Anda di halaman 1dari 3

D.

Pengaruh genetic drift terhadap keberadaan alel/gen suatu populasi


Hal penting dalam melakukan karakterisasi suatu populasi adalah
Frekuensi gen dan frekuensi genotip. Arisuryanti et. Al ( 2007)
mengatakan bahwa dengan melihat frekuensi gen dan frekuensi genotip
ciri suatu populasi dapat diketahui. Arisuryanti & Daryono (2007) dalam
bukunya juga menjelaskan bahwa perubahan frekuensi gen pada suatu
populasi akan terjadi jika terdapat evolutionary forces, yaitu faktor-faktor
yang berperan dalam mengubah frekuensi alel dan genotip, antara lain,
perkawinan tidak acak, mutasi, migrasi genetic drift dan seleksi alam.
(Khoiriyah. 2014)
Genetic drift atau hanyutan genetik merupakan kumpulan gen
populasi yang disebabkan oleh peristiwa acak (random sample). Genetic
drift ini merupakan salah satu penyebab adanya mikroevolusi yang
merupakan penyimpangan genetik dari hukum Hardy Weinberg, dimana
pada hukum Hardy Weinberg menjelaskan bahwa populasi tidak
mengalami evolusi sehingga frekuensi alel dan genotip dalam gen pool
tidak mengalami perubahan selama beberapa generasi (Henuhili. 2008).
Dalam kasus populasi yang besar, penyimpangan ini tidak akan
mempengaruhi perubahan gen dalam gen pool, namun dalam kasus
populasi kecil, pergeseran genetik ini akan mengubah frekuensi gen.
Penyimpangan ini tidak mempengaruhi perubahan gen di dalam gen pool
apabila populasi tersebut sangat besar, akan tetapi dalam populasi yang
kecil penyimpangan genetik dapat merubah frekuensi gen. Saat melakukan
percobaan, semakin kecil ukuran sampel maka semakin besar peluang
penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Ketidakseimbangan hasil dalam
sampel kecil disebut kesalahan pengambilan sampel, dan ini merupakan
faktor penting dalam genetika populasi yang kecil. Jika suatu generasi baru
mendapatkan alelnya secara acak, maka semakin besar ukuran sampelnya,
semakin baik kumpulan gen gen pool sebelumnya. Sedangkan jika
populasi suatu organisme berukuran kecil, kumpulan gen yang ada
terdapat kemungkinan tidak dapat terwakili secara tepat pada generasi
berikutnya. Sehingga genetic drift sangat berpengaruh terhadap
keberadaan alel atau gen dalam sebuah populasi (Campbel.2003)
E. Hubungan antara peristiwa genetic drift dengan evolusi
Perubahan frekuensi alel dan genotipe populasi menunjukkan
terjadinya mikroevolusi, yaitu evolusi yang terjadi pada tingkat yang lebih
kecil (gen).(Khoiriyah. 2014). Genetic drift sendiri merupakan bentuk
penyimpangan dari hukum Hardy Weinberg dan merupakan salah satu
penyebab terjadinya mikroevolusi yang mana mikroevolusi merupakan
perubahan dari generasi ke generasi dalam alel atau frekuensi genotype
suatu populasi. Campbell et al., (2003) menyatakan bahwa jika frekuensi
alel atau genotipe menyimpang dari nilai yang diharapkan dari
kesetimbangan Hardy-Weinberg, populasi tersebut dikatakan sedang
berevolusi. Mikroevolusi tetap berlangsung sekalipun alel berubah hanya
untuk sebuah lokus genetic tunggal. Jika kita melacak frekuensi alel dan
genotipe dalam populasi selama beberapa generasi berturut-turut, beberapa
lokus mungkin berada dalam kesetimbangan, sedangkan frekuensi alel di
lokus lain sedang berubah. Contoh nya seperti populasi bunga liar,
prediksi kita populasi bunga liar akan berevolusi jika frekuensi alel bunga
merah muda dan alel bunga putih berubah dari generasi ke generasi,
sekalipun kesetimbangan Hardy Weinberg dipertahankan untuk semua
lokus genetiknya.

DAPUS

Arisuryanti T & Daryono BS. 2007. Genetika Populasi. Yogyakarta: Fakultas


Biologi Universitas Gadjah Mada.

Arisuryanti T, Handayani NSN. & Daryono, BS. 2007. Genetika. Yogyakarta:


Fakultas Biologi UGM

Campbell, N.A.,J.B. Reece, & L.G.Mitchell. 2003. Biologi Edisi kelima Jilid II.
Jakarta : Erlangga
Henuhili, V. 2008. Genetika dan Evolusi. Jurdik Biologi FMIPA UNY.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/ir-victoria-henuhili-
msi/genetika-dan-evolusi.pdf. Diakses pada 24 Maret 2021 pukul 19.20 WIB

Khoiriyah, Y. N. 2014. Karakter Genetik Populasi Bedeng 61B Desa Wonokarto


Kabupaten Lampung Timur Pasca Program Kolonisasi Pemerintah Belanda.
Jurnal ilmiah biologi. vol 2(2) : 132-137

Anda mungkin juga menyukai