebagai Penyebab Pertama (Kausa Prima). Ekspresi dari nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa, menuntut manusia Indonesia untuk bersikap hidup, berpandangan hidup “taat” dan
“taklim” kepada Tuhan dengan dibimbing oleh ajaran-ajaran-Nya. Taat mengandung makna
setia, menurut apa yang diperintahkan dan hormat/cinta kepada Tuhan. Sedangkan Taklim
mengandung makna memuliakan Tuhan, memandang Tuhan teragung, memandang Tuhan
tertinggi, memandang Tuhan terluhur.

2. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Nilai kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, mengandung makna: kesadaran sikap dan
perilaku yang sesuai dengan nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan mutlak hati
nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
Yang perlu diperhatikan dan merupakan dasar hubungan semua umat manusia dalam
mewujudkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah, pengakuan hak asasi manusia.
Manusia harus diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban
asasinya. Untuk itu perlu dikembangkan juga sikap saling mencintai sesama manusia, sikap
tenggang rasa atau tepo seliro. Oleh karena itu sikap dan perilaku semena-mena terhadap
orang lain merupakan perbuatan yang tidak sejalan dengan nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Nilai Persatuan Indonesia
Nilai Persatuan Indonesia mengandung arti usaha ke arah bersatu dalam kebulatan
rakyat untuk membina Nasionalisme dalam negara.
Nilai Persatuan Indonesia yang demikian ini merupakan suatu proses untuk menuju
terwujudnya Nasionalisme. Dengan modal dasar nilai persatuan, semua warga negara
Indonesia baik yang asli maupun keturunan asing dan dari macam-macam suku bangsa dapat
menjalin kerjasama yang erat dalam wujud gotongroyong, kebersamaan.

4. Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai sila keempat mengandung makna : suatu pemerintahan rakyat dengan cara melalui
badan-badan tertentu yang dalam menetapkan sesuatu peraturan ditempuh dengan jalan
musyawarah untuk mufakat atas dasar kebenaran dari Tuhan dan putusan akal sesuai dengan
rasa kemanusiaan yang memperhatikan dan mempertimbangkan kehendak rakyat untuk
mencapai kebaikan hidup bersama.
Di dalam pengambilan keputusan lewat musyawarah mufakat ini yang menjadi prioritas
utama adalah: “kualitas” itu sendiri, yaitu isi, bobot dari usulan yang diajukan.
Sebagai paham kekeluargaan, Demokrasi Pancasila mengandung muatan delapan
prinsip dasar mekanisme demokrasi, diantaranya ialah: (1) berpaham negara hukum; (2)
berpaham konstitusionalisme; (3) supremasi di tangan rakyat; (4) pemerintahan yang
bertanggungjawab; (5) pemerintah berdasarkan perwakilan; (6) sistem pemerintah bersifat
presidensial; (7) tidak mengenal mayoritas dan minoritas.
5. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Makna yang terkandung di dalam nilai-nilai sila kelima ini adalah sebagai berikut. suatu
tata masyarakat adil dan makmur sejahtera lahiriah batiniah, yang setiap warga negara
mendapat segala sesuatu yang telah menjadi haknya sesuai dengan essensi adil dan beradab.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam wujud pelaksanaannya adalah bahwa
setiap warga harus mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan,
keserasian, keselarasan, antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
Menurut Aristoteles, hakekat keadilan dibedakan menjadi tiga bagian diantaranya ialah:
(1) Keadilan distributif, yaitu negara wajib membagi-bagikan /memberikan kepada warganya
apa yang telah menjadi haknya. Disini negara wajib memperlakukan manusia pribadi yang
sama martabatnya; (2) Keadilan komutatif, yaitu manusia pribadi wajib memperlakukan sesama
manusia sebagai pribadi yang sama martabatnya dan wajib memberikan kepada sesama warga
masyarakat segala sesuatu yang telah menjadi hak masing-masing, yang wajib diberikan dan
diterima sebagai haknya, dan keadilan komutatif ini sifatnya timbal balik; (3) Keadilan
legal/keadilan untuk bertaat.

Anda mungkin juga menyukai