Anda di halaman 1dari 6

A.

TOPIK:
Membangun Agen Konservasi
B. SUB CPMK:
Menguasai konsep teoretis Membangun Agen Konservasi
C. MATERI:
1. Pengantar
Tahun 1902 Theodore Roosevelt mengemukakan konsep konservasi yang diartikan
sebagai upaya memelihara milik kita secara bijak (Handoyo & Tijan, 2010). Margareta
memaknai konservasi sebagai sebuah kegiatan untuk melestarikan sesuatu dari kerusakan,
kehancuran, dan kehilangan (Margareta et al., 2010). Dalam konteks ini, konservasi
dipahami sebagai Dalam perspektif nilai dan budaya, konservasi merupakan aktivitas
mengelola perubahan untuk melestarikan nilai dan warisan budaya (Rachman, 2012).
Dalam konsep konservasi ini terdapat alur memperbarui kembali (renew), memanfaatkan
kembali (reuse), mengurangi (reduce), mendaurulang kembali (recycle), dan
menguangkan kembali (refund). Dalam konteks yang lebih luas, konservasi tidak hanya
diartikan secara sempit sebagai menjaga atau memelihara lingkungan alam (pengertian
konservasi fisik), tetapi juga bagaimana nilai-nilai dan hasil budaya dirawat, dipelihara,
dijunjung tinggi, dan dikembangkan demi kesempurnaan hidup manusia (Yuniawan et al.,
2014). Dari beberapa pandangan tersebut, disimpulkan bahwa konservasi tidak hanya
menyangkut persoalan perawatan, pelestarian, dan perlindungan alam, tetapi juga
menyentuh persoalan pelestarian warisan kebudayaan dan peradaban umat manusia
(Handoyo & Tijan, 2010).
Sebagai upaya melestarikan kebudayaan dan peradaban manusia, UNNES terdorong
melakukan upaya konservasi terhadap lingkungan maupun kehidupan manusia. Untuk itu,
UNNES mempertegas visinya sebagai universitas konservasi. Dalam rangka itulah, pada
tahun 2010 UNNES mendeklarasikan diri sebagai Universitas Konservasi. Sejak
pendeklarasian tersebut, UNNES memperoleh perhatian dan apresiasi dari masyarakat dan
pemerintah (Retnoningsih et al., 2019). Penghargaan UI Green Metric merupakan salah
satu apresiasi yang diterima UNNES sebagai universitas konservasi. Konservasi yang
dikembangkan UNNES mengacu pada tiga pilar yaitu (1) nilai dan karakter, (2) seni dan
budaya, dan (3) sumber daya alam dan lingkungan (Wibowo, Mungin Eddy, 2017).
Keberhasilan pilar nilai dan karakter ditunjukkan melalui terwujudnya UNNES sebagai
Kampus yang berperadaban unggul. Keberhasilan pilar seni dan budaya ditunjukkan
melalui terwujudnya UNNES sebagai kampus berbudaya luhur. Sementara itu,
1
keberhasilan pilar SDA dan lingkungan ditunjukkan melalui terwujudnya UNNES sebagai
kampus hijau yang mandiri.
Upaya mewujudkan keberhasilan tiga pilar konservasi tersebut dibutuhkan partisipasi
dari seluruh warga kampus UNNES, baik pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, maupun
mahasiswa. Agar gaung konservasi sampai ke masyarakat di luar UNNES, maka UNNES
perlu membentuk kader-kader penggerak atau agen konservasi yang mau dan mampu
menggerakkan masyarakat Indonesia dalam mengembangkan peradaban unggul, merawat
budaya luhur, serta mampu menciptakan lingkungan hijau dan bersih di manapun mereka
berada.
2. Hakikat Agen Konservasi
Agen konservasi atau kader konservasi adalah seseorang yang memiliki pengetahuan,
sikap, dan keterampilan tentang konservasi yang secara sukarela bersedia dan mampu
menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan pencapaian tiga pilar konservasi. Pembentukan agen atau kader konservasi dapat
ditempuh melalui penunjukan maupun proses pendidikan/pelatihan. Ibarat tunas, para
agen konservasi ini diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menyinari kehidupan
masyarakat agar masyarakat dapat mencintai kehidupan, peradaban, kebudayaan, serta
memelihara lingkungan di mana mereka hidup.
Keberadaan agen konservasi difungsikan sebagai pelopor dan penggerak praktik-
praktik konservasi serta berperan aktif dalam menumbuhkembangkan upaya-upaya
konservasi di tengah-tengah masyarakat. Atas dasar fungsi yang dimilikinya, agen atau
kader konservasi harus dijaga motif dan kemampuannya agar dapat melakukan praktik-
praktik konservasi yang bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan maupun memperkuat
fungsi bumi sebagai tempat kehidupan manusia yang bermartabat.
3. Peran Agen Konservasi
Ada beberapa peran yang disematkan bagi seseorang yang dinobatkan sebagai agen
konservasi. Peran tersebut meliputi inisiator, motivator, fasilitator, dinamisator, dan
teladan.
a. Inisiator
Agen konservasi diharapkan dapat menjadi sumber ide/pemikiran konservasi yang
bermanfaat melalui kepekaan dan pengetahuannya terhadap kondisi dan
permasalahan praktik-praktik konservasi saat ini. Seseorang yang menjadi agen
konservasi harus memiliki inisiatif nyata yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat
dan lingkungan hidup, misalnya berinisiatif mendirikan tempat pengelolaan sampah,
2
membantu masyarakat dalam mengelola sampah secara benar, membangun kesadaran
masyarat untuk mencintai lingkungan, menggunakan air secara hemat, dan lainnya.

b. Motivator

Agen konservasi pada peran ini diharapkan mampu membangkitkan


semangat/motivasi dan dorongan kepada masyarakat untuk mengetahui, memahami,
serta menyadari pentingnya konservasi serta penerapan prinsip-prinsip konservasi
dalam aspek kehidupan. Dalam hal ini, agen konservasi harus selalu mendorong
masyarakat untuk bertindak nyata dalam memelihara lingkungan, membersihkan
lingkungan, dan tidak melakukan hal-hal yang merusak lingkungan sebagai penopang
kehidupan manusia.

c. Fasilitator

Dalam penerapan prinsip-prinsip konservasi, agen konservasi berperan sebagai


fasilitator/pendamping kegiatan yang diselenggarakan oleh instansi setempat maupun
kegiatan yang diselenggarakan secara mandiri oleh masyarakat. Dalam hal ini, agen
konservasi dapat berperan mendampingi masyarakat untuk mengelola lingkungan
dengan benar, memberikan sumbang saran untuk pemberdayaan masyarakat cinta
lingkungan, dan sebagainya.
d. Dinamisator
Permasalahan konservasi yang makin meningkat dan kompleks menempatkan agen
konservasi sebagai insan yang bergerak lebih awal dan tampil di depan untuk
mengambil bagian dalam pemecahan permasalahan yang terjadi. Dalam konteks ini,
agen konservasi diharapkan dapat berperan secara dinamis sebagai mitra aktif dan
sejajar bagi berbagai unit yang memiliki konsentrasi praktik-praktik konservasi dalam
kerangka menyikapi kondisi yang ada. Agen konservasi dalam hal ini bisa
menggerakkan masyarakat dalam memelihara lingkungan dan menciptakan suasana
penuh kegembiraan agar masyarakat mencintai lingkungan di mana mereka tinggal.
e. Teladan atau Model
Peran yang paling berat bagi agen konservasi adalah menjadi teladan atau model bagi
masyarakat dalam kaitan dengan implementasi tiga pilar konservasi. Menjadi teladan
merupakan pekerjaan berat, karena ucapan, sikap, dan perilaku agen konservasi harus
mencerminkan indikator pelaksanaan tiga pilar konservasi. Salah sedikit dalam

3
bertutur kata, dalam bersikap, dan berperilaku akan membawa dampak buruk bagi
dirinya maupun bagi UNNES sebagai lembaga yang memiliki visi konservasi.
Kepercayaan masyarakat akan tumbuh dengan baik manakala agen konservasi dapat
dipercaya melalui ucapan, sikap, dan perbuatannya.
4. Pemberdayaan Agen Konservasi
Untuk mewujudkan peran agen konservasi maka perlu dilakukan pemberdayaan
kepada mahasiswa sebagai agen konservasi. Pemberdayaan dilakukan oleh dosen, tenaga
kependidikan, mahasiswa yang lebih senior, dan pihak lain yang memiliki kompetensi dan
kapabilitas dalam merealisasikan 3 pilar konseravasi. Agar bisa menjadi agen konservasi
yang andal, pemberdayaan dimaksud mneliputi aspek pengetahuan, sikap, dan kebiasaan.
Singkatnya, mahasiswa harus tahu, bisa, dan terbiasa. Tahu artinya mahasiwa sebagai agen
konservasi mengetahui, paham, dan sadar untuk berperan nyata sebagai agen konservasi.
Untuk memperkuat aspek pengetahuan ini, mahasiswa diwajibkan mengikuti mata kuliah
Pendidikan Konservasi.
Bisa dalam arti mahasiswa dapat dan terampil mempraktikkan perilaku konservasi di
kampus maupun di luar kampus. Misalnya, mahasiswa diajari untuk mengolah sampah
secara benar, menemukan sumber energi berbasis biogas, menjadi teladan dalam aktivitas
hemat energi, dan lainnya.
Terbiasa dalam arti mahasiswa dikondisikan untuk terbiasa menunjukkan sikap dan
perilaku konservasi dalam diri mahasiswa, kapan pun, dimana pun, dan dalam suasana
apapun. Agar pembiasaan berjalan efektif, maka UNNES dalam hal ini UPT Konservasi
bersama fakultas, jurusan, dan program pascasarjana memfasilitasi mahasiswa agar
terbiasa bersikap dan berperilaku sesuai 3 pilar konservasi. Kebiasaan-kebiasaan yang
perlu ditumbuhkan diantaranya membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan
kampus, menanam pohon di kampus maupun di luar kampus, menjaga kedisiplinan dalam
mengikuti perkuliahan, biasa mematikan lampu listrik ketika tidak digunakan, biasa
menggunakan kertas seperlunya, biasa bersikap jujur dalam mengerjakan tugas kuliah atau
mengikuti ujian, dan lain sebagainya.
Gambaran mengenai strategi pemberdayaan terhadap mahasiswa sebagai agen
konservasi dapat dilihat pada gambar berikut.

4
Tahu

Pemberdayaan
Mahasiswa
sebagai Agen Bisa
Konservasi

Terbiasa

Gambar 1. Pemberdayaan Mahasiswa sebagai Agen Konservasi

D. RANGKUMAN
UNNES memiliki visi yang futuristik dan ideal yaitu mewujudkan universitas yang
berwawasan konservasi dan bereputasi internasional. Upaya mewujudkan universitas
berwawasan konservasi menjadi tanggung semua pihak, baik pimpinan UNNES, dosen, tenaga
kependidikan, maupun mahasiswa. Aktivitas itu dilakukan baik melalui kegiatan akademik
maupun nonakademik. Di bidang akademik misalnya memasukkan nilai-nilai konservasi ke
dalam mata kuliah baik di program diploma, sarjana, magister, maupun doktor. Pembentukan
mata kuliah Pendidikan Konservasi juga merupakan bagian penting dari upaya mewujudkan
visi konservasi. Demikian pula, dengan adanya tema-tema konservasi yang harus diangkat
dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, baik yang dilakukan oleh dosen,
tenaga kependidikan, maupun mahasiswa juga merupakan wujud riil dari upaya untuk
mencapai visi konervasi. Sementara itu, di bidang nonakademik cukup banyak pula aktivitas
yang mendukung pencapaian visi konservasi, seperti kewajiban penanaman pohon bagi
mahasiswa baru UNNES, larangan pemakaian plastik, pengurangan penggunaan kertas,
pengelolaan sampah menggunakan 3R, penyediaan lampu hemat energi, pengadaan solar cell
di kampus, dan lainnya.
Keefektifan aktivitas mewujudkan visi konservasi memerlukan agen konservasi terutama
di kalangan mahasiswa, karena merekalah yang memiliki jangkauan lebih luas dalam
menyebarkan benih-benih konservasi kepada masyarakat. Melalui perannya sebagai inisiator,

5
motivator, fasilitator, dinamisator, dan teladan, diharapkan visi UNNES dapat terwujud
sekaligus peran nyata UNNES dalam menjaga dan melestarikan lingkungan alam dapat
dirasakan oleh masyarakat.
E. TUGAS/DISKUSI
Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan peran mahasiswa sebagai
agen konservasi, berikut tugas-tugas atau bahan diskusi berupa soal latihan yang dapat
dikerjakan mahasiswa secara individual.
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan agen konservasi!
2. Sebut dan jelaskan peran agen konservasi!
3. Setiap tahun negara tetangga Indonesia, yaitu Malaysia mengeluhkan dampak pembakaran
hutan di Riau. Sebagai agen konservasi, bagaimana sikap Anda terhadap keluhan Malaysia
tersebut?
4. Persoalan sampah di Indonesia sudah demikian kronis, sehingga dampaknya mencemari
air dan udara yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat. Jelaskan strategi apa
yang dapat Anda tawarkan untuk mengatasi masalah sampah di perkotaan!

DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, E., & Tijan. (2010). Model Pendidikan Karakter Berbasis Konservasi Pengalaman
Universitas Negeri Semarang. Universitas Negeri Semarang dan Cipta Prima Nusantara
Semarang. https://dokumen.tech/download/eko-handoyo-pendidikan-karakterbookfiorg
Margareta et al. (2010). Universitas Negeri Semarang Universitas Konservasi.
Rachman, M. (2012). Konservasi Nilai dan Warisan Budaya. Indonesian Journal of
Concervation, 1(1), 30–39.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ijc/article/viewFile/2062/2176
Retnoningsih, A., Yudho Utomo, A. P., Fathoni, K., Prasetiyo, B., Ekiyardi, Nanda, Y. P.,
Astuti, E. D., & Therawati, C. A. (2019). Konservasi Berkelanjutan Kampus UNNES
2019. https://www.google.com/search?ie=utf-8&oe=utf-
8&cso=1&q=Konservasi+Berkelanjutan+Kampus+UNNES+2019
Wibowo, Mungin Eddy, dkk. (2017). TIGA PILAR KONSERVASI: Penopang Rumah Ilmu
Pengembang Peradaban Unggul. UNNES PRESS.
Yuniawan, T., Masrukhi, & Alamsyah. (2014). Kajian Ekolinguistik Sikap Mahasiswa
Terhadap Ungkapan Pelestarian Lingkungan di Universitas Negeri Semarang.
Indonesian Journal of Concervation, 3(1), 41–49.
file:///C:/Users/EKOHAN~1/AppData/Local/Temp/3088-6663-1-SM.pdf

Anda mungkin juga menyukai