Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH DEMONSTRASI PERAWATAN TALI

PUSAT TERHADAP CARA IBU MERAWAT TALI


PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR DI RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
Amelia
1810104326

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
PENGARUH DEMONSTRASI PERAWATAN TALI
PUSAT TERHADAP CARA IBU MERAWAT TALI
PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR DI RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Terapan Kebidanan
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh :
Amelia
1810104326

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
PENGARUH DEMONSTRASI PERAWATAN TALI
PUSAT TERHADAP CARA IBU MERAWAT TALI
PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR DI RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING1
Amelia2, Sri Lestari3

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyebab kematian neonatal dini yang tertinggi yaitu dikarenakan infeksi
sebesar (57,1%), salah satu penyakit infeksi pada neonatal yaitu Tetanus Neonatorum.
Infeksi ini disebabkan oleh pemotongan tali pusat yang tidak steril dan perawatan tali pusat
yang tidak benar. Salah satu upaya yang dapat mengurangi angka kejadian adalah dengan
upaya meningkatkan pengetahuan ibu dalam merawat tali pusat bayi baru lahir. Tujuan:
Mengetahui Pengaruh Demonstrasi Perawatan Tali Pusat terhadap cara ibu merawat tali
pusat pada bayi baru lahir di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Metode : Penelitian ini
merupakan penelitian Pre-eksperimen dengan rancangan one group pretest-posttest design.
Sampel yang digunakan diambil berdasarkan perposive sampling, yaitu sebanyak 30 orang
ibu postpartum. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah cheklist perawatan
tali pusat pada bayi baru lahir. Data dianalisis menggunakan uji wilcoxon signed ranks.
Hasil: Sebelum dilakukan demonstrasi perawatan tali pusat pada bayi baru lahir mayoritas
responden masuk pada kategori keterampilan kurang dalam merawat tali pusat, yaitu
sebanyak 16 orang (53.3%). Setelah dilakukan demonstrasi perawatan tali pusat mayoritas
responden masuk dalam kategori keterampilan baik dalam merawat tali pusat pada bayi
baru lahir, yaitu sebanyak 30 orang (100%). Hasil uji statistik menggunakan wilcoxon
signed ranks test menunjukkan p value sebesar 0,000 (p<α =0,05), yang berarti bahwa ada
pengaruh demonstrasi terhadap keterampilan merawat tali pusat pada bayi baru lahir.
Simpulan dan Saran : Ada pengaruh demonstrasi perawatan tali pusat terhadap cara ibu
merawat tali pusat pada bayi baru lahir di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Diharapkan
kepada ibu postparum agar dapat memanfaatkan buku KIA dengan membaca sehingga
menambah pengetahuan dan keterampilan dalam merawat tali pusat pada bayi baru lahir.

Kata kunci : Demonstrasi, Pengetahuan, Tali Pusat


Daftar pustaka : 20 Buku (2008-2016), 10 Jurnal, 3 Skripsi
Jumlah Halaman : 9 Gambar, xi Halaman Depan, 75 Halaman, 13 Lampiran,
4 Tabel
1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN
Tali pusat atau umbilical cord merupakan saluran kehidupan bagi janin selama
berada di dalam kandungan. Melalui tali pusat semua kebutuhan untuk keberlangsungan
hidup janin dapat terpenuhi. Setelah bayi lahir, tali pusat sudah tidak digunakan lagi
sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Sisa tali pusat yang masih menempel di
perut bayi inilah yang memerlukan perawatan yang baik agar tidak terjadi infeksi
(Riksani, 2012).
Menurut world Health Organisation (WHO) tetanus dan penyakit infeksi
merupakan penyebab kesakitan dan kematian bayi secara terus menerus di berbagai
negara. Di negara berkembang, perawatan tali pusat secara tradisional dengan dioleskan
ramuan tertentu merupakan faktor penyebab kejadian tetanus neonatorum. Setiap
tahunnya 500.000 bayi meninggal karena tetanus neonatorum dan 460.000 meninggal
akibat infeksi bakteri (Sarwono, 2010).
Prevalansi kejadian di Provinsi Yogyakarta menurut data Dinas Kesehatan Tahun
2015 terjadi kasus kematian Bayi sebanyak 264. Salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi terjadinya kematian bayi adalah kemampuan dan keterampilan
bidan, sesuai dengan pesan pertama kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu
setiap persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (Profil kesehatan
provinsi Yogyakarta, 2015)
Dalam menjalankan peran sebagai tenaga kesehatan, banyak tindakan yang
dituntut dari tenaga kesehatan dalam menghadapi masalah- masalah kesehatan
yang terjadi di tengah masyarakat. Menurut data-data di atas, masalah kematian
neonatal merupakan salah satu masalah yang belum teratasi secara maksimal. Peran
tenaga kesehatan sangat diperlukan dalam hal ini untuk menjalankan setiap
program-program yang telah dibuat oleh pemerintah dalam menangani kasus
kematian neonatal (Saprono & Raditya, 2017).

Menurut Rekomendasi World Health Organization (WHO), cara merawat tali


pusat bayi baru lahir dengan cukup membersihkan pangkal tali pusat menggunakan air,
lalu kering anginkan hingga benar-benar kering. Selama sebelum tali pusatnya puput,
sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja
dengan air hangat Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah bagian pangkal tali pusat
bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, anda harus sedikit mengangkat (bukan
menarik tali pusat).
Menjadi 3,11 per 1000KH (Dinkes, 2016). Angka tersebut jatuh lebih rendah Sisa
air yang menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan menggunakan kain kassa
steril atau kapas. Setelah itu kering anginkan tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan
sedikitnya dua kali sehari selama pembalut tali pusat tidak dalam keadaan kotor atau
basah. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan menjadi lembab.
Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga dapat menimbulkan resiko infeksi
(Susilowati,2010).
Data Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 mencapai 32/1000
KH. Salah satu penyebab kematian tinggi pada bayi adalah sepsis. Rata/rata insiden
sepsis neonatorum di beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia sekitar 8,76- 30,29 %,
rata-rata kematian tersebut 11,56 – 49,9 % (Junara, 2014).
AKB di kabupaten Sleman dapat di pertahankan dibawah 74,57 untuk setiap
1.000KH. AKB tahun 2012 sebesar 4,75 selanjutnya pada tahun 2013 turun menjadi 4,6
per 1.000 kelahiran hidup, berikutnya tahun 2014 naik menjadi 4,65 per 1000KH, pada
tahun 2015 sebesar 3,45 per 1000KH, pada tahun 2016 turun jika dibandingkan AKB
DIY sebesar 16 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian bayi di kabupaten Sleman
sebanyak 65 bayi. Penyebab kematian bayi adalah Asfiksia (19 kasus), berat badan lahir
rendah (12 kasus), infeksi (11 kasus), kelainan bawaan (8 kasus), dehidrasi (2 kasus) ,
kecelakaan (1 kasus) dan lain-lain (12 kasus).
Kabupaten sleman merupakan yang memiliki angka kematian bayi yang cukup
tinggi disebabkan karena infeksi sebanyak 11 kasus. Akan tetapi kasus infeksi tersebut
secara spesifikasi tidak disebutkan penyebabnya (Profil Kesehatan Kabupaten Sleman,
2016).
Menurut Rekomendasi World Health Organization (WHO), cara merawat tali
pusat bayi baru lahir dengan cukup membersihkan pangkal tali pusat menggunakan air,
lalu kering anginkan hingga benar-benar kering. Selama sebelum tali pusatnya puput,
sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja
dengan air hangat Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah bagian pangkal tali
pusat bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, anda harus sedikit mengangkat
(bukan menarik tali pusat).
Sisa air yang menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan menggunakan
kain kassa steril atau kapas. Setelah itu kering anginkan tali pusat. Tali pusat harus
dibersihkan sedikitnya dua kali sehari selama pembalut tali pusat tidak dalam keadaan
kotor atau basah. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga dapat menimbulkan
resiko infeksi (Susilowati,2010).
Perawatan tali pusat secara umum bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
dan mempercepat putusnya tali pusat. WHO (1998) dalam Davies (2011) tidak
merekomendasikan pembersihan tali pusat menggunakan Alkohol karena
memperlambat penyembuhan dan pengeringan luka. Selain itu World Health
Organization (WHO) telah merekomendasikan praktek perawatan tali pusat bersih
meliputi mencuci tangan dengan air bersih dan sabun baik sebelum dan sesudah
perawatan dilakukan, serta menjaga tali pusat agar tetap kering dengan paparan udara.
Praktek lain yang juga dapat mengurangi risiko infeksi tali pusat adalah penerapan
rooming-in selama 24 jam untuk ibu dan bayi. Peningkatan frekuensi kontak skin-to-
skin ibu akan meningkatkan kolonisasi bakteri non patogen dari flora kulit ibu ke bayi
yang dipercaya dapat mengurangi risiko bayi terkena infeksi tali pusat (Davies,2011).
Perlunya upaya dalam meningkatkan pendidikan kesehatan sebagai upaya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan pengetahuan ibu dalam
merawat tali pusat bayi baru lahir agar dapat mendorong pasien atau ibu untuk menjadi
pribadi yang mandiri dalam menjaga kesehatan khususnya dalam perawatan tali pusat
pada bayi dengan baik dan benar sehingga dapat menurunkan atau mencegah resiko
terjadinya infeksi pada tali pusat, salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu
dalam perawatan tali pusat bayi baru lahir dengan metode pemberian leaflet serta
penerapan materi secara langsung akan dilakukan dengan metode demonstrasi
(Saprono & Raditya, 2017).
Demonstrasi yaitu metode yang menggunakan peragaan untuk memperjelas atau
pengertian untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada pasien lainnya.
Demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang efektif, karena setiap orang dapat
mengetahui secara langsung penerapan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari
(Miftahul Huda, 2013).
Berdasarkan Studi Pendahuluan tanggal 25 Desember 2018 di RS PKU
Muhammadiyah Gamping, menurut jawaban dan informasi bidan yang menjaga di
ruang firdaus mengatakan bahwa sebagian pasien belum mengerti cara merawat tali
pusat pada bayi baru lahir maka dari peneliti langsung menemui 11 orang ibu nifas
kemudian bertanya ibu cara merawat tali pusat bayinya dan meminta ibu untuk
mendemonstrasikan cara merawat tali pusat bayinya. Namun terdapat 2 orang (18%)
dari ibu postpartum mengerti cara merawat tali pusat sesuai dengan panduan ceklist, dan
9 orang (82%) ibu postpartum belum mengerti cara merawat tali pusat yang tepat untuk
bayi baru lahir. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
demonstrasi perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di RS PKU Muhammadiyah
Gamping.
Infeksi tali pusat dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat
yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Pemakaian
antimicrobial topical pada perawatan tali pusat dapat mempengaruhi waktu pelepasan
tali pusat dan mempengaruhi waktu pelepasan tali pusat, yaitu merusak flora normal
sekitar tali pusat sehingga memperlambat pelepasan tali pusat (Retniati, 2010).
Pemberian antiseptic pada tali pusat tidak diperlukan, karena resiko terjadinya
antaminasi adalah kecil, yang penting terjaga kebersihannya berbeda dengan bayi yang
dirawat di rumah sakit, pengunaan antiseptic mungkin di perlukan untuk mengurangi
terjadinya infeksi pada tali pusat (Ratri Wijaya, 2006).Perawatan praktis terjadinya
lainnya yang mungkin dapat mengurangi timbulnya resiko terjadinya infeksi tali pusat
adalah dengan cara rawat gabung dan kontak langsung kulit bayi dan ibunya mulai lahir
agar bayi mendapatkan pertumbuhan flora normal dari ibunya yang sifatnya pathogen.
Pemberian air susu ibu yang dini dan sering akan memberikan antibody kepada bayi
untuk melawan infeksi. Pemberian antiseptic pada tali pusat tidak diperlukan, karena
resiko terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang penting terjaga kebersihannya. Berbeda
dengan bayi yang dirawat di rumah sakit, penggunaan antiseptic mungkin diperlukan
untuk mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat (Retniati,2010).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain pre-experiment dengan rancangan one group
pretest-posttest. Ciri dari rancangan ini adalah untuk mengungkapkan adakah pengaruh
sebab akibat dengan cara melibatkan suatu kelompok subjek. Satu kelompok sebelum
diberikan perlakuan tertentu diberikan pretest terlebih dahulu, kemudian setelah
perlakuan diberikan kepada subjek kemudian dilakukan postest dengan menggunakan
panduan checklist untuk mengetahui akibat dari perlakuan tersebut (Notoatmodjo, 2012,
hlm 85).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi di RS PKU
Muhammadiyah Gamping pada bulan Maret- April Tahun 2019. Penelitian ini
menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling yaitu sampel diambil
dari semua subyek yang ada dan memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah subyek
terpenuhi sebanyak 30 subyek.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar ceklist, Media leaflet,
Alat tulis , Sabun dan Washlap. metode pengumpulan data antara lain dengan media
leaflet dan lembar ceklist (Swarjana,2015).Peneliti akan memberikan pretest kepada ibu
postpartum dengan meminta ibu untuk merawat tali pusat pada bayi baru lahir sebelum
diberikan intervensi dan akan dinilai dengan lembar ceklist kemudian diberikan
intervensi dengan mendemonstrasikan cara merawat tali pusat pada bayi baru lahir
sesuai dengan panduan ceklist, setelah itu memberikan postest untuk melihat
keterampilan sesudah diberikan demonstrasi cara merawat tali pusat pada bayi baru
lahir. Peneliti akan menggunakan uji Wilcoxon untuk memperkuat hasil uji analisis data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi Data Penelitian
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di RS PKU
Muhammadiyah Gamping tahun 2019
Karakteristik Frekuensi(F) Persentase
Responden (%)
Paritas
Primipara 8 26.7
Multipara 22 73.3
Umur
20 tahun 1 3.3
21-35 tahun 27 90.0
>35 tahun 2 6.7
Pendidikan
SMP 2 6.7
SMA 17 56.7
PT 11 36.7
Pekerjaan
IRT 19 63.3
Swasta 11 36.6
PNS 0 0
Pendapatan
1.700.000 14 46.7
>1.700.00 16 53.3

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa karakteristik responden


berdasarkan paritas sebagian besar adalah multipara, yaitu sebanyak 22 orang (73,3%).
Karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar adalah usia reproduksi sehat
yakni 20-35 tahun sebanyak 27 orang (90,0%). Sebagian besar responden memiliki
pendidikan SMA 17 orang (56,7%). Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan
sebagian besar Ibu Rumah Tangga sebanyak 19 orang (63,3%). dengan rata-rata jumlah
pendapatan perbulan sebagian besar lebih dari UMR sleman >1.700.000 sebanyak 16
orang (53,3%).
b. Analisis Bivariate
Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Kemampuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir
Pre Test Berdasarkan Karakteristik Responden
Kara Pretest
kteris Bai f Cu f Ku f
tik k ku ra
p ng
Umur
20 1 3.3
tahun %
21-35 2 6.7 11 36 14 40.
tahun % % 7%
>35 1 3.3 1 3.3
tahun % %
Pendi
dikan
SMP/ 2 6.7
MTS %
SMA 9 30 8 26.
% 7%
PT 3 10 2 6.7 6 20
% % %
Pend
apata
n
1.700. 1 3.3 6 20. 7 23.
000 % 6% 3%
>1.70 2 6.7 5 16. 9 30
0.000 % 6% %
Dari Tabel 2 di atas dapat kita ketahui bahwa pengetahuan ibu dalam merawat tali
pusat pada bayi baru lahir sebagai nilai pre test.
Berdasarkaan umur responden yang termasuk kategori umur 21-35 tahun memiliki
pengetahuan kurang dalam merawat tali pusat bayi sebanyak 14 orang (40,7%), dan
pengetahuan yang cukup sebanyak 11 orang (36%), sedangkan pengetahuan baik dalam
merawat tali pusat sebanyak 2 orang (6.7%). Berdasarkan tingkat pendidikan responden
dengan pengetahuan baik dalam merawat tali pusat bayi baru lahir adalah pendidikan
perguruan tinggi sebanyak
3 orang (10%). Sementara itu berdasarkan pendapatan, mayoritas responden memiliki
pendapatan diatas UMR Sleman >1.700.000 sebanyak 9 orang (30%).
Tabel. 3 Distribusi Frekuensi Kemampuan ibu merawat tali pusat pada bayi baru
lahir sebagai Post Test Berdasarkan Karakteristik Responden
Karakte Postest
ristik Bai f Cu f Kur f
k kup ang
Umur
20 tahun 1 3.3 0 % 0 %
%
21-35 27 90 0 % 0 %
tahun %
>35 2 6.7 0 % 0 %
tahun %

Pendidi
kan
SMP 2 6.7 0 % 0 %
%
SMA 17 56. 0 % 0 %
7%
PT 11 36. 0 % 0 %
6%
Pendap
atan
1.700.00 14 46. 0 % 0 %
0 7%
>1.700.0 16 53. 0 % 0 %
00 3%
Dari Tabel 3 di atas dapat ketahui bahwa setelah diberikan demonstrasi perawatan
tali pusat terhadap cara merawat tali pusat pada bayi baru lahir pada saat post test
berdasarkan responden dengan karakteristik Umur, Pendidikan dan Pendapatan dari
jumlah subyek 30 subyek seluruhnya telah mendapatkan pengetahuan yang baik dalam
merawat tali pusat pada bayi baru lahir.
Tabel 4 Keterampilan Perawatan Tali Pusat Pre Test dan Post Test
Katego Pre Post Asym
ri -test -test p.Sig
∑ % ∑ % (2-
taild)
Baik 3 10% 30 100
%
Cukup 11 36.7 0 0% 0,000
%
Kurang 16 53.3 0 0%
%
Total 30 100 30 100
% %
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat kita ketahui bahwa hasil pre-test keterampilan
melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir menunjukkan bahwa mayoritas
responden masuk dalam kategori kurang dalam merawat tali pusat pada bayi baru lahir,
yaitu sebanyak 16 orang (53,3%). Setelah dilakukan demonstasi perawatan tali pusat
pada bayi baru lahir dengan hasil post- test menunjukkan mayoritas responden
mendapatkan nilai baik dalam melakukan keterampilan merawat tali pusat pada bayi
baru lahir yaitu sebanyak 30 orang (100%). Hasil uji statistik menggunakan wilcoxon
signed ranks test menunjukkan p value sebesar 0,000 (p<α =0,05) dan nilai Z sebesar -
4.788a, yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak atau ada pengaruh demonstrasi
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

PEMBAHASAN
1. Keterampilan Perawatan tali pusat Sebelum diberikan demonstrasi
Dari hasil penelitian yang dituangkan dalam Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa
karakteristik responden berdasarkan paritas sebagian besar adalah multipara yang
mendapatkan nilai kurang dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sebanyak 22
orang (73.3%).
Hal ini merupakan hasil yang kurang baik karena seperti yang kita ketahui bahwa
multipara sendiri sudah mendapatkan pengetahuan dari pengalaman pribadi.
Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab
itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Baik diperoleh secara langsung ataupun tidak langsung, namun tidak semua pengalaman
pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar (Rusiana
dan Afif, 2016).
Dari hasil penelitian yang dituangkan dalam Tabel 2 dapat kita ketahui bahwa
sebelum dilakukan demonstrasi perawatan tali pusat mayoritas dari jumlah responden
mendapatkan nilai kurang dalam melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir
sebanyak 16 orang (53.3%) dari jumlah responden 30 orang. Keterampilan melakukan
perawatan tali pusat pada saat pre test berdasarkaan usia terbanyak yang masuk kategori
tidak terampil adalah usia 21-35 tahun, yaitu sebanyak 14 orang (51.9%). Berdasarkan
tingkat pendidikan, paling sedikit responden yang termasuk kategori nilai baik dalam
melakukan perawatan tali pusat pada saat pre test adalah responden dengan tingkat
pendidikan Perguruan Tinggi, yaitu sebanyak 3 orang (27,3%).
Sementara itu berdasarkan pendapatan, mayoritas responden yang memiliki
pendapatan di atas UMR mendapatkan nilai kurang sebanyak 9 orang (56.3%). Angka
53.3% menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden yang mendapatkan nilai
kurang dalam merawat tali pusat pada bayi baru lahir. Hal ini merupakan hasil yang
kurang baik karena seperti yang kita ketahui bahwa kurangnya pengetahuan ibu
postpartum mengenai cara merawat tali pusat pada bayi baru lahir diharapkan bidan
dapat memberikan edukasi kepada masyarakat secara luas khususnya ibu yang baru
melahirkan.
Menurut Notoadmojo (2010), umur merupakan faktor yang mempengaruhi
pengetahuan. Maka semakin bertambahnya umur akan semakin banyak pengalaman dan
informasi yang diperoleh. Jika dihubungkan dengan keterampilan wanita dalam
melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir maka semakin bertambahnya usia
maka semakin banyak pengalaman dan informasi yang diperoleh sehingga semakin
memahami cara merawat tali pusat pada bayi baru lahir dan bagaimana cara
melakukannya dengan perawatan yang baik dan benar, sehingga membuat mereka
menjadi lebih terampil.
Sementara itu menurut Notoadmojo (2010), pendidikan merupakan suatu kegiatan
atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan
tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu
pendidikan juga turut mempengaruhi keterampilan dalam melakukan perawatan tali
pusat pada bayi baru lahir, semakin baik tingkat pendidikan seseorang juga akan
membuat keterampilannya melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir menjadi
lebih baik.
Selain itu, pekerjaan juga merupakan faktor yang turut mempengaruhi
keterampilan melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Pekerjaan
berhubungan dengan waktu yang dimiliki oleh wanita untuk mendapatkan akses ke
pelayanan kesehatan dan memperoleh serta melakukan keterampilan perawatan tali
pusat pada bayi baru lahir.
Keterampilan adalah kemampuan atau kapasistas seorang individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Totalitas Keterampilan dari
seseorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yakni
keterampilan intelektual dan keterampilan fisik. Keterampilan intektual adalah
keterampilan untuk menjalankan kegiatan mental. Keterampilan fisik adalah
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan fisik seperti stamina,
kecekatan, kekuatan, dan bakat- bakat sejenis (Robbin, 2014, hlm 42).
Dari hasil penelitian ini peneliti berpendapat bahwa meskipun sebelumnya ibu
postpartum sudah pernah mendapatkan demonstrasi perawatan tali pusat pada bayi baru
lahir banyak hal yang mungkin mempengaruhi kurangnya keterampilan subyek dalam
melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Misalnya saja dari tingkat
pendidikan yang ternyata masih terdapat responden dengan tingkat pendidikan dasar
yaitu SMP, karena kita tahu bahwa tingkat pendidikan secara langsung juga
mempengaruhi tingkat pengetahuan. Atau mungkin karena responden tidak terbiasa
merawat tali pusat pada bayi baru lahir terutama primarpara dalam melakukan
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir secara utuh dan urut juga lama kelamaan akan
menurunkan pengetahuan dan keterampilannya dalam melakukan perawatan tali pusat
pada bayi baru lahir.
Selain itu menurut Robbin (2014, hlm 42), seseorang dikatakan terampil apabila
kegiatan yang dilakukan ditandai oleh kemampuanya untuk menghasilkan sesuatu
dengan kualitas tinggi (cepat atau cermat) dengan tingkat kestabilan yang relatif tepat
(kesanggupan, kecakapan, kekuatan). Keterampilan seorang individu diperoleh dari
pendidikan, pengalaman, informasi dan latihan. Terdapat berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi keterampilan seseorang seperti umur, pendidikan, pengetahuan, sikap,
keyakinan, fasilitas/sarana kesehatan, lingkungan fisik, dan faktor penguat seperti
tenanga kesehatan. berbagai hal ini lah yang turut mempengaruhi kemampuan
responden dalam melakukan praktik sadari.
Dari Tabel 3 dapat kita ketahui bahwa setelah dilakukan demonstrasi perawatan
tali pusat pada bayi baru lahir terjadi peningkatan terhadap jumlah responden yang
masuk dalam kategori nilai baik melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir,
yaitu sebanyak 30 orang (100%). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan yang
cukup signifikan setelah dilakukan demonstrasi perawatan tali pusat terhadap cara ibu
merawat tali pusat pada bayi baru lahir.
Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Notoadmojo (2007), yang
menjelaskan bahwa komponen kognitif pada pengetahuan, sebagian besar penerimanya
didapat dari hasil penginderaan mata dan telinga dan berdasarkan dengan ingatan.
Dalam hal ini sangat besar pengaruhnya melalui melihat dan mendengar. Demonstrasi
yang diberikan dengan memperagakan langsung mengenai merawat tali pusat pada bayi
baru lahir dalam penelitian ini dapat dimasukkan dalam kriteria melihat, mendengar
serta adanya kemampuan untuk mengingat. Ingatan jangka pendek hanya bisa
mengingat selama 30 detik dan hanya dapat menerima sebanyak 7 buah informasi dalam
satu memori. Ingatan jangka pendek memiliki kapasitas yang kecil namun sangat
berpengaruh pada kehidupan kita sehari-hari.
Dengan mengandalkan ingatan jangka pendek, tubuh akan melakukan berbagai
respon dan menjawab rangsangan yang ada dari luar. Setelah ingatan jangka pendek
terbentuk, informasi yang terus diulang-ulang akan masuk ke dalam sistem ingatan
jangka panjang untuk disimpan lebih lama. Ingatan yang masuk ke dalam ingatan jangka
panjang tidak akan terlupakan jika ada informasi baru yang masuk.Sumber informasi
akan memperluas pengetahuan. Informasi inilah yang mempengaruhi pengetahuan yang
dimilikinya. Selanjutnya pengetahuan ini akan menyadarkan orang tersebut untuk
melakukan keterampilan yang telah didapatkannya.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mahcfoedz (2007), yang menyatakan orang
yang bertambah pengetahuannya, kecakapannya akan muncul dan kesadaran pikirannya
tentang bahaya-bahaya tidak sehat bila tidak mengubah hidupnya juga akan muncul.
Oleh akrena itu dalam penelitian ini terlihat bahwa setelah diberikan demonstrasi cara
merawat tali pusat pada bayi baru lahir yang benar maka terjadi peningkatan terhadapa
keterampilan dalam merawat tali pusat pada bayi baru lahir
Hasil uji statistik menggunakan wilcoxon signed ranks test menunjukkan p value
sebesar 0,000 (p<α =0,05), yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak atau ada
pengaruh demonstrasi perawatan tali pusat terhadap cara ibu merawat tali pusat pada
bayi baru lahir sesuai dengan keterampilan melakukan perawatan tali pusat pada bayi
baru lahir di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Dari hasil penelitian terjadi perubahan yang signifikan terhadap jumlah responden
yang mendapatkan nilai baik dalam melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir
setelah dilakukan demonstrasi perawatan tali pusat. peningkatan keterampilan terjadi
pada seluruh responden, hanya saja besar kecilnya peningkatan keterampilan tergantung
lagi pada daya tangkap yang dimiliki oleh responden, selain itu faktor tingkat
pendidikan dan umur juga ikut mempengaruhi besar kecilnya kemampuan atau pun
daya tangka responden, yang akhirnya berdampak pada kemampuannya melakukan
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
Pada penelitian ini diketahui bahwa sebelum dilakukan demonstrasi perawatan tali
pusat pada bayi baru lahir hanya ada 3 orang responden (10%) yang mendapatkan nilai
baik dalam merawat tali pusat pada bayi baru lahir dan setelah dilakukan demonstrasi
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir terdapat 30 orang (100%) mendapatkan nilai
baik dalam merawat tali pusat pada bayi baru lahir, akan tetapi jika dilihat dari
perolehan nilai terjadi peningkatan yang cukup besar antara sebelum dan setelah
dilakukan penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa memang terdapat pengaruh yang
signifikan demonstrasi perawatan tali pusat terhadap cara merawat tali pusat pada bayi
baru lahir yang dimiliki oleh responden.
Dari hasil penelitian ini peneliti berpendapat bahwa demonstrasi perawatan tali
pusat terhadap cara ibu merawat tali pusat pada bayi baru lahir dasarnya memang
mempengaruhi keterampilan ibu merawat tali pusat bayinya. Pengetahuan yang didapat
melalui pengalaman melihat mendengar dan melakukan yang diperoleh responden
selama melaksanakan demonstrasi yang berdampak signifikan pada peningkatan
pengetahuan dan keterampilan responden dalam merawat tali pusat pada bayi baru lahir.
Oleh karena itu kemampuan yang telah dimiliki responden dari hasil dilakukan
demonstrasi hendaknya selalu diaplikasikan dan dibagikan kepada masyarakat luas,
karena sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat menjadi ujung tombak promosi
kesehatan. Dengan terus dipeliharanya kemampuan merawat tali pusat pada bayi baru
lahir yang dimiliki oleh responden dalam hal ini kader kesehatan, mudah-mudahan
keterampilan yang ada akan selalu melekat pada responden, karena rutinitas merawat
tali pusat pada bayi baru lahir dengan senantiasa selalu dilakukan dan diajarkan kepada
yang lain.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Cara ibu merawat tali pusat pada bayi baru lahir sebelum diberikan Demonstrasi
perawatan tali pusat mayoritas responden masuk pada kategori kurang dalam
merawat tali pusat pada bayi baru lahir, yaitu sebanyak 16 orang (53.3%).
2. Cara ibu merawat tali pusat pada bayi baru lahir setelah diberikan Demonstrasi
perawatan tali pusat mayoritas responden masuk dalam kategori baik dalam merawat
tali pusat pada bayi baru lahir, yaitu sebanyak 30 orang (100%).
3. Hasil uji statistik menggunakan wilcoxon signed ranks test menunjukkan p value
sebesar 0,000 (p<α =0,05) dan nilai Z sebesar -4.788a, yang berarti bahwa ada
pengaruh demonstrasi perawatan tali pusat terhadap cara ibu merawat tali pusat pada
bayi baru lahir di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Saran
1. Bagi Bidan
Diharapkan agar bidan dapat terus meningkatkan upaya promotif untuk
memberikan pengetahuan baik kepada ibu postpartum dengan secara berkala
melakukan edukasi, konseling dan pemberian informasi tentang bagaimana cara
merawat tali pusat pada bayi dengan benar sebagai salah satu cara melakukan deteksi
dini tetanus neonatorum. Selain itu bidan diharapkan dapat terus memantau
keterampilan ibu dalam merawat bayinya agar ibu dapat memiliki informasi yang
baru mengenai cara merawat bayinya.
2. Bagi RS
Diharapkan agar RS dapat secara rutin memberikan pengetahuan terhadap para
ibu melahirkan khususnya ibu postpartum untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan perawatan tali pusat pada bayi, serta adanya alat
bantu baca di ruangan bangsal seperti tempelan poster sarana pendidikan seperti
poster perawatan tali pusat pada bayi baru lahir,
3. Bagi pasien
Diharapkan Ibu post partum dapat memanfaatkan Buku KIA yang sudah
diberikan oleh tenaga kesehatan untuk tetap selalu dibaca, dengan membaca bisa
mendapatkan pengetahuan tentang cara merawat tali pusat pada bayi baru lahir.
4. Bagi Perpustakaan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan sumber referensi
kepustakaan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, sehingga dapat dibaca oleh
mahasiswa sebagai sumber acuan dan informasi tentang merawat tali pusat pada bayi
baru lahir.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan adanya penelitian yang lebih lanjut tentang perawatan tali pusat pada
bayi baru lahir yang dapat mempengaruhi pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir
sehingga keilmuan kebidanan dapat terus diperbaiki.

DAFTAR PUSTAKA
Davies, L., & Mc, D. (2011). Pemeriksaan Kesehatan Bayi. Jakarta : EGC.
Dinkes Provinsi Yogyakarta (2015). Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta Tahun 2015.
Yogyakarta : Dinas Kesehatan DIY.
Huda, M. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Huda, M. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Retniati, Tika R. (2010). Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat pada BBL yang
dirawat Menggunakan Kassa Steril Dibandingkan dengan Kassa Alkohol 70%.
Semarang. Skripsi. UNIMUS
Riksani, R. (2012). Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta: Dunia Sehat.
Robbin. (2014). Prilaku Organisasi 1. Jakarta: Salemba Empat
Saprono, B. L., & Raditya, A. N. (2017). Pengaruh Pemberian Leafleat Dan Penjelasan
Terhadap Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir. JKD, Vol. 6, No.2, Pages 357-365.
Sarwono. (2009). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka.
Susilowati. (2009). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Tali Pusat
terhadap Kemampuan Ibu dalam Merawat Tali Pusat di RSIA Sakina Idaman
Sleman Yogyakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Swarjana, I.K. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Yogyakarta:
ANDI

Anda mungkin juga menyukai